Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

Judul Praktikum : Uji Protein


Tanggal Percobaan : 8 Oktober 2021

Disusun Oleh

Nama : Muhammad Afik


NIM : 1907026054
Kelompok : 7/B
Nama Asisten : Ahmad Suryadi (!907036034)

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari protein biasanya didapatkan dari tumbuhan
ataupun hewan, baik itu protein nabati ataupun protein hewani. Protein diperlukan
dalam proses metabolisme. Proteim memiliki fungsi yang beragam untuk tubuh
misalnya sebagai pembentuk system hormone dan enzime, kekebalan tubuh,
sebagai sumber energy, serta berbagai manfaat lainnya. Oleh karena itu kebutuhan
protein harian dalam tubuh harus bisa terpenuhi dengan cukup baik. Sama halnya
dengan karbohidrat dan lemak, protein merupakan nutrisi yang sangat vital yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang besar. Protein yang diperoleh tubuh
dari berbagai sumber protein, akan dipecah oleh system pencernaan menjadi
senyawa yang disebut dengan asam amino. Jenis makanan yang hewan yang
didalamnya terkandung banyak protein seperti telur, daging, makanan laut, jeroan,
susu berprotein tinggi serta olahan protein lainnya. Jenis protein nabati meliputi
brokoli, gandum, biji-bijian, kacang-kacangan, tahu dan juga tempe.
Protein merupakan makromolekul yang banyak terdapat pada sel hidup
dan tersusun atas asam-asam amino yang disintesis berdasarkan kode yang dibawa
oleh informasi genetic. Protein merupakan polipeptida yang memiliki bobot
molekul tinggi dari asam amino yang disintesis oleh sel hidup; biopolymer
tersebut mempunyai jangka yang lebar dan juga memiliki kompleksitas struktur,
dan juga struktur fungsional nya. Protein sebagai bagian dari kelompok senyawa
organic kompleks, terdiri atas gabungan asam aminon dalam ikatan peptida yang
mengandung unsur C, H, O, N dan juga kadang terdapat unsur S. Protein
mengandung 50-55% unsur karbon(C), 6-7 % unsur Hidrogen (H), 20-23 unsur
Oksigen (O), 12-19% unsur Nitrogen (N), serta 0,2-3,0 % unsur Belerang/sulfur
(S). protein yang tidak dimodifikasi secara enzimatik didalam sel disebut dengan
homoprotein. Protein yang mengandung suatu komponen nonprotein disamping
asam amino disebut protein terkonjugasi atau heteroprotein. Komponen
nonprotein juga dikenal sebagai gugus prostetik, komponennya berupa ion logam
atau molekul organic seperti lipd, karbohidrat dan asam nukleat.
Oleh karena itu dilakukan percobaan uji protein dan asam amino , untuk
mengetahui pengertian asama amino, untuk mengetahui pengertian dari protein,
untuk mengetahui penggolongan protein, untuk mengetahui proses pengendapan
protein dengan logam berat pada sample telur, untuk mengetahui hasil pengaruh
asam mineral kuat pada sampel telur, untuk mengetahui hasil uji biuret dengan
sampek telur, untuk mengetahui hasil uji serin dengan asam glutamate,untuk
mengetahui hasil uji ninhidrin dengan sampel telur, untuk mengtahui alat dan
bahan yang digunakan pada uji protein dan asam amino.

1.2 Tujuan Praktikum


- untuk mengetahui hasil dari uji logam berat pada sampel telur dengan CuSO4
- untuk mengetahui hasil dari uji pengaruh asam mineral kuat dari sampel telur
dengan HCl
- untuk mengetahui hasil dari uji biueret yang berupa larutan NaOH dengan
CuSO4 dan sampel putih telur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan salah satu bahan penyusun makronutrien. Protein


memiliki peran yang lebih dalam pembentukan biomolekul dari pada
makronutrien lainnya (lemak dan karbohidrat). Protein tersusun atas atom C, H,
O, dan S, selain itu keistimewaaan dari protein lainnya adalah strukturnya
mengandung atom N. Protein adalah makronutrien tebanyak dalam sel, hampir
dari satu sel tersusun atas protein. Protein tersusun dari polimer asam amino yang
terikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein sederhana tidak memiliki
bahan tambahan dalam penyusunnya, hanya tersusun oleh asam-asam amino.
Sedangkan protein kompleks selain tersusun atas asam-asam amino, terdapat
materi penyusun lainnya seperti glikoprotein dan lipoprotein (Wahjuni, 2014).
Protein merupakan makromolekul yang banyak terdapat pada sel hidup
dan tersusun atas asam-asam amino yang disintesis berdasarkan kode yang dibawa
oleh informasi genetic. Protein merupakan polipeptida yang memiliki bobot
molekul tinggi dari asam amino yang disintesis oleh sel hidup; biopolymer
tersebut mempunyai jangka yang lebar dan juga memiliki kompleksitas struktur,
dan juga struktur fungsional nya. Protein sebagai bagian dari kelompok senyawa
organic kompleks, terdiri atas gabungan asam aminon dalam ikatan peptida yang
mengandung unsur C, H, O, N dan juga kadang terdapat unsur S. Protein
mengandung 50-55% unsur karbon(C), 6-7 % unsur Hidrogen (H), 20-23 unsur
Oksigen (O), 12-19% unsur Nitrogen (N), serta 0,2-3,0 % unsur Belerang/sulfur
(S). protein yang tidak dimodifikasi secara enzimatik didalam sel disebut dengan
homoprotein. Protein yang mengandung suatu komponen nonprotein disamping
asam amino disebut protein terkonjugasi atau heteroprotein. Komponen
nonprotein juga dikenal sebagai gugus prostetik, komponennya berupa ion logam
atau molekul organic seperti lipd, karbohidrat dan asam nukleat (Umam, 2017)
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti “utama” atau
“prioritas”. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda Gerardus Mulder
(1802-1880). Dia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting
dalam semua organisme. Protein adalah rantai asam amino dengan ikatan peptida.
Tiga perempat padatan terdiri dari protein. (Otot, enzim, protein plasma, antibodi,
hormon). Banyak protein terdiri dari ikatan kompleks dengan fibril atau disebut
protein serat. Jenis protein serat: kolagen (tendon, tulang rawan), elastin (arteri),
keratin (rambut, kuku), dan aktin miosin. Protein dapat berperan sebagai bahan
struktural, karena protein, seperti polimer lainnya, memiliki rantai panjang dan
juga dapat berikatan silang dan protein lainnya juga terdiri dari asam amino yang
dihubungkan membentuk rantai linier, mengandung oksigen, Protein nitrogen
sekitar 16% dari beratnya. Proses pencernaan memecah protein menjadi asam
amino mereka, yang kemudian memasuki aliran darah. Oksidasi lengkap protein
menjadi CO₂ dan H₂O oleh tubuh menyediakan sekitar 4 kkal / g energi (Marks,
2000)
Protein merupakan rangkaian asama amino dengan iktan peptide . tiga dari
empat zat pada pada tubuh terdiri dari protein seperti otot, enzim protein plasma,
antobodi dan hormone. Banyak sekali protein yang terdiri dari ikatan kompleks
dengan fibril atau yang disebut dengan fibrosa. Fibrosa terdiri dari kolagen
(tendon, kartilago, tulang), elastin (arteri), keratin (rambut, kuku) dan aktimiosin.
Protein termasuk jenis senyawa makromolekul polipeptida yang berbobot tinggi
dan memiliki ikatan peptida dari sejumlah asam-asam amino yang saling terikat.
Protein pada dasarnya tersusun atas 20-21 macam asam amino khas, kecuali
prolin dan hidroksiprolin. Protein memiliki atom C yang berdampingan dengan
salah satu gugus karboksil. Setiap amino memiliki gugus R yang berbeda dan
khas sehingga setiap macam amino memiiki sifat yang berbeda (Suprayitno dan
Sulistiyati, 2017).

Protein digolongkan menadi sanyawa makronutrian dikarenakan memiliki


karakteristik sebagai berikut :
- Memiliki bobot yang cukup berat dibandingkan senyawa lain.
- Terkandung lebih dari 100.000 jenis pada tubuh manusia, dimana
memiliki struktur dan fungsi fisiologis yang berbeda-beda.
- Masa molar tergolong tinggi, berkisar antara 5000 g sampa 1×10-7 g16.
- Tersusun atas berbagai komponen unnsur kimia, seperti C, H, O, N, S, P,
Fe, Cu, Zn dan I. Serta tersusum atas 20 macam asam amino
(Dwi, 2017).
Asam amino merupakan senyaw organic yang terdiri dari gugus amino
(NH2), merupakan saebuah gugus asam karboksilat (COOH) dan salah satu gugus
lain, terutam dari kelompok senyawa yang memiliki rumus dasar
NH2CHRCOOH. Asam amino merupakan golongan senyawa yang paling banyak
dipelajari karena fungsinya yang sangat penting bagi organisme. Asam amino
diklasifikasikan menjadi asam amino essensial dan asam amino non essensial.
Asam amino essensial merupakan jenis asam amino yang tidak bisa disintesis
sama sekali oleh hewan atau yang disintesis dalam jumlah yang kurang
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan maksimum. Asam amino essensial
harus diperoleh dari makanan. Asam amino non-essensial dapat disintesis dalam
jumlah yang cukup didalam jaringan dank arena itu tidak diperlukan
keberadaanya dalam pakan.berdasarkan sifat kimiawinya, asama amino
dikelompokkan kedalam asam amino dengan rantai karbon yang terbuka, asaam
amino bersfiat basa, asam amino bersifat asam, asam amino dengan rantai karbon
tertutup, asam amino memiliki aroma dan asam amino yang mengandung ion
sulfur (Suprayitno dan Sulistiyati, 2017).
Asam amino karboksilat, atau biasa disebut asam amino saja, adalah asam
alkana yang satu atau lebih atom H dari gugus alkilnya digantikan oleh asam
amino (NH₂) di alam, ada sekitar 300 jenis asam amino. Namun, hanya 20 asam
amino alami yang merupakan penyusun protein. Asam amino yang menyusun
protein adalah asam amino alfa, yaitu asam amino yang gugus aminonya terikat
pada karbon alfa. Karbon asimetris harus aktif secara optik, kecuali untuk glisin
(karena R-H). Semua asam amino yang berasal dari proteolisis memiliki
konfigurasi 1, yang berarti bahwa gugus di sekitar atom karbon alfa memiliki
konfigurasi yang sama dengan konfigurasi L-gliseraldehida. Konfigurasi D atau L
jarang dicantumkan di awal nama asam amino .Ikatan peptida adalah ikatan yang
terbentuk antar gugus-gugus amino dengan unit gugus karboksil asam amino.
Struktur polimer polipeptida akan terlihat jelas jika jumlah struktur dan susunan
residu sudah diketahui. Asam amino karboksilat akan terlibat dalam pembentukan
ikatan peptida disebut sebagai residu aminosa (Saraswati, 2018).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes,
tabung reaksi, botol reagen, hot plate, bulp, keranjang alat dan penjepit tabung.

3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan adalah larutan
NaOH 2 M, H2SO4 1 M, CaCl2 1 %, Pb (NO3), FeCl3, HCl 0,5 M, CuSO4 1%,
larutan ninhidrin, larutan serin, putih telur, HCOOH 1 M, aquades, aluminium foil
dan kertas label.

3.3.1 Diagram Alir


3.3.1 Pengendapan Protein dengan Logam Berat
3.3.1.1 Telur + CaCl2

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 pipet larutan CaCl 1% ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan
3.3.1.2 Telur + Pb(NO3)

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 pipet larutan Pb(NO3) ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan

3.3.1.3 Telur + CuSO4

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 pipet larutan CuSO4 1% ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan
3.3.2 Pengaruh Asam-Asam Mineral Kuat
3.3.2.1 Telur + HCOOH

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 pipet larutan HCOOH 1 M ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan

3.3.2.2 Telur + HCl

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 pipet larutan HCl 0,5 M ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan
3.3.2.3 Telur + H2SO4

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 pipet larutan H2SO4 1 M ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan

3.3.3 Uji Biuret


3.3.3.1 Telur + pereaksi biuret

Dimasukkan 1 pipet NaOH 2 M dan CuSO4 1% ke


dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan
3.3.3.2 Serin + pereaksi biuret

Dimasukkan 1 pipet NaOH 2 M dan CuSO4 1% ke


dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet sampel serin ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan

3.3.3.3 Asam Glutamat + pereaksi biuret

Dimasukkan 1 pipet NaOH 2 M dan CuSO4 1% ke


dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet sampel asam glutamat ke dalam


tabung reaksi

Dihomogenkan
3.3.4 Uji Ninhidrin
3.3.4.1 Telur + larutan ninhidrin

Dimasukkan 1 pipet sampel telur ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet larutan ninhidrin ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan

3.3.4.2 Serin + larutan ninhidrin

Dimasukkan 1 pipet sampel serin ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet larutan ninhidrin ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan
3.3.4.3 Asam Glutamat + larutan ninhidrin

Dimasukkan 1 pipet sampel asam glutamat ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet larutan ninhidrin ke dalam tabung reaksi

Dihomogenkan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hail Pengamatan
4.1.1 Pengendapan Protein dengan Logam Berat

Pereaksi
No Sampel
Pb(NO)3 CuSO4 CaCl2 FeCl3

1. Putih telur ++ +++ + ++

4.1.2 Pengaruh Asam-asam Mineral Kuat

Pereaksi
No Sampel
H2SO4 HCl HCOOH
1. Putih telur +++ ++ +

4.1.3 Uji Biuret

No Sampel Pereaksi Hasil Pengamatan

+ NaOH
1. Putih telur Larutan berwarna ungu tua
+ CuSO4 1%
+ NaOH
2. Serin Larutan berwarna biru tua
+ CuSO4 1%
+ NaOH
3. Asam glutamat Larutan berwarna biru cerah
+ CuSO4 1%
4.1.4 Uji Ninhidrin

No Sampel Pereaksi Hasil Pengamatan

1. Putih telur Ninhidrin Larutan berwarna kuning

2. Serin Ninhidrin Larutan berwarna biru kehitaman

Asam
3. Ninhidrin Larutan berwarna biru keunguan
glutamat

4.2 Pembahasan
Protein merupakan salah satu bahan penyusun makronutrien. Protein
memiliki peran yang lebih dalam pembentukan biomolekul dari pada
makronutrien lainnya (lemak dan karbohidrat). Protein tersusun atas atom C, H,
O, dan S, selain itu keistimewaaan dari protein lainnya adalah strukturnya
mengandung atom N. Protein adalah makronutrien tebanyak dalam sel, hampir
dari satu sel tersusun atas protein. Protein tersusun dari polimer asam amino yang
terikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein sederhana tidak memiliki
bahan tambahan dalam penyusunnya, hanya tersusun oleh asam-asam amino.
Sedangkan protein kompleks selain tersusun atas asam-asam amino, terdapat
materi penyusun lainnya seperti glikoprotein dan lipoprotein.
Asam amino karboksilat, atau biasa disebut asam amino saja, adalah asam
alkana yang satu atau lebih atom H dari gugus alkilnya digantikan oleh asam
amino (NH₂) di alam, ada sekitar 300 jenis asam amino. Namun, hanya 20 asam
amino alami yang merupakan penyusun protein. Asam amino yang menyusun
protein adalah asam amino alfa, yaitu asam amino yang gugus aminonya terikat
pada karbon alfa. Karbon asimetris harus aktif secara optik, kecuali untuk glisin
(karena R-H). Semua asam amino yang berasal dari proteolisis memiliki
konfigurasi 1, yang berarti bahwa gugus di sekitar atom karbon alfa memiliki
konfigurasi yang sama dengan konfigurasi L-gliseraldehida. Konfigurasi D atau L
jarang dicantumkan di awal nama asam amino.
Prinsip dari Uji Pengendapan protein adalah proses denaturasi yang terjadi
pada protein karena adanya penambahan logam berat dalam reaksi, protein
bermuatan negatif akan mengikat logam-logam yang bermuatan positif sehingga
terbentuk kompleks garam protein yang mengakibatkan struktur protein berubah
atau bahkan rusak dengan ditandai adanya endapan berwarna putih. Pada uji ini
dilakukan empat reaksi dengan menggunakan bahan putih telur yang akan
direaksikan dengan empat jenis larutan pereaksi logam berat. Pada tabung reaksi
pertama yang berisi sampel putih telur dengan larutan CaCl, hasil reaksi yang
didapat berupa endapan berwarna putih dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada
tabung reaksi kedua yang berisi sampel putih telur dengan Pb(NO)3, hasil reaksi
yang didapat berupa endapan berwarna putih dalam jumlah yang sedikit. Pada
tabung reaksi ketiga yang berisi sampel putih telur dengan FeCl3, hasil reaksi yang
didapat berupa endapan berwarna putih. Pada tabung reaksi keempat yang berisi
sampel putih telur dengan larutan CuSO, hasil reaksi yang didapat berupa endapan
berwarna putih. Berdasarkan hasil dari keempat reaksi dapat disimpukan bahwa,
logam Pb(NO)3, FeCl3, CuSO4 merupakan logam berat sehingga ketika
dereaksikan dengan putih telur yang mengandung protein akan terjadi denaturasi
protein yang ditandai dengan adanya endapan putih yang terbentuk. Sedangkan
pada larutan CaCl2 endapan yang sedikit karena Ca tidak tergolong dalam
golongan logam berat sehingga denaturasi protein kurang maksimal.
. Prinsip uji mineral asam kuat dalam percobaan ini berdasarkan
penambahan assam yang menyebabkan terbentuknya garam pada protein yang
tidak larut sehingga protein akan mengalami denaturasi yang ditandai dengan
adanya endapan yang terbentuk. Pada tabung reaksi pertama yang berisi sampel
putih telur dengan larutan HCl, hasil reaksi yang didapatkan berupa endapan
berwarna putih. Pada tabung reaksi kedua yang berisi sampel putih telur dengan
larutan H2SO4, hasil reaksi yang didapatkan berupa endapan berwarna putih dalam
jumlah banyak. Pada tabung reaksi ketiga yang berisi sampel putih telur dengan
larutan HCOOH, hasil reaksi yang didapatkan berupa endapan berwarna putih
dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan hasil ketiga reaksi yang telah dilakukan
semua reaksi mengalami danaturasi. H2SO4 terdapat endapan yang paling banyak
karena H2SO4 memiliki atom H paling banyak dibanding dengan larutan HCL dan
HCOOH. HCOOH memiliki endapan yang sedikit karena merupakan asam lemah.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori, dimana protein mengalami denaturasi
karena penambahan asam-asam mineral kuat, protein yang memiliki muatan
negatif akan mengikat asam-asam mineral yang bermuatan positif sehingga akan
membentuk garam protienat ditandai dengan terbentuknya endapan putih
. Prinsip uji biuret didasarkan pada adanya ion Cu2+ yang akan bereaksi
dalam keadaan basa saat ditambahkan dengan larutan NaOH yang mana akan
bereaksi dengan ikatan peptida yang kemudian akan membentuk suatu senyawa
kompleks berwarna ungu. Pada tabung reaksi pertama yang berisi larutan biuret
yaitu larutan NaOH dengan CuSO4 serta sampel putih telur, hasil reaksi yang
didapatkan ialah terbentuk larutan ungu yang menandakan bahwa putih telur
mengandung ikatan peptida, terbentuk larutan warna ungu karena adanya
pembentukan kompleks antara Cu2+ bereaksi dengan gugus asam amino pada
rantai peptida, lalu ion Cu2+ dari larutan biuret dalam suasana basa akan bereaksi
dengan polipeptida pada gugus protein sehingga terbentuk suatu senyawa
kompleks peptida logam Cu2+ berwarna ungu. Pada tabung reaksi kedua yang
berisi larutan biuret yaitu larutan NaOH dengan CuSO4 serta sampel serin, hasil
reaksi yang didapatkan berupa larutan berwarna biru tua yang menandakan
adanya larutan serin negative yang mengandung ikatan peptida karena tidak
terbentuk warna ungu. Pada tabung reaksi ketiga yang berisikan larutan biuret
yaitu larutan NaOH dengan CuSO4 serta sampel asam glutamat, didapatkan hasil
reaksi berupa larutan biru cerah yang menandakan bahwa adanya asam glutamat
negatif mengandung ikatan peptida karena tidak terbentuk warna unggu.
Berdasarkan reaksinya, larutan serin dan asam glutamat tidak bereaksi dengan
peraksi biuret, karena larutan serin dan asam glutamat tidak mengandung asam
amino sehingga larutan tersebut tidak mengandung ikatan peptide.
Prinsip yang digunakan pada uji ninhidrin yaitu asam amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk aldehid dengan satu atom C, kemudian
akan bereaksi dengan NH3 membentuk senyawa kompleks berwarna biru, dimana
uji positifnya yaitu terbentuk warna biru kehitaman atau ungu pekat. Pada uji ini
menggunakan tiga sampel dengan larutan ninhidrin. Pada tabung reaksi pertama
yang berisi sampel putih telur dengan larutan ninhidrin berupa larutan bening,
hasilnya yaitu terbentuk larutan berwarna kuning, dimana uji positifnya yaitu
larutan berwarna biru kehitaman atau ungu pekat, sehingga hal ini tidak sesuai
dengan prinsip uji ninhidrin dan putih telur negatif mengandung asam amino
bebas. Pada tabung reaksi pertama yang berisi sampel putih telur dengan larutan
ninhidrin, hasil reaksi yang didapat berupa larutan berwarna biru kehitaman atau
unggu pekat, hal ini tidak sesuai dengan prinsip uji ninhidrin karena putih telur
tidak menganndung asam amino bebas. Pada tabung reaksi kedua yang berisi
sampel larutan serin dengan larutan ninhidrin, hasil reaksi yang didapat berupa
larutan biru keunguan, yang menandakan bahwa pada sampel serin mengandung
asam amino bebas. Pada tabung reaksi ketiga yang berisi sampel larutan asam
glutamat dengan larutan ninhidrin, hasil reaksi yang didapat berupa larutan biru
keunguan, yang menandakan bahwa pada sampel asam glutamat mengandung
asam amino bebas. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada sampel larutan serin
dan asam glutamat positif mengandung asam amino bebas. Berdasarkan
reaksinya, sampel yang mengandung asam amino ketika direaksikan dengan
pereaksi larutan ninhidrin akan membentuk hidrindantin. Pereaksi ninhidrin
merupakan pereaksi oksidator dimana atom H pada asam amino pada sampel
merupakan elektrofil dan bermuatan positif yang akan lepas dan kemudian akan
berikatan dengan pereaksi ninhidrin. Pereaksi ninhidrin yang sudah mengalami
reduksi akan bereaksi kembali dengan hidrindantin dan NH3 sehingga akan
terbentuk suaut senyawa kompleks yang berwarna biru kehitaman atau biru
keunguan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu endapan
berwarna putih.
- Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil reaksi yang
didapatkan berupa endapan berwarna putih.
- Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil berupa
terbentuk larutan ungu yang menandakan bahwa putih telur mengandung ikatan
peptida,

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan susu untuk
menggantikan putih telur agar didapatkan hasil yang lebih bervariasi lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Wahyudiati. 2017. Biokimia. Mataram : Leppim Mataram.


Marks, Dwan B, Allan D Marks dan Collen Smith. Biokima Kedokteran Dasar :
Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : Penerbit EGC.
Suprayitn, Eddy dan Sulistiyati.2017. Metabolisme Protein.Malang:UB Press
Umam, Khothibul.2017. Protein Pangan Hasil Ternak Dan Aplikasinya.Malang:
UB Press
Wahjuni, sri. 2014. Dasar-Dasar Biokimia. Bali : Udayana University Press

Samarinda, 13 Oktober 2021


Mengetahui ,
Asisten Praktikan

Muhammad Afik
Ahmad Suryadi
NIM. 1907026054
NIM 1907036034
LAMPIRAN

1. Uji Pengendapan Protein dengan Logam Berat

2. Uji Pengaruh Asam Mineral Kuat


3. Uji Biuret

4. Uji Ninhidrin

Anda mungkin juga menyukai