Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Nilam Sari Pailokol

NPM : 202013500107

KELAS : S3B

MATA KULIAH : Belajar dan Pembelajaran

TEMA ESSAY : Indonesia telah mengalami beberapa perubahan kurikulum dari tahun
1947 sampai dengan kurikulum 2013. Di tahun 2022 mendatang pun
kemendikbudristek akan menawarkan kurikulum prototipe sebagai
kurikulum pilihan di masa penyesuaian setelah darurat covid-19.
Bagaimanakah menurutmu perubahan-perubahan kurikulum tersebut
dan bagaimana sebaiknya sikap guru dalam menghadapi perubahan
kurikulum itu?

PREFIKS MENJEMPUT KURIKULUM BARU TAHUN 2022

Kurikulum mempunyai kedudukan sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan


pendidikan yaitu sebagai arahan ataupun pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Perubahan
kurikulum di Indonesia dilakukan hampir setiap lima tahun sekali. Tetapi terkadang bisa lebih
cepat atau bahkan lebih lama. Kurikulum di Indonesia telah mengalami pergantian kurang
lebih sepuluh kali dari setelah kemerdekaan.

Pemerintah kini akan menerapkan kurikulum baru yakni kurikulum prototipe bersamaan
dengan kurikulum darurat yang akan dimulai pada tahun ajaran baru 2022. Kurikulum baru
ini memungkinkan siswa dalam merdeka belajar, karena pilihan jurusan akan dihapus di
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan siswapun bebas memilih mata pelajaran yang diminati.
Kurikulum baru ini merupakan kurikulum pilihan atau opsional dengan beberapa perubahan di
dalamnya yang memungkinkan untuk para siswa dan guru lebih merdeka dalam belajar.

Kurikulum prototipe adalah lanjutan dari kurikulum yang diadakan pada masa khusus pandemi
Covid-19 atau disebut dengan kurikulum darurat yang sudah diluncurkan pada Agustus 2020
kemarin. Kurikulum prototipe konsepnya akan dibatasi dan diadakan secara bertahap melalui
program Sekolah Penggerak. Menurut Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran Kementerian Pendidikan, Zulfikri Anas, menjelaskan bahwa kurikulum
prototipe ini memiliki beberapa keunggulan yakni pengembangan kemampuan non
teknis, berfokus pada materi esensial dan guru akan lebih fleksibel. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut terkait ketiga keunggulan tersebut:
1. Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills)

Keterampilan non-teknis ialah perkembangan kemampuan dengan EQ yang berhubungan erat


dengan keterampilan bersosialisasi. Jadi pada kurikulum prototipe bukan hanya tentang
keahlian yang berkaitan dengan bidang yang ditekuni siswa saja yang diajarkan, akan tetapi
siswa juga bisa mengambil lintas minat. Pada kurikulum ini siswa SD diharapkan mampu
mengikuti dua kali penilaian tugas dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan untuk siswa SMP,
SMA/SMK setidaknya mampu mengerjakan tiga kali penilaian tugas.

2. Berfokus pada materi essensial

Dengan pembelajaran yang difokuskan pada materi-materi esensial maka akan ada waktu yang
cukup banyak untuk pembelajaran kompetensi dasar yang mendalam, seperti literasi dan
numerasi. sehingga dalam kemampuan dasar tersebut para siswa tidak mengalami
ketertinggalan. Selain itu, untuk jurusan IPS, IPA, dan bahasa di jenjang pendidikan SMA
sudah tidak ada lagi. Dengan demikian, Siswapun bebas untuk memilih mata pelajaran sesuai
dengan minatnya. Hal ini disebabkan karena pada kurikulum prototipe lebih mengedepankan
pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa. Jika pada kurikulum 2013 dikenal
istilah KI dan KD, maka pada kurikulum prototipe terdapat istilah Capaian Pembelajaran (CP)
yang merupakan satu kesatuan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang berkelanjutan,
sehingga dapat membangun kompetensi yang utuh.

3. Memberikan fleksibilitas bagi guru

Dalam kurikulum ini guru dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
siswa dan melaksanakan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Selain itu juga
perencanaan kurikulum bagi sekolah pun dapat diatur dengan metode yang lebih fleksibel.
Tujuan pembelajaran pada kurikulum ini diatur per fase yakni dua hingga tiga tahun untuk
meneruskan fleksibilitas bagi guru dan sekolah.

Penerapan opsi kurikulum prototipe adalah dengan secara sukarela bagi satuan pendidikan dan
untuk sekolah yang mengikutinya dituntut untuk dapat memahami secara mendalam konsep
kurikulum ini terlebih dahulu. Kurikulum prototipe dapat membantu dalam mengatasi
minimnya kemampuan belajar (learning loss) pada siswa yang saat ini melakulan pembelajaran
jarak jauh (PJJ). Sehingga kurikulum ini dapat dikatakan jauh lebih sederhana dibandingkan
dengan kurikulum yang sebelumnya. Jika menggunakan kurikulum yang padat materi
sementara PTM yang dilaksanakan terhalang keterbatasan, maka otomatis tidak akan mampu
mencapai kualitas belajar sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Sehingga untuk itulah
kurikulumnya perlu disederhanakan.

Selain tiga keunggulan utama, adapun beberapa keunggulan lainnya dari kurikulum prototipe,
yaitu:

a. Guru tidak akan dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat


b. Metode pembelajaran yang ada lebih bervariasi
c. Guru akan lebih fokus kepada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan
penguatan dalam pembentukan karakter siswa
d. Situasi belajar menjadi lebih menyenangkan bagi guru dan siswa
e. Guru berkesempatan untuk mengeksplor potensi siswa melalui berbagai inovasi
pembelajaran.

Dalam penerapannya telah terjadi mitigasi 73 % dari learning loss dan kemudian dilanjutkan
dengan kurikulum prototipe pemulihan pembelajaran yang mendasari pertumbuhan kurikulum
prototipe. Semenjak tahun 2022 sampai tahun 2024 sekolah dapat menerapkan kurikulum
prototipe yang kemudian akan kembali dievaluasi. Dalam waktu dekat Kemendikbudristek
akan menawarkan opsi kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran tersebut. Beberapa
pilihan dari kurikulum ini yang diajukan yaitu kurikulum prototipe yang membangun
pembelajaran dan membentuk kemampuan siswa serta memberi ruang yang lebih luas lagi
terutama dalam pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

Kurikulum prototipe berbasis proyek atau tugas-tugas yang menunjuk kepada nilai-nilai
Pancasila. Yaitu ketika siswa belajar tentang bagaimana meningkatkan kepedulian terhadap
lingkungan dengan cara mengelompokkan sampah, maka seiring dengan itu mereka juga
belajar tentang kerja sama. Sangat mungkin dalam satu proyek akan saling terkait dengan
beberapa materi pembelajaran maupun lintas mata pelajaran. Proyeknya tidak akan menambah
waktu belajar, tetapi mengambil 20-30 persen dari jam pelajaran. Orientasinya yaitu dapat
memberi ruang kepada siswa untuk lebih menjadi kreatif dan mengembangkan potensi belajar
mereka agar siswa menemukan makna dari belajar dan kemudian mampu memecahkan
masalahnya sendiri secara mandiri maupun berkelompok sehingga sisi akademik dan
nonakademiknya dapat terbangun secara utuh. Untuk mengoptimalisasikan penerapan
kurikulum prototipe, maka siswa akan dibantu guru Bimbingan Konseling (BK) dalam
menentukan pilihan mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya.

Sehingga dengan demikian, yang harus disadari bersama bahwa terjadinya perubahan pada
kurikulum bukan hanya sekedar perubahan dalam hal nama kurikulumnya saja. Akan tetapi
akan diikuti oleh serangkaian perubahan seperti perubahan dalam metode mengajar, media
pembelajaran, pola interaksi ketika berada di dalam kelas, bahan ajar dan lain sebagainya.
Pihak pertama yang sangat berdampak terkait adanya perubahan ini adalah lembaga pendidikan
atau lebih tepatnya para guru. Mengapa demikian? karena para guru yang berperan sebagai
barisan terdepan yang akan mengaplikasikan kurikulum tersebut dalam proses pembelajaran.
Guru adalah orang yang akan mengimplementasikan kurikulum dalam satuan lingkup
pendidikan. Setiap pergantian kurikulum, maka guru yang diharuskan untuk siap dan pihak-
pihak terkait lainnya yeng terlibat dalam lembaga pendidikan. Kesiapan guru sangat penting
dalam pelaksanaan kurikulum. Kesiapan guru inilah yang nantinya akan berdampak pada
kegiatan guru dalam memacu serta mampu lebih baik dalam menjalankan observasi, bertanya,
berpikir, dan mengaplikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi
pembelajaran. Dalam hal ini, guru diharuskan agar dapat mendalami setiap perubahan-
perubahan kurikulum dan mampu untuk menyesuaikan diri di dalamnya. Hakikat kurikulum
terletak pada guru, jika guru tidak mendalami kurikulum yang berlaku, maka tujuan pendidikan
yang diinginkan pun tidak akan terlaksana. Sebaik apapun kurikulum tersebut, tidak akan
menciptakan hasil jika guru tidak mampu menjalankannya.

Anda mungkin juga menyukai