Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

pendidikan sangat besar dan dirasakan oleh berbagai pihak terutama

guru, kepala sekolah, peserta didik dan orang tua. Akibat penyebaran

covid 19 yang tinggi di Indonesia, universitas dan perguruan tinggi

lainnya ditutup tidak terkecuali sekolah dasar. Dengan dilakukannya

penutupan sekolah, maka pemerintah mengambil langkah agar proses

pembelajaran tidak tertinggal dan peserta didik tetap menerima hak untuk

mendapatkan ilmu.

Mempertimbangkan untuk pencegahan covid 19 semakin banyak di

Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem

Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease

(Covid- 19). Mendikbud juga menjelaskan mengenai mekanisme Ujian

Sekolah, bahwa ujian atau tes yang yang diselenggarakan dalam bentuk

tatap muka tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah dilakukan sebelum

terbitnya edaran ini. Ujian Sekolah dapat dilakukan dalam bentuk

portofolio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh sebelumnya,

penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya.

Untuk kegiatan belajar mengajar dinstruksikan untuk pembelajaran

dari rumah. Terkait belajar dari rumah, Mendikbud menekankan bahwa

1
pembelajaran dalam jaringan (daring)/jarak jauh dilaksanakan untuk

memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa

terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk

kenaikan kelas maupun kelulusan.

Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan

pemahaman siswa mengenai virus corona dan wabah Covid-19. Adapun

aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai

minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan

akses/fasilitas belajar di rumah. Bukti atau produk aktivitas belajar diberi

umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa

diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di rumah masing-

masing peserta didik atau dalam jaringan (daring) selama covid 19 masih

berlangsung, dengan membawa buku tematik atau buku mata pelajaran

yang disediakan dari pihak sekolah. Sehingga tugas orang tua dalam hal

ini adalah menjadi pembimbing atau pengawas selama proses belajar.

Untuk memudahkan guru dan siswa dalam pembelajaran ini dapat

menggunakan aplikasi classroom ataupun whatsApp group.

Namun disamping itu, proses pembelajaran daring jangan sampai

hanya menghasilkan peserta didik seperti robot yang melalui

mengerjakan tugas banyak tanpa mampu berpikir dengan dalam level

tinggi.

2
Keberhasilan pembelajaran daring selama masa covid 19 ini perlu

adanya kerjasama antara guru, sekolah, orang tua dan peserta didik.

Karena tidak semua peserta didik mampu belajar secara daring, serta

guru yang kurang mahir mengajar menggunakan teknologi atau gagap

teknologi.

Pada perkembangannya Pembelajaran dari rumah membuat pelajar,

tenaga pengajar, dan orang tua merasa keberatan. Semua lini masyarakat

dipaksa untuk bertransformasi dan beradaptasi dalam kondisi pandemi

ini. Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya

siap meskipun sebenarnya, model pembelajaran di rumah dan di sekolah

bisa dikatakan relatif sama tujuannya jika dalam keadaan normal.

Mungkin yang membedakan adalah sarana dan prasarana yang

digunakan. Pembelajaran secara daring, menyisakan berbagai dampak.

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis hendak menguraikan

tulisan dalam bentuk makalah yang berjudul “DAMPAK

PEMBELAJARAN DARING TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR

PADA MATA PELAJARAN AL-QUR'AN HADITS “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kita dapat merumuskan

masalah: Bagaimana dampak pembelajaran daring terhadap keaktifan

belajar pada mata pelajaran al-qur'an hadits ?

3
C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini

adalah untuk mengetahui: Bagaimana dampak pembelajaran daring

terhadap keaktifan belajar pada mata pelajaran al-qur'an hadits.

D. Manfaat Penulisan Makalah

Manfaat dari makalah ini adalah:

1. Secara teoritis, diharapkan dapat memperkaya khasanah dunia

pendidikan dan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan

pendidikan pada umumnya.

2. Secara praktis, diharapkan makalah ini dapat menjadi masukan

berharga bagi pembuat kebijakan dalam merancang kurikulum

yang sesuai dengan tingkatan perkembangan peserta didik.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring yaitu penyelenggaraan kelas pembelajaran

dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang massif dan luas,

sehingga pembelajaran daring dapat diselenggarakan dimana saja serta

diikuti secara gratis maupun berbayar (Bilfaqih & Qomarudin, 2015).

Selain itu, pembelajaran daring memanfaatkan jaringan internet dalam

proses pembelajaran dan memberikan metode pembelajaran yang efektif

seperti berlatih dengan adanya umpan balik, menggabungkan kegiatan

kolaboratif dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran

berdasarkan kebutuhan menggunakan simulasi anak dan yang permainan

(Ghirardini, 2011; Isman, 2016). Pembelajaran daring atau penerapan e-

learning dalam pendidikan anak usia dini telah menjadi solusi praktis

untuk masalah yang dihadapi (Nichols & McLachlan, 2006).

Pembelajaran daring memiliki manfaat seperti membangun komunikasi

serta diskusi antara guru dengan anak, anak saling interaksi dan

berdiskusi dengan satu dan lainnya, memudahkan anak berinteraksi

dengan guru dan orang tua, sarana yang tepat untuk melihat

perkembangan anak melalui laporan orang tua dengan tujuan orang tua

dapat melihat langsung perkembangannya, guru dapat dengan mudah

memberikan materi kepada anak berupa gambar, video, dan audio yang

5
dapat diunduh oleh orang tua langsung, dan mempermudah guru

membuat materi dimana saja dan kapan saja (Sobron et al., 2019).

Istilah pembelajaran daring dan luring muncul sebagai salah satu

bentuk pola pembelajaran di era teknologi informasi seperti sekarang ini.

Daring merupakan singkatan dari “dalam jaringan” sebagai pengganti

kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi

internet. Daring adalah terjemahan dari istilah online yang bermakna

tersambung ke dalam jaringan internet. Pembelajaran daring artinya

adalah pembelajaran yang dilakukan secara online, menggunakan

aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring

merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka,

tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala bentuk materi

pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga dilakukan secara

online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem pembelajaran

melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google

Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom.

Sebuah kondisi dikatakan daring apabila memenuhi beberapa

persyaratan sebagai berikut:

1. Di bawah pengendalian langsung dari alat yang lainnya.

2. Di bawah pengendalian langsung dari sebuah sistem.

3. Tersedia untuk penggunaan segera atau real time.

4. Tersambung pada suatu sistem dalam pengoperasiannya,

6
5. Bersifat fungsional dan siap melayani

Selama pelaksanaan model daring, peserta didik memiliki

keleluasaan waktu untuk belajar. Peserta didik dapat belajar kapan pun

dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Peserta didik juga

dapat berinteraksi dengan guru pada waktu yang bersamaan, seperti

menggunakan video call atau live chat. Pembelajaran daring dapat

disediakan secara elektronik menggunakan forum atau message.

Belajar secara daring tentu memiliki tantangannya sendiri. Siswa

tidak hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk

belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Namun, proses

pembelajaran yang efektif juga tak kalah penting. Berikut ini tips agar

siswa dapat bejalar daring dengan efektif:

1. Komunikasi antar tenaga pengajar dan siswa harus berjalan dengan

baik pada saat melakukan video call.

2. Aktif dalam berdiskusi baik dengan tenaga pengajar atau teman-

teman.

3. Managemen waktu bagi para siswa sangat penting. Meski belajar di

rumah, pastikan siswa membuat catatan mana saja tugas yang sudah

dikerjakan, dan mana tugas yang harus segera kamu selesaikan.

Jangan lupa untuk tetap bersosialisasi dengan orang lain,

termasuk anggota keluarga di rumah, serta teman-teman sekelas di

luar sesi video call untuk mengasah kemampuan bersosialisasi.

7
B. Keaktifan Belajar Siswa

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar siswa adalah suatu kondisi, perilaku atau

kegiatan yang terjadi pada siswa pada saat proses belajar yang

ditandai dengan keterlibatan siswa seperti bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru

dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab

terhadap tugas yang diberikan. Keaktifan belajar siswa merupakan

unsur terpenting dalam pembelajaran, karena keaktifan akan

berpengaruh besar pada keberhasilan proses pembelajaran. Semakin

tinggi keaktifan siswa, maka keberhasilan proses belajar seharusnya

juga menjadi semakin tinggi.

Keaktifan dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat

melatih berpikir kritis, serta dapat memecahkan permasalahan-

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar aktif adalah

mempelajari dengan cepat dan tanggap, menyenangkan, penuh

semangat, keterlibatan secara pribadi, dan mempelajari sesuatu

dengan baik. siswa aktif harus dapat mendengar, melihat, menjawab

pertanyaan dan mendiskusikan dengan orang lain.

2. Aspek Keaktifan Belajar

8
Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam

proses belajar mengajar yang beraneka ragam. Menurut Hamalik

(2011), terdapat delapan aspek kegiatan belajar siswa, yaitu:

a. Visual activeties (kegiatan-kegiatan visual), seperti membaca,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati

orang lain bekerja atau bermain.

b. Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan), seperti mengemukakan

suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan

pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,

diskusi, dan interupsi.

c. Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan), seperti

mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan

sebagainya.

d. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis), seperti menulis

cerita karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

e. Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar), seperti

menggambar, membuat grafik, peta, diagaram, pola, dan

sebagainya.

f. Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik), seperti melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model bermain, berkebun,

memelihara binatang, dan sebagainya.

9
g. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental), seperti merenungkan,

mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat

hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

h. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional), seperti

menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan

sebagainya.

3. Bentuk-bentuk Keaktifan Belajar

Menurut Slameto (1995), bentuk-bentuk keaktifan belajar siswa

terbagi menjadi dua kelompok, yaitu keaktifan psikis dan keaktifan

fisik. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Keaktifan Psikis

Menurut aliran kognitif, belajar adalah menunjukkan adanya

jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang diterima, tidak

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Bentuk-bentuk

keaktifan psikis yaitu:

 Keaktifan Indra. Dalam Mengikuti kegiatan belajar hendaknya

berusaha mendayagunakan alat indra dengan sebaik-baiknya,

seperti: pendengaran, penglihatan, dan sebagainya.

 Keaktifan Emosi. Peserta didik hendaknya senantiasa berusaha

mencintai apa yang akan dan yang telah dipelajari, serta

gembira, berani dan tenang ketika proses pembelajaran

berlangsung.

10
 Keaktifan Akal. Dalam Melaksanakan kegiatan belajar akal

harus selalu aktif untuk dapat merumuskan pengertian,

menyintesis dan menarik kesimpulan.

 Keaktifan Ingatan. Pada waktu belajar siswa harus aktif dalam

menerima bahan pelajaran yang disampaikan guru dan

berusaha menyimpan dalam otak, kemudian mampu

mengutarakan kembali secara teoritis ingatan akan berfungsi,

mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar, menyimpan

pesan dan memproduksi kesan.

b. Keaktifan Fisik

Keaktifan siswa dalam belajar menganut hukum Law of Exercise

yang artinya bahwa belajar memerlukan latihan-latihan. Adapun

bentuk-bentuk keaktifan fisik siswa adalah:

 Mencatat. Mencatat atau menulis dikatakan sebagai aktivitas

belajar apabila anak didik dalam menulis khususnya siswa

mempunyai kebutuhan serta tujuan, dan menggunakan set

tertentu agar catatan itu nantinya, berguna bagi pencapaian

tujuan belajar.

 Membaca. Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar.

Hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca, agar

dapat belajar dengan baik, maka perlulah membaca dengan

baik pula, karena membaca adalah alat belajar.

11
 Berdiskusi. Dalam berdiskusi ada beberapa aktivitas belajar

seperti bertanya, mengeluarkan pendapat, atau saran dan lain-

lain, apabila dalam proses belajar mengajar diadakan diskusi,

maka akan mengembangkan potensi siswa sehingga semakin

kritis dan kreatif.

 Mendengar. Mendengar adalah respons yang terjadi karena

adanya rangsangan suara. Diterimanya gelombang suara oleh

indra pendengar tidak berarti ada persepsi sadar akan apa yang

didengar. Karena kenyataan inilah banyak orang yang

mendengar namun pada kenyataannya mereka tidak mengerti

atau mengingat apa yang mereka dengar. Dalam hal ini

keaktifan siswa dalam mendengar apabila menjadikan anak

didik mendengar informasi secara aktif dan bertujuan.

4. Indikator Keaktifan Belajar

Menurut Sanjaya (2010), terdapat beberapa indikator yang

menunjukkan ciri-ciri keaktifan belajar siswa, antara lain yaitu:

a. Keaktifan siswa pada proses perencanaan

Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan

motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam

menentukan kegiatan pembelajaran.

12
Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan

pembelajaran.

Adanya keterlibatan dalam menentukan dan mengadakan media

pembelajaran yang akan digunakan.

b. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran

Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional,

maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat

dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk

menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan.

Siswa belajar secara langsung. Dalam proses pembelajaran secara

langsung, konsep dan prinsip di berikan melalui pengalaman nyata

seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan

lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu dapat dilakukan

dalam bentuk kerja sama dan interaksi dalam kelompok.

Adanya upaya siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber

belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan

pembelajaran.

Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti

menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan

13
masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran

berlangsung.

Siswa mampu berinteraksi multi-arah, baik antara siswa dengan

siswa atau antara guru dengan siswa. interaksi ini juga ditandai

dengan keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembicaraan

atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu

saja.

C. Pembelajaran Al qur’an hadits

1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas yaitu,

belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung

lebih dominan pada siswa, sementara cara mengajar secara

instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah

ringkasan dari kata belajar dan mengajar.

Pengertian dari Al–Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai

mukjizat, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan

perantara malaikan jibril a.s yang di dalamnya berisi pedoman hidup

bagi manusia. Menurut Dr. Subhi Ash-Shalih, Al-Quran merupakan

kalam Allah Swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada

nabi Muhammad dan di tulis di mushaf serta diriwayatkan dengan

mutawatir, membacanya termasuk ibadah

14
2. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik

yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan.

Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau

yang disebut juga dengan tujuan intruksional, merupakan tujuan yang

paling khusus. Tujuan pembelajaran menjadi bagian tujuan kulikuler,

didefinisikan sebagai kemamuan yang harus dimiliki oleh peserta

didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang

studi tertentu dalam satukali pertemuan, misalnya pelajaran surat Al-

Fatihah dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.

3. Urgensi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Urgensi pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada peserta didik yaitu:

1. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca

dan menulis Al-Qur’an serta kandungan Al-Qur’an dan Hadits.

2. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk meningkatkan

kualitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara.

4. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

peserta didik dalam meyakini kebenaran ajaran AgamaIslam,

15
melanjutkan upaya yang telah dilaksanakan dalam lingkungan

keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya.

5. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam

keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan

atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan

menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah Swt.

16
BAB III

PEMBAHASAN

Akibat dari penerapan protocol penangan kesehatan di masa pandemic

maka membawa dampak terhadap keaktifan belajar pada mata pelajaran al-

qur'an hadits.

1. Materi Di Persingkat Waktu Pembelajaran Di Kurangi

Kegiatan belajar mengajar merupakan proses transfer pengetahuan

dari guru kepada siswa/murid yang adalah peserta didik dalam rangka

mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk dapat

mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan

tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat, dalam berbangsa dan bernegara.

Situasi ini menjadi berbeda ketika terjadinya pandemic Covid 19.

Semua tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk

di sector pendidikan mengalami perubahan dan penyesuaian. Siswa yang

biasanya belajar di sekolah dengan suasana pembelajaran yang didukung

oleh sarana yang baik harus belajar dari rumah dengan berbagai

keterbatasan. Dalam situasi yang demikian tentulah memberikan dampak

pada kelompok sasaran pendidikan yaitu peserta didik. Menurut Kamus

Bahasa Indonesia, Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan

17
mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, dari devinisi tersebut, maka

dapat dijelaskan bahwa pendidikan mempunyai arti sebuah cara

mendidik siswa atau memotivasi siswa untuk berperilaku baik dan

membanggakan. Akan tetapi hal ini menadi sulit untuk dicapai karena

perubahan pola dan tatana pembelajaran di masa pandemic Covid 19.

Adanya pandemic covid-19 berdampak pada materi di persingkat

waktu pembelajaran di kurangi. Disingkatnya materi pembelajaran

karena adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru – guru untuk

mengunjungi setiap siswa di rumah. Hal ini terjadi karena adanya

perpindahan tempat belajar dari sekolah menajdi di rumah serta dalam

upaya menjauhi kerumunan atau pertemuan yang melibatkan banyak

orang. Situasi lainnya yang juga dihadapi dalam proses pembelajaran

yaitu keterbatasan buku belajar dan juga akses internet. Kebijakan belajar

dari rumah mengharuskan para siswa untuk dapat mengakses meteri

pembelajara dari internet. Akan tetapi harus diakui bahwa jaringan

internet di desa masih kurang baik. Akibatnya proses belajar menjadi

terkendala.

Untuk dapat memaksimalkan waktu yang ada maka pihak sekolah

melalui guru mapel melakukan kegiatan pembelajaran kepada murid

dengan cara dilaksanakan perkelompok dengan memeperhatikan jarak

rumah. Jadi untuk siswa yang rumahnya berdekatan dsatukan dalam satu

kelompok belajar. Demikian pula halmya dengan materi yang ada

18
dilakukan satu hari karena siswa di kunjugi di rumah-rumah. Pemberian

materi secara sekaligus dalam satu hari dianggap kurang baik karena

secara tidak langsung dipaksakan secara keseluruhan semua materi

kepada anak didik.

Akibat dari pelaksanaan kebiajkan pembelajaran di masa pandemic

Covid 19 ini maka capaian target tidak maksimal sehinggah nilai siswa

menurun juga prestasi siswa menurun. Hal ini terjadi sebagai akibat dari

keterbatasan waktu mengajar dan kurangnya sarana pembelajaran yang

dapat diguankan oleh peserta didik. demikian pula halnya dengan dalam

situasi saat ini maka siswa lebih banyak melakukan tugas di rumah.

Proses pembuatan tugas menjadi sulit ketika siswa kurang mengeerti

akan pelajaran yang ada. Demiian pula halnya ketika tidak didampingi

oleh orang tua dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Sekalipun memang telah diberikan akses internet untuk memperbaiki

proses belajar mengajar saat pandemic akan tetapi ternyata tidak semua

siswa dapat dengan mudah menggunakannya. Hal ini selain disebabkan

oleh karena kurangnya pengetahuan dalam penggunaan sarana internet

juga berkaitan dengan fasilitas jaringan internet yang kurang baik.

2. Proses belajar yang terjadi hanya sampai pada menerimaan materi

pelajaran saja akan tetapi membentuk karakter anak sulit dicapai oleh

karena berbagai keterbatasan dan situasi

19
Siswa MTs harus diakui belum cukup mampu dalam mengatur

waktu antara belajar, bermain, membantu orang tua maupun aktivitas

lainnya seperti beribadah dan lain sebagainya. Akibatnya karena berada

dirumah maka dipandang waktu dan aktifitas anak menjadi lebih banyak.

Namun demikian sebenarnya tidaklah demikian. Hal ini terjadi oleh

karena siswa yang belum mampu mengatur waktunya dari pagi sampai

malam hari. Sebab sebagai contoh saja bahwa diwaktu belajar yang ada

misalnya pagi hari maka anak seharusnya sudah bagun pagi dan

mempersipakan diri untuk belajar (seperti halnya saat sekolah). Akan

tetapi ini meniadi beda karen ada siswa yang tidak bangun sesuai dengan

waktu biasanya kesekolah. Demikian pula halnya untuk waktuk dan

aktifitas ibadah dilaksanakan terbatas dan dilakukan oleh keluarga itu

sendiri. Kesemuannya ini memang dianggap sulit jika hanya dilakukan

sendiri oleh siswa. Olehnya maka diperlukan peran serta dari orang tua

untuk membantu anak dalam pelaksanaan kegiatan belajar di masa

pandemic Covid 19.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran daring/jarak jauh difokuskan pada peningkatan

pemahaman siswa mengenai virus corona dan wabah Covid-19. Adapun

aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai

minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan

akses/fasilitas belajar di rumah. Bukti atau produk aktivitas belajar diberi

umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa

diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di rumah masing-

masing peserta didik atau dalam jaringan (daring) selama covid 19 masih

berlangsung, dengan membawa buku tematik atau buku mata pelajaran

yang disediakan dari pihak sekolah. Sehingga tugas orang tua dalam hal

ini adalah menjadi pembimbing atau pengawas selama proses belajar.

Untuk memudahkan guru dan siswa dalam pembelajaran ini dapat

menggunakan aplikasi classroom ataupun whatsApp group.

Namun disamping itu, proses pembelajaran daring jangan sampai

hanya menghasilkan peserta didik seperti robot yang melalui

mengerjakan tugas banyak tanpa mampu berpikir dengan dalam level

tinggi.

21
Keberhasilan pembelajaran daring selama masa covid 19 ini perlu

adanya kerjasama antara guru, sekolah, orang tua dan peserta didik.

Karena tidak semua peserta didik mampu belajar secara daring, serta

guru yang kurang mahir mengajar menggunakan teknologi atau gagap

teknologi.

Pada perkembangannya Pembelajaran dari rumah membuat pelajar,

tenaga pengajar, dan orang tua merasa keberatan. Semua lini masyarakat

dipaksa untuk bertransformasi dan beradaptasi dalam kondisi pandemi

ini. Hal ini tentu bukanlah hal yang mudah, karena belum sepenuhnya

siap meskipun sebenarnya, model pembelajaran di rumah dan di sekolah

bisa dikatakan relatif sama tujuannya jika dalam keadaan normal.

Mungkin yang membedakan adalah sarana dan prasarana yang

digunakan. Pembelajaran secara daring, menyisakan berbagai dampak.

Akibat dari penerapan protocol penangan kesehatan di masa

pandemic maka membawa dampak terhadap keaktifan belajar pada mata

pelajaran al-qur'an hadits.

1. Materi Di Persingkat Waktu Pembelajaran Di Kurangi

Adanya pandemic covid-19 berdampak pada materi di

persingkat waktu pembelajaran di kurangi. Disingkatnya materi

pembelajaran karena adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

guru – guru untuk mengunjungi setiap siswa di rumah. Hal ini terjadi

karena adanya perpindahan tempat belajar dari sekolah menajdi di

22
rumah serta dalam upaya menjauhi kerumunan atau pertemuan yang

melibatkan banyak orang. Situasi lainnya yang juga dihadapi dalam

proses pembelajaran yaitu keterbatasan buku belajar dan juga akses

internet. Kebijakan belajar dari rumah mengharuskan para siswa

untuk dapat mengakses meteri pembelajara dari internet. Akan tetapi

harus diakui bahwa jaringan internet di desa masih kurang baik.

Akibatnya proses belajar menjadi terkendala.

2. Proses belajar yang terjadi hanya sampai pada menerimaan materi

pelajaran saja akan tetapi membentuk karakter anak sulit dicapai oleh

karena berbagai keterbatasan dan situasi

Siswa MTs harus diakui belum cukup mampu dalam mengatur

waktu antara belajar, bermain, membantu orang tua maupun aktivitas

lainnya seperti beribadah dan lain sebagainya. Akibatnya karena

berada dirumah maka dipandang waktu dan aktifitas anak menjadi

lebih banyak. Namun demikian sebenarnya tidaklah demikian. Hal

ini terjadi oleh karena siswa yang belum mampu mengatur waktunya

dari pagi sampai malam hari. Sebab sebagai contoh saja bahwa

diwaktu belajar yang ada misalnya pagi hari maka anak seharusnya

sudah bagun pagi dan mempersipakan diri untuk belajar (seperti

halnya saat sekolah).

23
B. Saran

1. Melakukan penataan dalam hal pemenuhan kebutuahn fasilitas dasar

kegiatan belajar dengan cara berkoordinasi dengan orang tua dan

pemerintah desa untuk turut membantunya.

2. Melakukan evaluasi secara berkalah dalam hal penerapan

pembelajaran di masa pandemic dengan melibatkan guru dan orang

tua dengan tetap menerapkan protocol kesehatan..

24
DAFTAR PUSTAKA

Pohan, E. Albert. 2020. Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan


Ilmiah. Puwodadi: CV Sarnu Untung

Mastura. 2020, Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Proses Pengajaran bagi


Guru dan Siswa,. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran,. Institut
Agama Islam Negeri Palopo

Nurul Hidayah, 2020. Dampak Sistem Pembelajaran Daring Terhadap


Kegiatan Belajar Mengajar Pada Masa Pandemi Covid 19 Di Sdn 3
Sriminosari,. Jurnal As-Salam IVol. IX No. 2, Th. 2020.

25

Anda mungkin juga menyukai