Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA

PROTEIN

Dosen Pengampu:
Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si.
Dra. Evie Ratnasari, M.Si.
Dra. Isnawati, M.Si.

Disusun Oleh:
(nama)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein merupakan senyawa organik kompleks dengan bobot
molekul tinggi. Protein juga merupakan suatu polimer yang terdiri dari
monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida.
Protein memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai enzim, hormon dan
antibodi. Di alam, bentuk protein spesifik untuk suatu fungsi. Oleh karena
itu agar suatu polipeptida yang baru dibentuk siap menjadi protein yang
berfungsi secara biologis dan mampu mengkatalisis suatu reaksi
metabolik, menggerakkan sel, atau makromolekul, polipeptida tersebut
harus mengalami pelipatan membentuk susunan tiga dimensi tertentu atau
konformasi (Sawitri, dkk. 2014).
Protein memegang peranan penting dalam hampir semua proses
biologi. Protein termasuk dalam komponen utama sel hewan atau manusia.
Sel merupakan pembentuk tubuh, sehingga protein yang terdapat dalam
makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan jaringan-
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh, zat untuk pertumbuhan
dalam proses pembentukan jaringan, sebagai energi, serta protein juga
dapat berfungsi sebagai pertahanan tubuh dari benda-benda asing yang
masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri dan parasit (Afifah, 2013).
Sumber protein dapat diperoleh dari bahan makanan hewani dan
bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein yang
bersumber dari hewani merupakan protein lengkap atau protein dengan
nilai biologi tinggi karena mengandung semua jenis asam amino esensial
dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan. Sedangkan protein nabati
kecuali kacang kedelai dan kacang kacangan lain merupakan protein tidak
lengkap atau protein bermutu rendah tidak mengandung semua jenis asam
amino esensial yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan (Damayanti,
2017).
Hampir seluruh sistem kehidupan ini beberapa bahan mengandung
protein. Dari hal tersebut, tentunya protein mengandung beberapa unsur
baik unsur utama maupun unsur lainnya. Selain itu, protein juga tidak
terlepas dari yang namanya sifat yang dapat menjadi pembeda antara
protein dan makronutrien lainnya. Untuk mengetahui atau membuktikan
keberadaan hal tersebut diperlukan analisis lebih mengenai protein. Dalam
hal ini dibutuhkan penelitian yang terkait dengan masalah tersebut, yaitu
dengan melakukan praktikum yang sesuai dengan uji pembuktian protein.
Terdapat beberapa praktikum yang dapat digunakan untuk menguji atau
membuktikan keberadaan unsur maupun sifat protein diantaranya uji
membuktikan unsur protein, uji kelarutan albumin, uji biuret, dan uji
ninhidrin. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ataupun
memahami beberapa pengujian protein pada bahan yang dapat digunakan
untuk membuktikan unsur-unsur protein, kelarutan protein, menentukan
ikatan peptida, dan membuktikan keberadaan asam amino.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana membuktikan unsur-unsur apa saja yang ada dalam
protein?
2. Bagaimana membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-
macam pelarut?
3. Bagaimana menunjukkan ikatan peptida yang membentuk protein
pada uji biuret?
4. Bagaimana membuktikan adanya suatu asam amino pada uji
ninhidrin?

C. Tujuan
1. Untuk membuktikan unsur-unsur apa saja yang ada dalam protein.
2. Untuk membuktikan kelarutan albumin terhadap macam-macam
pelarut.
3. Untuk menunjukkan/membuktikan ikatan peptida yang membentuk
protein pada uji biuret.
4. Untuk membuktikan adanya suatu asam amino pada uji ninhidrin.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Protein
Protein merupakan salah satu makronutrien yang berperan penting
dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Protein terdiri
atas rantai-rantai asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan
peptida. Unsur utama yang terkandung dalam protein ada empat yaitu
nitrogen, karbon, hidrogen, dan oksigen. Unsur utama atau unsur nitrogen
tersebut terdapat dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak. Dimana unsur nitrogen merupakan 16% dari berat
protein. Molekul protein lebih kompleks dibanding karbohidrat dan lemak
dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit asam amino yang
membentuk (Primasoni, N., 2012).
Protein disusun oleh 22 macam asam amino, tetapi dari
keseluruhan tersebut hanya 20 macam yang berfungsi sebagai penyusun
utama protein. Proses metabolisme protein diawali dengan katabolisme
(penguraian) protein menjadi asam amino yang meliputi proses
pembukaan (inisiasi), perpanjangan (elongasi), dan pengakhiran
(terminasi). Dalam sintesis protein asam amino terlibat didalamnya.
Metabolisme protein tidak secara langsung terlibat memproduksi energi,
tetapi terlibat dalam produksi enzim, hormon, komponen struktural, dan
protein darah dari sel-sel badan dan jaringan metabolisme energi berasal
dari protein didahului dengan degradasi protein menjadi asam amino.
Kemudian dilepaskan gugus aminonya melalui deaminasi oksidatif di sel-
sel hati dan hasilnya akan masuk siklus krebs untuk membentuk energi
(Rosmawati, R., 2013).

B. Sifat-Sifat Protein
Protein merupakan senyawa yang tersusun atas asam amino yang
saling berhubungan membentuk ikatan peptida. Asam amino yang
menyusun protein dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu asam amino
hidrofobik dan asam amino hidrofilik. Sifat ini diatur oleh rantai samping
yang menyusun asam amino. Kelarutan protein dalam air berbeda-beda,
ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Semua protein tidak bisa
larut dalam pelarut organik yaitu kloroform, eter dan benzena. Protein
merupakan molekul yang cukup mudah dipengaruhi oleh faktor fisik dan
kimia sehingga mudah untuk mengalami denaturasi. Apabila protein telah
terdenaturasi maka kelarutan dan aktivitas biologinya akan berubah.
Penambahan garam pada suatu larutan yang mengandung protein dapat
menyebabkan protein mengendap. Pemberian alkohol atau pemanasan
juga akan menyebabkan protein menggumpal. Protein juga bersifat
amfoter. Pada pH rendah, gugus amino akan bereaksi dengan ion H+
sehingga protein akan bermuatan positif. Pada kondisi pH tinggi, gugus
karboksilat akan bereaksi dengan ion OH- dan menyebabkan protein
bermuatan negatif (Yazid dan Nursanti, 2006).

C. Macam-Macam Protein
Protein merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari asam-asam
amino yang diikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Asam amino
sendiri terdiri dari rantai karbon (R = rantai cabang), atom hidrogen, gugus
karboksilat (COOH), kadang-kadang gugus hidroksil (OH), belerang (S),
serta gugus amino (NH2). Atom nitrogen pada gugus amino suatu asam
amino adalah karakteristik protein. Satu molekul protein dapat terdiri dari
12 sampai 20 macam asam amino; dan jumlah setiap macam asam amino
tersebut dapat mencapai ratusan buah. Setiap macam asam amino
dihubungkan dengan ikatan peptida membentuk peptida. Karena jumlah
peptida tersebut sangat banyak maka protein sering kali disebut sebagai
polipeptida. Asam amino penyusun protein dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok berdasarkan dapat atau tidaknya disintesis oleh tubuh manusia
yaitu asam amino esensial (tidak dapat disintesis), semi-esensial dan non
esensial (dapat disintesis oleh tubuh) (Muchtadi, I. D. 2013).
Berdasarkan bentuknya, protein dapat dibedakan menjadi
(Adrianto, A. 2021):
a. Protein fibriler (skleroprotein) merupakan protein yang bentuknya
serabut. Protein ini tidak bisa larut dalam pelarut-pelarut encer, baik
larutan garam, asam basa ataupun alkohol. Contohnya kolagen yang
terdapat pada tulang rawan, keratin pada rambut, miosin pada otot,
dan fibrin pada gumpalan darah.
b. Protein globuler (sferoprotein) merupakan protein yang berbentuk
mirip dengan bola. Protein ini larut dalam larutan garam dan asam
encer, untuk protein jenis ini lebih mudah berubah dibawah pengaruh
suhu, konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan protein
fibriler. Protein ini sangat mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekul
dapat berubah diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologik
seperti yang dialami oleh enzim dan hormon.
Dari sudut fisiologik yang berhubungan dengan daya dukung untuk
pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan tubuh, protein ini dapat
dibedakan menjadi (Adrianto, A. 2021) :
a. Protein sempurna, protein yang bisa mendukung pertumbuhan badan
dan pemeliharaan jaringan dan diperlukan anak-anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan.
b. Protein setengah sempurna, yaitu protein yang sanggup mendukung
pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dapat mendukung pertumbuhan
badan. Protein jenis ini yang memelihara jaringan yang rusak.
c. Protein tidak sempurna, yaitu sama sekali tidak sanggup membantu
pertumbuhan badan dan pemeliharaan jaringan

D. Struktur Protein
Molekul protein adalah rantai panjang yang tersusun oleh mata
rantai asam asam amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling
dirangkaikan melalui reaksi gugus karboksil asam amino yang satu dengan
gugusan amino dari asam amino yang lain, sehingga terjadi ikatan yang
disebut ikatan peptida. Ikatan peptida ini merupakan ikatan tingkat primer.
Dua molekul asam amino yang saling diikatkan dengan cara demikian
disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut tripeptida
dan bila lebih banyak lagi disebut polipeptida. Polipeptida yang hanya
terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida
(Adrianto, A. 2021).
Protein memiliki empat struktur yaitu struktur primer protein,
struktur sekunder protein, struktur tersier dan struktur kuartener. Struktur
primer adalah rangkaian linear asam amino. Struktur sekunder tersusun
dari regio-regio yang distabilkan oleh ikatan hidrogen antar atom pada
rantai utama peptida. Struktur tersier adalah bentuk tiga dimensi dari
protein yang ditentukan oleh regio-regio yang distabilkan oleh interaksi
antar rantai samping. Struktur kuartener merupakan penggabungan dua
polipeptida atau lebih (Fitriana, W., dkk. 2019).

E. Uji Protein
1. Uji Membuktikan Unsur-Unsur yang Ada Dalam Protein
Uji pembuktian unsur dalam protein digunakan untuk
menganalisis apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam protein.
Bahan yang mengandung protein banyak, diantaranya dapat
digunakan albumin. Albumin yang dipanaskan terus menerus di
atas api, maka akan tercium bau rambut terbakar yang merupakan
bau khas dari senyawa nitrogen. Selain itu, jika dipanaskan akan
terbentuk arang yang mengindikasikan adanya unsur karbon. Pada
bagian dinding tabung reaksi terdapat titik-titik uap air yang
menandakan terdapat unsur hidrogen (Rahayu, Y. S., dkk. 2022).

2. Uji Kelarutan Albumin


Uji Kelarutan albumin digunakan untuk membuktikan
kelarutan albumin terhadap macam pelarut. Sifat kelarutan albumin
pada protein tergantung pada jenis protein. Selain itu, jenis dan
macam pelarut yang cocok juga berperan dalam kelarutan albumin.
Contohnya, albumin dapat larut dalam air, asam, basa, dan larutan
garam encer, dapat digumpalkan oleh panas dan dapat diendapkan
oleh garam jenuh (Amonium Sulfat), misalkan albumin,
laktalbumin (pada susu) dan ovalbumin (Rahayu, Y. S., dkk. 2022).

3. Uji Biuret
Uji biuret didasarkan pada prinsip zat yang mengandung
dua atau lebih ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna
ungu dengan garam Cu dalam larutan alkali. Metode biuret ini
merupakan metode yang baik untuk menentukan kandungan
larutan protein karena seluruh protein mengandung ikatan peptida.
Pengujian secara biuret ini sampel harus berupa larutan, jadi
sampel terlebih dahulu dibuat menjadi larutan. Reaksi positif
protein dengan timbulnya warna ungu, dimana semakin meningkat
intensitas warnanya konsentrasi protein semakin besar. Kontrol
negatif memberikan warna biru yang merupakan warna dari garam
Cu (Purnama, R. C., dkk, 2019). Berdasarkan uji biuret, yaitu
pengujian protein berdasarkan reaksi warna. Larutan protein +
NaOH + CuSO4 sehingga menghasilkan warna ungu yang
teridentifikasi adanya protein. Dalam larutan basa, biuret
memberikan warna violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk
senyawa kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari
rantai peptida dalam keadaan basa (Mirdayanti, R. 2013).

4. Uji Ninhidrin
Uji ninhidrin digunakan untuk analisis asam amino secara
kualitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui
keberadaan asam amino bebas dalam suatu sampel. Asam amino
bebas adalah asam amino dengan gugus amino yang tidak terikat.
Ninhidrin merupakan reagen dari triketon siklik yang ketika
bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan warna biru-ungu.
Dalam uji ini, ninhidrin bertindak sebagai oksidator yang
menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari α asam amino yang
menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang mempunyai rantai C
lebih pendek dari asam amino asalnya. Ninhidrin yang tereduksi
akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa
kompleks dan menghasilkan warna biru ungu. Semakin banyak
ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, maka warna yang
timbul semakin pekat. Kompleks berwarna biru-ungu tersebut
menyerap pada panjang gelombang 570 nm sehingga secara
kuantitatif metode ninhidrin ini juga dapat digunakan untuk
menentukan kadar asam amino bebas secara spektrofotometri
(Prastika, H. H., dkk. 2019).
F. Komposisi Bahan
1. Albumin
Albumin atau yang sering disebut dengan putih telur
merupakan bagian dari telur yang mana termasuk dalam bahan
pangan hewani. Telur merupakan sumber protein hewani, yang
mempunyai gizi tinggi, diantaranya yaitu sumber vitamin A,
vitamin B, niacin, thiamin, riboflavin, vitamin E dan vitamin D
(Sidiq, dkk. 2014). Albumin mengandung sebagian besar cairan di
telur yaitu sekitar 67%. Albumin mengandung lebih dari 50%
protein telur, serta mengandung niacin, riboflavin, klorin,
magnesium, kalium, sodium dan sulfur. Albumin terdiri dari empat
lapisan berbeda yaitu lapisan dengan konsistensi yang tebal dan
lapisan tipis (Ramadhani, dkk. 2018).
2. Larutan Daging Ayam
Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan hewani
yang mengandung banyak nutrisi yang diperlukan tubuh. Menurut
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (2010) daging ayam
memiliki kandungan protein sebesar 18,20 gram, lemak sebesar 25
gram, serta memiliki kalori sebesar 404 Kkal per 100 gram daging
ayam. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang
berkualitas tinggi, mengandung asam amino esensial yang lengkap
dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) yang tinggi (Muchtadi dan
Sugiyono, 1992).
3. Larutan Tahu
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai
yang diolah dengan proses fermentasi dan diambil sarinya. Tahu
termasuk dalam sumber protein nabati. Kandungan gizi tahu dalam
setiap 100 gr berat bahan terdiri atas energi 68 kkal; 7.8 gr protein;
4.6 gr lemak; 1.6 gr karbohidrat; 124 mg kalsium; 63 mg fosfor.
Bila melihat persentase kandungan tahu adalah 70 - 90% air, 5-
15% protein, 4-8% lemak, dan 2-5% karbohidarat . Tahu juga
merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu
mempunyai mutu protein nabati terbaik karena mempunyai
komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya
cerna yang tinggi (sebesar 85% - 98%) (Mubaranto 2016). Selain
kandungan zat gizi makro, seperti protein, lemak, karbohidrat, tahu
juga mengandung zat gizi mikro seperti fosfor, kalium, kalsium,
vitamin B kompleks meliputi thiamin, riboflavin, vitamin B12 dan
vitamin E (Seftiano, 2017)
4. Susu
Susu merupakan bahan makanan yang seimbang dan
bernilai gizi tinggi, karena mengandung hampir semua zat –zat
makanan seperti karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin.
Komposisi susu sapi terdiri atas air, lemak, dan bahan kering tanpa
lemak. Bahan kering tanpa lemak terdiri atas protein, laktosa,
mineral, asam, enzim, dan vitamin. Faktor lain yang
mempengaruhi komposisi susu seperti geografis, musim, dan status
nutrisi ternak. Komposisi susu sapi, antara lain 3,6% lemak, 3,2%
protein, 4,7%, laktosa, 0,8% bahan mineral (Winarno, 2007).
5. Susu Kedelai
Susu kedelai merupakan susu yang terbuat dari ekstrak biji
kedelai yang termasuk dalam bahan nabati berprotein tinggi. Susu
kedelai mengandung kedelapan asam amino esensial, yaitu lisin,
triptofan, fenilalanin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin.
Asam amino esensial ini sangat diperlukan oleh tubuh, tapi tidak
disintesis dari bahan makanan dengan kecepatan memadai,
sehingga harus disediakan dalam bentuk jadi yang dikonsumsi
(Ulfiana dan Misbahatul, 2019). Adapun komponen penyusun susu
kedelai terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Tabel Komponen Penyusun Susu Kedelai
(Sumber: Ulfiana dan Misbahatul, 2019)
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu : Kamis, 21 April 2022 (11.00-15.30)
Tempat : Laboratorium Biologi Dasar Jurusan Biologi
FMIPA UNESA

B. Variabel Penelitian
Uji Untuk membuktikan Unsur-Unsur yang Ada Dalam Protein
Variabel manipulasi : albumin, bahan yang mengandung protein (larutan
tahu, larutan ayam, susu sapi, susu kedelai), dan NaOH
Variabel kontrol : menggunakan tabung reaksi, pipet tetes, penjepit
tabung reaksi, kertas lakmus, dipanaskan di atas lampu spiritus
Variabel respon : warna, aroma, pH, uap air, dan endapan arang
Uji Kelarutan Albumin
Variabel manipulasi : larutan NaOH 0,2%, larutan HCl 0,2%, larutan
NaCO 0,2%
Variabel kontrol : menggunakan bahan albumin, tabung reaksi, pipet
tetes, rak tabung, penjepit tabung reaksi, divorteks
Variabel respon : perubahan warna
Uji Biuret
Variabel manipulasi : albumin, larutan protein (larutan tahu, larutan
ayam, susu sapi, susu kedelai)
Variabel kontrol : menggunakan tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung
reaksi, NaOH 10%, CuSO 0,01 M, divorteks
Variabel respon : perubahan warna
Uji Ninhidrin
Variabel manipulasi : arginin, albumin, bahan protein (larutan tahu,
larutan ayam, susu sapi, susu kedelai)
Variabel kontrol : menetesi larutan ninhidrin 0,1%, menggunakan
tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi,
dipanaskan di atas lampu spiritus
Variabel respon : warna larutan, aroma, terbentuknya uap

C. Alat dan Bahan


Uji Untuk membuktikan Unsur-Unsur yang Ada Dalam Protein
Alat :
1. Tabung reaksi 5 buah
2. Pipet tetes 4 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Penjepit tabung reaksi 1 buah
5. Timbangan 1 buah
6. Lampu spiritus 1 buah
Bahan :
1. Larutan albumin 2 ml
2. NaOH padat 10 gr
3. Kertas lakmus 10 lembar
4. Bahan protein masing-masing 2 ml atau 2 gr
(larutan tahu, larutan ayam, susu sapi, susu kedelai)
Uji Kelarutan Albumin
Alat :
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Rak tabung 1 buah
4. Penjepit tabung 1 buah
5. Vorteks 1 buah
Bahan :
1. Larutan albumin 4 ml
2. NaOH 0,2% 1 ml
3. HCl 0,2% 1 ml
4. NaCO2 0,2% 1 ml
5. Aquades 1 ml
Uji Biuret
Alat :
1. Tabung reaksi 5 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Rak tabung reaksi 1 buah
4. Gelas ukur 2 buah
5. Vorteks 1 buah
Bahan :
1. Bahan protein masing-masing 3 ml
(larutan tahu, larutan ayam, susu sapi, susu kedelai)
2. Albumin 3 ml
3. NaOH 10% 5 ml
4. CuSO4 0,01 M 15 tetes
Uji Ninhidrin
Alat :
1. Tabung reaksi 6 buah
2. Pipet tetes 5 buah
3. Rak tabung 1 buah
4. Penjepit tabung reaksi 1 buah
5. Gelas ukur 5 buah
6. Lampu spiritus 1 buah
Bahan :
1. Arginin 1 ml
2. Larutan ninhidrin 0,1% 30 tetes
3. Albumin 1 ml
4. Bahan protein masing-masing 1 ml
(larutan tahu, larutan ayam, susu sapi, susu kedelai)

D. Langkah Kerja
Uji Untuk membuktikan Unsur-Unsur yang Ada Dalam Protein
1. Memasukkan masing-masing 2 ml/gr larutan albumin, dan bahan
protein ke dalam tabung reaksi yang kering
2. Memanaskan langsung tabung reaksi tersebut di atas lampu spiritus
3. Memperhatikan gejala yang nampak (bau, warna yang terbentuk,
uap air, pH)
4. Memasukkan sedikit larutan albumin dan bahan protein ke dalam
tabung reaksi kering
5. Menambahkan larutan NaOH pekat (+2 kali jumlah albumin)
6. Memanaskan di atas api lampu spiritus
7. Memperhatikan gejala yang nampak (bau, warna yang terbentuk,
uap air, pH, endapan)
Uji Kelarutan Albumin
1. Menyiapkan 4 tabung reaksi
2. Memasukkan 1 ml larutan albumin pada setiap tabung reaksi
3. Menambahkan ke dalam tabung reaksi :
Ke 1: 1 ml aquades
Ke 2: 1 ml NaOH 0,2%
Ke 3: 1 ml HCl 0,2%
Ke 4: 1 ml NaCO 0,2%
4. Masing-masing tabung reaksi divorteks selama 1-2 menit
5. Membiarkan sesaat dan mengamati perubahan yang terjadi, warna
dan terbentuknya gumpalan atau tidak
Uji Biuret
1. Menyiapkan larutan protein
2. Memasukkan setiap larutan protein ke dalam tabung reaksi,
masing-masing sebanyak 3 ml
3. Menambahkan 1 ml larutan NaOH 10% ke dalam setiap tabung
reaksi berisi setiap jenis larutan protein
4. Menghomogenkan larutan tersebut dengan vorteks
5. Memasukkan 3 tetes larutan CuSO 0,01 M dan mengaduknya. Jika
tidak timbul warna, maka dapat menambahkan lagi 1-2 tetes CuSO
6. Mengamati perubahan warna yang terjadi
Uji Ninhidrin
1. Menambahkan 5 tetes larutan ninhdrin 0,1% ke dalam 1 ml larutan
protein pada tabung reaksi
2. Memanaskan hingga mendidih, kemudian menunggu sampai
dingin
3. Mengamati perubahan warna yang terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Praktikum Uji Membuktikan Unsur-Unsur yang Ada Dalam
Protein
No. Prosedur Hasil Pengamatan

Sebelum Sesudah

1. Albumin dipanaskan Warna : kuning Warna : Putih


Aroma : Telur
rebus
pH :7

2. Susu kedelai dipanaskan Warna : putih Warna : Putih


Aroma : Kedelai
gosong
pH :7

3. Larutan ayam Warna : putih Warna : Putih


dipanaskan bening Aroma :
Beraroma

4. Larutan tahu dipanaskan Warna : putih Uap air : Ada


bening

5. Susu sapi dipanaskan Warna : putih pH :7

6. Albumin+NaOH Warna : kuning Warna : kuning


dipanaskan bening Aroma : Ada
pH : 10
Uap air : Ada

7. Susu kedelai + NaOH Warna : putih -


dipanaskan

8. Larutan ayam + NaOH Warna : putih Warna : Putih


dipanaskan bening kuning
Aroma : Ada
pH : 11
Uap air: Ada
Endapan arang :
Tidak ada

9. Larutan tahu + NaOH Warna : putih Warna : Putih


dipanaskan bening kekuningan
Aroma : Ada
pH : 11
Uap air: Tidak
ada
Endapan arang:
Tidak ada

10. Susu sapi + NaOH Warna : putih -


dipanaskan

Tabel 2. Praktikum Uji Kelarutan Albumin


No. Prosedur Hasil Pengamatan

Sebelum Sesudah

1. Albumin + Aquades Warna : kuning Warna : bening


bening Terdapat
gumpalan (+)

2. Albumin + NaOH 0,2% Warna : kuning Warna : bening


bening Tidak terdapat
gumpalan

3. Albumin + HCl 0,2% Warna : kuning Warna : bening


bening Terdapat
gumpalan (++)

4. Albumin + NaCO3 0,2% Warna : kuning Warna : bening


bening Tidak terdapat
gumpalan
Keterangan:
+ : Kurang
++ : Sedikit
+++ : Cukup
++++ : Banyak

Tabel 3. Praktikum Uji Biuret


No. Prosedur Hasil Pengamatan

Sebelum Sesudah

1. Albumin + NaOH 10% + Warna : Hijau Warna : Hijau


CuSO4 0,01M toska bening kebiruan

2. Larutan tahu + NaOH 10% Warna : Putih Warna : Ungu


+ CuSO4 0,01M bening

3. Larutan ayam + NaOH Warna : Bening Warna : Ungu


10% + CuSO4 0,01M
4. Susu kedelai + NaOH 10% Warna : Putih Warna : Ungu
+ CuSO4 0,01M

5. Susu sapi +NaOH 10% + Warna : Putih Warna : Ungu


CuSO4 0,01M

Tabel 4. Praktikum Uji Ninhidrin


No. Prosedur Hasil Pengamatan

Sebelum Sesudah

1. Arginin + larutan Warna : Putih Warna larutan :


ninhidrin 0,1% bening Ungu pekat (+++)
dipanaskan Aroma : Ada
Terbentuk uap/tidak
: Ada (+)

2. Albumin + larutan Warna : Putih Warna larutan :


ninhidrin 0,1% bening Ungu muda (++)
dipanaskan Aroma : Ada
Terbentuk uap/tidak
: Ada (++)

3. Susu sapi + larutan Warna : Putih Warna larutan :


ninhidrin 0,1% Ungu muda (++)
dipanaskan Aroma :
Tidak ada
Terbentuk uap/tidak
: Tidak ada

4. Larutan tahu + larutan Warna : Putih Warna larutan :


ninhidrin 0,1% Ungu pekat (+++)
dipanaskan Aroma : Ada
Terbentuk uap/tidak
: Ada (+++)

5. Susu kedelai + larutan Warna : Putih Warna larutan :


ninhidrin 0,1% Ungu muda (++)
dipanaskan Aroma : Ada
Terbentuk uap/tidak
: Ada (+++)

6. Larutan ayam + larutan Warna : Merah Warna larutan :


ninhidrin 0,1% muda Ungu pekat (+++)
dipanaskan Aroma : Ada
Terbentuk uap/tidak
: Ada (++)
Keterangan:
+ : Kurang
++ : Sedikit
+++ : Cukup
++++ : Banyak

B. Analisis Data
1. Praktikum Membuktikan Unsur-Unsur yang Ada dalam Protein
Berdasarkan tabel 1 hasil praktikum membuktikan unsur-unsur
yang ada dalam protein diketahui bahwa pada albumin sebelum
dipanaskan berwarna kuning, namun setelah dipanaskan berwarna putih
dengan aroma seperti telur rebus serta memiliki pH 7 atau netral. Pada
susu kedelai sebelum dipanaskan berwarna putih, namun setelah
dipanaskan berwarna putih dengan aroma seperti kedelai goreng serta
memiliki pH 7 atau netral. Pada larutan ayam sebelum dipanaskan
berwarna putih bening, namun setelah dipanaskan berwarna putih dan
memiliki aroma. Pada larutan tahu sebelum dipanaskan berwarna putih
bening. Pada susu sapi sebelum dipanaskan berwarna putih. Pada albumin
yang telah dicampurkan dengan NaOH kemudian dipanaskan berwarna
kuning, memiliki pH 10, dan terdapat uap air. Pada larutan ayam yang
dicampuran NaOH kemudian dipanaskan berwarna putih kuning, terdapat
aroma, memiliki pH 11, serta terbentuk uap air. Pada larutan tahu yang
dicampurkan NaOH kemudian dipanaskan berwarna putih kekuningan,
terdapat aroma, memiliki pH 11 serta tidak terbentuk uap air maupun
endapan arang.

2. Praktikum Kelarutan Albumin


Berdasarkan tabel 2 hasil praktikum kelarutan albumin dapat
diketahui bahwa albumin sebelum diberi perlakuan apapun berwarna
kuning bening. Albumin yang ditambahkan aquades menghasilkan
gumpalan namun hanya sedikit dan berwarna bening. Pada albumin yang
ditambahkan NaOH 0,2% berwarna bening namun tidak menghasilkan
gumpalan. Pada albumin yang ditambahkan HCl 0,2% menghasilkan
gumpalan yang lebih banyak daripada ketika ditambahkan aquades dan
berwarna bening. Pada albumin yang ditambahkan NaCO3 0,2% berwarna
bening namun tidak menghasilkan gumpalan.

3. Uji Biuret
Berdasarkan tabel 3 hasil praktikum uji biuret dapat diketahui
albumin yang ditambahkan NaOH 10% kemudian divorteks berwarna
hijau toska bening, namun setelah ditetesi CuSO4 0,01 M berubah warna
menjadi hijau kebiruan. Pada larutan tahu yang ditambahkan NaOH 10%
kemudian divorteks berwarna putih bening, namun setelah ditetesi CuSO4
berubah warna menjadi ungu. Pada larutan ayam yang ditambahkan NaOH
10% kemudian divorteks berwarna bening, namun setelah ditetesi CuSO4
berubah warna menjadi ungu. Pada susu kedelai yang ditambahkan NaOH
10% kemudian divorteks berwarna putih, namun setelah ditetesi CuSO4
berubah warna menjadi ungu muda. Pada susu sapi yang ditambahkan
NaOH 10% kemudian divorteks berwarna putih, namun setelah ditetesi
CuSO4 berubah warna menjadi ungu muda seperti pada susu kedelai.

4. Uji Ninhidrin
Berdasarkan tabel 4 hasil praktikum uji ninhidrin diketahui bahwa
arginin yang ditambah larutan ninhidrin 0,1% sebelum dipanaskan
berwarna putih bening dan setelah dipanaskan berwarna ungu pekat,
beraroma, dan terbentuk uap namun jumlahnya kurang. Pada albumin yang
ditambah dengan larutan ninhidrin 0,1% sebelum dipanaskan berwarna
putih bening dan setelah dipanaskan warna larutannya menjadi ungu muda,
beraroma, dan terbentuk uap air dengan jumlah sedikit. Pada susu sapi
yang ditambah larutan ninhidrin 0,1% berwarna putih dan setelah
dipanaskan berwarna ungu muda, tidak beraroma, dan tidak terbentuk uap
air. Larutan tahu yang ditambah larutan ninhidrin 0,1% berwarna putih dan
setelah dipanaskan berwarna ungu pekat, beraroma, dan terdapat uap air
dengan jumlah yang cukup. Susu kedelai yang ditambah larutan ninhidrin
0,1% berwarna putih dan setelah dipanaskan berwarna berwarna ungu
muda, beraroma, dan tidak menghasilkan uap air. Larutan ayam yang
ditambah larutan ninhidrin 0,1% berwarna merah muda dan setelah
dipanaskan berwarna ungu pekat, beraroma, dan terbentuk uap air dengan
jumlah sedikit.

C. Pembahasan
1. Uji Membuktikan Unsur-Unsur yang Ada dalam Protein
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa terdapat senyawa nitrogen yang terkandung didalam protein. Hal
tersebut sesuai dikarenakan, protein yang dipanaskan dan menghasilkan
bau rambut gosong yang mengindikasikan adanya senyawa nitrogen. Uji
ini juga membuktikan adanya unsur hidrogen dalam protein yang ditandai
dengan adanya uap air pada dinding tabung reaksi. Selain kedua unsur
tersebut, pengujian ini juga membuktikan adanya unsur karbon yang
ditandai dengan terbentuknya endapan arang (Rahayu, Y. S., dkk. 2022).
Berdasarkan (Primasoni, N., 2012) unsur utama yang terkandung dalam
protein ada empat yaitu nitrogen, karbon, hidrogen, dan oksigen. Namun,
dalam pengujian ini hanya diperoleh tiga unsur yaitu nitrogen, hidrogen,
dan karbon.
Albumin yang dipanaskan mengandung unsur protein berupa
nitrogen yang ditunjukkan dengan adanya aroma seperti rambut terbakar.
Sedangkan pada pengujian albumin yang ditambah NaOH pekat
mengandung unsur nitrogen dan hidrogen ditunjukkan dengan adanya
aroma dan uap air pada dinding tabung reaksi. Pada susu kedelai yang
dipanaskan terdapat unsur nitrogen karena adanya aroma setelah
dipanaskan. Larutan ayam yang dipanaskan terdapat unsur nitrogen karena
adanya aroma rambut terbakar setelah dipanaskan. Sedangkan pada larutan
ayam ditambah NaOH pekat mengandung unsur nitrogen dan hidrogen
karena adanya aroma rambut terbakar dan uap air pada dinding tabung.
Larutan tahu yang dipanaskan menunjukkan adanya unsur hidrogen karena
terdapat uap air pada tabung reaksi setelah dipanaskan. Sedangkan larutan
tahu yang ditambah NaOH pekat mengandung unsur nitrogen karena
adanya aroma rambut terbakar.

2. Uji Kelarutan Albumin


Pada hasil uji kelarutan didapatkan hasil bahwa kelarutan albumin
dipengaruhi oleh jenis dan macam pelarut yang cocok. Albumin dapat
larut dalam air, asam, basa, dan larutan garam encer (Rahayu, Y. S., dkk.
2022). Hasil positif yang menunjukkan kelarutan albumin yaitu dengan
adanya endapan atau tidak. Jika tidak terdapat endapan atau tidak
menggumpal maka albumin dapat larut, begitu sebaliknya jika terdapat
endapan atau menggumpal maka albumin tidak dapat larut.
Pada uji albumin dengan aquades didapatkan hasil bahwa terdapat
gumpalan dengan intensitas kurang dan warnanya yang bening, dalam hal
ini hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan Rahayu (2022) karena
albumin dapat larut dalam air. Pada uji albumin dengan NaOH 0,2%
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat endapan atau gumpalan yang berarti
albumin dapat larut dalam NaOH atau basa dan warna yang dihasilkan
bening. Uji albumin dengan HCl 0,2% didapatkan hasil bahwa terdapat
gumpalan dan warnanya bening, hasil tersebut tidak sesuai dengan Rahayu
(2022) karena albumin dapat larut dalam asam. Uji albumin dengan
NaCO3 0,2% didapatkan hasil bahwa tidak terdapat endapan atau
gumpalan yang berarti bahwa albumin dapat larut dalam garam encer
(NaCO3) dan warnanya bening. Dalam praktikum kelarutan albumin ini
terdapat hasil yang tidak sesuai menurut Rahayu (2022) yang menjelaskan
bahwa albumin dapat larut dalam air, asam, basa, dan garam encer. Hal
tersebut terjadi karena kesalahan selama praktikum yaitu peluang
terjadinya kontaminasi dengan bahan lainnya pada uji sebelumnya akibat
alat yang digunakan untuk menguji belum steril dari bahan sebelumnya
sehingga mempengaruhi hasil praktikum.
3. Uji Biuret
Pada uji biuret yang telah dilakukan dengan menghomogenkan
NaOH 10% dan bahan makanan yakni albumin, larutan tahu, larutan ayam,
susu kedelai, dan susu sapi kemudian masing-masing sampel ditambahkan
CuSO4 0,01 M, terjadi perubahan warna. Penambahan NaOH pada uji ini
menunjukkan bahwa dilakukan dalam suasana basa. Menurut Rahayu
(2022), ketika dalam suasana basa, CuSO4 bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua atau lebih ikatan peptida (protein) akan membentuk
kompleks berwarna ungu. Reaksi positif tersebut terjadi dengan adanya
perubahan warna menjadi ungu dimana semakin meningkat intensitas
warnanya konsentrasi protein semakin besar. Kontrol negatif memberikan
warna biru yang merupakan warna dari garam Cu (Purnama, R. C., dkk,
2019). Adanya perubahan warna tersebut dapat menunjukkan panjang
pendeknya ikatan peptida, hal tersebut sesuai dengan intensitas warnanya.
Berdasarkan hasil praktikum ketika albumin dihomogenkan dengan
NaOH 10% kemudian ditambahkan dengan CuSO4 warnanya berubah
menjadi hijau kebiruan yang membuktikan bahwa terdapat kontrol negatif
yang merupakan warna dari garam Cu. Dapat diketahui bahwa albumin
merupakan protein dengan ikatan peptida yang pendek karena intensitas
warnanya rendah. Pada larutan tahu yang dihomogenkan dengan NaOH
10% kemudian ditambahkan dengan CuSO4 warnanya berubah menjadi
ungu. Warna ungu tersebut termasuk dalam intensitas tinggi yang
merupakan reaksi positif dari uji yang dilakukan dan dapat diketahui
bahwa tahu mengandung protein dengan ikatan peptida yang panjang.
Pada larutan ayam yang dihomogenkan dengan NaOH 10% kemudian
ditambahkan dengan CuSO4 warnanya berubah menjadi ungu. Sama
seperti pada tahu, larutan ayam termasuk dalam protein dengan ikatan
peptida yang panjang. Pada susu kedelai yang dihomogenkan dengan
NaOH 10% kemudian ditambahkan dengan CuSO4 warnanya berubah
menjadi ungu muda yang mana intensitasnya lebih rendah dibandingkan
perubahan warna pada tahu dan ayam. Adanya perubahan warna tersebut
menunjukkan bahwa susu kedelai mengandung protein dengan ikatan
peptida yang lebih pendek dibandingkan tahu dan ayam. Pada susu sapi
yang dihomogenkan dengan NaOH 10% kemudian ditambahkan dengan
CuSO4 warnanya berubah menjadi ungu muda. Sama seperti pada susu
sapi, perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa susu kedelai
mengandung protein dengan ikatan peptida yang lebih pendek
dibandingkan tahu dan ayam.

4. Uji Ninhidrin
Pada uji ninhidrin ini digunakan untuk menunjukkan adanya asam
amino dalam zat yang diuji. Asam amino adalah senyawa yang memiliki
gugus amino (-NH2) dan asam karboksilat (COOH) pada molekul yang
sama (Matta dan Wilbraham, 1992) . Tiap asam amino tersusun atas suatu
atom karbon yang mengikat atom hidrogen, gugus amino, dan gugus
karboksilat dan salah satu gugus R yang berbeda pada 20 asam amino dan
struktur gugus R menentukan identitas asam amino dan sifat-sifat khasnya
(Nahar dan Sarker, 2009). Dalam uji ini, ninhidrin bertindak sebagai
oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari α asam amino
yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang mempunyai rantai C
lebih pendek dari asam amino asalnya. Ninhidrin yang tereduksi akan
bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa kompleks dan
menghasilkan warna biru ungu (Prastika, H. H., dkk. 2019). Menurut
penelitian dari Lestari, dkk (2018) Pada uji ninhidrin menunjukkan hasil
positif yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena adanya
reaksi yang terjadi antara α-amino acids dengan ninhidrin.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, arginin ditambah larutan
ninhidrin 0,1% kemudian dipanaskan menghasilkan warna ungu pekat
hingga kebiruan, membuktikan adanya asam amino pada arginin. Selain
itu, adanya aroma pada sampel menunjukkan bahwa mengandung nitrogen
dan terbentuk uap air pada sampel menunjukkan bahwa tersusun atas
hidrogen. Pada albumin ditambah larutan ninhidrin 0,1% kemudian
dipanaskan menghasilkan warna ungu membuktikan adanya asam amino.
Pada uji ninhidrin albumin setelah dipanaskan menghasilkan aroma yang
menunjukkan adanya unsur nitrogen dan terbentuk uap air yang
menunjukkan adanya unsur hidrogen. Pada Susu sapi yang ditambah
larutan ninhidrin 0,1% kemudian dipanaskan menghasilkan warna ungu
muda yang membuktikan adanya asam amino namun komposisinya
sedikit. Pada larutan tahu yang ditambah larutan ninhidrin 0,1% kemudian
dipanaskan menghasilkan warna ungu pekat yang membuktikan adanya
asam amino, menghasilkan aroma yang menunjukkan adanya unsur
nitrogen, serta terbentuk uap air yang menunjukkan adanya unsur
hidrogen. Pada susu kedelai ditambah larutan ninhidrin 0,1% kemudian
dipanaskan menghasilkan warna ungu yang membuktikan adanya asam
amino, menghasilkan aroma yang menunjukkan adanya unsur nitrogen,
serta terbentuk uap air yang menunjukkan adanya unsur hidrogen. Pada
larutan ayam ditambah larutan ninhidrin 0,1% kemudian dipanaskan
menghasilkan warna ungu pekat membuktikan adanya asam amino,
menghasilkan aroma yang menunjukkan adanya unsur nitrogen, serta
terbentuk uap air yang menunjukkan adanya unsur hidrogen. Oleh karena
itu dapat diketahui bahwa dengan uji ninhidrin pada semua bahan uji
tersebut mengandung asam amino.

D. Diskusi
1. Uji Membuktikan Unsur-Unsur yang Ada dalam Protein
1. Apakah ada perubahan warna pada uji dengan kertas lakmus?
Bagaimana pendapat saudara?
Terjadi perubahan pada kertas lakmus, perubahan warna tersebut terjadi
karena terdapat indikasi bahwa bahan yang diuji memiliki sifat asam atau
basa. Perubahan warna kertas lakmus merah ke biru berarti larutan bersifat
basa dan jika lakmus merah tetap merah maka bersifat asam. Protein
merupakan senyawa amfoter yang dapat bereaksi dengan asam maupun
basa (Naga, W. S., dkk. 2017). Namun pada praktikum yang kami
lakukan, kertas lakmus diganti dengan indikator pH universal.

2. Bila kertas lakmus menunjukkan perubahan warna hal tersebut


mengindikasikan adanya unsur apa? Alasan?
Perubahan warna pada kertas lakmus mengindikasikan bahwa protein
memiliki sifat asam atau basa. Unsur yang ada dalam protein yaitu
hidrogen (H) dan oksigen (O), dimana asam (H+) dan basa (OH-). Kertas
lakmus yang berubah warna dari merah ke biru mengindikasikan bahwa
larutan bersifat basa dan jika kertas lakmus merah tetap maka
mengindikasikan bahwa larutan bersifat asam.

2. Uji Kelarutan Albumin


1. Mengapa sifat larutan protein tergantung pada jenis protein serta jenis
dan macam pelarut?
Sifat larutan protein tergantung pada jenis protein serta jenis dan macam
pelarut karena protein tersusun oleh asam amino dengan rantai yang
berbeda-beda. Asam amino yang menyusun protein dapat dibagi menjadi
dua kelas yaitu asam amino hidrofobik dan asam amino hidrofilik. Sifat ini
diatur oleh rantai samping yang menyusun asam amino. Kelarutan protein
dalam air berbeda-beda, ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut.
Adapun protein yang tidak dapat larut dalam pelarut organik yaitu
kloroform, eter dan benzena.

3. Uji Biuret
1. Dapatkah uji biuret digunakan untuk mengetahui hidrolisis seperti
protein telah selesai? Jelaskan!
Uji biuret dapat digunakan untuk mengetahui hidrolisis protein telah
selesai atau belum dengan memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
Uji biuret juga dapat digunakan dalam menentukan adanya ikatan peptida,
beserta hasil hidrolisis protein seperti metaprotein, proteosa, pepton,
polipeptida kecuali asam amino. Hal ini dikarenakan pada uji biuret yang
dilakukan dengan penambahan NaOH yang merupakan larutan basa dan
CuSO4, kemudian akan terjadi perubahan warna yakni violet yang mana
karena terbentuk senyawa kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus
NH dari rantai peptida (Mirdayanti, R. 2013).

4. Uji Ninhidrin
1. Mengapa pereaksi ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan adanya
asam amino? Jelaskan!
Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan adanya asam amino karena
ninhidrin bertindak sebagai oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi
oksidatif dari α asam amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid
yang mempunyai rantai C lebih pendek dari asam amino asalnya. Apabila
ninhidrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 akan membentuk
senyawa kompleks dan menghasilkan warna biru ungu yang dapat
digunakan dalam menentukan kadar asam amino (Prastika, H. H., dkk.
2019).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dapat disimpulkan bahwa hasil positif
unsur-unsur yang ada dalam protein yaitu jika bahan mengandung protein
dipanaskan maka akan menimbulkan aroma yang mengindikasikan adanya
senyawa nitrogen. Jika pada dinding tabung reaksi terdapat uap air maka
mengindikasikan adanya hidrogen. Selain itu, adanya endapan arang
mengindikasikan adanya karbon. Hasil dari pengujian unsur-unsur protein
mendapatkan hasil unsur berupa nitrogen dan hidrogen pada protein.
Berdasarkan pengujian pada uji kelarutan albumin didapatkan hasil
bahwa hasil positif yang membuktikan kelarutan albumin terhadap jenis
pelarut yaitu dengan ada atau tidaknya endapan. Tidak adanya endapan
atau gumpalan maka albumin tersebut dapat larut, sebaliknya jika terdapat
endapan atau gumpalan maka albumin tidak dapat larut. Albumin dapat
larut dalam air, asam, basa, dan garam encer. Namun, hasil dari praktikum
ada yang tidak sesuai dikarenakan terjadi kesalahan selama praktikum.
Berdasarkan pengujian bahan protein pada uji biuret didapatkan
hasil bahwa hasil positif yang menunjukkan adanya ikatan peptida pada
protein yaitu dengan dihasilkannya warna ungu. Indikasi warna ungu yaitu
apabila semakin terang maka ikatan peptidanya semakin pendek. Jika
warna yang dihasilkan semakin pekat maka ikatan peptidanya semakin
panjang.
Berdasarkan pengujian bahan protein pada uji ninhidrin didapatkan
hasil positif yang membuktikan adanya asam amino yaitu dengan
perubahan warna menjadi biru ungu. Warna biru ungu tersebut
menunjukkan terdapat asam amino bebas dalam protein. Pada uji ini juga
didapatkan hasil bahwa dalam protein terdapat unsur nitrogen dan
hidrogen.

B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan disarankan dalam
melakukan uji diusahakan alat yang digunakan selalu bersih karena jika
masih tertinggal bahan sebelumnya akan mempengaruhi hasil yang
berakibat tidak maksimalnya hasil praktikum. Dalam melakukan pengujian
diusahakan tidak terburu-buru agar data yang dimasukkan dalam laporan
sesuai dengan hasil praktikum dan bisa maksimal saat melakukan
pengujian.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, A. 2021. Perbandingan Kadar Protein Air Susu Ibu, Susu Sapi
Formula Dan Susu Kedelai Formula Untuk Bayi. KTI D III TLM Wisuda
Tahun 2021.

Afifah, N. 2013. Uji Salmonella-Shigella Pada Telur Ayam Yang


Disimpan Pada Suhu Dan Waktu Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Edu
Research, 2(1).

Damayanti, D. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi: Protein. EGC. Jakarta.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. (2010). Daftar Komposisi Bahan


Makanan. Penerbit Bhratara, Jakarta.

Fitriana, W., & Rahmasari, R. 2019. Supramolekul Oligomer (Struktur


Multimer Sitokrom c (Cyt c)). SAINSTECH FARMA, 12(2), 101-105.

Lestari, N. K. L., Sukrama, D. M., & Suardana, W. 2019. Karakteristik


Fisikokimia dan Uji Aktivitas Antimikroba Bakteriosin dari Isolat Bakteri
Asam Laktat 15B Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali. Buletin Veteriner
Udayana, 11(1), 65-70.

Mirdayanti, R. 2013. Identifikasi Keratin Dari Ekstraksi Limbah Bulu


Ayam. Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya, 2(2),
33-36.

Mubaranto H. 2016. Strategi pengembangan industri kecil tahu dalam


rangka pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Tegal. [Thesis]. Bogor.
Institut pertanian Bogor.

Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Muchtadi, I. D. 2013. Nutrifikasi Protein (Bagian 1). Jakarta: Universitas


Terbuka.

Naga, W. S., Adiguna, B., Retnoningtyas, E. S., & Ayucitra, A. 2017.


Koagulasi protein dari ekstrak biji kecipir dengan metode pemanasan.
Widya Teknik, 9(1), 1-11.
Prastika, H. H., Ratnayani, K., Puspawati, N. M., & Laksmiwati, A. M. 2019.
Penggunaan Enzim Pepsin untuk Produksi Hidrolisat Protein Kacang
Gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) yang Aktif Antioksidan. CAKRA
KIMIA (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry), 7(2), 180-188.

Primasoni, N. 2012. Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,


Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini. Universitas Negeri
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Olahraga.

Purnama, R. C., Retnaningsih, A., & Aprianti, I. 2019. Perbandingan Kadar


Protein Susu Cair UHT Full Cream Pada Penyimpanan Suhu Kamar Dan
Suhu Lemari Pendingin Dengan Variasi Lama Penyimpanan Dengan
Metode Kjeldhal. Jurnal Analis Farmasi, 4(1).

Rahayu, Y. S., Ratnasari, E., Isnawati. 2022. Petunjuk Praktikum Biokimia.


Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA UNESA.

Ramadhani, N., Herlina, & Pratiwi, A. C. 2018. Perbandingan kadar


protein pada telur ayam dengan metode spektrofotometri sinar tampak.
KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, 6(2), 53-56.

Rosmawati, R. 2013. Lama Perebusan Terhadap Kandungan Protein Pada Kerang


Darah (Anadara granosa). Biosel: Biology Science and Education, 2(2),
103-109.

Sawitri, K. N., Sumaryada, T., & Ambarsari, L. 2014. Analisa Pasangan Jembatan
Garam Residu Glu15-Lys4 Pada Kestabilan Termal Protein 1gb1. Jurnal
Biofisika, 10(1), 68-74.

Seftiono, H. 2017. Perubahan Sifat Fisiko Kimia Protein Selama Proses


Pembuatan Tahu Sebagai Rujukan Bagi Posdaya. Jurnal Kesejahteraan
Sosial, 3(1), 85-92.

Sidiq, Ahmad and , Triastuti Rahayu, S.Si, M.Si. 2014. Uji Kadar Protein Dan
Organoleptik Pada Telur Ayam Leghorn Setelah Disuntik Dengan Ekstrak
Black Garlic. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ulfiana, E., dan Misbahatul, E. 2019. Pemberdayaan Kaum Ibu Melalui


Pengolahan Susu Kedelai Sebagai Upaya Peningkatan Gizi Keluarga.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Dalam Kesehatan, 1(1).

Winarno. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.


Yazid, E dan Nursanti, L. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk Mahasiswa
Analis. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
LAMPIRAN

1. Uji Membuktikan Unsur-Unsur Protein

Gambar 1.1 Larutan tahu, susu sapi, albumin, larutan ayam, dan susu
kedelai sebelum dipanaskan (dari kiri ke kanan)

Gambar 1.2 Larutan ayam setelah dipanaskan


Gambar 1.3 Susu kedelai setelah dipanaskan

Gambar 1.4 Larutan tahu + NaOH setelah dipanaskan

Gambar 1.5 Larutan ayam +NaOH setelah dipanaskan

2. Uji Kelarutan Albumin


Gambar 2.1 Albumin + Aquades setelah divorteks

Gambar 2.2 Albumin + NaOH 0,2% setelah divorteks

Gambar 2.3 Albumin + HCl 0,2% setelah divorteks


Gambar 2.4 Albumin + NaCO3 0,2% setelah divorteks

3. Uji Ninhidrin

Gambar 3.1 Albumin yang telah dipanaskan

Gambar 3.2 Arginin yang telah dipanaskan


Gambar 3.3 Larutan tahu yang telah dipanaskan

Gambar 3.4 Larutan ayam yang telah dipanaskan

Gambar 3.5 Susu kedelai yang telah dipanaskan


Gambar 3.6 Susu sapi yang telah dipanaskan

Anda mungkin juga menyukai