Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kegiatan Sekolah

ROADSHOW KUPAS TUNTAS KURIKULUM MERDEKA 2022


OLEH DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
PADA SMA SE-PRABUMULIH, MUARA ENIM, DAN PALI
DI SMA NEGERI 7 PRABUMULIH

PENYELENGGARA
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
MKKS KOTA PRABUMULIH
SMA NEGERI 7 PRABUMULIH

2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas


rahmatNya laporan Roadshow Kupas Tuntas Kurikulum Merdeka 2022 oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan pada SMA se-Prabumulih, Muara Enim, Dan
Pali di SMA Negeri 7 Prabumulih ini bisa disusun.
Kurikulum Merdeka sebagai opsi pemulihan pembelajaran Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan
kebijakan dalam pengembangan Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan
pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran
selama 2022-2024.
Laporan ini dibuat sebagai bukti pertanggung jawaban dari pelaksanaan
sebuah kegiatan; sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya;
sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan tertentu.
Laporan ini tidak akan bisa disusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera
Selatan, MKKS Kota Prabumulih, dan Kepala SMA Negeri 7 Prabumulih yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan ini, serta seluruh
nara sumber yang telah memberikan materi yang sangat bermanfaat.
Masukan yang membangun sangat diharapkan penyusun. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Prabumulih, 20 Mei 2022


Penyusun,

Tim Akademik
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Krisis pembelajaran yang telah terjadi sekian lama tersebut, diperburuk dengan
Pandemi Covid-19 yang seketika membawa perubahan pada wajah pendidikan di
Indonesia. Perubahan yang paling nyata tampak pada proses pembelajaran yang awalnya
bertumpu pada metode tatap muka beralih menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Intensitas belajar mengajar juga mengalami penurunan yang signifikan, baik jumlah hari
belajar dalam seminggu maupun rata-rata jumlah jam belajar dalam sehari. Selama PJJ,
umumnya siswa belajar 2-4 hari dalam seminggu terutama siswa pada tingkat SMP,
SMA, dan SMK (Puslitjak, 2020). Di DKI Jakarta, rata-rata waktu yang digunakan untuk
pembelajaran jarak jauh hanya 3.5 jam/ hari, sementara di luar Jawa lebih pendek lagi
yaitu hanya 2,2 jam/ hari (UNICEF, 2020).
Keterbatasan akses internet, perangkat digital serta kapasitas baik guru, orang
tua,maupun siswa dipandang menjadi tantangan terbesar dalam menyelenggarakan PJJ
(Afriansyah, 2020; UNICEF, 2020). Di tengah keterbatasan yang ada, berbagai strategi
dilakukan sekolah untuk menyelenggarakan PJJ. Pratiwi dan Utama (2020)
mengidentifikasi setidaknya enam strategi yang dilakukan sekolah.
Pertama, di wilayah dengan akses internet dan perangkat digital memadai, serta
didukung oleh guru dan siswa yang melek digital pembelajaran dapat berjalan relatif baik
dengan kelas di ruang maya (interactive virtual classroom) dan mengoptimalkan aplikasi
belajar daring.
Kedua di sekolah-sekolah dengan akses internet dan perangkat digital yang
memadai namun tidak didukung dengan keterampilan digital guru/siswa, PJJ dilakukan
secara terbatas dimana penugasan dan pembimbingan oleh guru umumnya dilakukan
melalui aplikasi media sosial WhatsApp.
Ketiga, beberapa sekolah dengan akses internet terbatas melaksanakan proses
belajar dalam kelompokkelompok kecil rumah guru atau siswa. Keempat, beberapa
sekolah yang juga tanpa jaringan internet memanfaatkan radio lokal/ radio amatir untuk
menyebarkan penugasan. Kelima, terdapat sekolah yang menggunakan pesan berantai
(“mouth to mouth” massage) untuk menyampaikan tugas ke siswa.
Terakhir, beberapa sekolah bahkan terpaksa harus meliburkan siswanya. Studi-
studi lebih lanjut memberi perhatian pada dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan
radikal dalam proses pembelajaran selama pandemi.
Temuan studi-studi tersebut antara lain menunjukkan terjadinya ketertinggalan
pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa kehilangan kompetensi yang telah
dipelajari sebelumnya, tidak mampu menuntaskan pembelajaran di jenjang kelas maupun
mengalami efek majemuk karena tidak menguasai pembelajaran pada setiap jenjang.
Kondisi ini berkontribusi pada menurunnya kemampuan siswa, ketidaktercapaian
pembelajaran, ketimpangan pengetahuan yang semakin lebar, perkembangan emosi dan
kesehatan psikologis yang terganggu, kerentanan putus sekolah, serta potensi penurunan
pendapatan siswa di kemudian hari (The SMERU Research Institute-The RISE
Programme in Indonesia, 2020).
Survei Kemendikbud (2020) memperlihatkan adanya kesenjangan dalam
penggunaan platform pembelajaran antara sekolah di daerah 3T dan kawasan non-3T.
Pertama, analisis ketimpangan belajar di dalam kelas menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki akses terhadap perangkat digital, memiliki guru adaptif, pada kondisi sosial
ekonomi lebih tinggi, serta mempunyai orang tua yang aktif berkomunikasi dengan guru
cenderung memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kedua, ketimpangan hasil belajar antar siswa dalam satu kelas pun diprediksi akan
semakin lebar. Apabila tidak ada intervensi yang mendorong guru untuk menyusun
pembelajaran yang memperhatikan keragaman kemampuan belajar siswa, maka siswa
dengan kemampuan rendah akan semakin tertinggal dari siswa lainnya.
Antisipasi dampak pandemi terhadap ketertinggalan pembelajaran (learning loss)
dan kesenjangan pembelajaran (learning gap) sebenarnya telah dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud/ saat ini Kemendikbudristek).
Pada Agustus 2020, Kemendikbud menerbitkan kurikulum darurat pada satuan
pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) ini pada
pada intinya merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum darurat
dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan
siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk
kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.
Guru juga didorong untuk melakukan asesmen diagnostik secara berkala untuk
mendiagnosis kondisi kognitif (kemampuan dan capaian pembelajaran siswa) dan kondisi
non-kognitif (aspek psikologis dan kondisi emosional siswa) sebagai dampak dari PJJ.
Dengan asesmen diagnostik ini diharapkan guru dapat memberikan pembelajaran yang
tepat sesuai kondisi dan kebutuhan siswa mereka. Setelah berjalan hampir satu tahun
ajaran, Kemendikbud telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum darurat.
Hasil evaluasi tersebut secara umum menunjukkan bahwa siswa pengguna
kurikulum darurat mendapatkan hasil asesmen yang lebih baik daripada pengguna
Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosial ekonominya.
Penggunaan kurikulum darurat secara signifikan juga mampu mengurangi indikasi
learning-loss selama pandemi baik untuk capaian literasi maupun numeras.
Hasil positif di atas menunjukkan bahwa intervensi kurikulum darurat memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap upaya pemulihan pembelajaran akibat pandemi
COVID-19.
Namun disisi lain, dapat dikatakan bahwa intervensi ini merupakan kebijakan
bumper untuk menanggulangi potensi learning loss dan learning gap selama pandemi.
Dibutuhkan pengembangan kurikulum yang secara komprehensif mampu menghadapi
krisis pembelajaran yang menjadi permasalahan akut di Indonesia. Pada konteks tersebut,
kajian akademik pemulihan pembelajaran ini disusun untuk menelaah berbagai alternatif
kurikulum yang dapat digunakan oleh satuan pendidikan dengan keragaman
karakteristiknya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, mengoptimalkan hasil
belajar siswa, serta mengurangi dampak-dampak negatif pandemi COVID-19 bagi
pendidikan di Indonesia.
Prinsip perancangan (design principles) kurikulum perlu ditetapkan sebagai
pegangan dalam proses perancangan kurikulum. Prinsip ini digunakan untuk mengambil
keputusan terkait dua hal, yaitu rancangan/desain kurikulum yang akan dipilih dan proses
kerja atau metode perancangan kurikulum.
Dengan demikian, baik hasil (rancangan kurikulum) maupun prosesnya perlu
memenuhi prinsipprinsip perancangan Kurikulum Merdeka. Prinsip-prinsip ini
dikembangkan berdasarkan visi pendidikan Indonesia, teori dan hasil penelitian terkait
perancangan kurikulum, serta berbagai praktik baik yang diperoleh melalui kajian
literatur dan diskusi terpumpun bersama pakar kurikulum.
OECD (2020) melakukan kajian terhadap proses perubahan rancangan
(redesigning) kurikulum di beberapa negara dan mensintesiskan prinsip-prinsip
perancangan kurikulum yang dinilai efektif dan mendorong proses yang sistematis dan
akuntabel. OECD membagi prinsip-prinsip tersebut ke dalam empat kelompok sesuai
ruang lingkup dimana prinsip-prinsip tersebut perlu diaplikasikan: (1) terkait dengan
perancangan kurikulum atau standar capaian dalam setiap disiplin ilmu, ada tiga prinsip
yang perlu diperhatikan yaitu: fokus, keajegan, dan koherensi; (2) dalam merancang
kurikulum yang berlaku untuk seluruh disiplin ilmu, prinsip yang perlu dipenuhi adalah
kemampuan untuk transfer kompetensi, interdisipliner, dan pilihan; (3) dalam merancang
kebijakan kurikulum di level yang lebih makro prinsip yang dipegang adalah keaslian
atau otentisitas, fleksibilitas, dan keselarasan; dan (4) terkait dengan proses kerja
perancangan kurikulum, prinsip yang perlu dipegang adalah pelibatan (engagement),
keberdayaan atau kemerdekaan siswa, dan keberdayaan atau kemerdekaan guru.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu rujukan dalam menentukan prinsip-
prinsip yang digunakan sepanjang perancangan Kurikulum Merdeka. Namun demikian,
landasan utama perancangan Kurikulum Merdeka adalah filosofi Merdeka Belajar yang
juga melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan lainnya, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Rencana Strategis Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020).
Permendikbud tersebut mengindikasikan bahwa Merdeka Belajar mendorong
perubahan paradigma, termasuk paradigma terkait kurikulum dan pembelajaran. Dalam
mendukung upaya ini, “kurikulum yang terbentuk oleh Kebijakan Merdeka Belajar akan
berkarakteristik fleksibel, berdasarkan kompetensi, berfokus pada pengembangan karakter
dan keterampilan lunak (soft skills), dan akomodatif terhadap kebutuhan dunia”
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020, p.55).
Filosofi Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar
Dewantara juga menjadi landasan penting dalam merumuskan prinsip perancangan
kurikulum. Menurut Dewantara, kemerdekaan merupakan tujuan pendidikan sekaligus
sebagai prinsip yang melandasi strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Kemerdekaan
sebagai tujuan belajar, menurut Dewantara, dicapai melalui pengembangan budi pekerti,
sebagaimana yang ditulisnya (2013; p.25):
Tujuan tersebut memadukan kemampuan kognitif (pikiran), kecerdasan sosial-
emosional (perasaan), kemauan untuk belajar, bersikap, dan mengambil tindakan
(disposisi atau afektif) untuk melakukan perubahan. Budi Pekerti mengarah pada
pengembangan kemampuan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learning)
yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri menentukan arah belajar mereka.
Visi Ki Hajar Dewantara semakin relevan dan semakin mendesak untuk dicapai
oleh generasi muda Indonesia saat ini. Untuk menghasilkan kurikulum yang sejalan
dengan Tujuan Pendidikan Nasional dan visi pendidikan para pendiri bangsa, maka
prinsip yang menjadi pegangan dalam proses perancangan kurikulum adalah sebagai
berikut: 1. Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan 2. Fokus pada kompetensi
dan karakter semua peserta didik 3. Fleksibel 4. Selaras 5. Bergotong royong 6.
Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik

B. Tujuan

Uraian di atas meletakkan dasar pemikiran tentang pentingnya intervensi


kurikulum dalam upaya pemulihan pembelajaran di Indonesia. Dalam konteks ini, kajian
akademik ini bertujuan untuk :
1. Membangun argumentasi rasional intervensi kurikulum dalam upaya mengatasi krisis
pembelajaran di Indonesia
2. Menyusun alternatif kurikulum yang berorientasi pada peningkatan kualitas proses
pembelajaran dan mengoptimalkan hasil belajar namun tetap mempertimbangkan
keragaman karakteristik satuan pendidikan.
3. Menyusun strategi pemilihan alternatif kurikulum bagi satuan pendidikan.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Roadshow Kupas Tuntas Kurikulum Merdeka 2022 oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Selatan pada SMA se-Prabumulih, Muara Enim, Dan Pali di SMA Negeri 7
Prabumulih, diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan dan MKKS Kota
Prabumulih pada tanggal 17 Mei 2022 bertempat di SMA Negeri 7 Prabumulih.

D. Peserta
Workshop kegiatan ini ditujukan bagi Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan
Peserta pelatihan yang hadir sekitar ±50 (lima puluh) orang yang terdiri dari Kepala
Sekola, Waka. Bidang Kurikulum, dan 2 orang guru utusan dari masing-masing SMA se-
Prabumulih, Muara Enim, dan Pali.
E. Jenis Kegiatan/Struktur Program
Struktur Program Pelatihan Calon Kepala Laboratorium Bahasa, Audi Visual dan
Multimedia adalah sebagai berikut:

Alokasi Waktu
No. Materi
@60 menit

In Servis Learning
I Program Umum
1. Kebijakan FKIP Universitas Sriwijaya 2
2. Standar Sarana Prasarana Lab. Bahasa dan 2
Multimedia
3. Standar Tenaga Lab. Bahasa dan Multimedia 1
II Program Pokok
1. Kompetensi Kpribaian 3
2. Kompetensi Sosial 2
3. Kompetensi Manajerial
a. Perencanaan kegiatan / program kerja dan 4
pengembangan lab. Bahasa dan multimedia
b. Penglolaan kegiatan lab. Baasa dan multimeia 4
c. Pembagian tugas kegiatan lab.bahasa dan 4
multimedia
d. Pemantauan sarana dan prasarana lab. Baasa 4
dan multimedia
e. Evaluasi kinerja teknisi dan laboran serta 2
keiatan lab. Bahasa dan multimedia
4. Kompetensi pengelolaan
a. Peranan gagasan, teori, dan prisip kegiatan 6
lab bahasa dan meltimedia
b. Keshatan dan keselamatan kerja di lab. Baasa 2
dan multimdia
c. Pemanfaatan lab. Bahasa dan 6
multimediasebagai tempat penidikan dan
penelitian
III Program Penunjang
1. Penilaian kinerja guruan kinerja kepala 6
laboratorium
2. Rencana ON THE OB LEARNING 2
3. Tes akhir 2
Jumlah 52

F. Tujuan Diklat Fungsional

G. Uraian Materi
Pada era globalisasi saat ini, kemampuan berbahasa menjadi suatu hal yang pentin
untuk setiap siswa. Baik itu bahasa asing seperti bahasa Inggris yang menjadi bahasa
Internasional, bahasa Indonesia dan bahasa tradisional. Namun sayangnya, kini
kemampuan berbahasa orang indonesia masih di bawah rata-rata di karenakan
tercampurnya bahasa masa kini yang membuat mereka lupa akan kaidah dari sebuah tata
bahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah fasilitas penunjang yang
dapat membantu setiap siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasanya. Salah
satunya adalah lab bahasa.
Lab bahasa adalah sebuah ruangan lab dimana dalam ruangan tersebut terdapat
perangkat audio dan visual yang dapat membantu setiap siswa ketika mempelajari sebuah
bahasa. Lab bahasa sendiri memiliki 10 fungsi, yaitu :
1. Listening (Mendengarkan) 
Siswa akan belajar berbahasa dengan di bantu oleh perangkat audio yang dapat
mengeluarkan suara, kemudian siswa akan diajak untuk mendengarkan setiap ucapan
yang bersumber dari audio tersebut. Listening sendiri terbagi menjadi 2, yaitu:
- Listening all: Semua siswa dapat langsung diarahkan untuk mendengarkan materi
pelajaran yang diberikan oleh guru pada salah satu Channel.
- Listening Siswa: Siswa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak
maupun tetap (tergantung desain laboratorium bahasa) kemudian setiap kelompok
dapat diarahkan untuk mendengarkan maksimal 3 materi yang berbeda pada setiap
Channel.
2. Conversation (Percakapan)
Siswa akan melakukan setiap jenis percakapan. Guru akan memilih siswa satu dan
siswa dua atau lebih untuk melakukan percakapan. Fungsi ini di lakukan untuk melatih
kemampuan berbicara siswa saat berhadapan dengan orang lain. Conversation sendiri
dibagi menjadi beberapa metode, yaitu:
- Pair Row dan Pair Coloumn: Siswa secara berpasangan bercakap-cakap.
Percakapan dapat dilakukan dengan teman  semeja atau teman di belakang/depan
meja.
- Fix Group: Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Ada desain
laboratorium bahasa yang mengkelompokkan menjadi 2 kelompok saja ada yang
lebih. Intinya percakapan siswa dilakukan secara berkelompok.
- Random Group: Anggota tiap kelompok dipilih secara acak. Melalui fungsi ini  
maka instruktur dapat lebih mudah membagi siswa berdasarkan tingkat kepandaian
dan memindahkan keanggotaan kelompok setiap saat.
Attention
3. Instruktur atau guru akan menyampaikan materi kepada siswa. Attention sendiri dibagi
menjadi 2 metode, yaitu: 
- Attention all: Instruktur menyampaikan pengumuman atau materi pembelajaran
kepada semua siswa dan melalui speaker ruangan
- Attentioin channel: Instruktur menyampaikan materi kepada siswa yang berbeda
dan kelompok tertentu .
- Monitoring: Instruktur menjalankan fungsi pengawasan terhadap kegiatan siswa.
- Monitoring Channel: Instruktur memperhatikan percakapan sekelompok siswa di
grup tertentu
- Monitoring Individual: Instruktur memperhatikan pembicaraan seorang siswa
secara khusus. Baik ketika siswa tersebut berada dalam kelompok atau saat sedang
berpasangan.
4. Intercom
Siswa dapat melakukan panggilan untuk percakapan dengan guru demikian pula
sebaliknya. 
- Intercom Group: Instruktur melakukan percakapan dengan kelompok siswa yang
dihubungi.
- Intercom Individu: Seorang siswa menghubungi instruktur untuk melakukan
percakapan dengannya.
5. Text to Speech: Guru dapat menuliskan text dalam bahasa Inggris untuk secara
otomatis diucapkan dalam bahasa Inggris oleh Komputer . Pengucapan text dapat
diatur kecepatan dan jenis suaranya.
6. Multimedia Control
Perangkat lunak juga menyediakan kendali khusus untuk operasional file-file
audio/video yang dapat digunakan untuk memberikan pelajaran khusus berbasis
multimedia.
7. Audio Record: Guru dapat merekam suara dalam bentuk file-file audio untuk keperluan
soal, pengumuman atau hal-hal lain yang membutuhkan file audio.
8. Audio Control: Guru dapat mengatur materi pelajaran atau suara apa yang masuk
melalui empat Channel suara yang ada.
9. Database: Setiap kelas yang akan menggunakan Laboratorium Bahasa harus diisikan
database-nya terlebih dahulu dalam komputer. Di mulai dari Nama Kelas, Tahun
Ajaran dan Semester yang berlaku, Nama siswa beserta nama panggilannya, Nomor
induk serta Nomor meja yang ditempati oleh siswa sebagai identitasnya. Jadi setiap
kelas akan memiliki databasenya sendiri-sendiri.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen sarana dan prasarana adalah :
1. ketersediaan
2. kemudahan
3. Kegunaan
4. Kelengkapan
5. Kebutuhan peserta didik
6. ergonomis
7. masa Pakai
8. pemeliharaan.

Laboratorium merupakan alat teknologi pendidikan, yang mana teknologi pendidikan


merupakan media yang lahir dari revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan
untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Laboratorium bahasa adalah sebuah laboratorium yang dibuat untuk mempermudah
penyampaian materi apapun di sebuah ruangan, pada umumnya digunakan untuk materi
bahasa, baik bahasa inggris, bahasa Indonesia, bahasa asing lainnya.

Macam-macam laboratorium :
a. Laboratorium pendidikan, Laboratorium yang digunakan untuk pendidikan terutama
tingkat SD, SMP, SMA.
b. Laboratorium riset, Laboratorium yang digunakan oleh para praktisi keilmuwan dalam
upaya menemukan sesuatu untuk meneliti suatu hal yang dibidanginya.

Fungsi dan peranan laboratorium secara umum


Fungsi laboratorium yaitu sebagai sumber belajar dan mengajar, sebagai metode
pengamatan dan metode percobaan, sebagai prasarana pendidikan atau sebagai wadah
dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan laboratorium
Melalui kegiatan laboratorium siswa dapat mempelajari fakta, gejala, merumuskan konsep,
prinsip, hukum dan sebagainya. Tujuan kegiatan pratikum selain untuk memperoleh
pengetahuan bertujuan untuk keterampilan, dapat menetapkan pengetahuan dan
keterampilan tersebut pada situasi baru / lain serta memperoleh sikap ilmiah. Dalam
pelaksanaan pratikum, umumnya meliputi:
a. Persiapan, meliputi :
1. Menetapkan tujuan praktikum
2. Mempersiapkan alat dan bahan
3. Memperhatikan keamanan, kesehatan dan kenyamanan
Memberi penjelasan apa yang harus diperhatikan dan langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa.
b. Pelaksanaan, meliputi :
1. Siswa melakukan praktikum
2. Guru, asisten dan co–asisten mengamati prosa praktikum.
c. Tindak lanjut, meliputi :
1. Mengumpulkan laporan pratikum
2. Mendiskusikan masalah yang ditemukan siswa
3. Memeriksa dan menyimpan peralatan.

4. Kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa menjadikan suasana berbeda


dibandingkan dengan belajar di kelas.
5. laboratorium bahasa memungkinkan pelajar dapat melakukan latihan yang intensif
dan efektif daripada di dalam kelas.
6. Pengelolaan laboratorium Bahasa

Optimasi pemanfaatan laboratorium Optimasi ruangan adalah suatu usaha untuk


mengoptimasikan pemakaian ruangan sehingga laboratorium tersebut secara optimal
memberikan faedah dan penunjang pencapaian tujuan ruangan. Karakteristik ruangan yang
dikelola dengan baik:
1) Efektif
2) Efisien
3) Sehat dan aman
4) Peralatan / fasilitas selalu siap pakai dan aman
5) Seluruh aktivitas laboratorium mudah di control
6) Memenuhi kebutuhan psikologis.

Tata letak peralatan laboratorium


Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di
laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan untuk
beroperasi. Tujuan tata letak laboratorium :
1) Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
2) Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna / pekerja / operator.
3) Memaksimalkan / mempermudah penggunaan peralatan.
4) Mempermudah pengawasan.

Administrasi fasilitas (inventaris) di laboratorium Inventaris adalah suatu kegiatan dan


usaha untuk menyediakan rekaman tentang keadaan semua fasilitas, barang-barang yang
dimiliki sekolah. Bagi sekolah yang mempunyai beberapa laboratorium sangat penting
untuk mendata fasilitas / menginventaris alat dan bahan laboratorium untuk kegiatan
pembelajaran siswa.
Ada beberapa laboratorium di suatu sekolah yaitu, laboratorium IPA yang terdiri dari
laboratorium kimia, fisika dan biologi, laboratorium komputer dan laboratorium bahasa.
Belajar bahasa asing di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara. Berdasarkan sudut
pandang tempat belajar dapat dibagi menjadi 3 cara penyampaian. Pelajaran secara
konvensional dilakukan di dalam ruangan kelas.Sesekali penyampaian juga dapat
dilakukan di alam terbuka di luar kelas. Secara modern kegiatan belajar mengajar bahasa
asing dilakukan di suatu ruangan yang disebut laboratorium bahasa. Ada perbedaan dari 3
hal diatas yakni :
1) Pelajaran di dalam kelas.
Guru menyampaikan materi kepada semua siswa secara satu arah. Bertanya kepada
semua siswa atau secara satu persatu. Guru dituntut bergerak secara aktif menjangkau
seluruh penjuru kelas agar dapat lebih memperhatikan setiap siswa.
2) Di alam Terbuka.
Komunikasi guru dengan siswa dilakukan seperti penyampaian dalam ruangan. Tetapi
materi diharapkan dapat disampaikan secara lebih interaktif dan menyenangkan.
Kelemahan pembelajaran dengan metode ini dikarenakan ketergantungannya terhadap
cuaca dan kondisi lingkungan luar kelas tersebut.
3) Ruangan Laboratorium Bahasa.
Jika peralatan laboratorium bahasa didesain secara maksimal maka peningkatan
kemampuan siswa dalam berbahasa asing dapat terjadi secara signifikan. Simulasi
berbagai cara berkomunikasi dapat dilakukan.

Pembelajaran bahasa asing melalui laboratorium bahasa dibagi menjadi 3 fungsi


dasar yaitu, percakapan (conversation), mendengarkan (listening) dan fungsi manajemen
instruktur dalam mengatur kegiatan belajar mengajar. Agar tercapai tingkat sangat mahir
maka suatu perangkat laboratorium bahasa yang sangat lengkap mempunyai lebih dari 50
fasilitas dan fungsi lab bahasa sebagai sarana pembelajaran.
Fungsi laboratorium bahasa sebagai sarana pembelajaran yang umum digunakan di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Listening. Siswa mendengarkan melalui bantuan perangkat elektronik yang tersedia.
a. Listening all. Semua siswa dapat langsung diarahkan untuk mendengarkan materi
pelajaran yang diberikan oleh guru pada salah satu Channel.
b. Individu. Siswa dapat dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak maupun tetap
(tergantung desain laboratorium bahasa) kemudian setiap kelompok dapat diarahkan untuk
mendengarkan maksimal 3 materi yang berbeda pada setiap Channel.
Student select. Siswa dapat memilih sendiri materi pelajaran yang ingin didengarkan dari 3
Channel yang tersedia melalui panel siswa (tombol A, B atau C).
2) Conversation/ Speaking Siswa melakukan berbagai jenis percakapan.
(a) Pair Row dan Pair Coloumn. Siswa secara berpasangan bercakap-cakap. Percakapan
dapat dilakukan dengan teman semeja atau teman di belakang/depan meja.
(b) fix Group. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Yang ada desain
laboratorium bahasa yang mengkelompokkan menjadi 2 kelompok saja ada yang lebih.
Intinya percakapan siswa dilakukan secara berkelompok.
(c) Random Group. Anggota tiap kelompok dipilih secara acak melalui fungsi ini maka
instruktur dapat lebih mudah membagi siswa berdasarkan tingkat kepandaian dan
memindahkan keanggotaan kelompok setiap saat.
(d) Intercom. Siswa dapat melakukan panggilan untuk percakapan dengan guru, kelompok
siswa demikian pula sebaliknya.
(e) Text to Speech. Guru dapat menuliskan text dalam bahasa Inggris untuk secara
otomatis diucapkan dalam bahasa Inggris oleh Komputer. Pengucapan text dapat diatur
kecepatan dan jenis suaranya.
(f) Multimedia control. Perangkat lunak juga menyediakan kendali khusus untuk
operasional file-file audio/video yang dapat digunakan untuk memberikan pelajaran khusus
berbasis multimedia.
(g) Audio Record. Guru dapat merekam suara dalam bentuk filefile audio untuk keperluan
soal, pengumuman atau hal-hal lain yang membutuhkan file audio.
(h) Audio Control. Guru dapat mengatur materi pelajaran atau suara apa yang masuk
melalui empat canel suara yang ada.
(i) Database. Setiap kelas yang akan menggunakan Laboratorium bahasa harus diisikan
data base-nya terlebih dahulu dalam computer.
Dimulai dari Nama Kelas, tahun ajaran dan semester yang berlaku, nama siswa beserta
nama panggilannya, nomor induk serta nomor meja yang di tempati oleh siswa sebagai 47
Opi Teci Darisma Putri Nur El-Islam, Volume 3 Nomor 1 April 2016 identitasnya. Jadi
setiap kelas akan memiliki data base-nya sendiri-sendiri.
(j) Monitoring. Instruktur menjalankan fungsi pengawasan terhadap kegiatan siswa.

Dalam konteks pendidikan di sekolah laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat


proses pembelajaran dengan metode pratikum yang dapat memberikan pengalaman belajar
pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala
secara langsung. Kegiatan laboratorium/pratikum akan memberikan peran yang sangat
besar terutama dalam :
1. Pemahaman konsep
2. Verifikasi kebenaran konsep
3. Menumbuhkan keterampilan proses serta afektif siswa
4. Menumbuhkan rasa suka dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari.
5. Melatih kemampuan psikomotor.

Anda mungkin juga menyukai