Anda di halaman 1dari 18

Hasil Evaluasi Dokumen Kurikulum 2013

Hasil Evaluasi Dokumen Kurikulum 2013 yang telah di lakukan menunjukkan


bahwa.

1. Kompetensi Kurikulum 2013 terlalu luas, sulit di pahami, dan


diimplementasikan oleh guru.
2. Kurikulum yang di rumuskan secara nasional belum di sesuaikan
sepenuhnya oleh satuan pendidikan dengan situasi dan kebutuhan satuan
pendidikan, daerah, dan peserta didik.
3. Mapel informatika bersifat pilihan, padahal kompetensi teknologi
merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu di miliki
oleh peserta didik pada abad 21.
4. Pengaturan jam belajar menggunakan satuan minggu (per minggu) tidak
memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengatur
pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender pendidikan.
Akibatnya, kegiatan pembelajaran menjadi padat.
5. Pendekatan tematik (jenjang PAUD dan SD) dan mata pelajaran (jenjang
SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya
pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lain
6. Struktur kurikulum pada jenjang SMA yang memuat mata pelajaran
pilihan (peminatan) kurang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk
memilih selain peminatan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga
di persepsi hirarkis.
Hasil Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013

5 Temuan dari Hasil Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 yakni

1. Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru


dalam membuat perencanaan.
2. Rumusan kompetensi yang detil dan terpisah-pisah sulit di pahami
sehingga guru kesulitan menerjemahkan dalam pembelajaran yang sesuai
filosofi Kurikulum 2013
3. Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring
implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan optimal,
belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum efektif.
Contoh kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat gugus,
pemilihan instruktur di tetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai
kebutuhan, dan pelatihan masih di lakukan secara konvensional dengan
ceramah yang cenderung teoretik
4. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki
pemahaman kurang tentang kerangka dasar, di versifikasi, dan konsep
implementasi Kurikulum 2013.
5. Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi
Kurikulum 2013 belum berdampak optimal terhadap pemahaman
pengawas, kepala sekolah, dan guru, kemampuan dan kinerja guru, serta
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
Benang Merah Pengembangan Kurikulum

Kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya:

1. Orientasi holistik: kurikulum di rancang untuk mengembangkan murid


secara holistik, mencakup kecakapan akademis dan non-akademis,
kompetensi kognitif, sosial, emosional, dan spiritual.
2. Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum di rancang berdasarkan
kompetensi yang ingin dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau
materi tertentu.
3. Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum di rancang sesuai konteks
(budaya, misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan murid
4. Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan
karakter dan kompetensi dasar.
5. Kondisi pandemi dan kritik terhadap kurikulum 2013, yang menjadikan
munculnya kurikulum ini. Hal ini bisa di lihat salah satunya Mata
pelajaran informatika yang awalnya bersifat pilihan di Kurikulum 2013,
menjadi wajib di kurikulum yang baru dan akan di terapkan mulai dari
level SMP, karena kompetensi teknologi merupakan salah satu
kompetensi penting yang perlu di miliki oleh peserta didik pada abad 21
apalagi di masa pandemi.
Karakteristik kurikulum prototipe 2022

Secara singkat kurikulum prototipe (2022) memiliki beberapa karakteristik


utama yakni:

1. Pembelajarannya di rancang berbasis projek untuk pengembangan


soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong;
kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk
pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan
penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe 1 : Pengembangan Karakter


Kurikulum 2013 sudah menekankan pada pengembangan karakter, namun
belum memberi porsi khusus dalam struktur kurikulumnya.

Dalam struktur kurikulum prototipe, 20 – 30 persen jam pelajaran di gunakan


untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui
pembelajaran berbasis projek.

Pembelajaran berbasis projek penting untuk pengembangan karakter karena:

1. memberi kesempatan untuk belajar yang baik melalui


pengalaman (experiential learning)
2. mengintegrasikan kompetensi esensial yang di pelajari peserta didik dari
berbagai disiplin ilmu
3. struktur belajar yang fleksibel

Lebih lanjut, alur Perkembangan dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan


Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Dalam praktek pembelajaran khususnya untuk pembelajaran projek,


Kemendikbudristek telah menyediakan 7 tema utama yang perlu
dikembangkan menjadi modul dengan topik dan tujuan yang lebih spesifik.
Ketujuh tema tersebut adalah:

1. Bangunlah Jiwa dan Raganya


2. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Gaya Hidup Berkelanjutan
5. Kearifan Lokal
6. Kewirausahaan
7. Suara Demokrasi

Contoh pembelajaran berbasis projek yang dapat diterapkan untuk


pengembangan karakter dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe 2 : Fokus pada Materi
Esensial

Pembelajaran yang mendalam (diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasis


problem dan projek, dll.) perlu waktu.

Materi yang terlalu padat akan mendorong guru untuk menggunakan ceramah
satu arah atau metode lain yang efisien dalam mengejar ketuntasan
penyampaian materi

Kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran, untuk
memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi – terutama kompetensi
mendasar seperti literasi dan numerasi – secara lebih mendalam.

Siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat hasil asesmen yang lebih baik
daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang
sosio-ekonominya.
Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe 3 : Fleksibilitas
Perancangan Kurikulum Sekolah dan Penyusunan Rencana
Pembelajaran

leksibilitas Perancangan Kurikulum Sekolah dan Penyusunan Rencana


Pembelajaran.

Contoh Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Fase A (Kelas


1 dan 2)

Pelajar memiliki kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dan bernalar


sesuai dengan tujuan kepada teman sebaya dan orang dewasa tentang diri dan
lingkungan sekitarnya.
Pelajar mampu memahami dan menyampaikan pesan; mengekspresikan
perasaan dan gagasan; berpartisipasi dalam percakapan dan diskusi secara
santun.

Pelajar mampu meningkatkan penguasaan kosakata baru melalui berbagai


kegiatan berbahasa dan bersastra dengan topik yang beragam.
Perbedaan Kurikulum Prototipe 2022 & 2013

Ada beberapa perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum 2022


(Prototipe) antara lain:

Level SMA dan SMK

Di Kurikulum 2013 siswa SMA masuk langsung memilih penjurusan sementara


di Kurikulum 2022 siswa mengambil dan menentukan peminatan pada kelas 11,
karena perlu berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas, dan orang tua.
Sementara untuk SMK
Implikasi Penerapan Kurikulum Prototipe 2022

Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Perubahan kurikulum di rasakan


oleh pengelola sekolah seperti perubahan menteri, setiap ada presiden baru yang
menunjuk menteri baru, maka di pastikan ada perubahan kurikulum baru.

Hal ini sudah maklum yang penting bagi sekolah adalah kejelasan apa yang
harus di lakukan guru ketika memang terjadi perubahan dari kurikulum 2013
menjadi kurikulum 2022
(Prototipe) ini.

Jika di lihat pemaparan Kemendikbud maka ada dua kewenangan dalam


kurikulum ini yaitu kewenangan Pemerintah pusat yaitu: (1). Membuat struktur
kurikulum (2). Merumuskan Profil Pelajar Pancasila (3). Merancang capaian
pembelajaran dan (4). Menformulakan prinsip pembelajaran dan asesmen.

Sementara sekolah (satuan pendidikan) memiliki kewenangan untuk Menyusun


visi, misi, dan tujuan sekolah, kebijakan sekolah terkait kurikulum,
pembelajaran, dan asesmen yang menfokuskan pada implementasi baik dalam
budaya sekolah maupun KBM dalam mewujudkan pelajar Pancasila.
Dengan demikian tugas pengelola sekolah hanya satu yang di amanahkan oleh
Kurikulum Prototipe (2022) ini yaitu melakukan analisa dan menyusun
Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan dengan fokus pada menumbuhkan
karakter pelajar pancasila, yang dalam bahasa Kurikulum 2013 di sebut
menyusun KTSP (buku 1, 2 dan 3).

Pembuatan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan ini meliputi (1) Analisa


konteks satuan pendidikan (2) Merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah, (3)
Pengorganisasian pembelajaran (4) Rencana Pembelajaran (5) Pendampingan
evaluasi dan pengembangan professional, dan tentu lampiran-lampiran yang di
butuhkan.

Pastikan dalam merumuskan kurikulum operasional sekolah, harus


memfokuskan pada implementasi baik dalam bentuk budaya sekolah
maupun KBM untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang meliputi 6 hal
yaitu:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang di wujudkan
ke dalam akhlak yang mulia, baik dalam beragama, akhlak yang baik
kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, kepada alam dan kepada
negara Indonesia.
2. Berkebinekaan Global, yang untuk mencapai dengan menjadi pelajar
Indonesia yang mengenal dan menghargai budaya, dapat berkomunikasi
dan berinteraksi antar budaya, berefleksi dan bertanggung jawab terhadap
pengalaman kebinekaan serta berkeadilan sosial.
3. Bergotong Royong, yang untuk mewujudkannya dengan melakukan
kolaborasi, memiliki kepedulian yang tinggi, dan berbagi dengan sesama.
4. Bernalar Kritis, cirinya pelajar Indonesia perlu memperoleh dan
memproses informasi serta gagasan dengan baik, lalu menganalisa dan
mengevaluasinya, kemudian merefleksikan pemikiran dan proses
berpikirnya.
5. Kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya dan
tindakan yang orisinil, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari
alternatif solusi permasalahan.
6. Dalam Menerapkan Kurikulum Prototipe Ki Hadjar Dewantara
mengatakan bahwa “pendidikan berhamba pada Anak” atau juga bisa
disebut pendidikan yang berpihak pada peserta didik.

Dengan demikian proses pendidikan harus di fokuskan pada anak didik, bukan
fasilitas, keinginan pimpinan lembaga bahkan bukan juga kurikulum.

Maka pendidikan menurut Ki Hadjar, “menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”
memperhatikan capaian, tingkat kemampuan, kebutuhan peserta didik sebagai
acuan untuk merancang pembelajaran, yang intinya pembelajaran harus
berpusat pada peserta didik.

Teaching at the Right Level (TaRL) Pengajaran dengan menggunakan


pendekatan TaRL adalah mengatur peserta didik tidak terikat pada tingkatan
kelas. Namun dikelompokkan berdasarkan fase perkembangan ataupun sesuai
dengan tingkat kemampuan peserta didik yang sama. Sehingga acuannya pada
capaian pembelajaran, namun disesuaikan dengan karakteristik, potensi,
kebutuhan peserta didiknya.
Demikianpun dengan hasil belajarnya, juga ditentukan oleh berdasarkan
evaluasi pembelajaran sesuai dengan fase/levelnya. Peserta didik yang belum
mencapai capaian pembelajaran difasenya, akan mendapatkan pendampingan
oleh pendidik untuk bisa mencapai capaian pembelajarannya.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahapan sebagai berikut:

Tahapan Asesmen dalam Kurikulum Prototipe

Yaitu dengan mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan


peserta didik

Tahapan Perencanaan dalam Kurikulum Prototipe

Yaitu menyusun proses pembelajaran yang sesuai dengan data asesmen,


termasuk pengelompokkan peserta didik dalam tingkat yang sama dan juga
menyusun pembelajaran yang sesuai dengan capaian ataupun tingkat
kemampuan peserta didik yang merupakan pusat utama pembelajaran

Tahapan Pembelajaran dalam Kurikulum Prototipe

Selama proses pembelajaran ini, perlu di buat adanya asesmen-asesmen berkala


untuk melihat proses pemahaman murid, kebutuhan, kemajuan selama
pembelajaran dan juga melakukan proses evaluasi ketercapaian tujuan
pembelajaran di akhir suatu pembelajaran, biasanya dalam bentuk projek.
Pembelajaran Projek dalam Kurikulum Prototipe

Pembelajaran Projek ini juga di kenal PBL (Project Based Learning) yang
merupakan pemberian tugas kepada siswa yang harus di selesaikan dalam
periode dan waktu tertentu.

Mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan &


penyerahan produk Beberapa untuk model produk dari PBL, dapat di
kelompokan dalam tiga model yaitu

1. Produk Karya Tehnologi yang salah satu bentuknya membuat animasi


atau video
2. Prodak Karya Tulis, seperti membuat laporan hasil pengamatan
3. Produk Prakarya contohnya membuat miniatur rumah dari barang bekas.

Untuk proses evaluasi, juga bisa di lakukan dengan tiga model penilaian yaitu
Assessment of Learning, Assessment for Learning dan Assessment as Learning.

Tema-tema Utama Pembelajaran Berbasis Projek


Kemendikbudristek menyediakan 7 tema utama yang perlu di kembangkan
menjadi modul dengan topik dan tujuan yang lebih spesifik.
1. Bangunlah Jiwa dan Raganya
2. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Gaya Hidup Berkelanjutan
5. Kearifan Lokal
6. Kewirausahaan
7. Suara Demokrasi

Contoh Pembelajaran Berbasis Projek


Kesimpulan

Kurikulum Prototipe (2022) Dalam mensukseskan implementasi Kurikulum


2022 ini ada dua hal yang perlu di pastikan keterlaksanaannya yaitu

1. Apa yag harus di lakukan sekolah? Di mana sekolah mampu dengan baik
membuat kurikulum operasional satuan pembelajaran.
2. Apa yang harus di kuasi guru? Yaitu mau berubah dengan paradigma baru
dan menguasai minimal dua model pembelajaran yaitu Project Based
Leaning (PBL) dan Teaching at the Right Level (TaRL).

Anda mungkin juga menyukai