Anda di halaman 1dari 2

Efektifkah pembelajaran daring di masa pandemi ?

Nama : Taufik Arief Wicaksono


Kelas : XII MIPA 5
No. Absen : 33

Sudah tidak terasa pandemi Covid-19 telah genap berumur 1 tahun. Tidak
dapat dipungkiri virus yang pertama kali ditemukan di wuhan, China pada akhir
bulan Desember 2019 ini telah memberikan dampak yang besar bagi peradaban
umat manusia di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri virus ini mulai muncul pada
awal bulan maret. Dari situlah terjadi perubahan yang cukup signifikan, baik dari
segi kesehatan, pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Di beberapa negara seperti
Amerika, Inggris, China, Perancis, dan Italia telah memberlakukan kebijakan
Lockdown di negaranya dengan tujuan mencegah penyebaran covid-19. Di
Indonesia Lockdown tidak diterapkan, namun di beberapa daerah yang angka
pasien positif covid-19 nya tinggi memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Hal tersebut mengakibatkan seluruh kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan bekerja, kegiatan sekolah, kegiatan ibadah harus dihentikan terlebih
dahulu sampai keadaan pandemi ini mereda.

Di beberapa daerah yang melakukan PSBB memaksa pemerintah daerah


untuk menutup sekolah dan mulai menerapkan metode pembelajaran daring
(dalam jaringan). Metode pembelajaran daring merupakan metode pembelajaran
tanpa tatap muka secara langsung antara siswa dan guru. Lantas sudah efektifkah
metode pembelajaran daring yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.
Banyak pihak yang menganggap bahwa sebenarnya metode pembelajaran daring
masih sangat tidak efektif dan masih jauh dari kata sempurna

Mengapa dikatakan tidak efektif, karena baik dari pihak sekolah maupun
dari pihak siswa masih banyak yang tidak siap dengan metode pembelajaran
daring. Dimana membutuhkan teknologi canggih seperti handphone, laptop,
maupun komputer. Di beberapa daerah yang melaksanakan metode tersebut masih
banyak ditemukan siswa dan orangtua yang tidak memiliki handphone, sehingga
hal tersebut membuat mereka kebingungan. Solusinya, untuk siswa yang tidak
memiliki handphone harus pergi kerumah temannya yang memiliki handphone
untuk melaksanakan pembelajaran daring secara berkelompok. Kegiatan tersebut
akan membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak jika jarak rumah yang
dituju cukup jauh. Jika dilakukan setiap hari bukan tidak mungkin siswa akan
kelelahan yang pada akhirnya akan berdampak kepada pembelajaran daring itu
sendiri.
Sementara itu, untuk para siswa yang memiliki media penunjang
keberhasilan metode pembelajaran daring seperti handphone, laptop, maupun
komputer tidak membuat mereka terbebas dari masalah. Karena masalah terbesar
dari pembelajaran daring adalah internet. Di beberapa daerah tertinggal dimana
internet masih susah untuk didapatkan banyak ditemukan kasus dimana para siswa
harus bersusah payah naik keatas bukit hanya untuk mendapatkan sinyal internet,
agar mereka bisa mengikuti pembelajaran daring. Tidak berhenti sampai disitu,
banyak siswa di berbagai daerah yang protes jika selama mereka melaksanakan
pembelajaran daring ada beberapa materi yang tidak dapat mereka pahami. Hal
tersebut dapat terjadi karena dalam aktivitas belajar mengajar beberapa guru
hanya sekedar memberikan materi dan soal tanpa memberikan penjelasan lebih
mendalam tentang materi yang sedang diajarkan atau bisa dikatakan kurang
memanfaatkan teknologi yang ada di era digital seperti saat ini.

Dengan kendala-kendala tersebut tentu perlu solusi agar proses belajar


mengajar tetap tersalurkan dengan baik, sekalipun harus dilakukan dengan cara
daring. Meski begitu solusi terbaik adalah tetap berusaha sebaik mungkin
dengan tetap mengikuti aturan dan keputusan sekolah masing-masing. Ternyata
dengan adanya wabah ini memberikan pelajaran untuk kita bahwa belajar di ruang
kelas dengan guru secara langsung tidak dapat tergantikan oleh apapun. Karena
setidak efektif apapun KBM di ruang kelas tetap itu adalah cara terbaik dalam
proses belajar mengajar, karena jika ada siswa yang tidak paham mereka bisa
secara langsung bertanya kepada guru yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai