Anda di halaman 1dari 13

KURIKULUM PROTOTIPE 2022

1. Pengertian Kurikulum Prototipe 2022

Banyak guru yang penasaran dan bertanya, apa itu kurikulum prototipe 2022? Apa saja
manfaat kurikulum prototipe 2022? Apa karaktersitik kurikulum prototipe 2022?

Sederhananya, prototipe adalah contoh yang dapat diartikan sebagai model pertama atau kasus uji.
Prototipe tersedia untuk menguji apakah konsep yang diajukan tidak dapat diterapkan atau untuk
menguji selera pasar.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI Online), prototipe merupakan model pertama yang
dijadikan contoh. Perilaku juga dapat disebut sebagai contoh standar. Namun jika kita melihat asal
kata, prototype adalah kata bahasa Inggris untuk pinjaman, yaitu prototype.

Kurikulum Prototipe 2022 ditawarkan sebagai opsi tambahan untuk rehabilitasi pendidikan pada
2022-2024. Kebijakan Kurikulum Nasional akan ditinjau kembali pada tahun 2024 berdasarkan
penilaian yang dilakukan selama masa pemulihan.

Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, dan memberikan
ruang tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.

2. Mengapa Perlu Ada Kurikulum Prototipe? 

Kepala BSKAP, Anindito Aditomo mengatakan bahwa kita mengalami krisis belajar (learning crisis)
sejak cukup lama. Studi-studi nasional maupun internasional menunjukkan bahwa banyak siswa kita
yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. 

Studi-studi tersebut juga menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah dan antar
kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini menjadi
semakin parah. 

Untuk mengatasi krisis belajar kita perlu perubahan yang sistemik. Kualitas guru dan kepala sekolah
tentu menjadi faktor kunci. Tapi kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kurikulum yang
digunakan. 

Kurikulum menentukan materi yang diajarkan di kelas. Kurikulum juga mempengaruhi kecepatan
dan metode mengajar yang digunakan guru. 
Betul bahwa guru yang hebat akan bisa menerapkan pembelajaran yang baik, apa pun kurikulumnya.
Tapi kurikulum yang baik bisa mendorong sebagian besar guru untuk berfokus pada tumbuh
kembang karakter dan kompetensi murid. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk “kejar
tayang materi”, melainkan mendorong guru untuk lebih memperhatikan kemajuan belajar
muridnya. 

Untuk itulah Kemendikbudristek mengembangkan kurikulum prototipe: sebagai bagian penting


upaya memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama kita alami.

3.  Prinsip Dasar Kurikulum Prototipe

Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud-Ristek, bapak
Anindito Aditomo dijelaskan bahwa kelebihan kurikulum prototipe adalah keseriusan dalam
mewujudkan beberapa prinsip mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional
sejak dua puluh tahun silam. 

Apa saja prinsip tersebut? Paling tidak ada tiga: 

1. Berbasis kompetensi, bukan konten. 

Artinya, kurikulum disusun berdasarkan kompetensi yang ingin ditumbuhkan pada siswa. Yang
penting bukan keluasan materi atau seberapa banyak materi yang diajarkan oleh guru, melainkan
apa yang bisa dilakukan siswa dengan materi tersebut. Yang penting adalah pemahaman atas materi
dan kemampuan menerapkan, mengevaluasi dan bahkan merumuskan pengetahuan itu sendiri.

Dalam kurikulum prototipe, prinsip ini diterjemahkan secara lebih serius dengan berfokus pada
materi yang esensial. Harapannya guru tidak terbebani hanya "kejar tayang" menyelesaikan materi,
tapi punya waktu memandu diskusi dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif.

2. Orientasi yang holistik. 

Bahwa pendidikan harus menumbuhkembangkan siswa secara utuh. Bukan hanya kemampuan
akademiknya, tapi juga kompetensi dan karakternya.

Kurikulum prototipe memberi porsi waktu khusus bagi pembelajaran berbasis projek. Ini
pembelajaran yang lintas mata pelajaran dan memandu siswa untuk berkolaborasi, menciptakan
karya atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka. Contoh sederhananya
adalah kolaborasi membuat karya seni, merancang pentas budaya atau pentas olah raga, meneliti
masalah sampah di lingkungan sekitar.

3. Ruang bagi kontekstualisasi di tingkat satuan pendidikan. 

Kontekstualisasi artinya penyesuaian kurikulum dengan visi-misi sekolah dan juga kebutuhan belajar
siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi wajib yang dari pemerintah pusat memberi
ruang untuk melakukan inovasi.

Ini difasilitasi secara lebih serius dalam kurikulum prototipe. Jam pelajaran tidak lagi diikat per
minggu, melainkan per tahun. Ini memungkinkan sekolah untuk merancang kurikulum secara lebih
fleksibel. Selain itu, capaian belajar juga tidak "ditagih" setiap tahun, melainkan setiap fase (2-3
tahun). Hal ini memungkinkan variasi kecepatan dan sekuens pembelajaran antar sekolah. Hal ini
juga diharap mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Jadi kelebihan kurikulum prototipe adalah ia memperkuat prinsip-prinsip dasar yang sudah menjadi
bagian dari kurikulum sebelumnya, terutama pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa,
serta fleksibilitas yang mendorong inovasi di tingkat satuan pendidikan. 

Anindito Aditomo juga mengatakan bahwa terkait kurikulum, salah satu pertanyaan menarik yang
disampaikan adalah soal kepercayaan orang tua. Pengurangan materi dalam kurikulum membuat
sebagian ortu kuatir: apakah hal ini tidak justru mengurangi bekal anak-anak untuk sukses? Rupanya
pesan bahwa kurikulum baru akan berfokus pada materi esensial sudah mulai sampai ke para ortu. 

Pengurangan materi memang konsekuensi dari keinginan merancang kurikulum yang lebih fleksibel
dan berfokus pada kompetensi dan karakter. Jika materi yang diwajibkan oleh Kemendikbudristek
sudah sedemikian banyak, guru takkan punya ruang dan waktu untuk menerapkan project based
learning dan bentuk pembelajaran mendalam lainnya. Dan tanpa pembelajaran seperti itu, akan sulit
pula menumbuhkan nalar kritis dan kreativitas siswasiswa. 

Lagipula, kita sekarang hidup dalam era pengetahuan. Akses pada materi pelajaran tidak lagi
dimonopoli guru dan sekolah. Peran guru bukan lagi menjadi penyampai informasi. Peran sekolah
adalah untuk membantu siswa untuk bisa mencari, mengevaluasi dan menciptakan pengetahuan.
Dan materi wajib yang terlalu banyak di kurikulum justru menghalangi guru menjalankan peran ini. 

Jadi, ayuk kita sebagai ortu berpikir dari kacamata siswa. Mana yang lebih mereka perlukan untuk
masa depannya: lebih banyak materi dalam kurikulum, atau kesempatan untuk mengasah nalar dan
karakter?

4.. Tiga Karakteristi Utama Kurikulum Prototipe


Kurikulum prototipe 2022 memiliki sejumlah karakteristik utama yang mendukung pemulihan
pembelajaran, yaitu:

 Pengembangan soft skill dan perilaku (menghormati etika, kolaborasi, keragaman,


kebebasan, berpikir kritis, kreativitas) akan menerima komponen khusus pembelajaran
berbasis proyek;

 Fokus pada materi yang diperlukan untuk memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari
keterampilan dasar seperti membaca dan menulis;

 Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa
(mengajar pada tingkat yang tepat) dan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan isi.

Karakteristik utama kedua Kurikulum prototipe 2022  adalah fokus pada hal yang penting. Kurikulum
prototipe, atau kurikulum PSP, berfokus pada materi yang dibutuhkan untuk setiap mata pelajaran,
untuk menyediakan tempat bagi pengembangan profesional, dengan keterampilan mendalam
seperti membaca dan menulis dan berhitung.

Karakteristik utama ketiga adalah kurikulum prototipe 2022  Rancangan kurikulum sekolah dan
rencana persiapannya bersifat dinamis. Kurikulum prototipe atau kurikulum PSP menetapkan tujuan
pembelajaran di setiap tingkatan (2-3 tahun).

Aplikasi Kurikulum Prototipe Sebagai alternatif untuk memulihkan pembelajaran selama 2022-2024,
hal ini dapat dilakukan secara bertahap tergantung pada kapasitas dan tujuan sekolah.

 Langkah 1 Kompleksitas sederhana, dilakukan dengan mengikuti contoh yang diberikan

 Langkah 2 Kompleksitas Dasar, dilakukan dengan menyesuaikan contoh yang diberikan

 Tahap 3 Kompleksitas sedang, yaitu keterlibatan perkembangan dengan sekolah dan


anggota masyarakat tergantung pada situasi sekolah.

 Tahap 4 Sangat kompleks, yaitu berkembang dengan melibatkan warga sekolah, tergantung
situasi sekolah.

5. Karakteririk Kurikulum Prototipe

Berikut ini akan dmin papaprkan tentang karakteririk 2022 pada jenjang satuan pendidikan seperti
PAUD, SD dan SMP (sederjat), SMA, SMK dan SLB (sederajat).
a. Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1. Aktivitas bermain sebagai proses pembelajaran utama.

2. Memperkuat pra-literasi dan pembentukan karakter melalui kegiatan belajar-bermain


berbasis buku bacaan anak.

3. Tingkat dasar untuk meningkatkan kesiapan sekolah.

4. Untuk memperkuat profil siswa Pancasila, pengajaran berbasis proyek diberikan melalui
festival dan festival lokal.

b. Jenjang Sekolah Dasar (SD)

Memperkuat keterampilan dasar dan pemahaman umum

1. Untuk memahami lingkungan sekitar, mata kuliah IPA dan IPS digabungkan dengan mata
kuliah IPA dan IPS.
2.  Integrasi pemikiran komputasional dalam bahasa Indonesia, matematika dan sains.

3. Bahasa Inggris sebagai Pilihan: Pengajaran berbasis proyek diberikan setidaknya 2 kali per
tahun ajaran untuk meningkatkan Profil Pelajar Pansila.

c. Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)

1. Menyesuaikan kemajuan teknologi digital, informatika akan menjadi topik wajib.

2. Panduan untuk Guru Informatika telah dikembangkan untuk membantu guru pemula
sehingga pengajaran tingkat mata pelajaran siswa Pancasila akan diadakan setidaknya 3 kali
dalam satu tahun ajaran untuk memastikan bahwa guru tidak memiliki latar belakang
pendidikan informasi.

d. Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)

1. Lebih fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, karena pilihannya adalah


materi pelajaran (bukan program khusus/jurusan).

2. Di kelas 10, siswa mempersiapkan diri untuk kelas 11. Mata pelajaran yang dipelajari hampir
sama dengan pelajaran di sekolah menengah pertama..

3. Siswa kelas 11 dan 12 akan mengambil mata pelajaran dari kelompok wajib belajar, dan
memilih mata pelajaran dari kelompok matematika, IPS, bahasa, dan kejuruan sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan, dan cita-citanya.

4. Untuk memperkuat profil Pancillias, pembelajaran berbasis proyek dilakukan minimal 3 kali
setahun dan siswa menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.

e. Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

1. Dunia kerja dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan pembelajaran.


2. Strukturnya sederhana dalam dua kelompok: umum dan profesional. Persentase kelompok
profesional telah meningkat dari 60% menjadi 70%.

3. Menerapkan pembelajaran berbasis proyek dengan menggabungkan isu-isu yang relevan.

4. PKL merupakan mata kuliah wajib minimal 6 bulan (1 semester).

5. Siswa dapat memilih mata pelajaran di luar program pengetahuan mereka.

6. Menyisihkan waktu untuk project penguatan profil dan budaya kerja mahasiswa Pancasila
Meningkatkan soft skill

e. Jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB)

1. Hasil pendidikan khusus adalah untuk mereka yang memiliki penyakit mental.

2. Penerapan prinsip Peningkatan Kurikulum pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah luar
biasa memiliki hasil belajar yang sama dengan sekolah reguler.

3. Sama halnya dengan siswa di sekolah formal, siswa di sekolah luar biasa menerapkan
pembelajaran berbasis proyek untuk memperkuat siswa Pancilla dengan menerapkan tema
yang sama dengan sekolah reguler berdasarkan karakteristik dan kebutuhan siswa di sekolah
luar biasa.

Berdasarkan fitur Kurikulum Prototipe 2022, terlihat bahwa kurikulum prototipe sama dengan
kurikulum yang saat ini diterapkan di program sekolah mengemudi atau di kurikulum PSP.

Prototipe Kurikulum 2022 atau Kurikulum Program Sekolah Penggerak, Memiliki 3 fitur utama.
Pertama, perkembangan perilaku. Dalam kerangka kurikulum prototipe atau kurikulum PSP, 20-30%
jam sekolah digunakan untuk pembelajaran berbasis proyek di Profil Siswa Pancasila. 

Baca Juga

 Planning Matrix dalam Pendidikan Khusus: Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prosedur
Pengembangan

 3 Alasan Penting Memilih Kuliah Pendidikan Khusus

 Asesmen Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka 2022

Pembelajaran berbasis proyek sangat penting untuk pengembangan perilaku karena;

 Memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman (learning by experience).

 Mengintegrasikan keterampilan yang diperlukan yang dipelajari oleh siswa dari berbagai
disiplin ilmu.

 Struktur pembelajaran yang fleksibel. 

Kemendikbudristek menghadirkan 7 tema utama Proyek Mahasiswa Pancasila, yang seharusnya


mengembangkan topik dan tujuan yang lebih spesifik ke dalam modul, yaitu:

1. Membangun jiwa dan raga; 

2. Rekayasa dan teknologi untuk membangun negara kesatuan Republik Indonesia; 


3. Bhinnaka Tungal Ika;

4. Gaya hidup yang berkelanjutan; 

5. Seni lingkungan; 

6. Kewirausahaan; dan

7. Suara Demokrasi

6. Manfaat Kurikulum Prototipe

Ada beberapa manfaat kurikulum prototipe yaitu sebagai berikut:

1. Guru tidak mengejar tujuan pembelajaran yang padat (tidak mengejar target), 

2. Guru menitikberatkan pada kebutuhan dan materi yang dibutuhkan untuk memperkuat
perilaku siswa, dan metode pembelajaran lebih baik. 

3. Diberi kesempatan untuk menggali potensi siswa melalui berbagai kesempatan belajar,
lingkungan belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa serta guru.

4. Mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, dan memberikan ruang


tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.

Efisiensi merupakan salah satu jenis model kurikulum prototipe. Ini model bagi guru dan siswa yang
tidak merasa terbebani. Menyelesaikan kurikulum darurat jauh lebih tertata dan mudah dengan
kurikulum prototipe ini.

6. Enam Hal Baru dalam Kurikulum Prototipe

Ada 6 hal baru yang perlu sobat ketahui dalam kurikulum prototipe, yaitu

Pertama. Kerangka Kurikulum, Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan acuan untuk
mengembangkan standar isi, standar proses dan standar evaluasi atau struktur kurikulum, nilai (CP),
prinsip pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

Secara umum, struktur kurikulum prototipe yang baru mencakup interaksi tatap muka dengan guru
dan kegiatan proyek.

Selain itu, setiap sekolah diberikan kesempatan untuk mengembangkan program kerja tambahan
yang akan meningkatkan kinerja siswa dan program tersebut dapat menyesuaikan dengan visi, misi
dan sumber daya di sekolah.

Kedua. Hal yang menakjubkan dari kurikulum paradigma baru adalah bahwa pada tahun 2013 kita
menyadari kata KTSP KI dan KD: kualifikasi yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran,
dan kemudian dalam paradigma baru kata baru, rangkaian hasil belajar, keterampilan dan sikap Ini
adalah proses berkelanjutan yang dibangun di atas kompetensi.

Oleh karena itu, setiap pelajaran yang dievaluasi oleh guru harus menunjukkan nilai rata-rata
tertentu.

Ketiga. Pelaksanaan proses pembelajaran yang selama ini hanya dilakukan di tingkat sekolah dasar,
dibiarkan berlangsung di tingkat lain dalam kurikulum baru.

Oleh karena itu, pada jenjang SD, kelas IV, V, dan VI sebaiknya tidak menggunakan pendekatan
pembelajaran tematik, atau dengan kata lain sekolah dapat menyelenggarakan pembelajaran
berbasis mata pelajaran.

Keempat. Dari segi jumlah jam, kurikulum pawai baru tidak merinci jumlah jam per minggu seperti
yang diterapkan dalam KTSP 2013, tetapi jumlah jam per tahun diatur dalam kurikulum pawai baru.

Oleh karena itu, setiap sekolah harus nyaman dalam mengelola pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Suatu mata pelajaran tidak boleh diajarkan pada semester biasa tetapi dapat diajarkan pada
semester tersebut atau sebaliknya, misalnya kelas IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester
tersendiri. Hal ini tidak menjadi masalah kecuali jika diselesaikan selama tahun ajaran dan dapat
disetujui.

Kelima. Sekolah diberi kebebasan untuk menerapkan model pembelajaran kolaboratif antar topik
dan membawanya lintas topik, seperti penilaian berbasis proyek atau proyek secara ringkas.

Di bawah kurikulum prototipe yang baru, siswa sekolah dasar akan dapat melakukan setidaknya dua
penilaian proyek dalam satu tahun ajaran. Sementara itu, siswa SMP, SMA/SMK dapat melakukan
minimal tiga penilaian proyek dalam satu tahun ajaran. Hal ini untuk memperkuat profil pelajar
pancasila.

Keenam. Untuk mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada KTSP 2013, maka dalam
Kurikulum Surga yang baru, mata kuliah ini akan kembali dengan nama baru yaitu Informatika, dan
akan dimulai pada tingkat SMP.

Bagi sekolah yang tidak memiliki guru informatika, tidak perlu khawatir untuk menerapkan mata
kuliah ini karena mata kuliah ini tidak boleh diajarkan oleh guru dengan latar belakang informasi
tetapi secara umum dapat diajarkan oleh guru.

Hal ini karena pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah
mengembangkan buku teks informasi yang akan memudahkan guru dan siswa untuk menggunakan
dan memahaminya.

7. Kriteria Sekolah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Prototipe 


Kriterianya satu: berminat menerapkan kurikulum prototipe untuk memperbaiki pembelajaran. 

Kemendikbudristek akan menyiapkan materi yang menjelaskan konsep kurikulum prototipe. Kepala
sekolah/madrasah yang ingin menerapkan akan diminta untuk mempelajari materi tersebut. Jika
setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk mencoba, mereka akan diminta
mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat. 

Jadi prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan. Bukan seleksi. 

Kami percaya bahwa keberhasilan penerapan kurikulum tergantung pada kesediaan kepala
sekolah/madrasah dan guru untuk memahami dan mengadaptasi kurikulum di konteks masing-
masing. Dengan demikian, kurikulum prototipe dapat diterapkan di semua sekolah/madrasah. Bukan
hanya di sekolah/madrasah yang punya fasilitas bagus atau yang berada di kota saja. 

Tapi bukankah tingkat kesiapan sekolah/madrasah berbeda-beda? Betul. Tidak bisa dipungkiri
bahwa ada kesenjangan dalam mutu sekolah/madrasah kita. Karena itu kami menyiapkan skema
tingkat penerapan kurikulum, berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah ketika mendaftar. 

Dalam skema tersebut, sekolah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum
akan disarankan untuk mengadopsi kurikulum prototipe secara penuh. Sekolah seperti ini
sebenarnya sudah menerapkan substansi dari pembelajaran yang ingin didorong melalui kurikulum
prototipe. Sekarang mereka diberi penguatan dan rekognisi formal. 

Sekolah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba menerapkan secara parsial. Di tahun
pertama, mereka masih menggunakan Kurikulum 2013, namun sambil mempelajari dan menerapkan
beberapa komponen dari kurikulum prototipe. Misalnya, menggunakan buku teks baru untuk mapel
tertentu, menggunakan asesmen diagnostik untuk literasi dan numerasi, atau pembelajaran berbasis
projek untuk tema-tema tertentu. 

Sekali lagi, tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran ini. Jika ada berita di media yang menyatakan
Kemendikbudristek melakukan seleksi, itu keliru ya. Yang kami lakukan adalah melakukan pemetaan
tingkat kesiapan dan menyiapkan bantuan yang sesuai kebutuhan. 

8. Mengapa Kurikulum Prototipe Dijadikan Opsi? 

Ada dua tujuan mengapa kurikulum prototipe dijadikan opsi, yaitu:


Pertama, menegaskan bahwa sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab mengembangkan
kurikulum sesuai kebutuhan dan konteksnya. Kedua, agar proses perubahan kurikulum nasional
terjadi secara lancar dan bertahap. 

Kita bahas yang pertama. Terkait kurikulum, sebenarnya tugas pemerintah adalah menetapkan
kerangkanya. Bukan menetapkan kurikulum yang sudah operasional, yang siap digunakan begitu saja
oleh sekolah. 

Menyusun kurikulum yang operasional adalah tugas sekolah. Jadi kurikulum antar sekolah bisa dan
seharusnya berbeda, sesuai dengan karakteristik murid dan kondisi sekolah. Tentu asalkan mengacu
pada kerangka yang sama. 

Penyusunan kurikulum operasional ini merupakan bagian dari otonomi profesi guru. Sebagai pekerja
profesional, guru memiliki kewenangan untuk bekerja secara otonom, berlandaskan ilmu
pendidikan. 

Sayangnya, ekosistem pendidikan kita sudah lama dianggap sebagai pelaksana kebijakan pusat.
Dalam hal pembelajaran pun demikian. Mindset-nya kepatuhan pada aturan, bukan rasa berdaya
sebagai pekerja profesional. Akibatnya regulasi kurikulum dari pusat kerap dianggap sebagai resep
atau instruksi. Sampai format dokumen pun banyak yang merasa perlu diseragamkan dari pusat.

Ini sebagian merupakan soal kapasitas guru. Tapi ini sebagian juga karena regulasi yang memang
kadang terlalu kaku, rinci, dan menyeragamkan. 

Ini yang sedang dicoba ubah, salah satunya melalui kebijakan opsi kurikulum. Intinya bahwa sekolah
bertanggungjawab untuk merefleksikan kerangka kurikulum mana yang cocok untuk mereka. Dan
bahwa sekolah boleh dan seharusnya menyusun sendiri kurikulum operasional yang kontekstual,
sesuai dengan kebutuhan murid dan kondisi sekolah

Selain menegaskan peran sekolah dalam penyusunan kurikulum, pemberian opsi adalah bagian dari
manajemen perubahan. Perubahan kerangka kurikulum nasional tentu menuntut adaptasi yang
besar. Ini perlu dikelola agar menghasilkan dampak yang diinginkan, yaitu perbaikan kualitas
pembelajaran.

Tahapan perubahannya sebagai berikut:

 2019-2020: Evaluasi Kurikulum 2013.


 2020-2021: Penyusunan kurikulum prototipe.

 2021-2022: Uji coba terbatas dan perbaikan kurikulum prototipe melalui Program Sekolah
Penggerak (SP) dan Program SMK PK.

 2022-2024: Perbaikan lebih lanjut melalui penerapan di SP, SMK PK, dan sekolah/madrasah
lain yang berminat. 

Dengan demikian, perubahan kurikulum nasional baru akan terjadi pada 2024. Ketika itu, kurikulum
prototipe sudah melalui perbaikan selama 3 tahun di beragam sekolah/madrasah. 

Selain itu, pada tahun 2024 akan ada cukup banyak sekolah/madrasah yang sudah mempelajari
kurikulum prototipe dan bisa menjadi mitra belajar bagi sekolah/madrasah lain. Pendekatan
bertahap memberi waktu bagi guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan untuk belajar. 

Proses belajar para aktor kunci ini penting karena menjadi fondasi transformasi pendidikan. Ingat,
tujuan perubahan kurikulum adalah untuk mengatasi krisis belajar. Kita ingin menjadikan sekolah
sebagai tempat belajar yang aman, inklusif, dan menyenangkan. Ini tak bisa dicapai dengan
perubahan kurikulum saja. Cita-cita ini mensyaratkan perubahan yang sistemik.

Karena itulah kami juga mereformasi sistem evaluasi pendidikan (Asesmen Nasional menjadi elemen
kunci di sini). Juga menata sistem rekrutmen dan pelatihan guru; menyelaraskan pendidikan vokasi
dengan dunia kerja; mendampingi dinas-dinas pendidikan; dan melakukan penguatan anggaran dan
kelembagaan.

Sekali lagi, perubahan sistemik ini takkan terjadi dalam sekejap. Harapannya, tahapan perubahan
kurikulum akan memberi waktu yang memadai untuk menyiapkan fondasinya.

9. Apakah Pergantian Kepada Kurikulum Prototipe Tidak Terlalu Cepat? 

Banyak yang bertanya-tanya apakah pergantian ini tidak terlalu cepat?  Kesannya seperti ganti
menteri ganti Kurikulum.

Kepala BSKAP menjelaskan bahwa bicara soal pergantian kurikulum, kita perlu bedakan antara
kerangka kurikulum nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang digunakan guru untuk
merancang pembelajaran. Kerangka kurikulum nasional ditetapkan pemerintah sebagai acuan para
guru menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Untuk kurikulum nasional, saya setuju bahwa seharusnya tidak berubah terlalu cepat. Dan
sebenarnya laju perubahan kurikulum nasional sudah melambat. Mari kita cek perubahan kurikulum
nasional yang terjadi setelah ada UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003: KBK tahun 2004, KTSP
tahun 2006, dan K-13 tahun 2013. 

Kurikulum prototipe akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024. Dengan kata lain,
pergantian berikutnya baru akan terjadi setelah kurikulum yang sebelumnya (K-13) diterapkan 11
tahun dan melewati setidaknya empat menteri pendidikan (M. Nuh, Anies Baswedan, Muhadjir
Effendy, dan Nadiem Makarim). Ini waktu yang cukup untuk menetapkan pergantian kurikulum. 

Dan “ganti menteri ganti kurikulum” itu miskonsepsi, keliru secara faktual.

Sekarang kita bicara kurikulum sekolah. Berbeda dengan kerangka nasional, kurikulum sekolah justru
harus lebih sering diubah, diperbaiki secara rutin berdasarkan evaluasi penerapan pada tahun atau
bahkan semester sebelumnya. Kurikulum sekolah juga perlu di-update karena adanya perubahan
karakteristik murid serta perkembangan isu kontemporer. 

Karena itu, kerangka kurikulum nasional juga harus memberi ruang inovasi. Kerangka kurikulum
nasional harus betul-betul dirancang sebagai kerangka, sebagai skeleton, yang bisa dan harus
dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing sekolah. 

Jika kerangka nasionalnya dirancang secara preskriptif, misalnya dengan memasukkan terlalu banyak
materi wajib dan mengunci jam pelajaran per minggu, maka sekolah akan sulit berinovasi dalam
menyusun kurikulum yang sesuai kebutuhannya. 

Intinya, kita perlu sebuah kerangka kurikulum nasional yang relatif ajeg, tidak cepat berubah, tapi
memungkinkan adaptasi dan perubahan yang cepat di tingkat sekolah. Inilah yang kami lakukan
dengan merancang kurikulum prototipe.

Demikianlah penjelaskan tentang pengertian kurikulum prototipe, manfaat dan karakteristiknya.


Semoga bermanfaat bagi sobat guru se-Nusantara. 

Anda mungkin juga menyukai