Anda di halaman 1dari 15

Pada akhir tahun 2019 virus COVID-19 ditemukan di Wuhan Cina.

Lalu mulailah tersebar ke seluruh


pelosok dunia. Awalnya kondisi ini bersifat epidemi lalu berubah menjadi pandemi. Tidak disangka
penyebarannya begitu cepat. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai
pandemi. Begitu juga pemerintah Indonesia, menetapkan kondisi ini menjadi bencana nasional pada
bulan Maret 2020.

Penyebaran virus ini sangat cepat karena melibatkan sosial. Kegiatan sosial tidak bisa dihindari.
COVID-19 sudah banyak memakan korban jiwa dari ribuan menjadi jutaan karena masa inkubasi
pandemi ini kurang lebih dua minggu menjadi penyebab kematian korban jiwa.

Termasuk Negara Indonesia kena pandemi COVID-19. Pemerintah Indonesia membuat beberapa
kebijakan nasional untuk menghentikan lajunya penyebaran COVID-19 ini. Kebijakan nasional ini
dirumuskan dalam berbagai bidang terutama pendidikan. Salah satu kebijakan di bidang kesehatan
adalah menerapkan protokol kesehatan untuk menekan membludaknya pasien pandemi di berbagai
rumah sakit dan kewalahannya tenaga kesehatan. Protokol tersebut dilaksanakan di seluruh
Indonesia oleh pemerintah dengan dipandu secara terpusat oleh Kementrian Kesehatan RI.

Salah satu dampak pandemi COVID-19 menerpa di bidang pendidikan. Sejak ditetapkan sebagai
bencana nasional, pemerintah Indonesia melalui menteri Pendidikan Nasional membuat kebijakan
pendidikan melalui tatap muka menjadi pembelajaran di rumah. Artinya kegiatan belajar mengajar
yang biasanya dilakukan di sekolah menjadi di rumah. Sistem inilah yang banyak dijumpai dan
berkendala.

Apalagi sistem pendidikan nasional selalu berubah–ubah. Beberapa tahun sistem pendidikan ini
selalu berganti. Begitu juga ujian nasional ikut berubah yang semulanya ujian nasional berbasis
kertas pensil menjadi ujian nasional berbasis komputer. Ini saja banyak kendala yang dijumpai.
Belum lagi pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh baik luar jaringan (luring)
maupun dalam jaringan (daring). Pada umumnya pembelajaran jarak jauh dikenal sebagai
pembelajaran online. Kesiapan sekolah atau madrasah menjadi kunci keberhasilan perubahan
sistem pendidikan online. Pemerintah pun memberikan kemudahan kepada sekolah di dalam
memberikan penilaian. Tahun ini pemerintah menghapuskan ujian nasional dan memberikan
keleluasaan kepada para guru di dalam penilaian siswa di saat darurat ini.

Perubahan kebijakan pembelajaran online tentunya mengikuti perkembangan teknologi yang


berkembang pesat. Penggunaan teknologi juga banyak mengalami masalah. Banyak faktor yang
menghambat pendidikan daring ini seperti penguasaan teknologi, sarana prasarana, jaringan
internet dan biaya.

Pendidikan kita harus bisa mengikuti perkembangan kemajuan teknologi. Penguasaan teknologi
harus dimiliki oleh setiap orang tua, siswa dan guru. Tidak semua orang tua, siswa dan guru melek
teknologi. Pada umumnya guru senior belum mampu menguasai teknologi. Ada yang mau belajar
penggunaan teknologi dan ada yang tidak mau belajar akan penggunaan teknologi. Masih banyak
para guru yang belum bisa memahami tentang cara menggunakan teknologi yang semakin canggih.

Hampir sama kendala yang dihadapi para siswa dan para guru di dalam pembelajaran online.
Tantangan utama dalam pembelajaran online bagi guru ialah jaringan internet, jarangnya pelatihan
dan kesadaran yang masih rendah. Arora dan Srinivasan dalam penelitiannya yang berjudul Impact
of pandemic COVID-19 on the teaching –learning process: A study of higher education teachers, yang
dipublikasikan di jurnal “Prabadhan: Indian Journal of Management” menyebutkan bahwa
rendahnya kesadaran menyebabkan siswa tidak mengikuti pembelajaran daring diikuti oleh
kurangnya minat dan keraguan tentang kegunaan pembelajaran daring, kurang kehadiran,
kurangnya sentuhan pribadi, dan kurangnya interaksi karena masalah konektivitas ditemukan
menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring.

Di samping kelemahan, pembelajaran daring memiliki beberapa kelebihan. Guru sekali membagikan
modul atau bahan ajar bisa mencapai beberapa kelas dalam satu tingkatan. Dari segi penilaian guru
takkan mengalami kesulitan dan dalam waktu singkat mudah mencapai tujuan pembelajaran

Setiap sekolah atau madrasah belum tentu memiliki sarana prasarana di dalam pembelajaran daring
terutama sekolah yang berada di pelosok pedesaan. Apalagi para orang tua tidak bisa memberikan
fasilitas teknologi ke anaknya untuk pembelajaran daring. Wabah pandemi membuat perekonomian
orangtua terganggu. Belum orangtua yang kena PHK. Kemudian para siswa masih bingung juga di
dalam pembelajaran daring mulai dari cara pembelajaran daring, materi yang disampaikan di dalam
daring dan sebagainya.

Jaringan internet juga menjadi kendala pada pembelajaran daring. Belum semua daerah memiliki
jaringan internet karena geografi daerah berbeda–beda. Ada daerah yang kuat sinyal internet, lemah
sinyal dan tidak ada sama sekali sinyal internetnya. Baik guru maupun siswa harus terlebih dahulu
mencari sinyal internet terutama daerah pedesaan. Mereka harus meninggalkan rumah, berjalan
kaki dan sebagainya guna mencari sinyal internet.

Pembelajaran daring pasti membutuhkan kuota internet. Penyediaan kuota internet menjadi
kendala. Tidak semua guru dan orang tua mampu membeli kuota internet. Pembelian kuota internet
menjadi lonjak. Belum lagi mereka tidak siap untuk menambahkan anggaran belanja di dalam
penyediaan kuota internet. Biaya yang harus dikeluarkan menjadi ekstra. Belum lagi perekonomian
lagi sedang susah.

Ada hikmah yang dapat diambil dari pandemi COVID-19 terutama di bidang pendidikan. Di mana
kedepannya tidak bisa kita pungkiri perubahan mindset para stakeholder mulai dari siswa, orangtua,
guru dan pemerintahan di dalam perubahan pembelajaran.
 Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana menemukan adanya dampak negatif dan
positif dari pembelajaran jarak jauh  siswa selama pandemi Covid-19. "Dalam evaluasi
kami, kami melakukan di sini bahwa sesuatu perubahan ada dampak negatif dan positif,"
kata dia dalam diskusi virtual, Rabu, 30 September 2020.

Siswa harus menjalani metode pembelajaran jarak jauh  sejak 16 Maret 2020 akibat
wabah. “Ada enam dampak negatif terhadap siswa.” Berikut enam dampak negatif itu:

1. Ancaman putus sekolah 


Anak berisiko putus sekolah lantaran terpaksa bekerja demi membantu perekonomian
keluarga.

2. Penurunan capaian belajar 


Dinas Pendidikan menemukan adanya perbedaan akses dan kualitas selama Pembelajaran
Jarak Jauh. "Tidak hanya kualitas dan akses, jenjang pendidikan juga punya
permasalahan-permasalahan yang spesifik," ujar Nahdia.

3. Tanpa sekolah, anak berpotensi menjadi korban kekerasan rumah tangga yang tidak
terdeteksi guru.

4. Keterbatasan gawai dan kuota internet sebagai fasilitas penunjang belajar daring.

5. Anak berisiko kehilangan pembelajaran atau learning loss.


Menurut Nahdiana, kegiatan belajar tatap muka di kelas menghasilkan pencapaian
akademik lebih baik ketimbang Pembelajaran Jarak Jauh.

6. Anak kurang bersosialisasi.

Akan halnya dampak positif Pembelajaran Jarak Jauh adalah:

1. Anak memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga.

2. Metode belajar yang variatif.


ketimbang anak hanya berada di dalam kelas, kini mereka lebih fleksibel belajar dari
rumah.

3. Anak peka dan beradaptasi dengan perubahan.

4. Mau atau tidak, anak pasti harus mengeksplorasi teknologi.

5. Sebagian anak merasa nyaman belajar dari rumah karena tak ada yang merisak.
Dalam pembelajaran daring selama pandemi Covid-19, banyak kendala yang dihadapi
guru sebagai pendidik dan pengajar. Pembelajaran yang semula tatap muka (luring),
akibat pandemi tersebut berubah dengan banyak dilakukan secara online (daring).

Adapun kendala dalam pembelajaran daring seperti: (1) Lokasi rumah tidak terjangkau
jaringan internet, termasuk quota internet murid minimalis, (2) Media pembelajaran
yang digunakan para guru dominan monoton dan membuat para murid merasa jenuh
atau bosan. Kemudian, (3) Pembelajaran dominan belum interaktif, (4) Karakter
ataupun perilaku para murid sulit dipantau, (5) Pembelajarannya cenderung tugas
online, (6) Tugas diberikan para murid menumpuk. Kedala lain, (7) Penyerapan materi
pelajaran sangat minimalis, dan (8) Penilaian yang dilakukan guru berupa Penilaian
Harian (PH), Penilaian Tengah Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS) termasuk
Ujian Sekolah (US) kurang berintegritas.Sebagai seorang guru, harus mencari berbagai
solusi dalam mengatasi kendala tersebut.

Adapun alternatif solusi yang dapat ditempuh yaitu: (1) lokasi di dekat lingkungan
rumah yang sulit terjanggkau jaringan internet untuk sementara pindah lokasi yang
terjangkau jaringan internet. Apabila minimalis quota internetnya diatasi bergabung
dengan temannya yang punya WIFI di rumah, maksimum 3 siswa dan mematuhi
protokol kesehatan cegah Covid-19.Berikutnya, (2) Digunakan media pembelajaran
daring yang variatif sehingga siswa tidak jenuh. (3) Diupayakan menggunakan media
daring variatif  yang bias untuk interaktif. (4) Apabila menggunakan media daring yang
bisa live misalnya zoom meeting, google meet, webinar dan lain-lain agar karakter atau
perilaku para murid relatif terpantau.Solusi berikutnya, (5) Materi yang akan
disampaikan dalam pembelajaran sebaiknya sehari sebelumnya sudah diberikan
kepada siswa untuk dibaca terlebih dahulu. Ketika guru menjelaskan materi para murid
dominan bisa lebih memahami, bila masih ada kesulitan bisa ditanyakan. Tugas yang
diberikan ada batas waktu untuk mengumpulkan dan dinilai.Kemudian, (6)
Mengumpulkan tugas tidak terlambat. Bila tugas sudah diterima segera dikoreksi/dinilai
dan hasilnya segera diinfokan kepada para murid. (7) Dengan media daring yang variatif
dan dominan live  akan mampu menyerap materi pelajaran mendekati optimal.Terakhir,
(8) Memanfaatkan media daring yang variatif dan dominan live akan bisa dipantau terus
menerus perilaku siswa selama mengikuti kegiatan penilaian. Caranya dengan
menghidupkan kamera pada media daring yang digunakan sehingga kejujurannya
dapat dipantau mendekati baik. Akan lebih baik apabila pada pembelajaran dan
penilaian dengan melibatkan orang tua/wali murid bisa membantu mengawasinya
dengan baik di rumah masing-masing.
Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasarana seperti
laptop atau HP yang dimiliki orangtua peserta didik, kesulitan akses internet, kondisi listrik
yang tidak stabil, dan keterbatasan kuota internet yang bisa disediakan oleh orangtua.
Menteri pendidikan pada kegiatan Webinar Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa
Pandemi Covid-19, yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom dan disiarkan langsung
dari kanal YouTube Kemendikbud RI menyatakan terdapat beberpa kendala yang dihadapi
guru, orangtua, dan peserta didik selama PJJ setidaknya meliputi:
1. Guru mengalami hambatan dalam PJJ dan cenderung fokus kepada penuntasan
kurikulum.
2. Waktu pembelajaran menjadi berkurang, sehingga guru tidak dapat memenuhi
beban jam mengajarnya.
3. Guru mengalami kesulitan komunikasi dengan orangtua sebagai pembimbing
peserta didik di rumah
4. Belum semua orangtua bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah
karena ada tanggung jawab yang lain seperti urusan kerja, urusan rumah, dan
sebagainya.
5. Orangtua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak
saat mendampingi belajar di rumah.
6. Peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan
mengeluhkan banyaknya penugasan soal dari guru.
7. Meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi di rumah secara berkelanjutan
berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak, akses ke sumber
belajar baik disebabkan karena masalah jangkauan listrik atau internet, maupun
dana untuk aksesnya.
Proses pembelajaran di sekolah merupakan   upaya peningkatan pengetahuan dan skill.2
Sebagian besar  siswa menganggap  sekolah adalah kegiatan yang  menyenangkan, mereka
bisa berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
kesadaran kelas sosial siswa. Sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi antar
siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih sayang
diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan yang bernama sekolah berhenti dengan tiba-tiba
karena gangguan Covid-19. Sekolah memberikan solusi dengan pembelajaran daring.

Permasalahan Pembelajaran Daring

Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa. Kondisi guru di
Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Magelang pada khususnya tidak seluruhnya
paham penggunaan teknologi, terutama guru guru yang menjelang pensiun. Begitu juga
dengan siswa, terutama yang dipelosok desa kurang menguasai teknologi untuk
pembelajaran. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai. Perangkat pendukung
teknologi  mahal. 

Kesejahteraan guru (terutama GTT) maupun murid yang membatasi mereka dari serba
terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan
dengan musibah Covid-19 ini. Banyak hand phone hanya dimiliki orang tua, sehingga siswa
hanya bisa mengerjakan tugas kalau orang tuanya sudah pulang kerja. Bilamana
pembelajaran dan pengerjaan tugas dibatasi waktu otomatis tidak bisa mengikuti
pembelajaran. 

Tidak jarang juga siswa tidak bisa mengerjakan tugas karena tidak mampu membeli kuota
paket data. Akses Internet yang terbatas. Tidak semua lembaga pendidikan baik sekolah
dasar maupun sekolah menengah dapat menikmati internet dengan baik. Apalagi dipelosok
pedesaan yang terkadang sinyal internet tidak ada.

Kurang siapnya penyediaan Anggaran. Aspek kesejahteraan guru (terutama GTT) dan murid
masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk memenuhi
kebutuhan media daring, akan terasa sangat berat.Keuangan negara belum mampu
memenuhi secara keseluruhan.

Menyikapi pembelajaran pada masa pandemi dan new normal


Guru. 

Guru memegang peran penting untuk mensukseskan pembelajaran daring. Seorang guru
dituntut untuk meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi terutama dalam kegiatan
pembelajaran. Peningkatan penggunaan teknologi bisa dilakukan dengan belajar secara on
line maupun melalui diklat. Untuk Kabupaten Magelang, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Magelang telah mengadakan kegiatan Diklat daring Office 365 secara serentak
pada tanggal 29 Juni sampai dengan 2 Juli 2020.

Disamping itu Langkah pembelajaran daring harus seefektif mungkin. Guru bukan
membebani murid dalam tugas-tugas yang dihantarkan dalam belajar di rumah. Guru bukan
hanya memposisikan sebagai pentransfer ilmu, tetapi tetap saja mengutamakan ing ngarso
sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Kerjasaman antara orang tua, guru dan siswa juga sangat penting.. Dalam situasi sekarang
ini kondisi belajar membutuhkan adanya kerja sama kolaborasi antara guru, orang tua dan
siswa.  Proses belajar sekarang adalah kombinasi antara guru, murid dan orang tua. Orang
tua pertama kalinya mengalami anak melaksanakan proses belajar di rumah karena adanya
wabah. Hal ini membuat orangtua semakin sadar betapa sulitnya mendidik anak. Demikian
juga di sisi guru juga semakin menyadari pentingnya peran orang tua dalam pendidikan.
Dengan kesadaran pentingnya kolaborasi guru, orang tua dan siswa maka akan
menciptakan kerja sama yang baik untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan. Kerja
sama, saling melengkapi dan memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas, batasan dan
ranah masing-masing.

Sejarah Pendidikan Jarak jauh


Pembelajaran jarak jauh atau yang dikenal dengan PJJ mendadak populer di masa
pandemi. Ternyata PJJ bukanlah konse baru. Menurut Pittman, 1991
dalam http://members.aect.org/edtech/ed1/13/13-02.html Pendidikan jarak jauh
bukanlah konsep baru.  Lebih lanjut diungkapkan bahwa ternyata pada akhir 1800-an,
di University of Chicago, program korespondensi besar pertama di Amerika Serikat
didirikan di mana guru dan pelajar berada di lokasi yang berbeda. Kondisi demikian
merupakan gambaran Pembelajaran Jarak jauh pada masa itu. Sebelum muncul
program tersebut pendidikan juga telah diselenggarakan terutama untuk laki-laki pada
masyarakat strata  sosial lebih tinggi. Ini terjadi di Eropa pra-industri. Bentuk
pembelajaran pada waktu itu adalah menyatukan siswa di satu tempat pada waktu
yang bersamaan untuk belajar dari seseorang yang ahli (guru). Bentuk pembelajaran
seperti ini populer sebelum pandemi melanda dunia.

Ada berbagai upaya yang dilakukan untuk menyelenggarakan pembelajaran alternatif.


Salah satunya dilakukan oleh pendidik William Rainey Harper pada tahun 1890 dengan
konsep studi korespondensi yang merupakan cikal bakal pembelajaran jarak jauh.
Meskipun awalnya pembelajaran alternatif ini ditertawakan tetapi akhirnya
berkembang. Alasan  studi korespondensi dirancang adalah untuk memberikan
kesempatan pendidikan bagi mereka yang tidak termasuk kalangan elit dan yang tidak
mampu untuk tinggal penuh waktu di sebuah lembaga pendidikan. Hal inilah yang
menyebabkan studi korespondensi dipandang rendah sebagai pendidikan rendah.

Pada tahun 1982 merupakan kebangkitan pembelajaran jarak jauh, yaitu dengan
berubahnya nama Dewan Internasional untuk Pendidikan Korespondensi menjadi
Dewan Internasional untuk Pendidikan Jarak Jauh. Hal ini menggambarkan
perkembangan di lapangan. Perkembangan ini ditunjang dengan perkembangan
teknologi yang berperan penting dalam pembelajaran jarak jauh. Termasuk di
dalamnya adalah perubahan sistem penyampaian informasi. Kondisi ini memberikan
informasi bahwa tujuan pembelajaran jarak jauh , yaitu memberikan kesetaraan akses
pendidikan akan terwujud. Ini jugalah yang berkembang dan dinikmati di Indonesia
sampai sekarang.

Asal mula pembelajaran jarak jauh di Indonesia sama seperti di negara lain dimulai
dengan pendidikan sistem korespondensi. Selanjutnya, pada tahun 1950 didirikan
lembaga-lembaga kursus untuk menghasilkan guru-guru yang merupakan kebutuhan
mendasar pada waktu itu. Penyelenggaraan Pendidikan Jarak jauh di Indonesia juga
didukung dengan kehadiran radio sebagai media pembelajaran. Pada tahun 1989
Pendidikan Jarak Jauh semakin berkembang   dengan kehadiran Universitas terbuka
(UT) yang menyelenggarakan program pengembagan profesional berkelanjutan pada
jenjang sertifikasi, misalnya Program Bahasa Inggris yang bekerjasama
dengan Cambridge University.  Program-program ini terus dikembangkan dan mewarnai
pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan tinggi.

Tantangan Pendidikan Jarak jauh


Penentu kualitas bangsa yang paling besar pengaruhnya adalah pendidikan. Hal ini
menggambarkan bahwa suatu bangsa yang berkualitas terlihat dari kualitas
pendidikannya. Banyak definisi tentang pendidikan, salah satu yang definisi yang
menarik dikemukakan Parker Palmer (2009), pendidikan adalah menciptakan ruang
agar siswa dapat mempraktikkan kebenaran.  Mengacu pada definisi ini, maka
pendidikan bukan sekadar memindahkan pengetahuan guru kepada siswa. Pendidikan
sesungguhnya dengan memerhatikan semua ranah baik pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Inilah yang dimaksud dengan pendidikan yang seutuhnya.

Pembelajaran jarak jauh di jenjang PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
pada masa pandemi pada umumnya sudah dilaksanakan. Banyak yang berhasil tetapi
masih banyak juga yang belum berhasil. Pembelajaran berhasil jika siswa menjadi fokus
pada setiap pembelajaran sehingga kesejahteraan siswa  (student wellbeing)  menjadi
perhatian. Student wellbeing dibangun oleh berbagai dimensi. Hal ini memerhatikan
keterampilan akademik non-kognitif sehingga siswa menjadi baik  sekarang
dan siap  untuk masa depan. Keadaan ini tercapai apabila dalam pembelajaran
seimbang antara pengembangan keterampilan, kegiatan sosial dan rekreasi.serta
didukung oleh lingkungan dan kepedulian berbagai pihak.

Pembelajaran jarak jauh yang sekadar menambahkan laptop atau perangkat teknologi
lainnya bukanlah pembelajaran jarak jauh sesungguhnya. Pembelajaran jarak jauh yang
dilakukan bukan alakadarnya memiliki tantangan, beberapa tantangannya adalah
berikut ini.

1. PJJ bukanlah budaya kita

Pembelajaran jarak jauh belum membudaya di Indonesia meskipun sudah cukup lama
diselenggarakan. Hal ini karena pemikiran kita yang masih memahami bahwa sebuah
aktivitas  disebut pembelajaran apabila siswa dan guru bertemu secara langsung.
Pertemuan tersebut terjadi di sekolah dan dalam waktu yang sudah ditentukan.
Membudayanya pemahaman bahwa pembelajaran nyata apabila bertemu secara tatap
muka, menyebabkan pembelajaran jarak jauh yang memungkinkan tidak bertemu
secara langsung menjadi mengalami tantangan.

2. Ketidaksiapan Guru, Siswa, dan Orang Tua

Pembelajaran jarak jauh membutuhkan kesiapan pemangku kepentingan.


Pembelajaran jarak jauh yang memungkinkan terjadinya pembelajaran tanpa harus
berkumpul di suatu tempat terlebih di sekolah mewajibkan terwujudnya kolaborasi
yang baik antara guru, siswa, dan orang tua. Pada pembelajaran konvensional tanggung
jawab dalam pembelajaran lebih banyak diberikan kepada guru.

Dalam pembelajaran jarak jauh pendampingan orang tua bagi siswa saat pembelajaran 
sangat dibutuhkan. Sebagian besar orang tua dalam kondisi demikian tidak siap. Selain
karena orang tua tidak diperlengkapi dengan kemampuan mendampingi siswa dalam
belajar, orang tua juga memiliki aktivitas lain.

Selain orang tua, guru juga belum siap dalam pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) belum mengakomodasi
pembelajaran jarak jauh dalam kurikulumnya. Saat pembelajaran jarak jauh guru
belajar dari pengalaman saja dan mencoba teknik pembelajaran yang relevan.

Siswa dalam pembelajaran jarak jauh juga tidak siap. Ketidaksiapan ini meliputi teknis
dan non teknis. Dalam hal teknis siswa belum memiliki keterampilan dalam
penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak untuk menunjang pembelajaran.
Sedangkan secara non-teknis siswa tidak siap psikisnya untuk belajar jarak jauh.
Kemandirian dan ketangguhan merupakan hal yang paling menonjol dibutuhkan dalam
pembelajaran jarak jauh bagi siswa. Pendampingan guru saat pembelajaran di sekolah
mengakibatkan siswa lebih banyak bergantung kepada guru. Pendampingan guru yang
tidak seintensif saat pembelajaran tatap muka akan memperlihatkan tingkat
kemandirian dan ketangguhan siswa. Kemandirian dan ketangguhan siswa dalam
pembelajaran jarak jauh tergambar dari partisipasi dalam pembelajaran jarak jauh,
kemampuan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, dan semangat dalam setiap
aktivitas pembelajaran jarak jauh.

3. Infrastruktur yang Belum Memadai

Saat pembelajaran tatap muka fokus pengelola pendidikan hanyalah pada infrastruktur
yang berkaitan dengan pembelajaran. Infrastruktur tersebut berupa ruang kelas,
laboratorium, perpustakaan beserta kelengkapannya dan lain-lain. Pada pembelajaran
jarak jauh. infrastruktur tidak hanya memerhatikan pada lingkup lokasi sekolah tetapi
termasuk infrastruktur di lokasi siswa berada.

Infrastruktur yang dibutuhkan dalam pembelajaran jarak  jauh, yaitu koneksi internet,
jaringan listrik, termasuk akses ke tempat tinggal siswa. Sebagian wilayah di Indonesia
terutama di daerah 3T infrastruktur yang menunjang pembelajaran jarak jauh belum
memadai. Pengadaan infrastruktur tersebut perlu kerjasama dengan pemerintah, pihak
swasta dan pemangku kepentingan lainnya.

Strategi  dalam Pendidikan Jarak Jauh

Adanya tantangan pada pembelajaran jarak jauh perlu dicarikan strategi sehingga
tujuan pembelajaran tetap terwujud meskipun pembelajaran berlangsung tidak secara
tatap muka. Strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran jarak jauh antara lain
berikut ini.

1.Ubah pola pikir


Kita tahu persis bahwa kehendak, keinginan dan  emosi berasal dari pikiran. Kebiasaan
dalam pembelajaran tatap muka juga dibentuk dari pikiran. Pola pikir bahwa
pembelajaran sesungguhnya hanyalah ketika bertatap muka atau menggunakan
teknologi sekalipun (tatap layar) perlu diubah. Pembelajaran sesungguhnya tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Jadi belajar dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan
saja.

Berubahnya pola pikir atau cara pikir akan membangkitkan semangat dalam
melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Langkah selanjutnya dari perubahan pola pikir
ini akan membuat semua pihak; guru, siswa dan orang tua akan mempersiapkan diri
menjalani pembelajaran jarak jauh. Persiapan diri yang dimaksud terutama kesiapan
psikis. Termasuk kesiapan dalam hal ini adalah kesiapan fisik, waktu dan penyiapan
sarana prasarana pembelajaran jarak jauh.

2. Akselerasi penggunaan teknologi dalam pembelajaran

Salah satu aspek yang berperan penting dalam pembelajaran jarak jauh adalah
teknologi. Pembelajaran jarak jauh akan terkendala jika guru dan siswa tidak memiliki
kompetensi dalam penggunaan teknologi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkapkan 60 persen


guru di Tanah Air belum menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
(Merdeka.com). Berdasarkan hal ini, maka sangat perlu akselerasi penggunaan
teknologi dalam pembelajaran. Akselerasi penggunaan teknologi dalam pembelajaran
pertama-tama ditempuh dengan meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan
teknologi. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan melalui lokakarya dan pelatihan
kontinu dan terstandar. Langkah selanjutnya yang dapat ditempuh dalam akselerasi
penggunaan teknologi untuk pembelajaran adalah penyediaan sarana dan prasarana
teknologi bagi guru dan siswa.

3. Meningkatkan budaya belajar dari berbagai sumber

Pembelajaran tatap muka membentuk pemahaman bahwa seakan-akan guru adalah


satu-satunya sumber belajar. Dalam pembelajaran jarak jauh menuntut siswa
menggunakan berbagai sumber dalam belajar, sumber belajar tidak hanya guru. Jika
menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar dalam pembelajaran jarak
jauh, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Kondisi ini terjadi karena
pembelajaran jarak jauh menuntut siswa belajar mandiri dengan pendampingan orang
tua.

Banyak sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran jarak jauh antara
lain lingkungan, orang tua, internet, radio, TV, surat kabar, majalah, modul dan lain-lain.
Penggunaan sumber belajar yang beraneka ini perlu terus didorong sampai menjadi
kebiasaan atau membudaya. Budaya ini akan terbangun melalui setiap penugasan guru
yang konsisten membuka ruang yakni siswa menggunakan berbagai sumber belajar
dalam memberikan solusi untuk setiap penugasan yang diberikan.

4. Menumbuhkan kolaborasi

Kolaborasi sejatinya adalah sifat asli manusia. Meskipun demikian,  kadangkala sikap
egois meniadakan kolaborasi. Hal lain yang menyebabkan tidak dilakukan kolaborasi
karena tidak diketahuinya dengan pihak mana berkolaborasi.

Dalam pembelajaran jarak jauh kolaborasi merupakan keniscayaan. Pihak sekolah


harus berkolaborasi pertama dengan orang tua. Selanjutnya pihak sekolah juga
berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan setempat terkait pelaporan, evaluasi dan lain
sebagainya. Melalui dinas pendidikan dapat berkolaborasi dengan Dinas Komunikasi
dan Informasi, BUMN (PLN, PT Pos), Pihak swasta penyedia layanan telekomunikasi,
Dinas Pekerjaan Umum untuk perbaikan akses, RRI atau radio swasta, TVRI atau Televisi
lokal lainnya. Dalam penyediaan konten pembelajaran dan perangkat pembelajaran
dapat berkolaborasi dengan organisasi masyarakat yang konsen dalam bidang
pendidikan. Contohnya Tanoto Foundation, Refo, dan lain-lain. Kolaborasi ini juga 
penting peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran jarak jauh.

5. Meningkat peran tri sentra pendidikan

Metafora untuk trisentra pendidikan adalah tungku masak zaman dulu. Tunggu masak
dibentuk dari 3 (tiga) batu yang bentuk berbeda tetapi tujuannnya sama, yaitu
menopang alat masak yang ada di atasnya. Formasi batu terdiri dari 2 (dua) di depan
dan 1 (satu) di belakang.

Trisentra pendidikan merupakan gagasan Ki Hajar Dewantara, pahlawan pelopor


pendidikan di Indonesia. Tri Sentra Pendidikan atau  Tiga Pusat Pendidikan,
menjelaskan  bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran di dalam proses pendidikan, serta saling
mengisi dan memerkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak
hanya pada pemerintah semata, namun termasuk juga keluarga dan masyarakat.

Dalam pembelajaran jarak jauh sangat perlu meningkat peran setiap sentra ini sehingga
tujuan pendidikan tetap tercapai. Peran keluarga yang kurang dalam pembelajaran
tatap muka perlu ditingkatkan pada pembelajaran jarak jauh. Keberadaan siswa dalam
pembelajaran jarak jauh lebih banyak  di rumah memungkinkan keluarga meningkatkan
perannya dalam mendampingi siswa.

Peran masyarakat juga perlu ditingkatkan dalam pembelajaran jarak jauh. Lebih
banyaknya waktu siswa berada di lingkungan masyarakat dan bukan di sekolah
memungkinkan masyarakat berperan besar dalam pendidikan. Peran masyarakat yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh adalah menciptakan  lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran, contohnya tidak menciptakan suasana yang gaduh saat
waktu belajar. Peran lain masyarakat adalah memberi contoh dan  menegur siswa yang
melakukan perilaku yang tidak baik dilingkungan masyarakat, misalnya masyarakat
menciptakan lingkungan yang bebas asap rokok, ketika ada siswa yang merokok
ditegur.

Melaksanakan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi adalah sebuah solusi yang
tepat untuk alasan kesehatan dan keselamatan bersama. Pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh ini memiliki tantangan yang tidak sedikit. Meskipun demikian, tantangan ini
dapat dihadapi dengan menerapkan beberapa strategi.
MENYIKAPI PEMBELAJARAN DARING AGAR MENGHASILKAN CAPAIAN YANG MAKSIMAL 

Sampai saat ini pandemi COVID 19, belum bisa ditahui sampai kapan berakhirnya dengan
konsekwensi tetap berlakunya protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi tersebut.
Salah satu protokol tersebut adalah tidak diperbolehkannya berkumpulnya orang pada
jumlah tertentu. Kondisi ini salah satunya berdampak pada proses pembelajaran di kampus
secara tatap muka.   Hal ini menjadikan kita semua baik dosen maupun mahasiswa harus
bisa mengubah dan menyiasati proses pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran
daring yang tetap efektif hasilnya. Khusus pada mahasiswa berikut ini ada beberapa strategi
yang bisa kalian lakukan :

1. Setiap dosen mempunyai cara penyampaian yang berbeda, untuk itu jangan terlalu
memikirkan perbedaan tersebut yang dapat berdampak kurang antusiasnya dalam
belajar. Persiapakan dengan baik kebutuhan media dan penunjangnya, termasuk
pulsa internet, aplikasi penunjang, laptop/komputer dan materi pembelajaran dan
catatan
2. Fokuskan kegiatan kalian saat di rumah untuk belajar, jangan dianggap pada sat
pandemi ini sebagai masa liburan, sehingga digunakan untuk jalan jalan karena
pada kondisi seperti ini rawan tertular virus CORONA.
3. Pahami rencana pembelajaran, keterkaitan materi yang akan diajarkan dan materi
lalu yang sudah pernah diajarkan. Dosen biasanya talah memberikan materi ajar
sebelum pelaksanaan kuliah daring, maka harus secara mandiri berusaha membaca,
mempelajarinya dan mencari sumber lain misalnya youtube untuk melengkapi
kesiapan kalian saat pelaksanaan kuliah. Dengan demikian kalian dapat aktif,
bertanya berdiskusi dengan dosen secara efektif walaupun adanya keterbatasan
waktu.
4. Ketika belajar jarak jauh, tentu dosen tidak ada di samping kalian. Maka harus bisa
mengendalikan diri dengan benar-benar serius belajar, tidak untuk main game,
nonton tv atau main handphone. Jika kamu ikut pembelajaran online, maka harus
diikuti dengan baik. karena kalau tidak diikuti maka bisa tertinggal atau materinya
akan menumpuk.
5. Gunakan dan Tingkatkan penguasaan penggunaan mesin pencari seperti Google
untuk mendapatkan informasi lebih tentang materi kuliah. Hasil yang diperoleh dari
mesin pencari seperti Google sangat tergantung dari “Keyword” atau “kata kuci” yang
benar, hasil yang lebih luas akan diperoleh Ketika digunakan kata dalam Bahasa
inggris. Jadi disini perlu ditingkatkan juga kemampuan berbahasa asing, jangan
merasa alergi dengan Bahasa asing, karena hal itu akan sangat berguna di era global
seperti ini.
6. Kerjakan tugas dan ujian dengan baik, jangan melakukan copy paste karena
menunjukkan kurangnya profesionalisme seseorang. Penilaian yang dilakukan
dosen bertujuan mengukur tingkat capaian hasil belajar, sehingga nantinya dapat
mengetahui berapa persen materi yang diajarkan dapat diserap dengan baik oleh
mahasiswa. Jangan takut gagal karena kalian punya hak untuk melakukan ujian
ulang dan akan diberi kesempatan oleh dosen yang bersangkutan, dengan syarat
kalian mau belajar dari kesalahan dan mau memperbaiki diri.
Akhirnya dalam menghadapi situasi pembelajaran daring jangan meremehkan, tetap
semangat dan serius mengikutinya. Kalian harus berani bertanya dan mengungkapkan
pendapat saat ada yang dirasa belum faham atau belum sesuai dengan pemikiran kalian,
Insya Allah dosen jurusan teknik kimia dengan berbesar hati untuk membantu agar kalian
menjadi lulusan yang Profesional. Jaga kondisi kesehatan, tetap semangat untuk menggapai
masa depan yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai