Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran pademi covid-19 yang mulai terdengar beritanya dari daerah wuhan China

(Lee A, 2020) menjadi awal penyebab timbulnya kekhawatiran berbagai negara dikarenakan

timbulnya wabah virus covid-19 yang melanda ,berbagai negara. Berbagai kasus di berbagai

Negara menjadi sorotan dunia, termasuk Indonesia. Berbagai dampak yang ditimbulkan tidak

hanya dari kalangan masyarakat luar saja namun pademi tersebut juga muncul diberbagai

aspek kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk salah satunya dibidang pendidikan.

Menurut UNESCO, sekitar 1,3 miliar pelajar dan mahasiswa diberbagai Negara tidak dapat

bersekolah dan kuliah sebagaimana biasanya dikarenakan adanya wabah virus covid -19 yang

telah menyebar dan mengakibatkan berbagai kegiatan terhambat.

Covid-19 telah mengubah gaya hidup orang diberbagai Negara, masyarakat disarankan

untuk menjaga jarak dan membatasi kerumunan orang banyak, langkah-langkah keamanan

ini juga berlaku untuk dunia pendidikan. Semua sekolah mengalami penutupan. Pemerintah

telah merekomendasikan untuk pembelajaran daring dan materi pembelajaran tambahan

diberikan melalui system online, tenaga administrasi sekolah, pengajar, dan siswa melakukan

upaya dalam berbagai cara untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pembelajaran online

atau pembelajaran daring. Implementasi pembelajaran online tidak terbatas pada situasi krisis

seperti saat ini. Pembelajaran online telah disarankan sebagai pengganti pembelajaran tatap

muka.

Kondisi demikian menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan inovasi dalam proses

pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi tersebut ialah dengan melakukan pembelajaran

secara online (dalam jaringan). Akan tetapi, dalam pembelajaran daring ini tidak terlepas dari

permasalan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaanya.

1
2

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet

dengan aksebilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai

interaksi pembelajaran. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu

mempertemukan siswa dengan guru untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan

bantuan internet melalui media-media sosial atau flatfoam yang telah disediakan

(Kuntarto,E.(2017).

Pelaksanaan pembelajaran daring di SMPN 6 Bengkulu Selatan yang telah dilaksanakan

kemarin masih kurang berjalan dengan baik dikarenakan banyak faktor yang menjadi kendala

atau penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran daring tersebut. Oleh karena itu, peneliti

ingin melakukan penelitian untuk mengetahui kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi

siswa selama pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pademi covid-19 kemarin.

Berdasarkan data awal yang telah peneliti dapat di kelas VII kemarin masih banyak sekali

siswa yang mengalami berbagai kendala, hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring,

salah satunya kuota internet yang terbatas dan masih banyak lagi. Pada akhir Desember 2021

kemarin peneliti menyempatkan diri melakukan pengamatan atau observasi secara langsung

di SMPN 6 Bengkulu Selatan pada kelas VII untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa

kelas VII dalam pelaksanaan pembelajaran daring, peneliti melakukan sedikit wawancara

untuk mendapatkan data mengenai hambatan yang dihadapi siswa kelas VII dalam

pelaksanaan pembelajaran daring. Disana peneliti bertanya kepada salah satu siswa kelas VII

yang bernama Sherly Cartika Ayu. “apakah pada saat melakukan pembelajaran daring

kemarin Sherly mengalami kendala ?, Sherly menjawab iya, saya mengalami berbagai

kendala salah satunya terkendala kuota internet yang terbatas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan diatas, maka dapat
3

dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : Apa saja hambatan yang di hadapai siswa SMPN

6 Manna Bengkulu Selatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring ?

C. Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan yang dihadapi siswa SMPN 6 Manna

Bengkulu Selatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

C. Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

berikut manfaat dari penelitian ini :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan terhadap

pengembagan teori belajar dan pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah hasil penelitian ini, diharapkan agar dapat menambah refrensi yang

telah ada mengenai hambatan pelaksanaan pembelajaran daring di smpn 6 bengkulu

selatan.

b. Bagi guru, dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai acuan

dalam meningkatkan proses pelaksanaan pembelajaran daring pada siswa smpn 6

bengkulu selatan kedepanya.

c. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi siswa mengenai

pelaksanaan pembelajaran daring sehingga dapat tetap aktif belajar meskipun

pembelajaran dilakukan secara d


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online,

menggunakan aplikasi maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring juga merupakan

pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka, tetapi dilakukan melalui media sosial

yang tersedia. Sementara itu menurut Hanum ( 2013:92) pembelajaran online atau daring

adalah salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan dan didukung oleh pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi misalnya seperti wathsap grup, zoom meating,

classroom, dan elearning. Adapun menurut Bifaqih & Qomarudin (2015:1) pembelajaran

daring merupakan program belajar untuk mencapai kelompok yang kuat dan luas melalui

jaringan internet dengan jumblah peserta yang tidak terbatas pembelajaran dapat

dilaksanakan secara kuat dan dapat dapat dilakukan secara gratis maupun berbayar. Menurut

More dkk, (2011) pembelajaran daring pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet

dengan aksebilitas, fleksibilitas, konektivitas, dan kemampuan untuk menciptakan model

pembelajaran yang baru.

E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk

mendukung belajar mengajar dengan media jaringan computer lain yang mendukung (

Wulandari & Rahayu, 2010;72 ).

2. Faktor-Faktor Pendorong Pembelajaran Daring

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) menyebutkan bahwa faktor

adalah suatu peristiwa atau keadaan yang ikut mempengaruhi ( menyebabkan ) terjadinya

sesuatu.Setiap yang dirancang pasti adanya faktor pendorong dan penghambat dalam proses

pembelajaran daring. Beberapa hal tersebut adalah :

4
5

Faktor pendorong merupakan suatu hal yang menjadi dorongan agar kegiatan tersebut dapat

berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pada proses pembelajaran secara daring yang

dilakukan di SMPN 6 Manna Bengkulu selatan. ada beberapa hal yang menjadi pendorong

agar proses pembelajaran daring berjalan dengan lancar yaitu (1) siswa yang melaksanakan

pembelajaran dari memiliki hp android (2) peserta didik dapat mengoperasikan android

terutama wathsap dan google (3) guru dan murid ada yang difasilitasi kuota internet dari

sekolah ( jaringan internet tidak terlalu buruk karena kebanyakan guru dan siswa bertempat

tinggal didalam kota (5) kebanyakan orang tua sudah memasang wifi di tempat tinggal

masing-masing.

3. Hambatan-Hambatan Pembelajaran Daring

Mustakin (2020:8) mengemukakan bahwa hambatan yang dihadapi siswa selama

pelaksanaan pembelajaran daring diantaranya (1) jaringan (2) pelaksanaan pembelajaran

daring (3) penyediaan kuota (4) kemampuan menggunakan aplikasi.

yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran daring salah satunya yaitu guru

yang tidak bisa menjelaskan secara maksimal karena terjadinya perubahan dan cara dalam

sistem pembelajaran. Butuh waktu untuk beradaptasi bagi guru, orang tua, dan siswa tentu

besar kemungkinan bagi orang tua tentunya agar dapat membimbing anaknya belajar

dirumah. Pembelajaran secara daring mengubah ujian yang seharusnya kondisi normal biasa

dilakukan secara praktek oleh peserta didik menjadi hanya mengirimkan video praktek yang

bisa saja gagal karena terkendala oleh berbagai faktor. Pembelajaran daring ini juga

berdampak pada pembelajaran yang memerlukan banyak praktek selama proses pembelajaran

pada kondisi normal. Keterampilan-keterampilan yang seharusnya dikuasai peserta didik

pada saat pembelajaran menjadi kurang maksimal diterima peserta didik. Apalagi jika ada

peserta didik yang tidak menggumpulkan tugas yang diberikan guru, guru juga tidak bisa

memberikan nilai jika hal itu terus terjadi.


6

a. Adanya rasa tidak senang dilakukanya pembelajaran daring, jika sudah merasa tidak

senang maka maka siswa akan malas mengikuti pembelajaran, dan tidak mengikuti

pembelajaran daring itu pula.

b. Siswa merasa jenuh dalam melaksanakan pembelajaran daring karena bersifat lebih

monoton dan guru memberikan banyak tugas.

c. Beberapa siswa tidak mendapat dampingan dari orang tua saat belajar daring

dikarenakan kebanyakan orang tua dari siswa sibuk bekerja

d. Diskusi melalui google clasroom terkadang orang tua yang aktif ikut serta, bukan

siswanya sendiri.

Dengan adanya kendala-kendala tersebut mengakibatakan pembelajaran daring

menjadi kurang efektif. Pembelajaran menjadi kurang monoton dan kurang menyenangkan

karena kurangnya inovasi pada proses pembelajaran dikarenakan siswa maupun orang tua

siswa kurang melek teknologi sehingga tidak paham cara mengakses dan mengunakan yang

handphone android yang menunjang proses pembelajaran.

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Daring

Guru diharapkan mampu menyampaikan materi pembelajaran melalui web yang

cukup menarik agar dapat diminati oleh siswa, melayani komunikasi berupa diskusi dan

bimbingan melalui internet dan memiliki kecakupan lainya. (Mustakim, 2020:7)

mengungkapkan bahwa kelebihan pembelajaran berbasis daring bagi guru terdiri dari : 1

dapat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa dibatasi ruang dan waktu 2

dapat menggunakan materi pelajaran dari berbagai susmber yang ada diinternet 3 bahan ajar

relative mudah untuk diperbaharui.

Disamping memeiliki kelebihan, penerapan pembelajaran berbasis daring juga

meberikan dampak yang kurang baik bagi guru disekolahSelain kelebihan dan kekurangan
7

yang tealah disebutkan diatas ada juga kelebihan-kelebihan yang bisa siswa dapat selama

belajar daring :

a. Pembelajaran daring membuat sistem pembelajaran menjadi lebih praktis dan mudah

karena bisa di lakukan dimana saja dan pelaporan tugas di lakukan setiap saat.

b. Lebih fleksibel karena dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun. Pembelajaran

daring menyebabkan waktu yang lebih fleksibel bagi wali yang bekerja di luar dan

menyesuaikan waktu untuk mendampingi siswa belajar.

c. Menghemat waktu dan dapat dilakukan kapan saja. Semua siswa dapat

mengaskesnya di mana saja artinya, dapat dilakukan dimana saja. Semua siswa dapat

mengaksesnya dengan banyak siswa lewat WA Grop.

d. Lebih praktis dan mudah dalam penggambilan nilai bila memakai Google Form. Jika

menggunakan Google Form, nilai bisa langsung diketahui sehingga siswa lebih

tertarik dalam mengerjakan tugas. Selain itu siswa lebih di mudahkan dalam

mengerjakan tugasnya. Siswa tinggal memilih jawaban yang di anggap benar dengan

mengklik pilihan jawban yang dimaksud.

e. Siswa bisa dipantau dan di damping orang tua masing-masing.

f. Guru dan siswa memperoleh pengalaman baru terkait pembelajaran daring. Peran

orang tua dalam mendampingi siswa lebih banyak.

5. Media-Media Pembelajaran Daring

ada beberapa macam media yang sering digunakan dalam pembelajaran daring yakni :

a. Media Classroom adalah aplikasi yang dikhususkan untuk media pembelajaran

online atau istilahnya adalah kelas online sehingga dapat memudahkan guru

dalam membuat, membagikan serta mengelompokan tugas tanpa menggunakan

kertas lagi.
8

b. Wathsap grup berfungsi untuk mempermudah guru dalam memberikan pesan

secara cepat kepada siswa. Bentuk pesan dapat berupa kalimat, gambar dan suara

disesuaikan dengan diskusi materi pelajaran.

c. Zoom merupakan salah aplikasi yang dapat digunakan untuk memfasilitasi

belajar mandiri dirumah oleh para guru dan siswa. Salah satunya adalah dengan

fitur virtual background yang dimiliki zoom. Murid bisa menjadi lebih efektif

dan semangat dalam belajar.

6. Hasil Belajar Siswa

Dari pelaksanaan proses pembelajaran daring ini dapat dilihat dari proses belajar nya,

yang mana dari proses pembelajaran inilah akan diperoleh hasil belajar. hasil belajar ini dapat

dikelompokan menjadi beberapa bagian menurut Benjamin Bloom dalam Styron (2014), hasil

belajar ini dapat dikelompokan menjadi 3 aspek antara lain :

a. Hasil belajar kognitif, merupakan aspek yang berkaiatan dengan kemampuan

berfikir yang terdiri dari enam jenjang yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan,

atau aplikasi, analisis, sintetis, dan evaluasi

b. Hasil belajar afektif, merupakan hal yang berkaitan dengan internalisasi sikap dan

nilai yang terdiri dari lima jenjang yakni menerima, menanggapi, menghargai,

mengatur, adan karakterisasi dengan satu nilai atau nilai kompleks.

c. Hasil belajar pesikomotorik, berkaitan dengan keterampilan motorik dan

kemampuan bertindak sendiri. Pesikomotorik juga memiliki enam tingkatan yaitu

gerak reflex, gerak dasar, kemampuan persepektual, gerakan kemampuan fisik,

gerakan terampil dan gerakan indah serta kreatif.


9

B. Penelitian Relavan

Untuk sejauh ini, yang peneliti ketahui bahwa sudah ada yang melakukan penelitian ini,

namun penelitian dengan masalah dan judul yang sama di SMPN 6 Bengkulu Selatan belum

ada. Maka untuk itu peneliti membuat penelitian yang relavan, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan dengan judul Analisis Kendala

Guru dalam pembelajaran daring pada masa pademi covid-19 di SMP Negri 3 Medan.

yakni membahas apa saja kendala yang dihadapai dalam proses pembelajaran daring

pada masa pademi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan

di SMP Negri 3 Medan belum juga berjalan sesuai dengan keinginan karena masih

banyak mengalami beberapa kendala atau hambatan di antaranya : siswa yang belum

memiliki kemampuan dalam penggunaan aplikasi belajar daring, jaringan internet

yang kurang stabil, siswa yang kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru

dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

Persamaan dari penelitian yang relavan tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai hambatan pelaksanaan

pembelajaran daring pada masa pademi covid-19.

Sedangkan perbedaaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian relavan di

atas yaitu jika pada penelitian ini membahas mengenai hambatan yang dihadapi siswa dalam

pembelajaran daring, sementara pada penelitian relavan membahas mengenai kendala guru

dalam pembelajaran daring pada masa pademi covid-19.

2. Penelitian yang dilakukan Sofyana Puspita Ningrum dengan judul “Analisis

Permasalahan dalam Pembelajaran daring pada masa pademi covid-19” yakni

membahas mengenai permasalahan dalam pembelajaran daring. Hasil penelitian

mengenai analisis permasalahan dalam pembelajaran daring siswa kelas II D pada

masa pandemi covid-19 di SDN 024 Samarinda Utara tahun pembelajaran 2020/2021.
10

Pertama yaitu pelaksanaan pembelajaran daring siswa kelas II D di SD Negeri 024

Samarinda Utara Tahun 2020/2021 belum berjalan dengan sesuai yang diharapkan

dikarenakan guru hanya memberikan materi dan penugasan selama proses

pembelajaran daring walaupun melalui handphone dengan memanfaatkan aplikasi

whatsapp saja. Permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran daring di

SD Negeri 024 Samarinda Utara yaitu kurangnya ketersediaan jaringan, tingkat

kemampuan siswa saat melakukan proses belajar daring, keterbatasan fasilitas

handphone seperti orang tua yang tidak memiliki smarthphone, handphone yang

tidak mendukung, kurang nya penguasaan saat menggunakan aplikasi belajar daring,

terkendala nya penyediaan kouta internet, dan siswa tidak fokus pada saat belajar di

rumah.

Persamaan dari penelitian yang relavan tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai haambatan atau kendala dalam

pelaksanaan pembelajaran daring pada masa pademi covid-19.

Sedangkan perbedaaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian relavan di

atas yaitu jika pada penelitian ini membahas mengenai hambatan siswa dalam pembelajaran

daring, sementara pada penelitian relavan hanya membahas mengenai permasalahan dalam

pembelajaran daring pada masa pademi covid-19.

Disamping itu pembelajaran daring ini juga mempunyai kelemahan, Mustofa, dkk

(2019:152) kelemahan dari pembelajaran daring ini diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagian guru mengalami kendala atau hambatan dalam menggunakan aplikasi

belajar daring, terutama untuk guru yang sudah berusia lanjut.

2. Tugas yang diberikan kepada siswa, terkadang malah dikerjakan oleh orang tuanya

3. Tugas guru malah menjadi lebih banyak karena selain menyiapkan materi ajar, juga

membuat laporan untuk dinas pendidikan


11

4. Tidak semua siswa memiliki android dan tidak semua siswa mampu menggunakan

aplikasi android itu secara baik

5. Kurang ya interaksi antar guru dan siswa

6. Kurang nya pengawasan dalam pembelajaran daring.

C. Bagan Analisis

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan secara online atau daring,

menggunakan aplikasi maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring ini juga merupakan

pembelajaran yang dilakukan tanpa melalui tatap muka, tetapi melalui platfoarm atau aplikasi

yang tersedia, dengan adanya pembelajaran melalui daring maka ini akan membantu proses

pembelajaran kita saat sedang tidak melakukan pembelajaran tatap muka, dalam pelaksanaan

pembelajaran daring ini siswa menjadi komponen utama setelah guru dalam pembelajaran ini

diharapkan dapat mengikuti sistem pembelajaran daring sesuai dengan yang diharapkan.

Bifaqih dan Qomarudin (2015:1) pembelajaran daring adalah program belajar online atau

daring untuk mempermudah dalam melaksanakan pembelajaran pada saat adanya pembatasan

jarak yang tidak memungkinkan siswa dan guru untuk melaksanakan kelas secara tatap muka.

Melalui jaringan yang tersedia maka pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan secara

baik dan tidak terbatas. e-learning atau daring juga dapat didefinisikan sebagai sebuah

bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia maya.

Maka dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat dilihat gambar bagan

analisisnya.
12

Gambar 2.1 Bagan Analisis

Pelaksanaan Tujuan
Siswa
pembelajaran daring pembelajaran

1. Jaringan
2. Pelaksanaan
pembelajaran
3. Penyediaan
BAB III
kuota
4. Kemampuan
menggunakan
aplikasi
13

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

penelitian ini akan dilakukan pada kelas : VII SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan. waktu

penelitian dilakukan pada bulan maret - april 2022.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Menurut Bogdan dan Taylor (2010)

penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan

atau pun tulisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati. Sedangkan penelitian kualitatif

bertujuan untuk memahami sebuah fenomena dengan cara memaparkan gambaran dalam

bentuk rangkaian kata sehingga menghasilkan teori. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berdasarkan pada

filsafat positivisme yaitu digunakan untuk meneliti keadaan objek yang alamiah dimana

peneliti sebagai instrumen kunci. Penggunaan penelitian kualitatif ini alasanya karena belum

jelas apa yang menjadi hambatan. Selanjutnya pada penelitian ini akan dilakukan melalui

wawancara secara mendalam melalui responden penelitian.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau dapat disebut sebagai

data utama. Sedangkan data sekunder adalah merupakan data yang dikumpulkan

peneliti dari sumber yang telah tersedia sehingga memudahkan peneliti untuk

mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

data primer diperoleh dari hasil wawancara. Sedangkan data sekunder diambil dari

dokumen, observasi, foto, video serta data penelitian terdahulu yang relavan.
13
14

2. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, kata-kata atau penjelasan

dari responden, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen yang diperlukan dan

lainya. Sumber data lain nantinya akan diambil dari dokumen, hasil wawancara, catatan

lapangan dan hasil observasi serta foto dan video saat melakukan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah
penelitian. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang benar maka peneliti akan
mendapatkan data-data yang memenuhi standar. Untuk itu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Menurut Sugiyono (2015: 204) observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian

terhadap suatu objek. dan mengingat kembali peristiwa dan memahami situasi rumit.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa observasi merupakan

aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan memahami pengetahuan dari sebuah

fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk

mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa observasi merupakan

aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan memahami pengetahuan dari sebuah

fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk

mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

Hal-hal yang akan di observasi melalui penelitian ini sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui kondisi gedung SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan

b) Untuk mengetahui keadaan ruangan SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan

c) Keadaan lingkungan SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan

d) Keadaan siswa SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan


15

2. Interview (wawancara)

Dalam proses mewawancara sesuatu hal yang dilakukan oleh peneliti untuk menggali

data yang berasal dari SMPN 6 Bengkulu Selatan wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan, untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, wawancara yang dipakai yaitu wawancara terstruktur

peneliti mewawancarai siswa kelas VII SMP Negri 6 Bengkulu Selatan yang melakukan

pembelajaran daring.

Wawancara adalah teknik untuk mengumpulkan suatu data atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan dengan cara bertatap muka dan melakukan Tanya jawab antara

peneliti dengan responden.

Pada wawancara ini disediakan empat item jawaban yang masing-masing jawaban

diberikan skor sebagai berikut :

Utntuk jawaban A diberi skor 4

Untuk jawaban B diberi skor 3

Untuk jawaban C diberi skor 2

Untuk jawaban D diberi skor 1

Adapun kisi-kisi wawancara dibawah ini sebagai berikut :


Tabel 3.1

Variabel Indikator Pertanyaan

1. Hambatan Pelaksanaan A. Jaringan 1. Apakah jaringan di tempat anda


Pembelajaran Daring tersedia ?
2. Apakah jaringan nternet ditempat
anda selalu stabil ?
3. Pada saat anda sedang mengerjakan
tugas apakah jaringan nya stabil ?
4. Apakah pada saat sedang melakukan
16

zoom apakah jaringanya bermasalah


atau mengalami gangguan ?
B. Pelaksanaan 5. Apakah pada saat pembelajaran
Pembelajaran daring anda mengalami kendala ?
6. Bagaimana dengan kendala yang
anda alami ?
7. Apakah kendala anda itu sangat
banyak atau sedikit kendala ?
8. Apakah pada saat melakukan
pembelajaran daring anda tidak
mengalami kendala sama sekali atau
anda bagaimana ?
C. Penyediaan 9. Apakah orang tua anda memberikan
Kuota Internet anda kuota internet ?
10. Apakah kuota tersebut diberikan
setiap bulan ?
11. Apakah kuota tersebut mencukupi ?
12. Jika di berikan kuota 8 Gb per bulan
apakah sudah mencukupi ?
D. Kemampuan 13. Apakah aplikasi belaajr daring sudah
Menggunakan disediakan pihak sekolah ?
Aplikasi
14. Apakah anda bisa menggunakan
aplikasi belajr daring tersebut secara
baik ?
15. Apakah aplikasi yang anda gunakan
itu selalu berjalan lancar dan tidak
ada gangguan ?
16. Jika terjadi gangguan atau masalah
pada aplikasi yang anda gunakan
tersebut apakah anda akan berdiam
diri saja ?
17

Agar dapat mengetahui penelitisn responden terhadap suatu objek objek, maka
menggunakan skala interval untuk penerapan analisis data agar dapat mengetahui hambatan
yang di hadapi siswa di SMPN 6 Manna Bengkulu Selatan, hasil skor rata-rata dapat dilihat
pada skala interval, lalu dapat diketahui hambatan pelaksanaan pembelajaran daring untuk
mengetahui dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut :
4 diperoleh : skor nilai tertinggi
4 diperoleh dari : jumblah pertanyaan
1 diperoleh dari : indikator ke 1
1) Jaringan
Nilai tertinggi : 4x4 = 16
Nilai terendah 1x4 = 4
R: Nilai Tertinggi : Nilai Terendah
: 16-4 = 12

I :

: =3

Keterangan :
I = interval kelas
R = Total range
K = Skor angket
Nt = Nilai Tertinggi
Nr = Nilai terendah’
Tabel 3.2
Jaringan
No. Interval Analisis Kriteria
1. 14-16 Selalu
2. 11-13 Kadang-kadang
3. 7-9 Jarang
4. 3-5 Tidak
18

2) Pelaksanaan Pembelajaran
4 diperoleh : skor nilai tertinggi
4 diperoleh dari : jumblah pertanyaan
2 diperoleh dari : indikator ke 2

Nilai Tertinggi : 4x4 = 16


Nilai Terendah : 1x4 = 4
R : Nilai Tertinggi-Nilai Terendah
: 16-4 = 12

I :

: =3

Keterangan :
I = Interval kelas

R = Total Range/ n54

K = Skor Angket

Nt = Nilai Tertinggi

Nr = Nilai Terendah
Tabel 3.3
Pelaksanaan pembelajaran
No. Interval Analisis Kriteria
1. 10-12 Tidak ada hambatan
2. 7-9 Ada sedikit hambatan
3. 5-6 Cukup banyak hambatan
4. 3-4 Sangat banyak hambatan

3) Penyediaan kouta Internet


Nilai Tertinggi : 4x4 = 16
Nilai Terendah : 1x4 = 4
R : Nilai Tertinggi-Nilai Terendah
19

: 16-4 = 12

I :

: =3

Keterangan :
I = Interval kelas

R = Total Range

K = Skor Angket

Nt = Nilai Tertinggi

Nr = Nilai Terendah
Tabel 3.4
Penyediaan kuota Internet

No. Interval Analisis Kriteria


1. 7-8 Selalu
2. 6-7 Kadang-kadang
3. 4-5 Jarang
4. 2-3 Tidak

4) Aplikasi yang digunakan


Nilai Tertinggi : 4x4 = 16
Nilai Terendah : 1x4 = 4
R : Nilai Tertinggi-Nilai Terendah
: 16-4-= 12

I :

: =3

Keterangan :
I = Interval kelas

R = Total Range
20

K = Skor Angket

Nt = Nilai Tertinggi

Nr = Nilai Terendah

Tabel 3.5
Aplikasi yang digunakan

No. Interval Analisis Kriteria


1. 14-17 Sangat banyak hambatan
2. 10-13 Cukup banyak hambatan
3. 8-9 Ada sedikit hambatan
4. 3-7 Tidak ada hambatan

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data

hasil penelitian, memilih dan mengelola data agar menjadi sebuah data yang valid dan sesuai

keinginan. teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan menggumpulkan

data dan bekerja dengan data, mengkoordinasikan dan memilih data agar menjadi satuan

yang dapat dikelolah, mensistematikanya, mencari dan menemukan pola, serta merumuskan

apa yang diuraikan kepada orang lain.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Presentase

Analisis presentase merupakan teknik analisis yang bertujuan untuk

mengetahui status variabel yaitu mendeskripsikan analisis hambatan pembelajaran

daring pada siswa di smpn 6 manna Bengkulu selatan dan teknik analisis deskriptif

presentase penelitian ini diolah dengan cara frekuensi dibagi menjadi jumblah

responden dikali 100%.

Ru m us menghitung presentase yaitu :


21

Keterangan :

P: Angka Persentase

F: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N: Number of Cases (Jumlah Responden)

Perhitungan Deksriptif presentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

 Mengkaji jawaban wawancara terhadap responden

 Jumlah alternative jawaban

 Jumlah responden 20 responden


22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 6 Bengkulu Selatan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Bengkulu Selatan berlokasi di Kelurahan

Masat kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan. Sejarah singkat SMP Negeri 6

Bengkulu Selatan, SMPN 6 Bengkulu Selatan berdiri pada tahun 1978 SMPN 6 Bengkulu

Selatan ini mengalami 3 kali pergantian nama, pada tahun 1979 SMP ini diberi nama SMP

Pino Kabupaten Bengkulu Selatam, kemudian pada tahun 2001 SMP ini berganti nama

menjadi SMP 1 Pino, lalu pada awal tahun 2018 nama sekolah ini resmi ditetapkan menjadi

SMPN 6 Bengkulu Selatan sampai dengan sekarang, akhir nya dengan kemajuan dan

perkembangan jaman pada tahun 2021 kemarin status sekolah ini disamakan dengan

sekolah-sekolah negri lainya yaitu telah Terakreditasi A dengan nilai 91. SMPN 6 Bengkulu

Selatan juga mengalami beberapa kali pergantian kepala sekolah sejak pertama kali

didirikan, namun sekarang sekolah ini di pimpin oleh bapak Suharsa M.Pd. dengan semakin

pesatnya perkembangan dalam dunia pendidikan SMPN 6 Bengkulu Selatan terus melakukan

perubahan-perubahan untuk menjadi lebih baik lagi, untuk meningkatkan kekuatan mutu

pendidikanya sesuai dengan motto juang, serta visi dan misi SMPN 6 Bengkulu Selatan. Hal

ini juga dibuktikan dengan adanya prestasi dari berbagai bidang seperti bidang non akademik,

maupun bidang akademik lainya. SMPN 6 Bengkulu Selatan ini berdiri di atas lahan 3248

M2 milik pemerintah pusat, sekolah ini telah memiliki izin SK operasional pada tanggal 24

februari 2018, dengan menggunakan kurikulum 2013. Untuk lebih jelasnya peneliti

menambahkan informasi mengenai keadaan siswa, keadaan guru dan keadaan sarana dan

prasarana SMPN 6 Bengkulu Selatan yaitu pada Tabel di bawah ini :


23

Tabel 4.1

Keadaan Siswa SMPN 6 Bengkulu Selatan

No Kelas Jumlah

1 VII 20

2 VIII 48

3 IX 37

4 Total 105

Adapun dari total keseluruhan siswa di atas hanya 1 siswa saja yang beragama Kristen

katholik, semenatara yang lainya beragama islam semua. Selanjutnya di bawah ini telah

peneliti buat keterangan mengenai jumlah guru dan karyawan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Keadaan Guru dan Pegawai SMPN 6 Bengkulu Selatan

NO Kepegawaian Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Guru Tetap 6 5 11

2 Pegawai Tetap 0 0 0

3 Guru Tidak Tetap 4 6 10

4 Pegawai Tidak Tetap 4 6 10

Total 14 17 32
24

Tabel 4.3

Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 6 Bengkulu Selatan

No Kondisi Ruang Kelas Jumlah

1 Total 9

2 Baik 6

3 Rusak Sedang 3

Keadaan Laboratorium dan Perustakaan SMPN 6 Bengkulu Selatan

No Laboratorium

1 Ipa 1

2 Bahasa 0

3 Ips 0

4 Komputer 2

Selain dari sarana dan prasarana yang telah di sebutkan atau ditunjukan di atas

sekolah ini juga mempunyai 2 perpustakaan, namun saying nya perpusrakaan yang sekarang

bisa di fingsikan itu hanya 1 saja, yang satu nya lagi mengalami kerusakan.

Selanjutnya untuk dapat menciptakan generasi muda yang cerdas maka SMP Negeri 6

Bengkulu Selatan juga memiliki Motto Juang, Visi dan Misi, yaitu:

Motto Juang :

PROGRESIF ( PROGRAM RELIGIUS INOVATIF ) : Berarti program peningkatan program

peningkatan mutu SMP Negri 6 Bengkulu Selatan berdasarkan nilai religious, yang

berkembang secra inovatif dalam mewujudkan peserta didik cerdas dan komperatif.

Visi :
25

“Terdidik Berdasarkan Iman dan Taqwa Unggul Dalam Prestasi, Iptek dan Budaya”

Misi :

1. Membina keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan

kepercayaan masing-masing

2. Melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan sekolah

3. Menumbuhkan kebiasaan untuk berkopetensi yang sehat antar siswa, pendidik, tenaga

kependidikan dan staf dalam melaksanakan tugas

4. Melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi peningkatan sor rata-rata hasil

belajar siswa pada ujian/tes berstandarisasi (UN/UAS)

5. Menyelengarakan kegiatan ekstrakulikuler yang berorientasi prestasi

6. Membentuk karakter siswa yang jujur, disiplin serta tanggung jawab melalui program

3SIT ( senyum, salam, sapa toleransi )

7. Mengaktfkan program 7K disekolah

8. Menerapkan manajemen partisipatif dalam menyelengarakan kegiatan

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan untuk memperoleh data tentang hambatan yang di hadapi siswa

kelas VII SMPN 6 Bengkulu Selatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring, Pengumpulan

data tersebut dilakukan melalui wawancara kepada 20 siswa.

Hasil dari wawancara tentang hambatan pelaksanaan pembelajaran daring siswa

kelas VII : dapat dilihat pada tabel 1.9 berikut ini:

Berdasarkan tabel di atas maka di bawah ini akan di jelaskan satu-persatu tentang masing-

masing indikator hasil wawancara hambatan pelaksanaan pembelajaran daring dimulai dari

indikator pertama yaitu :


26

1. Jaringan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa pada indikator pertama yaitu

jaringan maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel pembahasan tentang hasil

wawancara di bawah ini sebagai berikut :

Tabel 4.5
Hasil Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran Daring
Dilihat dari Indikator Pertama yaitu Jaringan

Indikator 1
Responden 1 2 3 4 Total Skor
1 3 4 3 4 14
2 3 3 3 3 12
3 4 3 4 4 15
4 3 3 2 2 10
5 4 4 4 4 16
6 3 2 2 2 9
7 3 3 2 3 11
8 2 2 2 3 9
9 3 4 3 3 13
10 1 1 2 2 6
11 3 4 3 3 14
12 3 3 3 2 11
13 4 4 1 2 11
14 3 3 3 4 13
15 4 4 3 4 15
16 2 3 2 3 10
17 3 4 3 3 16
18 3 3 2 3 11
19 4 4 4 4 16
20 4 3 3 3 13
Jumlah 245
27

Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis

presentase sebagai berikut ;

x 100 %

Dari skor hasil wawancara indikator pertama yaitu jaringan dapat dilihat dari tabel4.5,

daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.6

Presentase indikator pertama jaringan

No Interval Kategori Frekuensi Presentase

1 13-16 Selalu 10 50

2 10-12 Kadang-kadang 7 35

3 7-9 Sering 2 10

4 4-6 Tidak 1 5

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa

yang mengatakan bahwa mereka tidak mengalami hambatan dari ketersediaan jaringan,

karna pada umumnya di rumah mereka itu sudah disediakan wifi oleh orang tuanya terutama

yang orang tuanya berprofesi sebagai guru, bidan dan pegawai negri, kemudian 10 % lagi

siswa mengatakan bahwa mereka sering mengalami hambatan karna tetersediaan jaringan,

lalu 35 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang terkendala oleh jaringan

karena dari sebagian besar siswa itu menggunakan kartu seperti indosat jadi ketika hujan

deras dan terjadi mati lampu maka jaringan pada kartu yang mereka gunakan itu hilang

secara tiba-tiba, dan ada sekitar 50 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka selalu

mengalami kendala karna ketersediaan jaringan, karna pada umunya siswa yang selalu
28

mengalami kendala dari ketersediaan jaringan tersebut daerah tempat tinggal mereka itu

berada di daerah pelosok dan jauh dari sumber jaringan sehingga mereka sangat kesulitan

dalam mencari jaringan untuk belajar daring.

Dengan demikian agar hambatan yang dihadapi siswa terutama kelas VII ini bisa menjadi

perhatian dari berbagai pihak agar kedepanya nanti hambatan ini tidak terjadi lagi, terutama

pada siswa kelas VII SMPN 6 Bengkulu Selatan.

2. Pelaksaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada indikator kedua yaitu

pelaksanaan pembelajaran maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel pembahasan

tentang hasil wawancara di bawah ini sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil Wawancara Pelaksanaan Pembelajaran Daring


Dilihat dari Indikator Kedua yaitu Pelaksanaan Pembelajaran

Indikator 2
Responden 4 4 4 4 Total
1 3 1 4 3 8

2 2 3 3 4 4

3 4 3 4 2 5

4 1 3 2 4 7

5 3 3 4 1 4

6 4 2 2 3 6

7 4 1 3 3 6

8 2 4 4 2 5

9 3 3 2 1 6

10 4 3 4 3 6
29

11 1 1 2 4 7

12 2 4 2 4 2

13 1 4 2 1 6

14 3 4 3 3 5

15 4 4 2 4 7

16 2 1 3 1 8

17 2 3 3 3 3

18 4 1 1 4 5

19 3 2 3 2 5

20 5

Jumlah 110
Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis

presentase sebagai berikut ;

x 100 %

Dari skor hasil wawancara indikator kedua yaitu pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat

dari tabel 4.8, daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.9

Presentase Indikator Kedua Pelaksanaan Pembelajaran

No Interval Kategori Frekuensi Presentase

1 7-8 Tidak ada kendala 5 25

2 5-6 Ada sedikit kendala 11 55

3 3-4 cukup banyak kendala 3 15

4 1-2 Sangat banyak kendala 1 5

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa

yang mengatakan sangat banyak mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring,

15 % lagi mengatakan bahwa mereka mengalami cukup banyak kendala dalam pelaksanaan
30

pembelajaran, selanjutnya 55 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka mengalami sedikit

kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan 25 % lagi mengatakan bahwa mereka tidak ada

kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, jadi dari hambatan yang mereka alami ini akan

membuat mereka sulit untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan baik.

Dengan demikian agar hambatan hambatan-hambatan ini tidak terjadi lagi kedepanya, agar

pelaksanaan pembelajaran bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

3. Penyediaan Kuota

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada indikator ketiga yaitu

penyediaan kuota maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel pembahasan tentang

hasil wawancara di bawah ini sebagai berikut :

Tabel 4.10

Hasil Wawancara Penyediaan Kuota Internet Dilihat dari

Indikator Ketiga yaitu Penyediaan Kuota

Indikator 3
Responden 1 2 3 3 Total
1 4 4 4 3 14

2 4 3 2 4 11

3 3 3 2 4 16
4 4 3 3 3 14

5 3 1 2 3 13

6 4 3 4 2 14

7 3 1 2 2 11

8 3 3 4 3 8

9 3 3 2 1 10

10 4 4 3 3 10

11 4 4 4 2 13
31

12 4 4 3 2 13

13 3 1 2 2 9

14 4 4 2 3 10

15 3 3 3 2 11

16 3 1 4 2 5

17 4 1 3 4 11

18 4 3 4 1 12

19 3 4 4 4 9

20 3 1 2 12

Jumlah 175
Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis

presentase sebagai berikut ;

x 100 %

Dari skor hasil wawancara indikator ketiga yaitu penyediaan kuota internet dapat dilihat

dari tabel 4.10, daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.10

Presentase Indikator Ketiga Penyediaan Kuota Internet

No Interval Kategori Frekuensi Presentase

1 10-11 Selalu 8 40

2 8-9 Kadang-kadang 6 30

3 6-7 Jarang 5 25

4 4-5 Tidak 1 5

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa

yang mengatakan tidak mengalami hambatan karna ketersediaan kuota internet, karena

sebagian siswa di kelas itu sudah ada wifi di rumah nya, dan ada juga yang mendapatkan

kuota bantuan dari pemerintah sehingga itu cukup untuk di gunakan saat belajar daring,
32

sementara itu 25 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka jarang di berikan orang tua kuota

internet terutama bagi siswa yang sudah ada wifi di rumah nya, 30% lagi siswa mengatakan

bahwa mereka kadang-kadang diberikan orang tua mereka kuota internet karena mereka

menggunakan aplikasi internet atau aplikasi belaajr daring tidak hanya di rumah saja, ada

juga yang menggunakan aplikasi belajr daring ketika sedang di luar rumah, misalnya saat

seperti sedang berada di rumah teman yang tiak ada wifi nya, jadi mereka pasti membutuhkan

kuota internet, sehingga orang tua mereka memberikan mereka kuota internet namun tidak

terlalu sering, dan 40% siswa menjawab iya pada saat ditanyakan apakah mereka di berikan

orang tuanya kuota internet ?, mereka di berikan orang tuanya kuota internet di karenakan di

rumah nya tidak ada wifi dan tidak semua siswa mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah,

sehingga itu mengharuskan mereka untuk meminta kuota kepada orang tuanya agar pada saat

belajar daring berlangsung mereka tidak terlambat mengikuti pembelajaran.bahwa mereka

mengalami sangat banyak hambatan oleh penyediaan kuota internet.

Dengan demikian agar ini bisa menjadi perhatian berbagai pihak terutama sekolah

untuk bisa mengusulkan kuota bantuan kepada pemerintah sesuai dengan kebutuhan siswa

agar proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang di harapkan.

4. Kemampuan Menggunakan Aplikasi

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada indikator keempat yaitu

kemampuan menggunakan aplikasi maka untuk lebih jelas lagi peneliti membuat tabel

pembahasan tentang hasil wawancara di bawah ini sebagai berikut :


33

Tabel 4.11

Hasil Wawancara Kemampuan Menggunakan Aplikasi Dilihat dari


Indikator Keempat yaitu Kemampuan Menggunakan Aplikasi

Responden Indikator 4
1 2 3 4 Total Skor
1 4 3 4 3 14
2 3 2 3 3 11
3 4 4 4 4 16
4 3 4 3 4 14
5 4 3 3 3 13
6 3 4 4 3 14
7 3 3 3 2 11
8 2 3 1 2 8
9 3 2 2 3 10
10 4 2 3 1 10
11 4 3 3 3 13
12 4 4 3 2 13
13 2 2 3 2 9
14 2 3 3 2 10
15 2 4 2 3 11
16 1 1 1 2 5
17 3 2 4 2 11
18 2 4 2 4 12
19 3 3 2 1 9
20 4 2 2 4 12
Jumlah 226

Kemudian jumlah total skor dari masing-masing responden diolah dengan rumus analisis

presentase sebagai berikut ;


34

x 100 %

Dari skor hasil wawancara indikator keempat yaitu kemampuan mengguanakan aplikasi

dapat dilihat dari tabel 4.12, daftar tersebut diolah ke dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.12

Presentase Indikator Keempat Kemampuan Menggunakan Aplikasi

No Interval Kategori Frekuensi Presentase

1 13-16 Iyaa 7 35

2 10-12 Sudah 9 45

3 8-9 Belum 3 15

4 4-7 Tidak 1 5

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dari 20 responden menunjukan bahwa hanya ada 5 % siswa

yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara

baik dikarenakan aplikasi yang mereka gunakan itu baru mereka temui saat belajar daring

saja, dan mereka juga tidak mempunyai hp sendiri sehingga membuat mereka kesulitan untuk

membuka dan mengakses aplikasi yang akan mereka gunakan untuk belajar daring berbeda

dengan teman-teman mereka yang sudah lama mengetahui tentang aplikasi belajar daring

tersebut dan mereka juga sudah memiliki hp sendiri sehingga mereka tidak mengalami

hambatan dalam menggunakan atau mengakses aplikasi tersebut, 15% lainya mengatakan

bahwa sanya mereka belum mampu menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik,

sementara itu sebanyak 45 % siswa mengatakan bahwa mereka sudah mampu menggunakan

atau mengakses aplikasi yang mereka gunakan untuk belajar daring, karna mereka sudah

lama mengetahui aplikasi tersebut, dan mereka juga tidak terkendala dengan hp sehingga

mereka bisa belajar dan mudah memahami cara menggunakan aplikasi belajar daring itu

kapan saja, dan pada saat belajar daring berlangsung mereka sudah mampu mengunakan
35

aplikasi tersebut secara baik, dan 35 % lainya siswa menjawab iyaa mereka sudah mampu

menggunakan aplikasi itu dengan baik.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di SMPN 6 Bengkulu Selatan

tepatnya pada siswa kelas VII hambatan utama yang di hadapi siswa kelas VII dalam

pembelajaran daring adalah jaringan. pada jarigan ada 5 % siswa yang mengatakan bahwa

mereka tidak mengalami hambatan karna jaringan, karna pada umumnya di rumah mereka itu

sudah disediakan wifi oleh orang tuanya terutama yang orang tuanya berprofesi sebagai guru,

bidan dan pegawai negri, kemudian 10 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka sering

mengalami hambatan karna tetersediaan jaringan, lalu 35 % lagi siswa mengatakan bahwa

mereka kadang-kadang terkendala oleh jaringan karena dari sebagian besar siswa itu

menggunakan kartu seperti indosat jadi ketika hujan deras dan terjadi mati lampu maka

jaringan pada kartu yang mereka gunakan itu hilang secara tiba-tiba, dan ada sekitar 50 %

lagi siswa mengatakan bahwa mereka selalu mengalami kendala karna ketersediaan jaringan,

karna pada umunya siswa yang selalu mengalami kendala dari ketersediaan jaringan tersebut

daerah tempat tinggal mereka itu berada di daerah pelosok dan jauh dari sumber jaringan

sehingga mereka sangat kesulitan dalam mencari jaringan untuk belajar daring. Pada

indikator kedua ada 5 % siswa yang mengatakan sangat banyak kendala dalam pelaksanaan

pembelajaran, 15 % lagi mengatakan bahwa mereka mengalami cukup banyak kendala

dalam pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya 55 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka ada

sedikit kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan 25 % lagi mengatakan bahwa mereka

tidak ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, jadi dari hambatan yang mereka alami ini

akan membuat mereka sulit untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan

baik. Pada indikator ketiga hanya ada 5 % siswa yang mengatakan tidak mengalami

hambatan karna ketersediaan kuota internet, karena sebagian siswa di kelas itu sudah ada wifi
36

di rumah nya, dan ada juga yang mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah sehingga itu

cukup untuk di gunakan saat belajar daring, sementara itu 25 % lagi siswa mengatakan bahwa

mereka jarang di berikan orang tua kuota internet terutama bagi siswa yang sudah ada wifi di

rumah nya, 30% lagi siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang diberikan orang tua

mereka kuota internet karena mereka menggunakan aplikasi internet atau aplikasi belaajr

daring tidak hanya di rumah saja, ada juga yang menggunakan aplikasi belajr daring ketika

sedang di luar rumah, misalnya saat seperti sedang berada di rumah teman yang tiak ada wifi

nya, jadi mereka pasti membutuhkan kuota internet, sehingga orang tua mereka memberikan

mereka kuota internet namun tidak terlalu sering, dan 40% siswa menjawab iya pada saat

ditanyakan apakah mereka di berikan orang tuanya kuota internet ?, mereka di berikan orang

tuanya kuota internet di karenakan di rumah nya tidak ada wifi dan tidak semua siswa

mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah, sehingga itu mengharuskan mereka untuk

meminta kuota kepada orang tuanya agar pada saat belajar daring berlangsung mereka tidak

terlambat mengikuti pembelajaran.bahwa mereka mengalami sangat banyak hambatan oleh

penyediaan kuota internet. Pada indikator ke empat bahwa hanya ada 5 % siswa yang

mengatakan bahwa mereka tidak bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik

dikarenakan aplikasi yang mereka gunakan itu baru mereka temui saat belajar daring saja,

dan mereka juga tidak mempunyai hp sendiri sehingga membuat mereka kesulitan untuk

membuka dan mengakses aplikasi yang akan mereka gunakan untuk belajar daring berbeda

dengan teman-teman mereka yang sudah lama mengetahui tentang aplikasi belajar daring

tersebut dan mereka juga sudah memiliki hp sendiri sehingga mereka tidak mengalami

hambatan dalam menggunakan atau mengakses aplikasi tersebut, 15% lainya mengatakan

bahwa sanya mereka belum mampu menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik,

sementara itu sebanyak 45 % siswa mengatakan bahwa mereka sudah mampu menggunakan

atau mengakses aplikasi yang mereka gunakan untuk belajar daring, karna mereka sudah
37

lama mengetahui aplikasi tersebut, dan mereka juga tidak terkendala dengan hp sehingga

mereka bisa belajar dan mudah memahami cara menggunakan aplikasi belajar daring itu

kapan saja, dan pada saat belajar daring berlangsung mereka sudah mampu mengunakan

aplikasi tersebut secara baik, dan 35 % lainya siswa menjawab iyaa mereka sudah mampu

menggunakan aplikasi itu dengan baik.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari : Feby Mutia Nababan yang mengatakan

bahwa pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan di SMP Negri

3 Medan belum juga berjalan sesuai dengan keinginan karena masih banyak mengalami

beberapa kendala atau hambatan di antaranya : siswa yang belum memiliki kemampuan

dalam penggunaan aplikasi belajar daring, jaringan internet yang kurang stabil, siswa yang

kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

Dan hasil penelitian dari dari Sofyana Puspita Ningrum yang mengatakan bahwa dari hasil

penelitianya : permasalahan atau hambatan-hambatan yang dihdapi siswa kelas II D dalam

pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 di SDN 024 Samarinda Utara tahun

pembelajaran 2020/2021. Pertama yaitu pelaksanaan pembelajaran daring siswa kelas II D di

SD Negeri 024 Samarinda Utara Tahun 2020/2021 belum berjalan sesuai dengan yang

diharapkan dikarenakan guru hanya memberikan materi dan penugasan selama proses

pembelajaran daring walaupun melalui handphone dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp

saja. Permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran daring di SD Negeri 024

Samarinda Utara yaitu kurangnya ketersediaan jaringan, tingkat kemampuan siswa saat

melakukan proses belajar daring, keterbatasan fasilitas handphone seperti orang tua yang

tidak memiliki smarthphone, handphone yang tidak mendukung, kurang nya penguasaan

saat menggunakan aplikasi belajar daring, terkendala nya penyediaan kouta internet, dan

siswa tidak fokus pada saat belajar di rumah.


38

Hal ini juga di perkuat dengan teori yang telah di sampaikan oleh Hanum (2013 : 92)

yang mengatakan bahwa pembelajaran daring atau online adalah salah satu model

pembelajaran yang dilaksanakan dan didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi misalnya seperti Wathsap grup, zoom meating, classroom, dan elearing.
39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di SMPN 6 Bengkulu Selatan

tepatnya pada siswa kelas VII hambatan utama yang di hadapi siswa kelas VII dalam

pembelajaran daring adalah jaringan. pada jarigan ada 5 % siswa yang mengatakan bahwa

mereka tidak mengalami hambatan karna jaringan, karna pada umumnya di rumah mereka itu

sudah disediakan wifi oleh orang tuanya terutama yang orang tuanya berprofesi sebagai guru,

bidan dan pegawai negri, kemudian 10 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka sering

mengalami hambatan karna tetersediaan jaringan, lalu 35 % lagi siswa mengatakan bahwa

mereka kadang-kadang terkendala oleh jaringan karena dari sebagian besar siswa itu

menggunakan kartu seperti indosat jadi ketika hujan deras dan terjadi mati lampu maka

jaringan pada kartu yang mereka gunakan itu hilang secara tiba-tiba, dan ada sekitar 50 %

lagi siswa mengatakan bahwa mereka selalu mengalami kendala karna ketersediaan jaringan,

karna pada umunya siswa yang selalu mengalami kendala dari ketersediaan jaringan tersebut

daerah tempat tinggal mereka itu berada di daerah pelosok dan jauh dari sumber jaringan

sehingga mereka sangat kesulitan dalam mencari jaringan untuk belajar daring. Pada

indikator kedua ada 5 % siswa yang mengatakan sangat banyak kendala dalam pelaksanaan

pembelajaran, 15 % lagi mengatakan bahwa mereka mengalami cukup banyak kendala

dalam pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya 55 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka ada

sedikit kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dan 25 % lagi mengatakan bahwa mereka

tidak ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaran, jadi dari hambatan yang mereka alami ini

akan membuat mereka sulit untuk melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan

baik.

39
40

Pada indikator ketiga hanya ada 5 % siswa yang mengatakan tidak mengalami hambatan

karna ketersediaan kuota internet, karena sebagian siswa di kelas itu sudah ada wifi di rumah

nya, dan ada juga yang mendapatkan kuota bantuan dari pemerintah sehingga itu cukup untuk

di gunakan saat belajar daring, sementara itu 25 % lagi siswa mengatakan bahwa mereka

jarang di berikan orang tua kuota internet terutama bagi siswa yang sudah ada wifi di rumah

nya, 30% lagi siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang diberikan orang tua mereka

kuota internet karena mereka menggunakan aplikasi internet atau aplikasi belaajr daring tidak

hanya di rumah saja, ada juga yang menggunakan aplikasi belajr daring ketika sedang di luar

rumah, misalnya saat seperti sedang berada di rumah teman yang tiak ada wifi nya, jadi

mereka pasti membutuhkan kuota internet, sehingga orang tua mereka memberikan mereka

kuota internet namun tidak terlalu sering, dan 40% siswa menjawab iya pada saat ditanyakan

apakah mereka di berikan orang tuanya kuota internet ?, mereka di berikan orang tuanya

kuota internet di karenakan di rumah nya tidak ada wifi dan tidak semua siswa mendapatkan

kuota bantuan dari pemerintah, sehingga itu mengharuskan mereka untuk meminta kuota

kepada orang tuanya agar pada saat belajar daring berlangsung mereka tidak terlambat

mengikuti pembelajaran.bahwa mereka mengalami sangat banyak hambatan oleh penyediaan

kuota internet.

Pada indikator ke empat bahwa hanya ada 5 % siswa yang mengatakan bahwa mereka

tidak bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik dikarenakan aplikasi yang

mereka gunakan itu baru mereka temui saat belajar daring saja, dan mereka juga tidak

mempunyai hp sendiri sehingga membuat mereka kesulitan untuk membuka dan mengakses

aplikasi yang akan mereka gunakan untuk belajar daring berbeda dengan teman-teman

mereka yang sudah lama mengetahui tentang aplikasi belajar daring tersebut dan mereka juga

sudah memiliki hp sendiri sehingga mereka tidak mengalami hambatan dalam menggunakan

atau mengakses aplikasi tersebut, 15% lainya mengatakan bahwa sanya mereka belum
41

mampu menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik, sementara itu sebanyak 45 %

siswa mengatakan bahwa mereka sudah mampu menggunakan atau mengakses aplikasi yang

mereka gunakan untuk belajar daring, karna mereka sudah lama mengetahui aplikasi tersebut,

dan mereka juga tidak terkendala dengan hp sehingga mereka bisa belajar dan mudah

memahami cara menggunakan aplikasi belajar daring itu kapan saja, dan pada saat belajar

daring berlangsung mereka sudah mampu mengunakan aplikasi tersebut secara baik, dan 35

% lainya siswa menjawab iyaa mereka sudah mampu menggunakan aplikasi itu dengan baik.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari : Feby Mutia Nababan yang mengatakan

bahwa pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Feby Mutiara Nababan di SMP Negri

3 Medan belum juga berjalan sesuai dengan keinginan karena masih banyak mengalami

beberapa kendala atau hambatan di antaranya : siswa yang belum memiliki kemampuan

dalam penggunaan aplikasi belajar daring, jaringan internet yang kurang stabil, siswa yang

kurang memahami apa yang di sampaikan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring.

Dan hasil penelitian dari dari Sofyana Puspita Ningrum yang mengatakan bahwa dari hasil

penelitianya : permasalahan atau hambatan-hambatan yang dihdapi siswa kelas II D dalam

pembelajaran daring pada masa pandemi covid-19 di SDN 024 Samarinda Utara tahun

pembelajaran 2020/2021.

Pertama yaitu pelaksanaan pembelajaran daring siswa kelas II D di SD Negeri 024

Samarinda Utara Tahun 2020/2021 belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan

dikarenakan guru hanya memberikan materi dan penugasan selama proses pembelajaran

daring walaupun melalui handphone dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp saja.

Permasalahan yang dihadapi pada saat proses pembelajaran daring di SD Negeri 024

Samarinda Utara yaitu kurangnya ketersediaan jaringan, tingkat kemampuan siswa saat

melakukan proses belajar daring, keterbatasan fasilitas handphone seperti orang tua yang

tidak memiliki smarthphone, handphone yang tidak mendukung, kurang nya penguasaan
42

saat menggunakan aplikasi belajar daring, terkendala nya penyediaan kouta internet, dan

siswa tidak fokus pada saat belajar di rumah.

Hal ini juga di perkuat dengan teori yang telah di sampaikan oleh Hanum (2013 : 92)

yang mengatakan bahwa pembelajaran daring atau online adalah salah satu model

pembelajaran yang dilaksanakan dan didukung oleh pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi misalnya seperti Wathsap grup, zoom meating, classroom, dan elearing.

B. SARAN

1. Bagi SMPN 6 Bengkulu Selatan agar dapat lebih memperhatikan lagi hambatan-

hambatan yang di hadapi siswa nya dalam melaksanakan proses pembelajaran daring

agar kedepanya tidak terjadi lagi hambatan-hambatan seperti sekarang.

2. Bagi siswa terutama siswa kelas VII agar pada saat mengalami hambatan seperti

misalnya jaringan hendaknya sebelum melakukan proses pembelajaran daring untuk

pergi ke tempat-tempat yang memungkinkan utuk mengakses internet dengan lancar

agar proses pembelajaran daring bisa berjalan dengan baik

3. Bagi peneliti sendiri agar dapat membantu atau memberi masukan baik kepada

sekolah maupun kepada siswa tentang solusi hambatan pembelajaran daring yang

terhambat atau

mengalami kendala seperti sekarang ini.


43

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah (2018). pemrograman Web Untuk Pemula Jakarta ; Elex Media Komputindo

Bifaqih, Y., Qomarudin, M.N., 2015. Esensi Penyusunan Materi Daring Untuk Pendidikan
Dan Pelatihan, Yogyakarta: DeePublis.

Hanum, N.S. (2013). Kearifan e-learning sebagai media pembelajaran ( Studi evaluasi model
pembelajaran e-learning SMK Telkom Sandhy. Putra Purwekerto. Yogyakarta : Universitas
Negri Yogyakarta. Jurnal pendidikan dan vokasi, vol. 3, tahun. (2013)

Kamalia, Asaratul (2021) pengaruh pembelajaran daring melalui google classroom terhadap
hasil belajar siswa pada mata pembelajaran ekonomi kelas XII IPS SMAN 1 Ketapang, Other
Thesis, STKIP PGRI BANGKALAN

Lee, A.(2020). Wuhan novel coronavirus (COVID-19) : why global control is challenging ?

Public : Health, January, 19-21 http://doi.org/https:doi.org/10.1016/j puhe.202002.00

Moore JL, Dickson-Deane C, Galyen K. 2011, E-learning , online learning, and distance
learning eviroments: Are they the same, The Intertaiment and Figher Education ;
14(2):129:35

Mustakim. (2020). Efektifitas pembelajaran Daring Menggunakan Media Online Selama


Masa Pademi Covid-19 Mata Pelajaran Matematika Jurnal Pendididkan. Vol 2 (1).

RIZKIA, PANGESTIKA A (2021) ANALISA PEMBELAJARAN DARING TERHADAP


MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V DI
SD AL-AZHAR 2 BANDAR LAMPUNG Undergraduate thesis, UIN Raden Intan Lampung

Sytron, R. A (2014). Critikal Thingking and Collaboration : A Strategy to Enhace Student


Learning Systematics, Cybernatics and Informatics, 12 (7)

Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung : Alfabeta

43
44
45

N
46

PEDOMAN WAWANCARA TERSTRUKTUR


ANALISIS HAMBATAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DARING
PADA SISWA KELAS VII SMPN 6 MANNA BENGKULU SELATAN

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Alamat :
II. PETUNJUK PENGISIAN
a. Berilah tanda centang atau tanda silang pada jawaban yang anda anggap sesuai
b. Isi lah jawaban secara benar dan jujur

KETERANGAN JAWABAN PER INDIKATOR

1. Indikator Jaringan Soal 1-4


a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Tidak pernah
2. Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Soal 5-8
a. Sangat banyak kendala
b. Cukup banyak kendala
c. Ada sedikit kendala
d. Tidak ada kendala
3. Indikator Penyediaan Kouta Soal 9-12
a. Iyaa
b. Kadang-kadang
c. Jarang
d. Tidak pernah
4. Indikator Kemampuan Menggunakan Aplikasi Soal 13-16
a. iyaa
b. sudah
47

c. belum
d. tidak

III. DAFTAR PERTANYAAN


1. Apakah jaringan internet ditempat anda tersedia ?
a. Selalu c. sering
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
2. Apakah jaringan internet di tempat anda selalu stabil ?
a. Selalu c. sering
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
3. Apakah saat anda sedang mengerjakan tugas apakah jarnganya stabil ?
c. Selalu c. sering
d. Kadang-kadang d. tidak pernah
4. pada saat kalian sedang melakukan zoom di siang atau pagi hari apakah jaringanya
bermasalah atau gangguan ?
a. Selalu c. sering
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
5. Apakah pada saat pembelajaran daring berlangsung anda mengalami kendala ?
a. Sangat banyak kendala c. ada sedikit kendala
b. Cukup banyak kendala d. tidak ada kendala
6. Bagaimana kendala yang anda alami ?
a. Sangat banyak kendala c. ada sedikit kendala
b. Cukup banyak kendala d. tidak ada kendala
7. Apakah kendala anda itu sangat banyak atau sedikit kendala ?
a. Sangat banyak kendala c. ada sedikit kendala
b. Cukup banyak kendala d. tidak ada kendala

8. Apakah pada saat melakukan pembelajaran daring anda tidak mengalami kendala sama
sekali atau anda bagaimana ?
a. Sangat banyak kendala c. ada sedikit kendala
b. Cukup banyak kendala d. tidak ada kendala
9. Apakah orang tua anda memberikan anda kuota internet ?
a. Iyaa c. jarang
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
48

10. Apakah kuota tersebut diberikan setiap bulan ?


a. Iyaa c. jarang
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
11. Apakah kuota tersebut mencukupi ?
a. Iyaa c. jarang
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
12. Jika di berikan kuota 8 Gb per bulan apakah sudah mencukupi ?
a. Iyaa c. jarang
b. Kadang-kadang d. tidak pernah
13. Apakah aplikasi belajar daring sudah disediakan pihak sekolah ?
a. Iyaa c. belum
b. Sudah d. tidak
14. Apakah anda bisa menggunakan aplikasi belajar daring itu secara baik ?
a. Iyaa c. belum
b. Sudah d. tidak
15. Apakah aplikasi yang anda gunakan itu selalu berjalan lancar?
a. Iyaa c. belum
b. Sudah d. tidak
16. Jika terjadi gangguan atau masalah pada aplikasi yang anda gunakan tersebut apakah
anda akan berdiam diri saja ?
a. Iyaa c. belum
b. Sudah d. tidak

Anda mungkin juga menyukai