LOKAKARYA ZENRU
9 – 11 Maret 2022
OLEH
KABUPATEN PINRANG
A. LATAR BELAKANG
Di era modern saat ini, teknologi merupakan salah satu hal yang harus selalu ada dalam
kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut untuk mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini. Serangan pandemi secara
global yang membatasi pergerakan manusia, hanya bisa digerakkan oleh teknologi.secara
sadar kita diharuskan untuk menghadapi tantangan yang semakin dinamis. Sudah bukan
rahasia lagi jika sebgai seorang pendidik kita wajib menguasai kompetensi pedagogic,
kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional. Semua komptensi
ini jika berhasil dipenuhi maka akan melahirkan tenaga pendidik yang professional
Jika kita perhatikan,Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, ada Banyak siswa Indonesia
yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Banyak siswa Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan
konsep matematika dasar. Terdapat kesenjangan pendidikan yang curam di antarwilayah dan
kelompok sosial di Indonesia.Hal ini diperparah dengan merebaknya pandemi Covid-19. Kita
perlu perubahan yang sistemik, salah satunya kurikulum. Hasil Evaluasi Kurikulum,
Kompetensi Kurikulum 2013 terlalu luas, sulit dipahami, dan diimplementasikan oleh guru.
Kurikulum 2013 belum disesuaikan oleh satuan pendidikan dengan situasi dan kebutuhan
satuan pendidikan, daerah, dan peserta didik.Mapel informatika bersifat pilihan, padahal
kompetensi teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu dimiliki oleh
peserta didik pada abad 21. Pengaturan jam belajar menggunakan satuan minggu (per
minggu) tidak memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengatur
pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender Pendidikan. Akibatnya, kegiatan
pembelajaran menjadi padat. Pendekatan tematik (jenjang PAUD dan SD) dan mata pelajaran
(jenjang SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya pendekatan dalam
kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lain. Struktur kurikulum pada jenjang SMA
yang memuat mata pelajaran pilihan (peminatan) kurang memberikan keleluasaan bagi siswa
untuk memilih selain peminatan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga dipersepsi
hierarkis.
B. TUJUAN
Peserta Lokakarya kupas tuntas kurikulum merdeka diharapkan mampu memahami tentang
hal-hal penting terkait kurikulum merdeka sehingga mampu mengimplementasikan
pelaksanaan kurikulum merdeka di sekolah masing-masing serta terampil melaksanakan
Project Based Learning
C. BENTUK KEGIATAN
Lokakarya ini dilaksanakan secara daring
D. TEMA KEGIATAN
“Kupas Tuntas Kurikulum Merdeka”
E. PESERTA KEGIATAN
Peserta kegiatan guru yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia
F. NARASUMBER
1. Kristin Sari
2. Amanda Pandjaitan
3. Angelia Iyenk
4. Leody Sarmanella
G. JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan secara daring pada hari rabu 9 Maret – Jumat 11 Maret 2022
H. URAIAN MATERI
1. Mengapa Harus Berganti Kurikulum?
Di era modern saat ini, teknologi merupakan salah satu hal yang harus selalu ada dalam
kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangan zaman, manusia dituntut untuk mampu bersaing
dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini. Serangan pandemi secara global
yang membatasi pergerakan manusia, hanya bisa digerakkan oleh teknologi.secara sadar kita
diharuskan untuk menghadapi tantangan yang semakin dinamis. Sudah bukan rahasia lagi jika
sebgai seorang pendidik kita wajib menguasai kompetensi pedagogic, kompetensi
kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional. Semua komptensi ini jika
berhasil dipenuhi maka akan melahirkan tenaga pendidik yang professional
Jika kita perhatikan,Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, ada Banyak siswa
Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep
matematika dasar. Banyak siswa Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana
atau menerapkan konsep matematika dasar. Terdapat kesenjangan pendidikan yang curam di
antarwilayah dan kelompok sosial di Indonesia.Hal ini diperparah dengan merebaknya
pandemi Covid-19. Kita perlu perubahan yang sistemik, salah satunya kurikulum. Hasil
Evaluasi Kurikulum, Kompetensi Kurikulum 2013 terlalu luas, sulit dipahami, dan
diimplementasikan oleh guru. Kurikulum 2013 belum disesuaikan oleh satuan pendidikan
dengan situasi dan kebutuhan satuan pendidikan, daerah, dan peserta didik.Mapel informatika
bersifat pilihan, padahal kompetensi teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang
perlu dimiliki oleh peserta didik pada abad 21. Pengaturan jam belajar menggunakan satuan
minggu (per minggu) tidak memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk
mengatur pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender Pendidikan. Akibatnya,
kegiatan pembelajaran menjadi padat. Pendekatan tematik (jenjang PAUD dan SD) dan mata
pelajaran (jenjang SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya
pendekatan dalam kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lain. Struktur kurikulum
pada jenjang SMA yang memuat mata pelajaran pilihan (peminatan) kurang memberikan
keleluasaan bagi siswa untuk memilih selain peminatan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi
peminatan juga dipersepsi hierarkis.
Guru dapat menggunakan skema AKM yang terdiri dari Survei Karakter, Survei
Lingkungan Sekolah dan Asesmen Literasi dan Numerasi sebagai panduan untuk melakukan
asesmen diagnostik. Tentu, guru perlu melakukan modifikasi agar pertanyaan yang diberikan
sesuai dengan apa yang guru ingin kenali dari kelas masing-masing. Misalnya, Survei
Lingkungan Sekolah mengenai “Iklim Keamanan Sekolah” dapat diubah menjadi “Iklim
Keamanan Kelas”, atau survei mengenai “Pengembangan Guru” dapat diubah menjadi
“Kepercayaan (trust) Siswa akan Guru” Survei Karakter dapat dilakukan melalui berbagai
cara, sesuai dengan tingkat pendidikan siswa, misalnya:
Diagnostik Pengetahuan Siswa Tentunya, salah satu hal yang penting dalam persiapan menuju
Kurikulum Merdeka adalah diagnosa pengetahuan siswa. Ada dua metode yang dapat ditilik untuk
menyusun asesmen diagnostik. Pertama, guru dapat menyusun asesmen diagnostik berdasarkan
materi yang akan diajarkan selanjutnya. Pastikan bahwa pertanyaan pada asesmen diagnostik
mengacu pada gambaran besar, dan bukan hal mendetail dari materi ajar. Kedua, guru dapat
menyusun asesmen diagnostik berdasarkan keterampilan literasi dan numerasi. Soal-soal yang dipilih
akan mengajak siswa mendemonstrasikan kemampuan membaca dan memahami angka. Informasi ini
tentu akan berguna untuk guru mempersiapkan kelas dalam menyongsong pelaksanaan Kurikulum
Merdeka.
Lalu, setelah melakukan asesmen diagnostik, apa yang dapat dilakukan guru? Fungsi dari
asesmen diagnostik adalah untuk membantu guru agar dapat teach at the right level, atau mengajar
pada tingkatan yang tepat. Setelah mendapatkan hasil dari asesmen diagnostik, yang dapat dilakukan
guru, misalnya:
1. Penyesuaian materi ajar Materi ajar dapat dimodifikasi agar tingkat kesulitannya tepat bagi
siswa, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, dengan celah pengetahuan atau
knowledge gap yang cukup besar untuk siswa dapat berkembang secara produktif dan
konstruktif.
2. Penyesuaian metode belajar Jika hasil dari asesmen diagnostik menyatakan bahwa ada
beberapa tingkatan pembelajaran yang berbeda di dalam satu rombongan belajar, guru
dapat melakukan metode belajar berbasis kelompok.
Tujuan pengelompokkan siswa tentu harus dipertajam; kelompok yang berfungsi untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa sebagai individu akan berbeda dengan kelompok
yang berfungsi untuk memastikan semua siswa memahami materi ajar sesuai dengan Capaian
Pembelajaran/Kompetensi yang disampaikan oleh kurikulum. Hasil dari Survei Lingkungan juga
akan mempengaruhi metode belajar. Jika siswa memiliki dukungan yang besar di rumah dari sisi
infrastruktur dan dukungan emosional, guru dapat memberikan metode belajar yang lebih kreatif,
misalnya melalui proyek mandiri. Sebaliknya, jika tanggung jawab siswa di rumah sudah banyak,
guru idealnya menyesuaikan metode belajar agar siswa tidak hanyut dalam kesibukkan tugas rumah
dan sekolah. Limitasi gawai dan akses Internet yang dimiliki siswa juga perlu diperhatikan ketika
guru menyusun metode belajar untuk sebuah rombongan belajar.
Dengan tujuan seperti tertulis di atas, capaian belajar Kurikulum 2013 pun disesuaikan di
Kurikulum Merdeka. Capaian Pembelajaran tidak lagi ditulis dalam format butir, namun dalam
kalimat penuh menyusun sebuah paragraf pendek. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemahaman
sekaligus memberi keleluasaan pada tiap sekolah untuk menjalankan pembelajaran sesuai situasi dan
kondisi peserta didik. Keleluasaan ini juga tercermin dalam sistem tingkatan yang disebut fase, bukan
tahun. Karena dalam setiap fase bisa terdiri lebih dari satu tahun, maka murid punya waktu lebih
banyak untuk mengembangkan kompetensinya. Selain itu, fokus Kurikulum Merdeka adalah
kompetensi, bukan pemenuhan materi.
Mengapa Informatika?
Siswa tidak hanya menjadi pengguna komputer, tetapi juga sebagai problem solver yang menguasai
core concept dan core practices.
Mengapa Prakarya?
Siswa mampu merancang dan memodifikasi desain produk kerajinan berdasarkan kajian ergonomis
sesuai potensi lingkungan dan/atau kearifan lokal yang berbasis kewirausahaan.
7. Elemen-Elemen Dalam Project Based Learning
Model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) ini tidak hanya fokus pada hasil akhirnya,
namun lebih menekankan pada proses bagaimana siswa dapat memecahkan masalahnya dan
akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk. Pendekatan ini membuat siswa mendapatkan
pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam mengerjakan proyeknya. Hal
ini tentu saja lebih menantang daripada hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru atau
membaca buku kemudian mengerjakan kuis atau tes.
Elemen-elemen dalam PjBl
1. Berawal dari Sebuah Masalah atau Pertanyaan
Pembelajaran berbasis proyek selalu bersumber dari sebuah masalah atau pertanyaan.
Permasalahan yang harus dipecahkan harus memiliki tingkat kesulitan yang disesuaikan
dengan level siswa. Jangan sampai memberikan tantangan untuk siswa kelas 4 SD pada
siswa kelas 2 SD.
2. Otentik & Relevan. Proyek yang dilakukan siswa harus mencakup pertanyaan-pertanyaan
dalam dunia nyata atau yang relevan dengan pengalaman siswa. Dengan demikian siswa
dapat menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkannya saat pembelajaran dengan
manfaat atau kegunaannya di dunia nyata.
3. Kemerdekaan untuk memilih, Metode pembelajaran berbasis proyek hendaknya
memberikan kebebasan siswa untuk menentukan strategi memecahkan masalah, produk apa
yang akan dihasilkan, dan juga bagaimana cara menghasilkan produk tersebut.
4. Self- Reflection, Dalam Project Based Learning siswa diharapkan mampu merefleksikan
semua pengalaman yang di dapat selama mengerjakan proyeknya. Kemudian siswa mampu
menyimpulkan pelajaran berharga apa yang dapat diambil selama proses project based
learning.
5. FeedbackM, etode pembelajaran project based learning juga mengajarkan pada siswa untuk
dapat memberikan dan menerima masukan-masukan atas proyek yang dilakukannya.
Dengan demikian mereka tidak hanya belajar dari guru tetapi dapat saling belajar dengan
sesama teman.
6. Presentasi, Di akhir proses Pembelajaran berbasis proyek, Siswa harus mampu
mempresentasikan penemuannya atau produk yang dihasilkannya di depan teman-teman
sekelas atau bahkan di depan masyarakat umum. Selain berdiskusi tentang proyeknya,
diharapkan semua siswa mampu menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari dan
juga dipraktikkan.
5 Pondasi Langkah Project Based Learning
1. Mulai dengan sebuah pertanyaan
Pertanyaan harus mengandung permasalahan yang harus dipecahkan dan menghasilkan sebuah
penemuan atau produk. Topik atau teman harus sesuai dengan real world dan mendorong siswa
untuk melakukan investigasi yang mendalam.
2. Membuat Perencanaan (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Perencanaan meliputi
tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan
alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas
Guru dan siswa bersama-sama menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Waktu
penyelesaian proyek harus jelas, dan siswa diberi pengarahan untuk mengelola waktu yang ada.
Berikan siswa kebebasan dan kesempatan untuk mencoba menggali sesuatu yang baru. Guru
tetap harus memantau dan mengingatkan apabila siswa melenceng dari tujuan proyek.
4. Mengawasi proses pengerjaan proyek
Meskipun siswa diberikan kebebasan menentukan strategi dan cara mengerjakan proyeknya,
Guru tetap bertanggung jawab untuk memantau siswa dalam menyelesaikan proyek. Guru
bertindak sebagai mentor yang selalu mengarahkan para siswa untuk selalu fokus dan terarah
dalam mengerjakan proyeknya.
5. Memberikan penilaian dan Evaluasi
Penilaian yang Guru lakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar
pada proses dan produk yang dihasilkan. Guru juga berperan dalam mengevaluasi kemajuan
setiap siswa dan memberi feedback. Selanjutnya Guru pintar dapat menyusun strategi
pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dapat dilakukan dengan mempresentasikan
produknya di depan teman atau guru. Pada akhir proses pembelajaran project based learning,
guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan produk yang
telah dihasilkan. Proses refleksi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Siswa
hendaknya diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek.