ANALISIS PROTEIN
Oleh:
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Protein
Protein menurut bahasa Yunani “protos” yang berarti "yang paling utama".
Protein dapat didefinisikan sebagai suatu zat makanan yang sangat penting atau
utama bagi tubuh. Protein merupakan zat yang sangat penting yang berfungsi
sebagai sumber energi dalam tubuh, sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein
mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga. Peranan protein diantaranya sebagai katalisator,
pendukung, cadangan, sistem imun, dan sebagainya (Winarno, 1992). Protein
tersusun dari serangkaian asam amino dengan berat molekul yang relatif sangat
besar, yaitu berkisar 8.000 sampai 10.000. Protein yang tersusun dari hanya asam
amino disebut protein sederhana. Protein yang mengandung bahan selain asam
amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat, disebut protein kompleks
secara biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri dari protein.
Kualitas protein ditentukan oleh jumlah dan jenis asam aminonya (Devi, 2010).
Asam amino merupakan monomer dari protein. Asam amino dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino
esensial merupakan asam amino yang tidak dapat diproduksi dalam tubuh
sehingga sering harus ditambahkan dalam bentuk makanan, sedangkan asam
amino esensial dapat diproduksi dalam tubuh (Lehninger, 1982). Asam amino
yaitu molekul organik yang memiliki gugus karboksil dan gugus amino. Asam
amino sebagaian besar memiliki atom karbon kiral, kecuali glisin. Atom C kiral
biasanya mengikat gugus amino, gugus karboksil, atom hidrogen, dan berbagai
gugus yang disimbolkan dengan huruf R. Gugus R disebut juga sebagai rantai
samping (Sitompul, 2004). Struktur asam amino yaitu
Gambar 2.1 Struktur Asam Amino
(Sumber: Wirahadikusumah, 1989)
Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptide, yaitu
ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugus
amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air.
Peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida dan peptida yang
terdiri atas tiga, empat, atau lebih asam amino, masing-masing disebut tripeptida,
tetrapeptida, dan seterusnya (Lehninger, 1982).
Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
yaitu protein hewani dan nabati. Protein hewan merupakan protein yang berasal
dari hewan, sedangkan protein nabati merupakan protein yang berasal dari
tumbuhan. Makanan yang dapat digunakan sebagai sumber protein yaitu daging,
telur, susu, ikan, beras, kacang, dan buah-buahan. Protein yang dikonsumsi oleh
manusia akan dipecah menjadi asam amino dalam proses pencernaan yang
dibantu dengan enzim seperti pepsin dan tripsin. Asam-asam amino yang
dihasilkan kemudian diserap oleh usus dan dibawa ke arah hati atau
didistribusikan ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Harper, 1980).
2.2 Struktur Protein
Protein tersusun atas unit-unit individual asam-asam amino. Setiap asam
amino memiliki gugus amino (NH2) pada salah satu dari atom karbon pusat dan
sisi lainnya merupakan gugus asam (COOH). Di dalam makanan ada 20 jenis
asam amino yang berbeda, masing-masing memiliki struktur dasar yang sama,
yang membedakan hanyalah gugus R pada salah satu sisinya. Gugus R yang
berbeda dapat bervariasi dari atom tunggal hidrogen hingga molekul kompleks
yang membuat setiap asam amino unik (Forsythe, 1995).
Protein merupakan senyawa organik kompleks yang memiliki berat
molekul tinggi. Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting
perananya bagi semua organisme. Protein juga berperan penting dalam struktur
dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Molekul protein mengandung
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa mengandung sulfur serta fosfor.
Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung N
(15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O (21-23,50%), S (0,8-2%),
disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P,
Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein) (Yuwono, 2005).
1 ml albumin 1 L NaOH 10 %
campuran
- dipanaskan
- dicium bau amonia
- diuji dengan kertas lakmus basah
Perubahan warna
pada lakmus
1 ml albumin 1 L NaOH 10 %
- dipanaskan
Campuran 1 Pb asetat 5 %
Campuran 2
Hasil negatif
Hasil positif Larutan menghitam (terbentuk PbS)
2 mL albumin
- ditambahkan ke 5 tabung reaksi
1 mL
HCl 10 %
akuades NaOH Alkohol kloroform
40 % 96 %
Kelarutan
2 mL albumin
endapan
Hasil
3.2.6 Uji Pengendapan protein dengan logam dan asam organik
2 mL albumin
hasil
- dicampurkan
- dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 10 menit
- dicampurkan
- jika warna merah muda atau
ungu belum terbentuk
ditambahkan 1-10 tetes lagi
tembaga sulfat 0,1%
Larutan merah
muda atau ungu
3.2.9 Uji Millon
- dilarutkan
- diencerkan dengan 2 kali
volume akuades
Larutan yang akan
diuji (albumin dan Pereaksi Millon
kasein)
- diambil 5-10 tetes
- diambil 2 ml
- dimasukkan ke tabung reaksi
Campuran dengan
ndapan putih
- dipanaskan
Positif
(warna merah)
3.2.10 Uji Xantoprotein
- dicampurkan
Endapan putih
Larutan kuning
10 g bubuk Akuades
magnesium
- dicampur
- dicampurkan hati-hati
- dicampurkan
- diencerkan samapai 1L
Campuran
- disaring dengan kertas saring
Whatman No.1 NaOH
- diencerkan dalam
100 µL
- dicampurkan
- ditunggu 5 menit
Data absorban
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Uji adanya unsur C, H, dan O
Albumin telur dimasukkan sebanyak 1 Ml ke dalam cawan porselin. Kaca
objek diletakkan di atasnya dan selanjutnya dipanaskan. Pengembunan pada kaca
objek diamati yang menunjukkan adanya H dan O. Kaca objek diambil dan
dicium bau yang terjadi. Bau rambut yang terbakar menunjukkan terdapat atom N,
jika terdapat arang menunjukkan adanya karbon.
3.3.2 Uji adanya atom N
Larutan albumin telur sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Larutan NaOH 10 % sebanyak 1 L selanjutnya dipanaskan. Bau amonia yang
teruji diperhatikan dan diuji menggunakan kertas lakmus yang dibasahi air.
3.3.3 Uji adanya atom S
Larutan albumin telur dimasukkan sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 1 L selanjutnya dipanaskan.
Pb asetat 5% ditambahkan sebanyak 4 tetes. Larutan yang menghitam
menunjukkan terbentuk PbS. Langkah selanjutnya yaitu penambahan 4 tetes HCl
pekat dan diperhatikan bau khas belerang yang berasal dari belerang teroksidasi.
3.3.4 Uji kelarutan protein
Tabung reaksi disediakan sebanyak 5 buah. Lima tabung reaksi masing-
masing diisi dengan akuades, HCl 10%, NaOH 40%, alkohol 96 %, dan kloroform
1 mL. Larutan albumin telur sebanyak 2 Ml kemudian ditambahkan pada setiap
tabung dan dikocok kuat kemudian diamati kelarutannya.
3.3.5 Uji pengendapan protein dengan garam
Tabung rekasi disediakan sebanyak 4 buah. Masing-masing tabung diisi
dengan 2 mL albumin. Tabung 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut diisi oleh NaCl 5%,
CaCl2 5%, MgSO4 5%, dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes sampai timbul
endapan. Langkah selanjutnya yaitu penambahan garam berlebih kemudian
dikocok dan diamati.
3.3.6 Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik
Tabung reaksi sebanyak 4 buah disediakan. Masing-masing tabung diisi
dengan 2 mL albumin telur. Tabung 1, 2, 3, 4 berturut-turut ditambahkan 10 tetes
larutan TCA, HgCl2 5%, CuSO4 5%, Pb-asetat 5% kemudian dikocok dan diamati.
3.3.7 Uji Ninhidrin
Larutan ninhidrin dibuat dengan cara melarutkan 0,1 g ninhidrin dalam
100 mL aquades. Larutan yang akan diuji (albumin dan kasein) 0,2% diatur pH-
nya hingga mendekati 7 dengan menambahkan larutan alkali. Sebanyak 2 mL
larutan albumin dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan beberapa
tetes larutan ninhidrin 0,1%, kemudian dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 10 menit. Warna biru violet yang terbentuk menunjukkan hasil positif
adanya asam amino bebas.
3.3.8 Uji Biuret
Larutan yang akan diuji (albumin dan kasein) dicampurkan masing-masing
sebanyak 2 ml dengan 2 ml NaOH 10%. kemudian ditambahkan 1 tetes larutan
tembaga sulfat 0,1%. Larutan kemudian dicampurkan dengan baik, dan jika warna
merah muda atau ungu belum terbentuk, perlu ditambahkan lagi 1-10 tetes
tembaga sulfat 0,1% sampai terbentuk warna merah muda atau ungu.
3.3.9 Uji Millon
Pereaksi Millon dibuat dengan melarutkan 100 g Hg (merkuri) ke 140 mL
asam nitrat pekat (BJ = 1,42) dalam cawan penguapan dilemari asam, kemudian
diencerkan dengan 2 kali volume akuades. Larutan yang akan diuji (albumin,
gelatin dan kasein) dimasukkan masing-masing sebanyak 2 ml ke dalam tabung
rekasi, lalu ditambahkan 5-10 tetes pereaksi Millon, dan dicampur dengan baik.
Endapan putih kemudian akan terbentuk. Campuran lalu dipanaskan dengan hati-
hati sampai terlihat warna merah yang menunjukkan hasil positif terhadap uji
Millon.
3.3.10 Uji Xantoprotein
Larutan yang akan diuji (albumin, kasein, dan gelatin 2% secara terpisah)
sebanyak 2 mL dicampur dengan 1 mL asam nitrat pekat secara hati-hati,
kemudian endapan putih yang terbentuk catat. Dipanaskan dengan hati-hati
hingga terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning. Campuran didinginkan
pada air kran, dan larutan natrium hidroksida atau amonium hidroksida
ditambahkan secara hati-hati. Warna kuning hingga jingga menunjukkan hasil
positif terhadap reaksi ini.
3.3.11 Uji Hopkins-Cole
Pereaksi Hopkins-Cole dibuat dengan dimasukkan bubuk magnesium
sebanyak 10 g kedalam erlenmeyer dan akuades di masukkan sampai Mg
terendam, lalu diaduk. Larutan asam oksalat jenuh dingin (25 g asam oksalat
dalam 250 mL aquades) ditambahkan sebanyak 250 mL. Reaksi terjadi sangat
cepat dengan dibebaskannya panas yang besar, sehingga labu harus didinginkan
didalam air mengalir selama penambahan asam. Isi labu diaduk setelah
penambahan asam dan disaring untuk memisahkan magnesium oksalat yang tidak
larut kemudian dicuci dengan sedikit aquades yang dituangkan melalui filter, dan
filtrat diasamkan dengan asam asetat (ditambahkan 25 mL asam asetat glasial dan
diencerkan dengan aquades menjadi 1 Liter). Larutan uji (albumin, kasein, dan
gelatin 2% secara terpisah) sebanyak 2 mL dicampur dengan 2 mL pereaksi
Hopkins-Cole dalam tabung rekasi. Perlakuan selanjutnya 2 mL asam sulfat pekat
dituangkan secara hati-hati melaui dinding tabung sehingga terbentuk suatu
lapisan dibawah larutan protein. Jangan dikocok, setelah beberapa menit akan
terbentuk cincin violet pada perbatasan kedua cairan yang menunjukkan reaksi
positif adanya asam amino triptofan.
3.3.12 Metode Bradford
Pereaksi Bradford dibuat dengan dilarutkan Comassie Brilliant Blue G-
250 sebanyak 100 mg dalam 50 mL etanol 95%, dan ditambahkan 100mL 85%
(w/v) asam fosfat. Campuran tersebut diencerkan sampai volumenyan menjadi 1
L sampai warna melarut semua, dan disaring menggunakan kertas saring
Whatman No. 1. NaOH digunakan jika sampel susah larut dalam pereaksi warna.
Spektrofotometer sebelum digunakan dipanaskan terlebih dahulu. Sampel
diencerkan untuk memperoleh konsentrasi antara 5-100 µg protein dalam volume
100 µL. Larutan NaOH 1 M ditambahkan dengan volume yang sama untuk setiap
sampel protein standar jika sulit dilarutkan. Protein standar (albumin atau gamma
globulin) disiapkan dengan konsentrasi antara 5-100 µg protein dalam volume 100
µL, kemudian kedalam masing-masing tabung sampel dan tabung standar
ditambahkan 5 mL pereaksi Bradford. Sampel dan standard didiamkan/ditunggu 5
menit, lalu diukur absorban pada panjang gelombang 595 nm.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Struktur Asam Amino secara umum (Sumber: Winarno, 1986)
Asam amino dalam kondisi netral berada dalam bentuk ion dipolar (ion
zwitter), seperti pada gambar 4.1. Gugus amino pada asam amino dipolar
mendapat tambahan sebuah proton dan gugus karboksil terdisosiasi (Winarno,
1986). Perlakuan pertama yaitu albumin sebanyak 2 mL dan kasein sebanyak 2mL
masing-masing ditambah dengan reagen ninhidrin 0,1% sebanyak 6 tetes,
kemudian dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya
reaksi yang akan membebaskan atau mengeluarkan karbon dioksida dan amonia,
sehingga dapat mengetahui kandungan asam amino bebas yang berada dalam
larutan. Pemanasan juga berfungsi untuk memisahkan ikatan antara asam amino.
Asam amino akan bereaksi dengan triketohidrindina hidrat (ninhidrin) untuk
membentuk aldehida yang lebih kecil, dengan membebaskan karbon dioksida,
amonia yang akan menghasilkan warna biru violet sedangkan untuk prolina dan
hidroksiprolina dihasilkan warna kuning. Uji positif dari uji ninhidrin adalah
terbentuknya warna biru violet. Reaksi yang negatif yaitu menghasilkan warna
kuning atau selain warna biru violet yang merupakan suatu bukti bahwa dalam
sampel yang diuji tidak mengandung asam amino. Albumin dan kasein
menunjukkan hasil yang positif ketika ditambahkan dengan reagen ninhidrin.
Hasil ini ditandai dengan terbentuknya warna biru violet pada larutan. Warna biru
violet yang dihasilkan berasal dari reaksi ninhidrin dengan asam amino. Kasein
merupakan protein yang terbesar yang terkandung didalam susu yang
mengandung asam amino berupa tirosin dan triptofan. Kasein termasuk dalam
asam amino essensial yaitu asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
namun tidak dapat memproduksinya sendiri sehingga membutuhkan asupan
makanan atau minuman untuk mendapatkannya. Hasil yang diperoleh pada
larutan sesuai dengan literatur yaitu menghasilkan warna biru violet yang artinya
mengandung kasein. Albumin merupakan asam amino non essensial yang
diproduksi oleh hati dalam bentuk prcalbumin dan memenuhi sekitar 60% jumlah
serum darah. Asam amino penyusun albumin berjumlah 19 macam, sehingga hasil
yang diperoleh telah sesuai dengan literatur.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan analisa protein adalah sebagai berikut:
1. Analisis kualitatif protein pada percobaan ini dilakukan dengan beberapa uji
yaitu sebagai berikut: pertama, uji adanya unsur C, H, dan O pada protein
positif yang ditunjukkan dengan adanya kerak (arang) merupakan unsur C,
dan terdapat uap pada kaca arloji menunjukkan adanya unsur H dan O.
Kedua, uji adanya unsur N dilakukan dengan albumin telur yang
menunjukkan hasil positif pada reaksi dengan adanya bau rambut terbakar dan
terjadi perubahan warna kertas lakmus merah menjadi biru. Ketiga, uji adanya
unsur S ditunjukkan dengan adanya bau belerang serta terdapat endapan
hitam. Keempat, uji kelarutan protein menunjukkan bahwa pada akuades,
HCl, dan NaOH dapat larut, sedangkan pada alkohol dan kloroform protein
tidak dapat larut. Kelima, uji pengendapan protein dengan garam
menunjukkan bahwa pada (NH4)2SO4 menunjukkan hasil yang positif,
sedangkan pada NaCl 5%, CaCl2 5%, dan MgSO4 5% tidak terbentuk endapan
putih. Keenam, uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik
yang menunjukkan bahwa pada logam dan asam organik mengalami
pengendapan baik bersifat reversible maupun irreversible. Ketujuh, ninhidrin
menggunakan sampel albumin dan kasein, dimana kedua sampel
menunjukkan terbentuknya cincin violet, yang artinya kedua sampel tersebut
megnandung asam amino. Kedelapan, uji biuret menunjukkan hasil positif
pada albumin dan kasein ditandai dengan terbentuknya larutan merah muda,
artinya kedua sampel tersebut mengandung gugus amida. Kesembilan, uji
millon menunjukkan hasil positif pada albumin dan kasein, sedangkan pada
gelatin tidak. Hasil tersebut ditandai dengan adanya endapan putih pada
larutan, artinya kedua sampel tersebut mengandung gugus fenol. Kesepuluh,
uji Xantroprotein menunjukkan bahwa pada albumin dan kasein bernilai
positif, sedangkan pada gelatin tidak. Hasil tersebut ditunjukkan dengan
adanya larutan menjadi kuning, artinya kedua sam9pel tersebut mengandng
cincin fenil. Kesebelas, uji Hopkins-Cole menunjukkan bahwa pada albumin
dan kasein bernilai positif, sedangkan pada gelatin tidak. Hasil tersebut
ditunjukkan dengan adanya endapan putih pada larutan yang menunjukkan
bahwa kedua sampel tersebut mengandung asam glioksilat (HOOC-CHO).
2. Analisis kuantitatif protein bertujuan untuk mengetahui kadar protein dalam
suatu sampel. Metode yang digunakan adalah metode Bardford. Sampel yang
diidentifikasi kadar proteinnya yaitu albumin telur. Hasil percobaan diperoleh
kadar protein pada albumin telur yaitu 3,75 %.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Anam, K. 2009. SDS-PAGE dengan Silver Staining dan Zimograf. Bogor :
Bioteknologi Sekolah Pascasarjana ITB.
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Bradford, M. 1976. Rapid and sensitive method for the quantitation of microgram
quantities of protein utilizing the principle dye binding. Analytical of
Biochemistry. vol 72, 248−254.
Brown and Rogers. 1981. General Organic and Biochemistry. Boston: Willars
Grant Press.
Budianto, A K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Pers.
Devi, N. 2010. Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara.
Fried, George H. dan George J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines: Biologi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Forsythe, W. 1998. Soy protein, thyroid regulation and cholesterol metabolism.
The journal of nutrion 125,3 : 619S-623S.
Girindra A. 1986. Biokimia 1. Jakarta: Gramedia.
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review Of Physilogical Chemistry) Edisi 17.
Jakarta : EGC.
Hart, Harold., Craine, Leslie E., dan Hart, David J. 2003. Kimia Organik Edisi
Kesebelas. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hintono, S. 2003. An Introduction to Practical Biochemistry. Second Edition.
Tata Mc.Graw-Hill Publishing Company, New Delhi
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lowry, O. H., N. J., Rosebrough, A. L., Farr, and R. J. Randall. 1951. Protein
measurement with the folin phenol reagent. J. Biol. Chem. 193 – 265
Martin, R. 2006. Gel Elektroforesis : Nucleid Acids. Oxford : Bross Scientific
Publishers Ltd.
Ngili, Yohanis. 2010. Biokimia Dasar. Jakarta: Rekayasa Sains..
Oktavia, D. A. (2007). Kajian SNI 01-2886-2000 Makanan Ringan Ekstrudat.
Jurnal Standardisasi Vol 9 No. 1 Tahun 2007: 1-9.
Poedjadi, Anna. 2005.Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ridwan, S.1990. Kimia Organik edisi I.Jakarta: Binarupa Aksara
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan
Protein. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sediaoetama.2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Sirajuddin, D. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Sitompul, S. 2004. Analisis Asam Amino Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai.
Jurnal Teknik Pertanian, 9(1): 33-37.
Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Yogyakarta: UGM Press.
Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
Susilawati. 2011. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Yogyakarta: Graham
Ilmu.
Watson, D.G. 2002. Analisis Farmasi. Jakarta: EGC
Wibowo, M.S. 2010. Elektroforosis. Bandung : Sekolah Farmasi ITB.
Winarno, F. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Wirahadikusumah, M. 1989. Biokimia. Bandung: ITB.
Yazid, E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: Andi.
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga
LEMBAR PERHITUNGAN