Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh individu secara sadar
dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dengan tujuan
mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya. Namun dewasa
ini, masih banyak sekali permasalahan-permasalahan di dalam dunia pendidikan
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan.
Permasalahan di dalam pendidikan tersebut merupakan prioritas utama yang harus
dipecahkan, salah satunya menyangkut tentang masalah kualitas pendidikan.
Kualitas pendidikan saat ini tengah mengalami tantangan sebagai dampak
mewabahnya virus Covid-19. Covid-19 menjadi pandemik global yang
penyebarannya begitu menghawatirkan.
Dalam menangani permasalahan covid-19 ini, pemerintah melakukan
kebijakan dengan melakukan lockdown. Dimana lockdown diharapkan dapat
menghentikan penyebaran virus ini. Sebuah penelitian yang dituliskan oleh Nailul
Mona, bahwa virus corona (covid-19) merupakan virus yang sangat mudah
menyebar. Virus ini dapat menyerang siapapun yang melakukan hubungan sosial
atau bersentuhan dengan orang pembawa virus (carier). Karena itu yang dapat
dilakukan masyarakat adalah mematuhi pemerintah dengan mengikuti prosedur
lockdown dan melakukan sosial distancing semaksimal mungkin.
Dengan adanya virus ini, seluruh sektor kehidupan terdampak mulai dari
sosial, ekonomi, pariwisata, sampai pendidikan. Berdasarkan surat edaran yang
dikeluarkan pemerintah tanggal 18 Maret 2020, segala kegiatan didalam dan
diluar ruangan di semua sektor sementara waktu ditunda demi mengurangi
penyebaran COVID-19 terutama bidang pendidikan. Berdasarkan surat edaran
yang dikeluarkan pada tanggal 24 Maret 2020 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID, dijelaskan
bahwa proses belajar mengajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran
daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa. Pembelajaran daring tersebut digunakan untuk memutus tali
penyebaran COVID-19 di Indonesia dan tentu saja untuk kesehatan siswa itu
sendiri. Belajar secara daring di rumah dapat difokuskan pada pendidikan
keterampilan dalam pembelajaran
Sebenarnya pembelajaran daring ini bukan hal baru bagi Indonesia, model
pembelajaran ini telah dikembangkan sejak tahun 2013 sebagai alternatif
pembelajaran, artinya sebelum adanya wabah virus ini, Indonesia telah
mengaplikasikan metode tersebut. Tetapi tidak semua lembaga yang
mengaplikasikan, terutama sekolah-sekolah yang berada di pedesaan. Dengan
adanya wabah virus ini, membuat dan mengharuskan seluruh sekolah, perguruan
tinggi dan lembaga pendidikan lainnya, menggunakan metode pembelajaran
daring tanpa terkecuali, dengan tujuan agar proses pembelajaran tetap berjalan
meskipun harus dilakukan di rumah masing-masing.
Keadaan ini tentu saja memberikan dampak pada kualitas pembelajaran,
siswa dan guru yang sebelumnya berinteraksi secara langsung dalam ruang kelas
sekarang harus berinteraksi dalam ruang virtual yang terbatas. Guru dituntut
memberikan pengajaran yang baik, menciptakan suasana yang kondusif untuk
belajar dan secara kreatif dan inovatif menggunakan media belajar yang menarik
agar siswa dapat memahami materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 melalui pembelajaran
daring dan luring tanpa tatap muka memberikan solusi yang efektif untuk
mengaktifkan kelas meski aktivitas belajar mengajar di sekolah dihentikan
(Herliandry, dkk., 2020). Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran
memudahkan guru dan siswa dalam pemilihan media pembelajaran yang dapat
digunakan di mana saja (Amrihani, dkk., 2020, hal.245). Waktu yang digunakan
dalam PJJ pun sangat efektif. Siswa tidak perlu datang ke sekolah sehingga bisa
menghemat waktu dan tenaga (Zulkifli dkk., 2020, hal.342).
Selama pelaksanaan PJJ dimasifkan, terdapat kendala yang dihadapi oleh
guru dan siswa. Proses pembimbingan belajar tidaklah seefektif pembelajaran
tatap muka. Anggrawan (dalam Sudarsana, dkk., 2020, hal.101) mengungkapkan
bahwa pembelajaran daring mengharuskan siswa untuk belajar mandiri.
Ketidakhadiran guru dalam proses pembelajaran di rumah mengakibatkan
kurangnya motivasi belajar siswa sehingga pembentukan nilai dalam proses
belajar mengajar berjalan dengan lamban. Belum lagi hambatan tentang
ketersedian kuota, banyaknya tugas, penguasaan teknologi, ketidakstabilan
jaringan, dan lain sebagainya (Jamaludin, dkk., 2020).
Walaupun demikian kegiatan pembelajaran daring ini harus di ikuti
dengan baik oleh guru dan siswa. Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran
dan memiliki jiwa semangat yang tinggi dalam kondisi apapun. Keaktifan belajar
siswa tentunya akan mudah dicapai apabila pembelajaran dilaksanakan secara
tatap muka. Keaktifan belajar siswa merupakan kegiatan yang melibatkan siswa
secara langsung selama proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa selama
proses pembelajaran daring (dalam jaringan) tentunya harus mencakup beberapa
indikator seperti berikut: 1) siswa ikut serta dalam melaksanakan tugas, 2) aktif
mengajukan pertanyaan apabila tidak dimengerti baik bertanya kepada guru
maupun teman, 3) ikut melaksanakan diskusi, 4) ikut serta dalam pemecahan
suatu permasalahan yang sedang dibahas dalam suatu materi tertentu, 5) ikut serta
mencari informasi untuk memecahkan permasalahan yang sedang dibahas dalam
suatu materi tertentu, 6) siswa mampu menilai dirinya sendiri atas hasil yang telah
diperolehnya, seperti misalnya melaksanakan tugas dengan materi pembahasan
yang sudah dijelaskan sebelumnya (Sudjana, 2010: 16). Dari ke enam indikator
tersebut, diharapkan keaktifan belajar siswa melalui pembelajaran daring dapat
diperoleh siswa dengan baik
Kesuksesan suatu model atau media pembelajaran dipengaruhi oleh
lingkungan belajar dan karakteristik siswa serta pemahaman siswa tentang cara
belajar. Lingkungan belajar maksudnya adalah kualitas pengajaran yang diberikan
oleh guru efektif dalam mencapai tujuan yang dikehendaki dari pembelajaran
tersebut. Pembelajaran bisa dikatakan berhasil ketika pada prosesnya terjadi
interaksi yang baik, serta sesuai dengan tujuan yang direncanakan yaitu siswa
menguasai sesuatu hal baru. Prayitno menjelaskan hasil belajar ditandai dengan
tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak mau menjadi mau, tidak
biasa menjadi terbiasa, serta tidak bersyukur dan ikhlas menjadi bersyukur dan
ikhlas (Prayitno, 2009).
Tercapainya kompetensi perubahan tersebut merupakan tolak ukur
keberhasilan kegiatan belajar. Dalam upaya untuk mencapai tujuan dari kegiatan
belajar tersebut siswa dituntut lebih aktif, karena aktivitas menjadi tanda adanya
kegiatan belajar. Guru berusaha menciptakan suasanapembelajaran yang
menyenangkan dan penggunaan alat atau perangkat sesuai dengan materi
pelajaran. Misalnya guru dapat memvirtualisasikan materi ajar agar tambah
menarik sehingga meningkatkan motivasi siswa masuk ke dalam proses
pembelajaran
Salah satu unsur penunjang keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran
yaitu keaktifan dan mendapatkan hasil belajar maksimal. Deni Afriani Yunita dan
Astuti Wijayanti menjelaskan semakin tinggi tingkat keaktifan siswa maka
semakin besar hasil yang diperolehnya (Yunita & Wijayanti, 2017). Artinya
kompetensi yang tercapai dari proses pembelajaran dapat diukur dengan dua
indikator yaitu keaktifan siswa selama kegiatan belajar (antusias siswa) dan hasil
yang didapatkannya setelah pembelajaran itu selesai.
Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa dalam upaya
mewujudkan /keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku tersebut. Elliott menjelaskan karakteristik siswa,
karakteristik guru, performance (kinerja) guru dalam mengajar, serta kondisi
lingkungan sekolah merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran (Elliott, 2000). Keterampilan guru
dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar menjadi upaya guru
untuk memberikan hasil terbaik.
Selama masa pandemi COVID-19 proses pembelajaran dilakukan secara
jarak jauh dengan memanfaat teknologi yang tersambung dengan jaringan
internet. Shashi Dahiya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan
secara online, dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi mampu
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar dimana dan kapanpun (Dahiya, 2012).
Selain mendengarkan materi dari guru, pembelajaran online juga membuat siswa
aktif mengamati, melakukan dan mendemosntrasikan. Dengan ini penelitian
bertujuan untuk melihat bagaimanakah keaktifaan siswa dalam proses
pembelajaran secara daring selama masa pandemi covid19.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Keaktifan Belajar Siswa Selama Pembelajaran Daring
Pada Masa Covid-19 Di SDN 1 Citeureup Tahun ajaran 2020/2021”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keaktifan proses belajar melalui pembelajaran daring dalam masa
covid-19 di SD N 1 Citeureup Tahun ajaran 2020/2021?
2. Apa saja faktor penghambat proses belajar melalui pembelajaran daring dalam
masa covid-19 di SD N 1 Citeureup Tahun ajaran 2020/2021?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala pembelajaran
daring di SD N 1 Citeureup Tahun ajaran 2020/2021?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keaktifan proses belajar melalui pembelajaran daring dalam
masa covid-19 di SD N 1 Citeureup.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat proses belajar melalui pembelajaran
daring dalam masa covid-19 di SD N 1 Citeureup.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala
pembelajaran daring di SD N 1 Citeureup.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriftif, yang
bertujuan mendiskripsikan secara detail fakta atau fenomena secara sistematis,
faktual dan akurat. Populasi penelitian dari dua sekolah yaitu 63 orang dari
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Analisis Kesehatan Tunas Bangsa Jakarta
dan 81 orang dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia Aceh Timur,
dengan total jumlah 144 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik proportional random sampling, menginggat semua sekolah melakukan
pembelajaran secara daring selama masa pandemi dan ke dua sekolah

Anda mungkin juga menyukai