Anda di halaman 1dari 26

METODOLOGI PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa, oleh karena itu pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di

dalamnya untuk bekerja secara maksimal, penuh rasa tanggung jawab, dan

loyalitas yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu, pendidikan

juga dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam
mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda di masa yang akan datang.

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki individu,

membentuk kepribadian individu yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif

serta berkarakter. Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui perbaikan proses

pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru dan

siswa yang melibatkan kegiatan belajar dan mengajar untuk mencapai tujuan

pendidikan. Pembelajaran biasanya dilakukan melalui kegiatan tatap muka di

dalam kelas, namun dengan adanya penyebaran Covid-19 menyebabkan

pembelajaran di dalam kelas harus dihentikan.

Covid-19 pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir

Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar hampir ke

semua negara termasuk Indonesia, sehingga WHO pada tanggal 11 Maret 2020

menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Hal ini membuat beberapa negara

menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah

penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan

Pembatasan Sosial Beskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

Pemberlakuan PSBB menyebabkan semua kegiatan yang dilakukan di luar rumah

harus dihentikan termasuk kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah.


Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk

meliburkan siswa dan mengalihkan aktivitas belajar di rumah. Kebijakan

pemerintah ini mulai diberlakukan di Kabupaten Barru pada bulan Maret 2020

dan diperpanjang hingga saat ini mengikuti surat edaran Gubernur Sulawesi

Selatan yang dikeluarkan pertama kali pada tanggal 17 Maret 2020 tentang Masa

Belajar di Rumah pada Perguruan Tinggi, Satuan Pendidikan SMA/SMK/MA,

SMP/MTs Sederajat, SD/MI dan SLB Negeri dan Swasta Se Sulawesi Selatan.

Pelaksanaan aktivitas belajar di rumah menyebabkan guru dan siswa tidak

dapat berinteraksi secara langsung. Untuk itu, diperlukan adanya alternatif supaya

proses pembelajaran tetap dilaksanakan. Salah satu alternatif yang dapat

dimanfaatkan yaitu penggunaan teknologi. Pelaksanaan pembelajaran dengan

teknologi dapat diwujudkan melalui E-learning. Pembelajaran E-learning dapat

diterapakan untuk pembelajaran jarak jauh tanpa adanya tatap muka secara

langsung. Sistem pembelajaran ini memanfaatkan teknologi elektronik dan

jaringan internet dalam pelaksanaannya. Hal ini sejalan dengan teori berikut.

Akbar (2016, h. 29) E-learning merupakan sistem pembelajaran


yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang
dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara
guru dengan siswa.

Pembelajaran E-learning dapat langsung digunakan dalam suatu

lingkungan sekolah, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Proses belajar dapat

dipengaruhi oleh faktor kesiapan pembelajaran E-learning. Adapun faktor

kesiapan pembelajaran E-learning yaitu kesiapan peserta didik, kesiapan guru,

infrastruktur E-learning, sistem dan aplikasi E-learning serta konten E-learning.


Pembelajaran E-learning memerlukan media seperti handphone, laptop

atau komputer, serta jaringan internet yang memadai dalam penerapannya. Hal ini

berarti baik siswa maupun guru harus mempunyai media dan ketersediaan kuota

internet untuk mengikuti pembelajaran E-learning. Proses pembelajaran E-

learning berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Guru dituntut untuk mengatur

strategi pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan

baik.

Berdasarkan hasil observasi di UPTD SDN 134 Barru Kabupaten Barru

didapatkan bahwa sekolah tersebut memulai aktivitas belajar di rumah pada

tanggal 23 Maret 2020, dimana sistem pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan pembelajaran E-leaning. Semua guru kelas memanfaatkan

handphone dan aplikasi WhatsApp (WA) dengan membuat grup bersama siswa

untuk melaksanakan pembelajaran. Selain itu, ada juga guru yang melaksanakan

pembelajaran melalui aplikasi Zoom, namun sebagian besar guru lebih memilih

menggunakan aplikasi WhatsApp (WA) karena belum terlalu memahami

penggunaan tekonolgi.

Penerapan pembelajaran E-learning untuk jenjang Sekolah Dasar

cenderung lebih sulit dilaksanakan karena siswa Sekolah Dasar masih

membutuhkan pengawasan dari orang tua untuk menggunakan teknologi

elektronik dan internet. Selain itu, mereka juga masih perlu bimbingan dalam

menerima materi pelajaran. Hal ini merupakan masalah yang harus diperhatikan

oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran e-learning terutama untuk jenjang

Sekolah Dasar.
Penelitian tentang kesiapan pembelajaran E-learning pada masa pandemi

Covid-19 pernah dilakukan oleh Jamal (2020) yang menunjukkan bahwa kesiapan

penerapan pembelajaranb E-learning di SMK Negeri 1 Tambelangan termasuk

dalam kategori siap, namun membutuhkan sedikit peningkatan pada beberapa

faktor. Selain itu, penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran E-learning pernah

dilakukan oleh Damanik (2020) menunjukkan bahwa dalam merancang sistem

E-learning setidaknya perlu dipertimbangkan dua hal yaitu peserta didik yang

menjadi target dan hasil pembelajaran yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas maka calon peneliti mengusung judul “Analisis

Kesiapan dan Proses Pembelajaran E-learning pada Masa Pandemi Covid-19 di

UPTD SDN 134 Barru Kabupaten Barru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kesiapan pembelajaran E-learning pada masa pandemi

Covid-19 di UPTD SDN 134 Barru Kabupaten Barru?

2. Bagaimanakah proses pembelajaran E-learning pada masa pandemi Covid-19

di UPTD SDN 134 Barru Kabupaten Barru?


C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui kesiapan pembelajaran E-learning pada masa pandemi

Covid-19 di UPTD SDN 134 Barru Kabupaten Barru.

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran E-learning pada masa pandemi

Covid-19 di UPTD SDN 134 Barru Kabupaten Barru.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan

pengetahuan tentang pembelajaran E-learning.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran tentang kategori kesiapan dalam

penerapan pembelajaran E-learning pada proses pembelajaran sehingga dapat

menjadi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran E-

learning.

b. Bagi peneliti, memberikan dorongan untuk lebih meningkatkan keterampilan

dalam penggunaan teknologi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Susanto (2014) menyatakan bahwa kata pembelajaran merupakan

perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara

metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara

instruksional dilakukan oleh guru. Pembelajaran adalah proses untuk membantu

siswa agar dapat belajar dengan baik. Dalam implementasinya, sering kali kata

pembelajaran diidentikkan dengan kata mengajar. Sedangkan teori lain tentang

pembelajaran dijelasakan pada teori berikut.

Komalasari (2015, p. 3) pembelajaran didefinisikan sebagai suatu


sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Huda (2017) mengatakan bahwa pembelajaran adalah hasil

memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal

inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, kondisi ini juga sering terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran merupakan rekontruksi dari

pengalaman masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas

seseorang atau suatu kelompok.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses belajar dan mengajar yang direnacanakan, dilaksanakan, dan


dievaluasi secara sistematis untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa

sehingga tujuan yang direncanakan dapat dicapai dengan efektif.

2. Kesiapan Pembelajaran

Kesiapan dalam pelaksanaan pembelajaran menurut Erviana (2016) dapat

dilihat dari kesiapan guru dimana terdapat tiga aspek kesiapan yaitu:

a. Kesiapan sikap dan emosi, guru bertanggung jawab dalam proses

pembelajaran, berkeinginan kuat dalam melaksanakan pembelajaran, mandiri

dalam menjalankan tugas dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

b. Kesiapan Kognitif, guru mampu berpikir kritis yang ditunjukkan dengan

membuat peserta didik aktif dan kreatif dalam mengembangkan ide sesuai

dengan tingkat kecerdasan dan penalaran peserta didik.

c. Kesiapan Perilaku, guru bersedia menjalankan fungsi kemitraan dengan rekan

kerja dan mampu mengatur waktu dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan

tugas.

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai

komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Oleh sebab itu, kesiapan

pembelajaran juga dapat dilihat dari kesiapan komponen pembelajaran. Pane &

Dasopang (2017) menyatakan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari:

a. Guru dan Siswa

Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengatakan, dan

melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam upaya memberikan

sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Seorang guru


haruslah memiliki kemampuan dalam mengajar, membimbing, dan membina

peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan komponen yang

sangat menentukan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran. Strategi

pembelajaran tidak dapat diaplikasikan tanpa adanya guru. Keberhasilan

penerapan strategi pembelajaran sangat tergantung dengan guru dalam

menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran.

Sama halnya dengan guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran dilihat dari aspek siswa yang memiliki latar belakang berbeda-beda.

Terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Perbedaan

tersebut tentunya memerlukan perlakuan yang berbeda. Sikap dan penampilan

siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman dan sasaran

yang akan dicapai dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah

jelas dan tegas, maka langkah dan kegiatan pembelajaran lebih terarah. Tujuan

dalam pembelajaran yang telah dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan

ketersediaan waktu, sarana prasarana dan kesiapan peserta didik.

c. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah subtansial yang akan disampaikan dalam

proses belajar mengajar. Materi pembelajaran merupakan sumber belajar bagi


siswa. Tanpa adanya materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak berjalan.

Oleh karena itu, guru yang mengajar pasti memiliki dan menguasai materi

pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

d. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat

diperlukan oleh guru, penggunaan metode dapat dilakukan secara bervariasi

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan metode pembelajaran yang

bervariasi dapat memberikan suasana belajar yang menarik dan tidak

membosankan bagi siswa.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem pembelajaran.

Selain berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa pembelajaran, evaluasi juga

befungsi sebagai umpan balik guru atas kinerja yang telah dilakukannya dalam

proses pembelajaran. Melalui evaluasi dapat diketahui kekurangan dalam

pemanfaatan berbagai komponen dalam pembelajaran.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan pembelajaran

dapat dilihat dari kesiapan guru yaitu kesiapan sikap dan emosi, kognitif, serta

perilaku. Selain itu, kesiapan komponen-komponen pembelajaran juga dapat

mempengaruhi kesiapan pembelajaran. Adapun komponen pembelajaran terdiri

dari dari guru dan siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, alat pembelajaran dan evaluasi.


3. Pengertian Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning menggambarkan suatu proses pembelajaran yang

dilakukan dengan menggunakan elektronik dan bantuan jaringan internet.

Aminoto & Pathoni (2014) menyatakan E-learning adalah pembelajaran yang

menggunakan perangkat elektronik sebagai medianya. E-learning merupakan

aplikasi dan proses yang dibuat untuk kegiatan pembelajaran. E-learning memiliki

fleksibilitas dalam pengelolahannya, meskipun terbatas dengan keberadaan dari

jaringan internet itu sendiri. Proses pembelajaran E-learning sangat tergantung

pada keberadaan elektonik sebagai media utamanya. Teori lain yang menjelaskan

tentang E-learning sebagai berikut.

Arifin & Herman (2018, p. 3) pembelajaran berbasis web atau


E-learning merupakan media pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi internet yang memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran dari mana dan kapan saja dengan karakteristik
interaktif, mandiri, mudah diakses, dan memungkinkan adanya
pengayaan penggunaan teknologi.

Lebih lanjut Mubarok, Arthur, & Handoyo (2018) menjelaskan bahwa

E-leaning merupakan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mempermudah kinerja dalam mengajar. Pembelajaran E-learning merupakan

pembelajaran yang fleksibel karena pengajar dan pembelajar dapat mengakses

tanpa terhalang waktu dan tempat. Untuk dapat mendukung sistem pendidikan di

Indonesia dengan maksimal, maka praktisi pendidikan harus mampu

mengembangkan dan mengeola E-learning dengan baik.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa E-learning

adalah pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai medianya dan


membutuhkan jaringan internet untuk menjalakannya. Pembelajaran E-learning

dapat mempermudah kinerja dalam mengajar karena pengajar dan pembelajar

dapat berinteraksi tanpa terhalang waktu dan tempat.

4. Karakteristik Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut.

Supratman & Purwaningtias (2018, h. 311) “E-learning memiliki


empat karakteristik yaitu 1) memanfaatkan jasa teknologi
elektonik; 2) memanfaatkan keunggulan komputer; 3)
menggunakan bahan ajar bersifat mandiri”.

Teori tersebut sejalan dengan Ucu, Paturusi, & Sompie (2018) yang

menyatakan bahwa pembelajaran E-leaning memiliki karakteristik sebagai

berikut.

a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, komunikasi dapat dilakukan dengan

relatif mudah baik antara guru dan siswa maupun antar sesama siswa melalui

sebuah perangkat elektronik seperti komputer dan handphone.

b. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri, guru mempersiapkan bahan ajar

yang dapat dikerjakan secara mandiri oleh siswa serta dapat disimpan pada

perangkat yang digunkanan sehingga dapat diakses kapan saja dan dimana

saja apabila pembelajaran tatap muka tidak dapat dilakukan.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

E-learning mempunyai karakteristik diantaranya memanfaatkan jasa elektronik

seperti komputer dan handphone. Selain itu, pembelajaran E-learning

menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri artrtinya dapat dikerjakan secara

mandiri oleh siswa dan dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning merupakan sistem pembelajaran yang dapat

memberikan kemudahan dalam pembelajaran jarak jauh. Hal ini merupakan salah

satu kelebihan dari pembelajaran E-learning. Meskipun pembelajaran E-learning

memiliki kelebihan, namun sistem pembelajaran ini juga memiliki kekurangan.

Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran E-learning dijelaskan pada teori

berikut.

Empy & Zhuang (2005) ada beberapa keuntungan E-learning,


antara lain: 1) Mengurangi biaya. Dengan menggunakan E-
learning, kita menghemat waktu dan uang untuk mencapai suatu
tempat pembelajaran. Dengan E-learning kita dapat mengakses
dari berbagai lokasi dan tempat. 2) Fleksibilitas waktu, tempat dan
kecepatan pembelajaran. Dengan menggunakan E-learning,
pengajar dapat menentukan waktu untuk belajar dimanapun. Dan
pelajar dapat belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Berbeda dengan belajar di kelas, dimana semua pelajar belajar dan
berhenti pada waktu yang sama. 3) Standarisasi dan efektivitas
pembelajaran. E-learning selalu memiliki kualitas sama setiap kali
diakses dan tidak tergantung suasana hati pengajar. E-learning
dirancang agar pelajar dapat lebih mengerti dengan menggunakan
simulasi dan animasi. (Mutia, 2013, p. 282)

Teori lain tentang kelebihan pembelajaran E-learning menurut Arifin &

Herman (2018) yang menyatakan bahwa pembelajaran E-learning dapat melatih

siswa untuk mandiri dalam hal mencari sendiri bahan atau materi pelajaran pada

waktu tertentu dalam rangka meningkatkan pengetahuannya, berperan aktif dalam

proses pembelajarannya, dan lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya

demi meningkatkan pengetahuaannya sendiri.


Selain kelebihan, adapun kekurangan pembelajaran E-learning

berdasarkan teori Elyas (2018) yaitu sebagai berikut.

a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu

sendiri.

b. Proses belajar dan mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada

pendidikan.

c. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran

konvensial, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang

menggunakan internet.

d. Siswa tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

e. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

f. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.

Teori lain tentang kekurangan pembelajaran E-learning menurut Jamal

(2020) yang menyatakan bahwa kekurangan dari pembelajaran E-learning yaitu

minimnya kontak dan sosialisasi antar siswa dalam proses pembelajaran.

E-learning yang dilakukan secara jarak jauh juga dapat mengurangi frekuensi

kontak dan sosialisasi antara guru dan siswa. Selain itu, untuk mengembangkan

pembelajaran E-learning membutuhkan biaya yang mahal karena membutuhkan

jaringan internet.

Berdasarkan teori para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran E-learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

pembelajaran E-learning adalah pembelajaran dapat dilakukan kapanpun dan

dimanapun selama masih terhubung dengan internet, melatih siswa untuk lebih
mandiri dalam pembelajaran, dan meningkatkan pengalaman belajar siswa. Selain

memiliki kelebihan, pembelajaran E-learning juga memliki kekurangan

diantaranya kurangnya interaksi langsung baik antara guru dan siswa maupun

antar siswa, tidak semua tempat mempunyai mempunyai jangkauan internet

sehingga membutuhkan biaya yang mahal untuk mengembangkannya, dan proses

pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

6. Model Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning tidak hanya dilaksanakan secara full online.

Berdasarkan teori berikut ini terdapat tiga model pembelajaran E-learning.

Nedelko (2008) 1) Web Supported E-learning yaitu pembelajaran


tetap yang dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan
penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, tugas dan tes singkat; 2) Blended or Mixed
Mode E-learning yaitu sebagian proses pembelajaran dilakukan
secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara online; 3)
Full online E-learning format yaitu seluruh proses pembelajaran
dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan
peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan
menggunakan teleconference. (Harahap, 2015, p. 91)

Teori lain menurut Pratiwi (2020) yang menjelaskan bahwa model-model

pembelajaran E-learning terbagi tiga diantaranya sebagai berikut.

a. Web Course, yaitu pembelajaran online secara utuh dimana terdapat pola

komunikasi antara siswa dan guru yang didominasi sistem jarak jauh melalui

web/internet dan tidak terjadi pertemuan tatap muka.

b. Web Centric Course, yaitu memadukan pembelajaran jarak jauh dan tatap

muka. Materi sebagian disediakan di web dan sebagian melalui tatap muka.
c. Web Enhanced Course, yaitu pembelajaran yang ditingkatkan melalui

pemanfaatan web/internet. Pada pembelajaran tersebut terjadi timbal balik

antara guru dan siswa. Pembelajaran berpusat pada web/internet.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran E-learning terbagi tiga yaitu pembelajaran online yang dilakukan

secara utuh, memadukan antara pembelajaran online dengan tatap muka, dan

pemanfaatan internet dalam pembelajaran tatap muka.

7. Pengertian Kesiapan Pembelajaran E-learning

Suwarsono (2015) menyatakan bahwa kesiapan pembelajaran E-learning

merupakan derajat kesiapan yang dimiliki individu terkait atribut personal,

kemampuan, dan pengetahuan yang berkontibusi terhadap kesuksesan

pembelajaran E-learning. Untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan siswa

dalam pembelajaran E-learning yaitu dengan memberi kesempatan untuk

mengukur sejauh mana kesiapannya mengikuti proses pembelajaran E-learning.

Hal tersebut sejalan dengan Prihantoro (2018) menyatakan bahwa

kesiapan pembelajaran E-learning adalah kesiapan mental atau fisik suatu

organisasi dalam mencapai pengalaman atau tindakan E-learning, dimana E-

learning ini memberikan keuntungan yang didapatkan melalui teknologi informasi

dan komunikasi. Kesiapan pembelajaran E-learning dapat mempengaruhi

kesuksesan program pendidikan yang menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi dalam proses akademik.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kesiapan pembelajaran

E-learning adalah kesiapan mental atau fisik suatu organisasi atau individu terkait
kemampuan dan pengetahuan dalam mencapai pengalaman dalam pembelajaran

E-learning. Kesiapan pembelajaran E-learning dapat mempengaruhi kesuksesan

program pendidikan yang menggunakan teknologi informasi dan informasi.

8. Proses Pembelajaran E-learning

E-learning merupakan pembelajaran yang menggunakan internet sehingga

pelaksanaannya berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Proses pembelajaran

E-learning membutuhkan strategi berbeda dan terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan supaya dapat dilaksanakan dengan baik. Hanum (2013) menjelaskan

tentang proses pembelajaran E-learning sebagai berikut.

a. Perencanaan Pembelajaran

Aplikasi perencanaan pembelajaran yang berbasis E-learning memuat

rencana, perkiraan, dan gambaran umum kegiatan pembelajaran dengan

memanfaatkan jaringan computer maupun internet. Lingkup perencanaan

pembelajaran meliputi empat komponen yaitu tujuan, materi atau bahan ajar,

kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.

b. Perancangan dan Pembuatan Materi

Materi merupakan objek pembelajaran yang menjadi salah satu parameter

keberhasil E-learning melalui jenis, isi, dan bobot konten. Sistem E-learning

harus:
1) Menyediakan konten yang bersifat teacher-centered yaitu konten intruksional

yang bersifat procedural, deklaratif, serta terdefinisi dengan baik dan jelas.

2) Menyediakan konten yang bersifat learner-centered yaitu konten yang

menyajikan hasil dari instruksional yang terfokus pada pengembangan

kreatifitas dan memaksimalkan kemandirian.

3) Menyediakan contoh kerja pada material konten untuk mempermudah

pemahaman dan memberikan kesempatan untuk berlatih.

c. Penyampaian Pembelajaran

Setiap metode pembelajaran harus mengandung rumusan pengorganisasian

bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan

memperhatikan faktor tujuan belajar, hambatan belajar, dan karakteristik siswa,

agar dapat diperoleh efektivitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.

d. Media dan Interaktivitas Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Secara umum manfaat

media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa

sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Keberhasilan E-learning

ditunjang adanya interaksi maksimal antara guru dan siswa.

e. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan evaluasi pelaksanaan pembelajaran E-learning dapat dilihat dari

segi peningkatan pengetahuan dan keterampilan, lingkungan belajar, dan

pengaruhnya. Evaluasi pelaksanaan E-learning merupakan proses menganalisis


kualitas proses pembelajaran berbasis E-learning dan sejauh mana ketercapaian

dari proses e-learning tersebut untuk dapat dirasakan para pebelajar.

Teori lain tentang proses pembelajaran E-learning menurut Purwandani

(2017) sebagai berikut.

a. Persiapan, siswa diberikan bimbingan untuk memahami tentang E-learning

sebelum pembelajaran E-learning dimulai.

b. Mulai, siswa masuk ke dalam E-learning dimana mereka akan menghadapi

masalah teknik, namun mereka bisa meminta bantuan, mendapat pengalaman

baru, dan beradaptasi.

c. Kehadiran, kenyamanan siswa dalam menjalan pembelajaran E-learning

tergantung pada pengalaman yang mereka dapatkan.

B. Kerangka Konsep

Pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas belajar tatap muka harus

dihentikan. Pemerintah Kabupaten Barru mulai menerapkan kebijakan untuk

meliburkan siswa dan mengalihkan aktivitas belajar di rumah. Kebijakan ini mulai

diterapkan pada bulan Maret 2020 dan diperpanjang sampai bulan Oktober

mengikuti surat edaran Gubernur Sulawesi Selatan yang dikeluarkan pada tanggal

16 Oktober 2020 tentang Perpanjangan Masa Belajar di Rumah pada Perguruan

Tinggi, Satuan Pendidikan SMA/SMK/MA, SMP/MTs Sederajat, SD/MI dan

SLB Negeri dan Swasta Se Sulawesi Selatan.

Salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Barru yaitu UPTD SDN 134

Barru memulai aktivitas belajar di rumah pada tanggal 23 Maret 2020 mengikuti
surat kebijakan dari pemerintah, dimana sistem pembelajaran dilaksanakan

dengan menggunakan pembelajaran E-learning. Semua guru kelas memanfaatkan

handphone dan aplikasi WhatsApp (WA) dengan membuat grup bersama siswa

untuk melaksanakan pembelajaran. Selain itu, ada juga guru yang melaksanakan

pembelajaran melalui aplikasi Zoom, namun sebagian besar guru lebih memilih

menggunakan aplikasi WhatsApp (WA) karena belum terlalu memahami

penggunaan tekonolgi.

Pelaksanaan pembelajaran E-learning merupakan alternatif yang dapat

dilakukan untuk melaksanakan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Pembelajaran E-leaning dapat langsung digunakan dalam suatu lingkungan

sekolah, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada

proses belajar yang dialami oleh siswa. Proses belajar dapat dipengaruhi oleh

faktor kesiapan pembelajaran E-learning. Adapun faktor kesiapan pembelajaran

E-learning yaitu kesiapan peserta didik, kesiapan guru, infrastruktur E-learning,

sistem dan aplikasi E-learning, konten E-learning dan kecenderungan terhadap

pembelajaran tatap muka. Selain itu, proses pembelajaran E-learning juga berbeda

dengan pembelajaran tatap muka. Guru dituntut untuk mengatur strategi

pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas calon peneliti menyusun kerangka konsep,

dapat dilihat pada gambar berikut:

PANDEMI COVID-19

KESIAPAN PEMBELAJARAN E-LEARNING


DI UPTD SDN 134 BARRU PADA MASA
PANDEMI COVID-19
PROSES PEMBELAJARAN E-LEARNING DI
UPTD SDN 134 BARRU PADA MASA
PANDEMI COVID-19

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

C. Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah “jika kesiapan dalam pembelajaran e-

learning dapat dimaksimalkan maka proses pembelajaran e-learning pada masa

pandemic bisa berjalan dengan baik di UPTD SDN 134 Barru”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memaparkan gejala-gejala,

fakta-fakta, atau kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat

populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik yaitu

mendeskripsikan dengan adanya, tidak ada perlakuan, tidak ada hipotesis, dan

variable bisa tunggal atau lebih.

Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kualitatif. Creswell

(2016) menyatakan penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sekelompok orang dianggap

berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini,

melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan, mengumpulkan

data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari

tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, serta menafsirkan makna data.

Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada 21 s.d. 24 Mei 2021 dan bertempat

di UPTD SDN 134 Barru yang beralamatkan di Kelurahan Palanro, Kecamatan

Mallusetasi, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.


C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru kelas UPTD SDN 134

Barru Kabupaten Barru yang merupakan informan utama. Pemilihan subjek

dilakukan dengan cara memilih sampel dari salah satu sekolah di Kelurahan

Palanro, Kabupaten Barru.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable adalah suatu sifat atau nilai dari objek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh calon peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel

penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan

data. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya sebagai berikut.

1. Kesiapan Pembelajaran E-learning

Kesiapan pembelajaran E-learning yang dimaksud adalah tingkat kesiapan

suatu sekolah dalam melaksanakan pembelajaran E-learning. Kesiapan

pembelajaran E-learning terdiri dari 5 faktor yaitu kesiapan peserta didik,

kesiapan guru, infrastruktur E-learning, sistem dan aplikasi E-learning, serta

konten E-learning.

2. Proses Pembelajaran E-learning

Proses pembelajaran E-learning yang dimaksud adalah sistem

pembelajaran yang berlangsung dengan pemanfatan E-learning. Konsep


pembelajaran yang awalnya pembelajaran tatap muka berubah menjadi

pembelajaran E-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Aminoto, T. & Pathoni, H. 2014. Penerapan Media E-learning Berbasis
Schoology untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Usaha
& Energi di Kelas XI SMAN 10 Kota Jambi. Jurnal Sainmatika. ISSN
1979-0910. Vol. 8 (1): 18-29.

Arifin, F. & Herman, T. 2018. Pengaruh Pembelajan E-learning Model Wab


Centric Course terhadap Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar
Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. ISSN 2549-1040. Vol.
12 (2): 1-11.

Elyas, A. H. 2018. Penggunaan Model Pembelajaran E-learning dalam


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Jurnal Warta. ISSN 1829-7463.

Erviana, V. Y. 2016. Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Pelaksanaan


Pembelajaran Tematik-Integratif pada Kurikulum 2013 di Kota
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar. Vol. 2 (2): 97-113.

Huda, M. 2017. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Jamal, S. 2020. Analisis Kesiapan Pembelajaran E-learning saat Pandemi


Covid-19 di SMK Negeri 1 Tambelangan. Jurnal Nalar Pendidikan. ISSN
2339-0794. Vol. 8 (1); 16-22.

Komalasari, K. 2015. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:


PT Refika Aditama.

Mutia, I. 2013. Kajian Penerapan E-learning dalam Proses Pembelajaran di


Perguruan Tinggi. Faktor Exacta. ISSN 1979-276. Vol. 6 (1): 278-289.

Pane, A. & Dasopang, M. D. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Kajian


Ilmu-ilmu Keislaman. ISSN 2460-6997. Vol. 3 (2): 333-352.

Pratiwi, E. W. 2020. Dampak Covid-19 terhadap Kegiatan Pembelajaran Online di


Sebuah Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia. Perspektif Ilmu
Pendidikan. ISSN 2581-2297. Vol. 34 (1): 1-8.

Prihantoro, C. R. 2018. Pengaruh E-Readiness, E-learning, dan E-Book pada


Implementasi Kurikulum Program Studi D3 Teknologi Mesin terhadap
Prestasi Lulusan Program Diploma. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 20
(2): 105-119.
Supratman, E. & Purwaningtias, F. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran
E-learning Berbasis Schoology. Jurnal Informatika. ISSN 2548-9356. Vol.
3 (3): 310-315.

Susanto, A. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Prenadamedia Group.

Suwarsono, L. W. 2015. Pengukuran E-learning Readiness pada Mahasiswa


Teknik Universitas Telkom. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 2 (2): 141-152.

Ucu, N. L. Paturusi, S. & Sompie, S. 2018. Analisa Pemanfaatan E-learningi


untuk Proses Pembelajaran. Jurnal Teknik Informatika. ISSN: 2301-8364.
Vol. 13 (1)

Anda mungkin juga menyukai