BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyebaran pademi covid-19 yang mulai terdengar beritanya dari daerah wuhan China
(Lee A, 2020) menjadi awal penyebab timbulnya kekhawatiran berbagai negara dikarenakan
timbulnya wabah virus covid-19 yang melanda ,berbagai negara. Berbagai kasus di berbagai
Negara menjadi sorotan dunia, termasuk Indonesia. Berbagai dampak yang ditimbulkan tidak
hanya dari kalangan masyarakat luar saja namun pademi tersebut juga muncul diberbagai
Menurut UNESCO, sekitar 1,3 miliar pelajar dan mahasiswa diberbagai Negara tidak dapat
bersekolah dan kuliah sebagaimana biasanya dikarenakan adanya wabah virus covid -19 yang
Covid-19 telah mengubah gaya hidup orang diberbagai Negara, masyarakat disarankan
untuk menjaga jarak dan membatasi kerumunan orang banyak, langkah-langkah keamanan
ini juga berlaku untuk dunia pendidikan. Semua sekolah mengalami penutupan. Pemerintah
diberikan melalui system online, tenaga administrasi sekolah, pengajar, dan siswa melakukan
upaya dalam berbagai cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pembelajaran online
atau pembelajaran daring. Implementasi pembelajaran online tidak terbatas pada situasi krisis
seperti saat ini. Pembelajaran online telah disarankan sebagai pengganti pembelajaran tatap
muka.
Kondisi demikian menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan inovasi dalam proses
pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut ialah dengan melakukan pembelajaran
secara online (dalam jaringan). Akan tetapi, dalam pembelajaran daring ini tidak terlepas dari
1
2
bantuan internet melalui media-media sosial atau flatfoam yang telah disediakan
(Kuntarto,E.(2017).
kemarin masih kurang berjalan dengan baik dikarenakan banyak faktor yang menjadi kendala
atau penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran daring tersebut. Oleh karena itu, peneliti
ingin melakukan penelitian untuk mengetahui kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi
siswa selama pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pademi covid-19 kemarin.
Berdasarkan data awal yang telah peneliti dapat di kelas VII kemarin masih banyak sekali
siswa yang mengalami berbagai kendala, hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring,
salah satunya kuota internet yang terbatas dan masih banyak lagi. Pada akhir Desember 2021
kemarin peneliti menyempatkan diri melakukan pengamatan atau observasi secara langsung
di SMPN 6 Bengkulu Selatan pada kelas VII untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa
kelas VII dalam pelaksanaan pembelajaran daring, peneliti melakukan sedikit wawancara
untuk mendapatkan data mengenai hambatan yang dihadapi siswa kelas VII dalam
pelaksanaan pembelajaran daring. Disana peneliti bertanya kepada salah satu siswa kelas VII
yang bernama Sherly Cartika Ayu. “apakah pada saat melakukan pembelajaran daring
kemarin Sherly mengalami kendala ?, Sherly menjawab iya, saya mengalami berbagai
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan diatas, maka dapat
3
dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : Apa saja hambatan yang di hadapai siswa SMPN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan yang dihadapi siswa SMPN 6 Manna
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan terhadap
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah hasil penelitian ini, diharapkan agar dapat menambah refrensi yang
selatan.
b. Bagi guru, dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai acuan
c. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi siswa mengenai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Daring
pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka, tetapi dilakukan melalui media sosial
yang tersedia. Sementara itu menurut Hanum ( 2013:92) pembelajaran online atau daring
adalah salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan dan didukung oleh pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi misalnya seperti wathsap grup, zoom meating,
classroom, dan elearning. Adapun menurut Bifaqih & Qomarudin (2015:1) pembelajaran
daring merupakan program belajar untuk mencapai kelompok yang kuat dan luas melalui
jaringan internet dengan jumblah peserta yang tidak terbatas pembelajaran dapat
dilaksanakan secara kuat dan dapat dapat dilakukan secara gratis maupun berbayar. Menurut
More dkk, (2011) pembelajaran daring pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet
mendukung belajar mengajar dengan media jaringan computer lain yang mendukung (
adalah suatu peristiwa atau keadaan yang ikut mempengaruhi ( menyebabkan ) terjadinya
sesuatu.Setiap yang dirancang pasti adanya faktor pendorong dan penghambat dalam proses
4
5
Faktor pendorong merupakan suatu hal yang menjadi dorongan agar kegiatan tersebut dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada proses pembelajaran secara daring yang
dilakukan di SMPN 6 Manna Bengkulu selatan. ada beberapa hal yang menjadi pendorong
agar proses pembelajaran daring berjalan dengan lancar yaitu (1) siswa yang melaksanakan
pembelajaran dari memiliki hp android (2) peserta didik dapat mengoperasikan android
terutama wathsap dan google (3) guru dan murid ada yang difasilitasi kuota internet dari
sekolah ( jaringan internet tidak terlalu buruk karena kebanyakan guru dan siswa bertempat
tinggal didalam kota (5) kebanyakan orang tua sudah memasang wifi di tempat tinggal
masing-masing.
yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran daring salah satunya yaitu guru
yang tidak bisa menjelaskan secara maksimal karena terjadinya perubahan dan cara dalam
sistem pembelajaran. Butuh waktu untuk beradaptasi bagi guru, orang tua, dan siswa tentu
besar kemungkinan bagi orang tua tentunya agar dapat membimbing anaknya belajar
dirumah. Pembelajaran secara daring mengubah ujian yang seharusnya kondisi normal biasa
dilakukan secara praktek oleh peserta didik menjadi hanya mengirimkan video praktek yang
bisa saja gagal karena terkendala oleh berbagai faktor. Pembelajaran daring ini juga
berdampak pada pembelajaran yang memerlukan banyak praktek selama proses pembelajaran
pada saat pembelajaran menjadi kurang maksimal diterima peserta didik. Apalagi jika ada
peserta didik yang tidak menggumpulkan tugas yang diberikan guru, guru juga tidak bisa
a. Adanya rasa tidak senang dilakukanya pembelajaran daring, jika sudah merasa tidak
senang maka maka siswa akan malas mengikuti pembelajaran, dan tidak mengikuti
b. Siswa merasa jenuh dalam melaksanakan pembelajaran daring karena bersifat lebih
c. Beberapa siswa tidak mendapat dampingan dari orang tua saat belajar daring
d. Diskusi melalui google clasroom terkadang orang tua yang aktif ikut serta, bukan
siswanya sendiri.
menjadi kurang efektif. Pembelajaran menjadi kurang monoton dan kurang menyenangkan
karena kurangnya inovasi pada proses pembelajaran dikarenakan siswa maupun orang tua
siswa kurang melek teknologi sehingga tidak paham cara mengakses dan mengunakan yang
cukup menarik agar dapat diminati oleh siswa, melayani komunikasi berupa diskusi dan
mengungkapkan bahwa kelebihan pembelajaran berbasis daring bagi guru terdiri dari : 1
dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa dibatasi ruang dan waktu 2
dapat menggunakan materi pelajaran dari berbagai susmber yang ada diinternet 3 bahan ajar
meberikan dampak yang kurang baik bagi guru disekolahSelain kelebihan dan kekurangan
7
yang tealah disebutkan diatas ada juga kelebihan-kelebihan yang bisa siswa dapat selama
belajar daring :
a. Pembelajaran daring membuat sistem pembelajaran menjadi lebih praktis dan mudah
karena bisa di lakukan dimana saja dan pelaporan tugas di lakukan setiap saat.
b. Lebih fleksibel karena dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun. Pembelajaran
daring menyebabkan waktu yang lebih fleksibel bagi wali yang bekerja di luar dan
c. Menghemat waktu dan dapat dilakukan kapan saja. Semua siswa dapat
mengaskesnya di mana saja artinya, dapat dilakukan dimana saja. Semua siswa dapat
d. Lebih praktis dan mudah dalam penggambilan nilai bila memakai Google Form. Jika
menggunakan Google Form, nilai bisa langsung diketahui sehingga siswa lebih
tertarik dalam mengerjakan tugas. Selain itu siswa lebih di mudahkan dalam
mengerjakan tugasnya. Siswa tinggal memilih jawaban yang di anggap benar dengan
f. Guru dan siswa memperoleh pengalaman baru terkait pembelajaran daring. Peran
ada beberapa macam media yang sering digunakan dalam pembelajaran daring yakni :
online atau istilahnya adalah kelas online sehingga dapat memudahkan guru
kertas lagi.
8
secara cepat kepada siswa. Bentuk pesan dapat berupa kalimat, gambar dan suara
belajar mandiri dirumah oleh para guru dan siswa. Salah satunya adalah dengan
fitur virtual background yang dimiliki zoom. Murid bisa menjadi lebih efektif
Dari pelaksanaan proses pembelajaran daring ini dapat dilihat dari proses belajar nya,
yang mana dari proses pembelajaran inilah akan diperoleh hasil belajar. hasil belajar ini dapat
dikelompokan menjadi beberapa bagian menurut Benjamin Bloom dalam Styron (2014), hasil
berfikir yang terdiri dari enam jenjang yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan,
b. Hasil belajar afektif, merupakan hal yang berkaitan dengan internalisasi sikap dan
nilai yang terdiri dari lima jenjang yakni menerima, menanggapi, menghargai,
B. Penelitian Relavan
Untuk sejauh ini, yang peneliti ketahui bahwa sudah ada yang melakukan penelitian ini,
namun penelitian dengan masalah dan judul yang sama di SMPN 6 Bengkulu Selatan belum
ada. Maka untuk itu peneliti membuat penelitian yang relavan, yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan dengan judul Analisis Kendala
Guru dalam pembelajaran daring pada masa pademi covid-19 di SMP Negri 3 Medan.
yakni membahas apa saja kendala yang dihadapai dalam proses pembelajaran daring
pada masa pademi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan
di SMP Negri 3 Medan belum juga berjalan sesuai dengan keinginan karena masih
banyak mengalami beberapa kendala atau hambatan di antaranya : siswa yang belum
yang kurang stabil, siswa yang kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru
Persamaan dari penelitian yang relavan tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
Sedangkan perbedaaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian relavan di
atas yaitu jika pada penelitian ini membahas mengenai hambatan yang dihadapi siswa dalam
pembelajaran daring, sementara pada penelitian relavan membahas mengenai kendala guru
masa pandemi covid-19 di SDN 024 Samarinda Utara tahun pembelajaran 2020/2021.
10
Samarinda Utara Tahun 2020/2021 belum berjalan dengan sesuai yang diharapkan
whatsapp saja. Permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran daring di
handphone seperti orang tua yang tidak memiliki smarthphone, handphone yang
tidak mendukung, kurang nya penguasaan saat menggunakan aplikasi belajar daring,
terkendala nya penyediaan kouta internet, dan siswa tidak fokus pada saat belajar di
rumah.
Persamaan dari penelitian yang relavan tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai haambatan atau kendala dalam
Sedangkan perbedaaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian relavan di
atas yaitu jika pada penelitian ini membahas mengenai hambatan siswa dalam pembelajaran
daring, sementara pada penelitian relavan hanya membahas mengenai permasalahan dalam
Disamping itu pembelajaran daring ini juga mempunyai kelemahan, Mustofa, dkk
2. Tugas yang diberikan kepada siswa, terkadang malah dikerjakan oleh orang tuanya
3. Tugas guru malah menjadi lebih banyak karena selain menyiapkan materi ajar, juga
4. Tidak semua siswa memiliki android dan tidak semua siswa mampu menggunakan
C. Bagan Analisis
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online atau daring,
menggunakan aplikasi maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring ini juga merupakan
pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka, tetapi melalui platfoarm atau aplikasi
yang tersedia, dengan adanya pembelajaran melalui daring maka ini akan membantu proses
pembelajaran kita saat sedang tidak melakukan pembelajaran tatap muka, dalam pelaksanaan
pembelajaran daring ini siswa menjadi komponen utama setelah guru dalam pembelajaran ini
diharapkan dapat mengikuti sistem pembelajaran daring sesuai dengan yang diharapkan.
Bifaqih dan Qomarudin (2015:1) pembelajaran daring adalah program belajar online atau
daring untuk mempermudah dalam melaksanakan pembelajaran pada saat adanya pembatasan
jarak yang tidak memungkinkan siswa dan guru untuk melaksanakan kelas secara tatap muka.
Melalui jaringan yang tersedia maka pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan secara
baik dan tidak terbatas. e-learning atau daring juga dapat didefinisikan sebagai sebuah
bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia maya.
Maka dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat dilihat gambar bagan
analisisnya.
12
Pelaksanaan Tujuan
Siswa
pembelajaran daring pembelajaran
1. Jaringan
2. Pelaksanaan
pembelajaran
3. Penyediaan
BAB III
kuota
4. Kemampuan
menggunakan
aplikasi
13
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian ini akan dilakukan pada kelas : VII SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan. waktu
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Menurut Bogdan dan Taylor (2010)
penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
atau pun tulisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Sedangkan penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami sebuah fenomena dengan cara memaparkan gambaran dalam
bentuk rangkaian kata sehingga menghasilkan teori. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu
filsafat positivisme yaitu digunakan untuk meneliti keadaan objek yang alamiah dimana
peneliti sebagai instrumen kunci. Penggunaan penelitian kualitatif ini alasanya karena belum
jelas apa yang menjadi hambatan. Selanjutnya pada penelitian ini akan dilakukan melalui
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau dapat disebut sebagai
data utama. Sedangkan data sekunder adalah merupakan data yang dikumpulkan
peneliti dari sumber yang telah tersedia sehingga memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
data primer diperoleh dari hasil wawancara. Sedangkan data sekunder diambil dari
dokumen, observasi, foto, video serta data penelitian terdahulu yang relavan.
13
14
2. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, kata-kata atau penjelasan
dari responden, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen yang diperlukan dan
lainya. Sumber data lain nantinya akan diambil dari dokumen, hasil wawancara, catatan
lapangan dan hasil observasi serta foto dan video saat melakukan penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah
penelitian. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang benar maka peneliti akan
mendapatkan data-data yang memenuhi standar. Untuk itu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
terhadap suatu objek. dan mengingat kembali peristiwa dan memahami situasi rumit.
aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk
aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk
2. Interview (wawancara)
Dalam proses mewawancara sesuatu hal yang dilakukan oleh peneliti untuk menggali
data yang berasal dari SMPN 6 Bengkulu Selatan wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan, untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, wawancara yang dipakai yaitu wawancara terstruktur
peneliti mewawancarai siswa kelas VII SMP Negri 6 Bengkulu Selatan yang melakukan
pembelajaran daring.
Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan suatu data atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan dengan cara bertatap muka dan melakukan Tanya jawab antara
Pada wawancara ini disediakan empat item jawaban yang masing-masing jawaban
Agar dapat mengetahui penelitisn responden terhadap suatu objek objek, maka
menggunakan skala interval untuk penerapan analisis data agar dapat mengetahui hambatan
yang di hadapi siswa di SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan, hasil skor rata-rata dapat dilihat
pada skala interval, lalu dapat diketahui hambatan pelaksanaan pembelajaran daring untuk
mengetahui dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut :
4 diperoleh : skor nilai tertinggi
4 diperoleh dari : jumblah pertanyaan
1 diperoleh dari : indikator ke 1
1) Jaringan
Nilai tertinggi : 4x4 = 16
Nilai terendah 1x4 = 4
R: Nilai Tertinggi : Nilai Terendah
: 16-4 = 12
I :
: =3
Keterangan :
I = interval kelas
R = Total range
K = Skor angket
Nt = Nilai Tertinggi
Nr = Nilai terendah’
Tabel 3.2
Jaringan
No. Interval Analisis Kriteria
1. 14-16 Selalu
2. 11-13 Kadang-kadang
3. 7-9 Jarang
4. 3-5 Tidak
18
2) Pelaksanaan Pembelajaran
4 diperoleh : skor nilai tertinggi
4 diperoleh dari : jumblah pertanyaan
2 diperoleh dari : indikator ke 2
I :
: =3
Keterangan :
I = Interval kelas
K = Skor Angket
Nt = Nilai Tertinggi
Nr = Nilai Terendah
Tabel 3.3
Pelaksanaan pembelajaran
No. Interval Analisis Kriteria
1. 10-12 Tidak ada hambatan
2. 7-9 Ada sedikit hambatan
3. 5-6 Cukup banyak hambatan
4. 3-4 Sangat banyak hambatan
: 16-4 = 12
I :
: =3
Keterangan :
I = Interval kelas
R = Total Range
K = Skor Angket
Nt = Nilai Tertinggi
Nr = Nilai Terendah
Tabel 3.4
Penyediaan kuota Internet
I :
: =3
Keterangan :
I = Interval kelas
R = Total Range
20
K = Skor Angket
Nt = Nilai Tertinggi
Nr = Nilai Terendah
Tabel 3.5
Aplikasi yang digunakan
Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data
hasil penelitian, memilih dan mengelola data agar menjadi sebuah data yang valid dan sesuai
keinginan. teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan menggumpulkan
data dan bekerja dengan data, mengkoordinasikan dan memilih data agar menjadi satuan
yang dapat dikelolah, mensistematikanya, mencari dan menemukan pola, serta merumuskan
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Presentase
daring pada siswa di smpn 6 manna Bengkulu selatan dan teknik analisis deskriptif
presentase penelitian ini diolah dengan cara frekuensi dibagi menjadi jumblah
Keterangan :
P: Angka Persentase
BAB IV
Masat kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan. Sejarah singkat SMP Negeri 6
Bengkulu Selatan, SMPN 6 Bengkulu Selatan berdiri pada tahun 1978 SMPN 6 Bengkulu
Selatan ini mengalami 3 kali pergantian nama, pada tahun 1979 SMP ini diberi nama SMP
Pino Kabupaten Bengkulu Selatam, kemudian pada tahun 2001 SMP ini berganti nama
menjadi SMP 1 Pino, lalu pada awal tahun 2018 nama sekolah ini resmi ditetapkan menjadi
SMPN 6 Bengkulu Selatan sampai dengan sekarang, akhir nya dengan kemajuan dan
perkembangan jaman pada tahun 2021 kemarin status sekolah ini disamakan dengan
sekolah-sekolah negri lainya yaitu telah Terakreditasi A dengan nilai 91. SMPN 6 Bengkulu
Selatan juga mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah sejak pertama kali
didirikan, namun sekarang sekolah ini di pimpin oleh bapak Suharsa M.Pd. dengan semakin
pesatnya perkembangan dalam dunia pendidikan SMPN 6 Bengkulu Selatan terus melakukan
perubahan-perubahan untuk menjadi lebih baik lagi, untuk meningkatkan kekuatan mutu
pendidikanya sesuai dengan motto juang, serta visi dan misi SMPN 6 Bengkulu Selatan. Hal
ini juga dibuktikan dengan adanya prestasi dari berbagai bidang seperti bidang non akademik,
maupun bidang akademik lainya. SMPN 6 Bengkulu Selatan ini berdiri di atas lahan 3248
M2 milik pemerintah pusat, sekolah ini telah memiliki izin SK operasional pada tanggal 24
februari 2018, dengan menggunakan kurikulum 2013. Untuk lebih jelasnya peneliti
menambahkan informasi mengenai keadaan siswa, keadaan guru dan keadaan sarana dan
Tabel 4.1
No Kelas Jumlah
1 VII 20
2 VIII 48
3 IX 37
4 Total 105
Adapun dari total keseluruhan siswa di atas hanya 1 siswa saja yang beragama Kristen
katholik, semenatara yang lainya beragama islam semua. Selanjutnya di bawah ini telah
peneliti buat keterangan mengenai jumlah guru dan karyawan sebagai berikut :
Tabel 4.2
1 Guru Tetap 6 5 11
2 Pegawai Tetap 0 0 0
Total 14 17 32
24
Tabel 4.3
1 Total 9
2 Baik 6
3 Rusak Sedang 3
No Laboratorium
1 Ipa 1
2 Bahasa 0
3 Ips 0
4 Komputer 2
Selain dari sarana dan prasarana yang telah di sebutkan atau ditunjukan di atas
sekolah ini juga mempunyai 2 perpustakaan, namun saying nya perpusrakaan yang sekarang
bisa di fingsikan itu hanya 1 saja, yang satu nya lagi mengalami kerusakan.
Selanjutnya untuk dapat menciptakan generasi muda yang cerdas maka SMP Negeri 6
Bengkulu Selatan juga memiliki Motto Juang, Visi dan Misi, yaitu:
Motto Juang :
peningkatan mutu SMP Negri 6 Bengkulu Selatan berdasarkan nilai religious, yang
berkembang secra inovatif dalam mewujudkan peserta didik cerdas dan komperatif.
Visi :
25
“Terdidik Berdasarkan Iman dan Taqwa Unggul Dalam Prestasi, Iptek dan Budaya”
Misi :
1. Membina keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
kepercayaan masing-masing
3. Menumbuhkan kebiasaan untuk berkopetensi yang sehat antar siswa, pendidik, tenaga
6. Membentuk karakter siswa yang jujur, disiplin serta tanggung jawab melalui program
Penelitian dilakukan untuk memperoleh data tentang hambatan yang di hadapi siswa
kelas VII SMPN 6 Bengkulu Selatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, Pengumpulan
Berdasarkan tabel di atas maka di bawah ini akan di jelaskan satu-persatu tentang masing-
masing indikator hasil wawancara hambatan pelaksanaan pembelajaran daring dimulai dari
1. Jaringan
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa pada indikator pertama yaitu
jaringan maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel pembahasan tentang hasil
Tabel 4.5
Hasil Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran Daring
Dilihat dari Indikator Pertama yaitu Jaringan
Indikator 1
Responden 1 2 3 4 Total Skor
1 3 4 3 4 14
2 3 3 3 3 12
3 4 3 4 4 15
4 3 3 2 2 10
5 4 4 4 4 16
6 3 2 2 2 9
7 3 3 2 3 11
8 2 2 2 3 9
9 3 4 3 3 13
10 1 1 2 2 6
11 3 4 3 3 14
12 3 3 3 2 11
13 4 4 1 2 11
14 3 3 3 4 13
15 4 4 3 4 15
16 2 3 2 3 10
17 3 4 3 3 16
18 3 3 2 3 11
19 4 4 4 4 16
20 4 3 3 3 13
Jumlah 245
27
Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis
x 100 %
Dari skor hasil wawancara indikator pertama yaitu jaringan dapat dilihat dari tabel4.5,
Tabel 4.6
1 13-16 Selalu 10 50
2 10-12 Kadang-kadang 7 35
3 7-9 Sering 2 10
4 4-6 Tidak 1 5
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa
yang mengatakan bahwa mereka tidak mengalami hambatan dari ketersediaan jaringan,
karna pada umumnya di rumah mereka itu sudah disediakan wifi oleh orang tuanya terutama
yang orang tuanya berprofesi sebagai guru, bidan dan pegawai negri, kemudian 10 % lagi
siswa mengatakan bahwa mereka sering mengalami hambatan karna tetersediaan jaringan,
lalu 35 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang terkendala oleh jaringan
karena dari sebagian besar siswa itu menggunakan kartu seperti indosat jadi ketika hujan
deras dan terjadi mati lampu maka jaringan pada kartu yang mereka gunakan itu hilang
secara tiba-tiba, dan ada sekitar 50 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka selalu
mengalami kendala karna ketersediaan jaringan, karna pada umunya siswa yang selalu
28
mengalami kendala dari ketersediaan jaringan tersebut daerah tempat tinggal mereka itu
berada di daerah pelosok dan jauh dari sumber jaringan sehingga mereka sangat kesulitan
Dengan demikian agar hambatan yang dihadapi siswa terutama kelas VII ini bisa menjadi
perhatian dari berbagai pihak agar kedepanya nanti hambatan ini tidak terjadi lagi, terutama
2. Pelaksaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada indikator kedua yaitu
pelaksanaan pembelajaran maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel pembahasan
Tabel 4.8
Indikator 2
Responden 4 4 4 4 Total
1 3 1 4 3 8
2 2 3 3 4 4
3 4 3 4 2 5
4 1 3 2 4 7
5 3 3 4 1 4
6 4 2 2 3 6
7 4 1 3 3 6
8 2 4 4 2 5
9 3 3 2 1 6
10 4 3 4 3 6
29
11 1 1 2 4 7
12 2 4 2 4 2
13 1 4 2 1 6
14 3 4 3 3 5
15 4 4 2 4 7
16 2 1 3 1 8
17 2 3 3 3 3
18 4 1 1 4 5
19 3 2 3 2 5
20 5
Jumlah 110
Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis
x 100 %
Dari skor hasil wawancara indikator kedua yaitu pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat
dari tabel 4.8, daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.9
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa
yang mengatakan sangat banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring,
15 % lagi mengatakan bahwa mereka mengalami cukup banyak kendala dalam pelaksanaan
30
kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan 25 % lagi mengatakan bahwa mereka tidak ada
kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, jadi dari hambatan yang mereka alami ini akan
membuat mereka sulit untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan baik.
Dengan demikian agar hambatan hambatan-hambatan ini tidak terjadi lagi kedepanya, agar
pelaksanaan pembelajaran bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
3. Penyediaan Kuota
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada indikator ketiga yaitu
penyediaan kuota maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel pembahasan tentang
Tabel 4.10
Indikator 3
Responden 1 2 3 3 Total
1 4 4 4 3 14
2 4 3 2 4 11
3 3 3 2 4 16
4 4 3 3 3 14
5 3 1 2 3 13
6 4 3 4 2 14
7 3 1 2 2 11
8 3 3 4 3 8
9 3 3 2 1 10
10 4 4 3 3 10
11 4 4 4 2 13
31
12 4 4 3 2 13
13 3 1 2 2 9
14 4 4 2 3 10
15 3 3 3 2 11
16 3 1 4 2 5
17 4 1 3 4 11
18 4 3 4 1 12
19 3 4 4 4 9
20 3 1 2 12
Jumlah 175
Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis
x 100 %
Dari skor hasil wawancara indikator ketiga yaitu penyediaan kuota internet dapat dilihat
dari tabel 4.10, daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.10
1 10-11 Selalu 8 40
2 8-9 Kadang-kadang 6 30
3 6-7 Jarang 5 25
4 4-5 Tidak 1 5
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa
yang mengatakan tidak mengalami hambatan karna ketersediaan kuota internet, karena
sebagian siswa di kelas itu sudah ada wifi di rumah nya, dan ada juga yang mendapatkan
kuota bantuan dari pemerintah sehingga itu cukup untuk di gunakan saat belajar daring,
32
sementara itu 25 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka jarang di berikan orang tua kuota
internet terutama bagi siswa yang sudah ada wifi di rumah nya, 30% lagi siswa mengatakan
bahwa mereka kadang-kadang diberikan orang tua mereka kuota internet karena mereka
menggunakan aplikasi internet atau aplikasi belaajr daring tidak hanya di rumah saja, ada
juga yang menggunakan aplikasi belajr daring ketika sedang di luar rumah, misalnya saat
seperti sedang berada di rumah teman yang tiak ada wifi nya, jadi mereka pasti membutuhkan
kuota internet, sehingga orang tua mereka memberikan mereka kuota internet namun tidak
terlalu sering, dan 40% siswa menjawab iya pada saat ditanyakan apakah mereka di berikan
orang tuanya kuota internet ?, mereka di berikan orang tuanya kuota internet di karenakan di
rumah nya tidak ada wifi dan tidak semua siswa mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah,
sehingga itu mengharuskan mereka untuk meminta kuota kepada orang tuanya agar pada saat
Dengan demikian agar ini bisa menjadi perhatian berbagai pihak terutama sekolah
untuk bisa mengusulkan kuota bantuan kepada pemerintah sesuai dengan kebutuhan siswa
agar proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada indikator keempat yaitu
kemampuan menggunakan aplikasi maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel
Tabel 4.11
Responden Indikator 4
1 2 3 4 Total Skor
1 4 3 4 3 14
2 3 2 3 3 11
3 4 4 4 4 16
4 3 4 3 4 14
5 4 3 3 3 13
6 3 4 4 3 14
7 3 3 3 2 11
8 2 3 1 2 8
9 3 2 2 3 10
10 4 2 3 1 10
11 4 3 3 3 13
12 4 4 3 2 13
13 2 2 3 2 9
14 2 3 3 2 10
15 2 4 2 3 11
16 1 1 1 2 5
17 3 2 4 2 11
18 2 4 2 4 12
19 3 3 2 1 9
20 4 2 2 4 12
Jumlah 226
Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis
x 100 %
Dari skor hasil wawancara indikator keempat yaitu kemampuan mengguanakan aplikasi
dapat dilihat dari tabel 4.12, daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.12
1 13-16 Iyaa 7 35
2 10-12 Sudah 9 45
3 8-9 Belum 3 15
4 4-7 Tidak 1 5
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa
yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara
baik dikarenakan aplikasi yang mereka gunakan itu baru mereka temui saat belajar daring
saja, dan mereka juga tidak mempunyai hp sendiri sehingga membuat mereka kesulitan untuk
membuka dan mengakses aplikasi yang akan mereka gunakan untuk belajar daring berbeda
dengan teman-teman mereka yang sudah lama mengetahui tentang aplikasi belajar daring
tersebut dan mereka juga sudah memiliki hp sendiri sehingga mereka tidak mengalami
hambatan dalam menggunakan atau mengakses aplikasi tersebut, 15% lainya mengatakan
bahwa sanya mereka belum mampu menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik,
sementara itu sebanyak 45 % siswa mengatakan bahwa mereka sudah mampu menggunakan
atau mengakses aplikasi yang mereka gunakan untuk belajar daring, karna mereka sudah
lama mengetahui aplikasi tersebut, dan mereka juga tidak terkendala dengan hp sehingga
mereka bisa belajar dan mudah memahami cara menggunakan aplikasi belajar daring itu
kapan saja, dan pada saat belajar daring berlangsung mereka sudah mampu mengunakan
35
aplikasi tersebut secara baik, dan 35 % lainya siswa menjawab iyaa mereka sudah mampu
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di SMPN 6 Bengkulu Selatan
tepatnya pada siswa kelas VII hambatan utama yang di hadapi siswa kelas VII dalam
pembelajaran daring adalah jaringan. pada jarigan ada 5 % siswa yang mengatakan bahwa
mereka tidak mengalami hambatan karna jaringan, karna pada umumnya di rumah mereka itu
sudah disediakan wifi oleh orang tuanya terutama yang orang tuanya berprofesi sebagai guru,
bidan dan pegawai negri, kemudian 10 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka sering
mengalami hambatan karna tetersediaan jaringan, lalu 35 % lagi siswa mengatakan bahwa
mereka kadang-kadang terkendala oleh jaringan karena dari sebagian besar siswa itu
menggunakan kartu seperti indosat jadi ketika hujan deras dan terjadi mati lampu maka
jaringan pada kartu yang mereka gunakan itu hilang secara tiba-tiba, dan ada sekitar 50 %
lagi siswa mengatakan bahwa mereka selalu mengalami kendala karna ketersediaan jaringan,
karna pada umunya siswa yang selalu mengalami kendala dari ketersediaan jaringan tersebut
daerah tempat tinggal mereka itu berada di daerah pelosok dan jauh dari sumber jaringan
sehingga mereka sangat kesulitan dalam mencari jaringan untuk belajar daring. Pada
indikator kedua ada 5 % siswa yang mengatakan sangat banyak kendala dalam pelaksanaan
dalam pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya 55 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka ada
sedikit kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan 25 % lagi mengatakan bahwa mereka
tidak ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, jadi dari hambatan yang mereka alami ini
akan membuat mereka sulit untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan
baik. Pada indikator ketiga hanya ada 5 % siswa yang mengatakan tidak mengalami
hambatan karna ketersediaan kuota internet, karena sebagian siswa di kelas itu sudah ada wifi
36
di rumah nya, dan ada juga yang mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah sehingga itu
cukup untuk di gunakan saat belajar daring, sementara itu 25 % lagi siswa mengatakan bahwa
mereka jarang di berikan orang tua kuota internet terutama bagi siswa yang sudah ada wifi di
rumah nya, 30% lagi siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang diberikan orang tua
mereka kuota internet karena mereka menggunakan aplikasi internet atau aplikasi belaajr
daring tidak hanya di rumah saja, ada juga yang menggunakan aplikasi belajr daring ketika
sedang di luar rumah, misalnya saat seperti sedang berada di rumah teman yang tiak ada wifi
nya, jadi mereka pasti membutuhkan kuota internet, sehingga orang tua mereka memberikan
mereka kuota internet namun tidak terlalu sering, dan 40% siswa menjawab iya pada saat
ditanyakan apakah mereka di berikan orang tuanya kuota internet ?, mereka di berikan orang
tuanya kuota internet di karenakan di rumah nya tidak ada wifi dan tidak semua siswa
mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah, sehingga itu mengharuskan mereka untuk
meminta kuota kepada orang tuanya agar pada saat belajar daring berlangsung mereka tidak
penyediaan kuota internet. Pada indikator ke empat bahwa hanya ada 5 % siswa yang
mengatakan bahwa mereka tidak bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik
dikarenakan aplikasi yang mereka gunakan itu baru mereka temui saat belajar daring saja,
dan mereka juga tidak mempunyai hp sendiri sehingga membuat mereka kesulitan untuk
membuka dan mengakses aplikasi yang akan mereka gunakan untuk belajar daring berbeda
dengan teman-teman mereka yang sudah lama mengetahui tentang aplikasi belajar daring
tersebut dan mereka juga sudah memiliki hp sendiri sehingga mereka tidak mengalami
hambatan dalam menggunakan atau mengakses aplikasi tersebut, 15% lainya mengatakan
bahwa sanya mereka belum mampu menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik,
sementara itu sebanyak 45 % siswa mengatakan bahwa mereka sudah mampu menggunakan
atau mengakses aplikasi yang mereka gunakan untuk belajar daring, karna mereka sudah
37
lama mengetahui aplikasi tersebut, dan mereka juga tidak terkendala dengan hp sehingga
mereka bisa belajar dan mudah memahami cara menggunakan aplikasi belajar daring itu
kapan saja, dan pada saat belajar daring berlangsung mereka sudah mampu mengunakan
aplikasi tersebut secara baik, dan 35 % lainya siswa menjawab iyaa mereka sudah mampu
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari : Feby Mutia Nababan yang mengatakan
bahwa pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan di SMP Negri
3 Medan belum juga berjalan sesuai dengan keinginan karena masih banyak mengalami
beberapa kendala atau hambatan di antaranya : siswa yang belum memiliki kemampuan
dalam penggunaan aplikasi belajar daring, jaringan internet yang kurang stabil, siswa yang
kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring.
Dan hasil penelitian dari dari Sofyana Puspita Ningrum yang mengatakan bahwa dari hasil
pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 di SDN 024 Samarinda Utara tahun
SD Negeri 024 Samarinda Utara Tahun 2020/2021 belum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan dikarenakan guru hanya memberikan materi dan penugasan selama proses
saja. Permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran daring di SD Negeri 024
Samarinda Utara yaitu kurangnya ketersediaan jaringan, tingkat kemampuan siswa saat
melakukan proses belajar daring, keterbatasan fasilitas handphone seperti orang tua yang
tidak memiliki smarthphone, handphone yang tidak mendukung, kurang nya penguasaan
saat menggunakan aplikasi belajar daring, terkendala nya penyediaan kouta internet, dan
Hal ini juga di perkuat dengan teori yang telah di sampaikan oleh Hanum (2013 : 92)
yang mengatakan bahwa pembelajaran daring atau online adalah salah satu model
pembelajaran yang dilaksanakan dan didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi misalnya seperti Wathsap grup, zoom meating, classroom, dan elearing.
39
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di SMPN 6 Bengkulu Selatan
tepatnya pada siswa kelas VII hambatan utama yang di hadapi siswa kelas VII dalam
pembelajaran daring adalah jaringan. pada jarigan ada 5 % siswa yang mengatakan bahwa
mereka tidak mengalami hambatan karna jaringan, karna pada umumnya di rumah mereka itu
sudah disediakan wifi oleh orang tuanya terutama yang orang tuanya berprofesi sebagai guru,
bidan dan pegawai negri, kemudian 10 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka sering
mengalami hambatan karna tetersediaan jaringan, lalu 35 % lagi siswa mengatakan bahwa
mereka kadang-kadang terkendala oleh jaringan karena dari sebagian besar siswa itu
menggunakan kartu seperti indosat jadi ketika hujan deras dan terjadi mati lampu maka
jaringan pada kartu yang mereka gunakan itu hilang secara tiba-tiba, dan ada sekitar 50 %
lagi siswa mengatakan bahwa mereka selalu mengalami kendala karna ketersediaan jaringan,
karna pada umunya siswa yang selalu mengalami kendala dari ketersediaan jaringan tersebut
daerah tempat tinggal mereka itu berada di daerah pelosok dan jauh dari sumber jaringan
sehingga mereka sangat kesulitan dalam mencari jaringan untuk belajar daring. Pada
indikator kedua ada 5 % siswa yang mengatakan sangat banyak kendala dalam pelaksanaan
dalam pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya 55 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka ada
sedikit kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan 25 % lagi mengatakan bahwa mereka
tidak ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, jadi dari hambatan yang mereka alami ini
akan membuat mereka sulit untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan
baik.
39
40
Pada indikator ketiga hanya ada 5 % siswa yang mengatakan tidak mengalami hambatan
karna ketersediaan kuota internet, karena sebagian siswa di kelas itu sudah ada wifi di rumah
nya, dan ada juga yang mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah sehingga itu cukup untuk
di gunakan saat belajar daring, sementara itu 25 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka
jarang di berikan orang tua kuota internet terutama bagi siswa yang sudah ada wifi di rumah
nya, 30% lagi siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang diberikan orang tua mereka
kuota internet karena mereka menggunakan aplikasi internet atau aplikasi belaajr daring tidak
hanya di rumah saja, ada juga yang menggunakan aplikasi belajr daring ketika sedang di luar
rumah, misalnya saat seperti sedang berada di rumah teman yang tiak ada wifi nya, jadi
mereka pasti membutuhkan kuota internet, sehingga orang tua mereka memberikan mereka
kuota internet namun tidak terlalu sering, dan 40% siswa menjawab iya pada saat ditanyakan
apakah mereka di berikan orang tuanya kuota internet ?, mereka di berikan orang tuanya
kuota internet di karenakan di rumah nya tidak ada wifi dan tidak semua siswa mendapatkan
kuota bantuan dari pemerintah, sehingga itu mengharuskan mereka untuk meminta kuota
kepada orang tuanya agar pada saat belajar daring berlangsung mereka tidak terlambat
kuota internet.
Pada indikator ke empat bahwa hanya ada 5 % siswa yang mengatakan bahwa mereka
tidak bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik dikarenakan aplikasi yang
mereka gunakan itu baru mereka temui saat belajar daring saja, dan mereka juga tidak
mempunyai hp sendiri sehingga membuat mereka kesulitan untuk membuka dan mengakses
aplikasi yang akan mereka gunakan untuk belajar daring berbeda dengan teman-teman
mereka yang sudah lama mengetahui tentang aplikasi belajar daring tersebut dan mereka juga
sudah memiliki hp sendiri sehingga mereka tidak mengalami hambatan dalam menggunakan
atau mengakses aplikasi tersebut, 15% lainya mengatakan bahwa sanya mereka belum
41
mampu menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik, sementara itu sebanyak 45 %
siswa mengatakan bahwa mereka sudah mampu menggunakan atau mengakses aplikasi yang
mereka gunakan untuk belajar daring, karna mereka sudah lama mengetahui aplikasi tersebut,
dan mereka juga tidak terkendala dengan hp sehingga mereka bisa belajar dan mudah
memahami cara menggunakan aplikasi belajar daring itu kapan saja, dan pada saat belajar
daring berlangsung mereka sudah mampu mengunakan aplikasi tersebut secara baik, dan 35
% lainya siswa menjawab iyaa mereka sudah mampu menggunakan aplikasi itu dengan baik.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari : Feby Mutia Nababan yang mengatakan
bahwa pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan di SMP Negri
3 Medan belum juga berjalan sesuai dengan keinginan karena masih banyak mengalami
beberapa kendala atau hambatan di antaranya : siswa yang belum memiliki kemampuan
dalam penggunaan aplikasi belajar daring, jaringan internet yang kurang stabil, siswa yang
kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring.
Dan hasil penelitian dari dari Sofyana Puspita Ningrum yang mengatakan bahwa dari hasil
pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 di SDN 024 Samarinda Utara tahun
pembelajaran 2020/2021.
Samarinda Utara Tahun 2020/2021 belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan
dikarenakan guru hanya memberikan materi dan penugasan selama proses pembelajaran
Permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran daring di SD Negeri 024
Samarinda Utara yaitu kurangnya ketersediaan jaringan, tingkat kemampuan siswa saat
melakukan proses belajar daring, keterbatasan fasilitas handphone seperti orang tua yang
tidak memiliki smarthphone, handphone yang tidak mendukung, kurang nya penguasaan
42
saat menggunakan aplikasi belajar daring, terkendala nya penyediaan kouta internet, dan
Hal ini juga di perkuat dengan teori yang telah di sampaikan oleh Hanum (2013 : 92)
yang mengatakan bahwa pembelajaran daring atau online adalah salah satu model
pembelajaran yang dilaksanakan dan didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi misalnya seperti Wathsap grup, zoom meating, classroom, dan elearing.
B. SARAN
1. Bagi SMPN 6 Bengkulu Selatan agar dapat lebih memperhatikan lagi hambatan-
hambatan yang di hadapi siswa nya dalam melaksanakan proses pembelajaran daring
2. Bagi siswa terutama siswa kelas VII agar pada saat mengalami hambatan seperti
3. Bagi peneliti sendiri agar dapat membantu atau memberi masukan baik kepada
sekolah maupun kepada siswa tentang solusi hambatan pembelajaran daring yang
terhambat atau
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah (2018). pemrograman Web Untuk Pemula Jakarta ; Elex Media Komputindo
Bifaqih, Y., Qomarudin, M.N., 2015. Esensi Penyusunan Materi Daring Untuk Pendidikan
Dan Pelatihan, Yogyakarta: DeePublis.
Hanum, N.S. (2013). Kearifan e-learning sebagai media pembelajaran ( Studi evaluasi model
pembelajaran e-learning SMK Telkom Sandhy. Putra Purwekerto. Yogyakarta : Universitas
Negri Yogyakarta. Jurnal pendidikan dan vokasi, vol. 3, tahun. (2013)
Kamalia, Asaratul (2021) pengaruh pembelajaran daring melalui google classroom terhadap
hasil belajar siswa pada mata pembelajaran ekonomi kelas XII IPS SMAN 1 Ketapang, Other
Thesis, STKIP PGRI BANGKALAN
Lee, A.(2020). Wuhan novel coronavirus (COVID-19) : why global control is challenging ?
Moore JL, Dickson-Deane C, Galyen K. 2011, E-learning , online learning, and distance
learning eviroments: Are they the same, The Intertaiment and Figher Education ;
14(2):129:35
43
44
45
N
46
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat :
II. PETUNJUK PENGISIAN
a. Berilah tanda centang atau tanda silang pada jawaban yang anda anggap sesuai
b. Isi lah jawaban secara benar dan jujur
c. belum
d. tidak
8. Apakah pada saat melakukan pembelajaran daring anda tidak mengalami kendala sama
sekali atau anda bagaimana ?
a. Sangat banyak kendala c. ada sedikit kendala
b. Cukup banyak kendala d. tidak ada kendala
9. Apakah orang tua anda memberikan anda kuota internet ?
a. Iyaa c. jarang
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
48