Pendapat tentang Kurikulum 2013 (K-13) dapat bervariasi tergantung pada perspektif dan
pengalaman masing-masing individu. Beberapa orang mungkin menyebut K-13 sebagai
"kaku, padat, dan membosankan" dengan alasan-alasan tertentu:
1. Beban Materi yang Lebih Berat: Beberapa kritikus menganggap bahwa K-13
memuat terlalu banyak materi dalam waktu pembelajaran yang terbatas. Hal ini dapat
membuat proses pembelajaran terasa padat dan sulit bagi siswa.
2. Pembelajaran yang Terlalu Teoritis: Beberapa orang berpendapat bahwa K-13
terlalu fokus pada aspek teoritis dan kurang memberikan ruang untuk pengalaman
praktis atau keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang lebih kontekstual.
3. Penilaian yang Terlalu Ketat: Penilaian dalam K-13, khususnya ujian nasional,
dianggap oleh sebagian orang sebagai penentu utama keberhasilan siswa. Hal ini
dapat menciptakan tekanan yang tinggi pada siswa dan guru.
4. Kurangnya Kreativitas dan Fleksibilitas: Beberapa pendapat menyebutkan bahwa
K-13 kurang memberikan ruang untuk kreativitas dan fleksibilitas dalam metode
pengajaran. Guru dan siswa mungkin merasa terikat pada kurikulum yang sangat
terstruktur.
5. Kurangnya Keterlibatan Stakeholder: Beberapa kritikus menyatakan bahwa proses
pengembangan K-13 kurang melibatkan secara memadai stakeholder utama, termasuk
guru, orang tua, dan siswa, sehingga implementasinya tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi lokal.
Penting untuk dicatat bahwa pandangan ini mungkin tidak mencerminkan persepsi semua
orang. Beberapa pihak mungkin melihat K-13 sebagai langkah positif dalam meningkatkan
mutu pendidikan dengan menekankan pada pengembangan kompetensi holistik siswa.
Evaluasi terhadap kurikulum seringkali bersifat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk implementasi di tingkat sekolah dan daerah.
Kurikulum darurat adalah salah satu pilihan yang dapat diambil oleh satuan pendidikan yang
melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK
dengan menyederhanakan kompetensi dasar pada kurikulum 2013. Penyederhanaan ini
dilakukan dengan mengurangi kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Dengan
demikian siswa hanya akan fokus pada kompetensi esensial yang merupakan prasyarat untuk
melanjutkan pembelajaran ke tingkat berikutnya.
Dampak yang diharapkan dari penerapan kurikulum darurat ada tiga, yaitu:
Karakteristik utama dari kurikulum darurat antara lain: kesederhanaan, kejelasan, prioritas,
dan aktivitas. Kurikulum pembelajaran yang sederhana hanya memuat materi yang esensial
dan kompleksitas masuk dalam urutan selanjutnya. Kejelasan maksudnya adalah hasil dari
kurikulum mengandung kejelasan suatu harapan bagi guru dan juga siswa. Prioritas adalah
kurikulum ini menuntut skala prioritas dalam perumusan sehingga menghasilkan
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa yang menyenangkan. Selanjutnya,
karakteristik yang berorientasi pada aktivitas siswa ini tetap membutuhkan kegiatan literasi.
Aspek membaca, berhitung, serta berpikir kritis harus dihubungkan dengan kemampuan
siswa dalam berbicara dan menulis. Hal Ini tidak dapat dipisahkan karena merupakan sebuah
konsep utuh dari literasi yang merupakan bagian dari kecakapan abad ke-21.
KURIKULUM PROTOTYPE
kurikulum prototipe atau kurikulum 2022 adalah salah satu kurikulum yang dapat
diaplikasikan oleh satuan pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran selama 2022-
2024. Kebijakan kurikulum nasional kemudian akan dikaji ulang pada tahun 2024
berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
1. Pembelajaran berbasis proyek (Project based learning) untuk pengembangan soft skills dan
karakter yang meliputi: iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebhinekaan global;
kemandirian; nalar kritis; dan kreativitas.
2. Fokus pada materi-materi esensial yang diharapkan dapat memberikan waktu cukup untuk
pembelajaran secara mendalam pada kompetensi dasar seperti Literasi dan numerasi.
Ada tujuh hal yang haru Guru Pintar ketahui tentang kurikulum prototipe.
1. Struktur Kurikulum
Profil Pelajar Pancasila (PPP) menjadi acuan dalam pengembangan Standar Isi, Standar
Proses, dan Standar Penilaian, atau Struktur Kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP), Prinsip
Pembelajaran, dan Asesmen Pembelajaran. Secara umum, Struktur Kurikulum baru ini terdiri
dari kegiatan intrakurikuler berupa pembelajaran tatap muka bersama guru dan kegiatan
proyek. Setiap sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan program kerja
tambahan yang dapat mengembangkan kompetensi siswanya dan program yang disesuaikan
dengan visi misi dan sumber daya yang tersedia di sekolahnya masing-masing.
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan tematik yang selama ini hanya
dilakukan pada jenjang SD saja, pada kurikulum prototipe dapat juga untuk diterapkan pada
jenjang pendidikan lainnya. Pada jenjang SD kelas IV, V, dan VI juga tidak harus
menggunakan pendekatan tematik dalam pembelajaran. Sekolah boleh menyelenggarakan
pembelajaran pada level ini dengan berbasis pada mata pelajaran.
Jika dilihat dari jumlah jam pelajaran, Kurikulum merdeka belajar/kurikulum prototipe tidak
menetapkan jumlah jam pelajaran perminggu seperti yang selama ini berlaku pada kurikulum
2013. Pada kurikulum prototipe, jumlah jam pelajaran ditetapkan pertahun. Hal ini membuat
setiap sekolah memiliki kemudahan untuk mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajarannya
masing-masing. Suatu mata pelajaran bisa saja tidak diajarkan pada semester ganjil namun
diajarkan pada semester genap atau dapat juga sebaliknya. Sebagai contoh mata pelajaran
IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester ganjil saja. Hal ini diperbolehkan sepanjang
jam pelajaran pertahunnya terpenuhi.
Pada Kurikulum 2013, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dihilangkan dari struktur kurikulum. Pada Kurikulum prototipe, mata pelajaran TIK diadakan
kembali dengan nama pelajaran Informatika dan diajarkan mulai dari jenjang SMP. Sekolah
yang belum memiliki sumber daya/guru Informatika dapat menugaskan guru berlatar
belakang non TIK untuk mengajar selama memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk
mengajar pelajaran informatika. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah mempersiapkan buku
pembelajaran Informatika yang sangat mudah digunakan dan dipahami oleh guru dan juga
siswa.
7. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS)
Selama ini mata pelajaran IPA dan IPS pada jenjang Sekolah Dasar Kelas IV, V, dan VI
berdiri sendiri. Dalam Kurikulum baru nanti, kedua mata pelajaran tersebut akan diajarkan
secara bersamaan dengan nama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS).
Tujuannya adalah supaya siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran IPA dan IPS yang
terpisah pada jenjang SMP. Pada jenjang SMA, peminatan atau penjurusan IPA, IPS, dan
Bahasa akan kembali dilakukan pada kelas XI dan XII.
Kira-kira kurikulum pembelajaran manakah yang ajan Guru Pintar dan sekolah pilih tahun
ajaran baru 2022 nanti?