Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS URIN

COVER

Oleh :
Kelas II C
Kelompok 7

Amalia Ridhani NIM. 11194761920288


Dindawati Khadijah NIM. 11194761920
Fitriyana NIM. 11194761920
Melinda Fila Betha NIM. 11194761920
Rizqi Nur Furqan NIM. 11194761920
Rusida NIM. 11194761920

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah

tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni

adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh

melalui proses urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin

beraasal dari zat warna empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau

ammonia pada kisar 6.8-7.2. kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat,

asam fosfat, asam sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml

       Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil

metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan,

misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat

sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena

bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit.

B. Kompetensi Praktikum

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan berbagai


uji semikuantitatif dan kualitatif urin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tema Praktikum

Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine
dari penyaringan unsur-unsur plasma  (Djuanda 1980). Urine atau urin merupakan cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra (Thenawijaya 1995). Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan
yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan)
(Winangi 1979).
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus,
yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan.
Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini
berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah,
tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino,
glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Winangi 1979).
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi
setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal.
Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih
berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu,
air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis,
sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses
penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah
diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh
kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle,
khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki
komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder
tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat
dibandingkan di dalam urine primer (Thenawijaya 1995).
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke
tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses
penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang
sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine
tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine,
amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan
dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam (Djuanda 1980).
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna
kuning keruh. Urin berbau khas yaitu  berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan
akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih
basa jika mengkonsumsi banyak sayuran.  Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Dehelmi
1991). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin 
terkandung bermacam – macam  zat, antara lain  (1) zat sisa pembongkaran protein seperti
urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang memberikan  warna kuning pada 
urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4)  zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya
vitamin C, dan obat – obatan serta  juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh
tubuh misalnya hormon (Anshori 1988). 
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung
protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung
gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu
tinggi atau melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses
pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat.
Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna
makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin. Bahan
pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya
insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu banyak mengkonsumsi obat –
obatan juga dapat merusak ginjal (Ganong 2000).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan :
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Kertas lakmus
 pH universal
 Lampu spiritus
 Gelas ukur
 Pipet
 Beaker glass
 Penjepit tabung reaksi
Bahan-bahan yang digunakan :
 Urine
 NaOH encer
 Larutan glukosa 0,3%
 Larutan glukosa 1%
 Larutan glukosa 5%
 Reagen benedict

Cara Kerja

BAB IV
HASIL
BAB V
PEMBAHASAN
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urin
dari penyaringan unsur-unsur plasma. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi (Frandson 1992).
Percobaan ini dilakukan dengan pengamatan mengenai warna, bau, kejernihan dan
pH. Adapun untuk warna, bau dan kejernihan diamati secara fisik hanya melalui panca
indera, sedangkan untuk pH urin digunakan pH universal, uji garam ammonium
menggunakan kertas lakmus merah, dan yang terakhir penentuan kadar glukosa urin secara
semikuantitatif.
Pada pengamatan mengenai warna urin ketika percobaan dilakukan adalah warna
kuning pekat yang berarti mengalami dehidrasi. Urin normal biasanya akan berwarna kuning
bercahaya, karena merupakan hasil ekskresi pigmen yang ditemukan dalam darah yang
disebut urochrome. Tetapi urin bisa berubah warna, sesuai dengan makanan atau penyakit
yang diderita seseorang. Selain dari faktor makanan, asupan air yang rendah ke dalam tubuh
juga menjadi salah satu penyebab warna urin menjadi pekat.
Bau urin pada percobaan ini berbau amoniak. Bau normal disebabkan oleh asam-asam
organik yang mudah menguap. Jika urin berbau abnormal dapat disebabkan oleh makanan
mengandung atsiri, obat-obatan, amoniak (perombakan ureum menjadiamoniak oleh bakteri),
ketonuria (bau aseton) dan bau busuk (perombakan protein).
Urin yang diteliti pada percobaan ini memiliki pH 7. Ph urin berkisar antara
4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan
menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran.  Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035
g/ml (Dehelmi 1991).
Percobaan penentuan garam-garam ammonium dalam urin dilakukan dengan
cara mereaksikan 1 mL urin dengan NaOH encer sampai larutan bersifat basa. Penentuan
basa dilakukan dengan mencelupkan kertas lakmus merah sampai kertas lakmus menunjukan
warna basa (biru). Campuran yang telah bersifat basa kemudian dipanaskan 3-5 menit di atas
penganas lalu diamati bau yang muncul dan diuji uap dengan kertas lakmus merah yang
dibasahi. Hasil yang didapat dari uji garam ammonium ini adalah normal karena kertas
lakmus merah berubah menjadi biru, hal ini menandakan bahwa terdapat amoniak pada urine
tersebut.
Pada percobaan keempat, yaitu penentuan kadar glokusa urin secara semikuantitatif.
Campuran yang digunakan urin, pereaksi benedict, larutan glokusa 0,3%, larutan glokusa 1%,
dan larutan glokusa 5%. Pada uji blangko, masukkan pereaksi benedict sebanyak 5 tetes ke
tabung reaksi dan campurkan urin sebanyak 4 tetes. Kemudian, panaskan di atas di atas api
kecil selama 1 menit sehingga menghasilkan perubahan warna hijau. Kemudian, didinginkan
dan tidak ada perubahan warna atau tetap berwarna hijau.

Pada uji standar1, masukkan pereakasi benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung
reaksi dan campurkan larutan glokusa 0,3 % sebanyak 4 tetes. Panaskan diatas api kecil
sampai mendidih selama 1 menit menghasilkan warna jingga. Kemudian, didinginkan dan
tidak ada perubahan warna atau tetap berwarna jingga.

Pada uji standar 2, masukkan pereaksi benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung
reaksi dan campurkan larutan glokusa 1% sebanyak 4 tetes. Panaskan diatas api kecil sampai
mendidih selama 1 menit menghasilkan warna jingga kemerahan. Kemudian, didinginkan dan
tidak ada perubahan warna atau tetap berwarna jingga kemerahan.

Pada uji 1, masukan pereaksi benedict sebanyak 5 tetes ke dalam tabung rekasi dan
campurkan larutan glokusa 5 % sebanyak 4 %. Panaskan diatas api kecil sampai mendidih
selama 1 menit menghasilkan warna jingga. Kemudian, didinginkan dan tidak ada perubahan
warna atau tetap berwarna jingga.

BAB VI
KESIMPULAN
• Dari pemeriksaan urin secara mikroskopis didapat bahwa  volume, warna , kekeruhan,
pH,  dan bau urinnya adalah normal.
• Setelah dilakukan uji penentuan garam-garam ammonia dalam urin, ternyata hasilnya
urin positif mengandung garam ammonium.
• Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2
fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolism dalam bentu larutan serta
mempertahankan hemeostasis cairan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Anshori. 1988. Biologi Jilid I. Bandung. Geneca Exat.

Dahelmi MS. 1991. Fisiologi Hewan. Padang. Universitas Andalas.

Djuanda T. 1980. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Bandung. Armic.

Ganong WF,2000. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Penerbit buku kedokteran, EGC.

Thenawijaya M. 1995. Uji Biologi.Jakarta. Erlangga.

Wulangi K. 1979. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Erlangga

PERTANYAAN
1. Sebutkan unsur – unsur organic dan anorganik yang biasa ditemukan pada di dalam
urin normal.
Jawab : Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,sperma, bakteri, parasit dan yang non
organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan.seperti urat amorf dan kristal
Eritrosit atau Leukosit didalam sedimen urine mungkin terdapat dalam urin wanita
yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai
eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan Leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada
wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
2. Jelaskan bagaimana cara menentukan sifat fisik urin.
Jawab:
 Jumlah urin
Jumlah urin diukur dalam silinder lulus atau tabung. Penentuan jumlah harian
urin (diuresis) Ini adalah indikator yang berharga dari fungsi ekskresi ginjal dan
metabolisme air. Output urine normal manusia dewasa adalah 1-2 l, diuresis anak
tergantung pada usia.
Diuresis lebih 2 - poliuria - Tercatat saat menerima sejumlah besar cairan,
resorpsi transudat dan eksudat, busung, setelah demam selama pemulihan, ketika
nephrosclerosis, diabetes dan diabetes insipidus (4-b l). Poliuria sementara dapat
terjadi dalam kegembiraan saraf. Untuk hidronefrosis poliuria intermiten karakteristik.
Jumlah cukup urin (kurang 0,5 liter per hari) pada orang dewasa - oligurija -
Terjadi bila ada asupan cairan yang tidak mencukupi, edema build-up, demam, rvote,
kebanggaan, penyakit jantung, toksikosis, pada gagal ginjal akut, nephro. Pada bayi
dengan tidak adanya oliguria patologi lainnya bisa menunjukkan underfeeding.
Penghentian lengkap urin - anurija - Tercatat pada gagal ginjal akut berat,
nephritis berat, meninges, keracunan parah, radang selaput perut, tetani, vulvitis, syok
spinal dan penyumbatan tumor saluran kemih atau batu (Retensi anuria). Anuria
fisiologis diamati pada hari pertama setelah lahir.
Senang urin menonjol, dari pada malam hari (4:1 atau 3:1). Jumlah urin,
disekresikan di malam hari - pikturiya - Peningkatan tahap awal dekompensasi hati,
sistitis, pielocistite.
Inkontinensia urin - ketidaksanggupan mengatur kencing - Bisa panjang (di
penyakit pada sistem saraf pusat) atau sementara (di radang saluran kemih, penyakit
parah dengan demam, kejang). Mengompol dapat diamati pada anak dengan
neurasthenia.
Sering buang air kecil - thamuria - Terjadi setelah konsumsi dalam jumlah
besar cairan, di radang pelvis ginjal, Kandung kemih, penyakit prostat, pekencingan,
pendinginan, gangguan saraf. Langka buang air kecil - olakiurija - Diamati di neuro-
refleks Penyalahgunaan (kadang-kadang disertai dengan oliguria).
Dizurija, Strangurie (menyakitkan atau sulit buang air kecil) bertemu dengan
urolitiasis, pielocistite, pekencingan, vulvovaginal.

 Warna urine
Biasanya, urin berwarna jerami kuning. Newborn berwarna urine, tetapi pada
hari kedua atau ketiga setelah lahir menjadi kuning-coklat. Pada bayi urin ringan,
dibandingkan pada orang dewasa. Warna yang normal tergantung pada jumlah
urochrome urine, uroэrytryna, Urobilin, urorozeina, hematoporphyrin dll. Kotoran
asal yang berbeda juga dapat mengubah warna urin.
Warna merah atau warna urin diamati pada hematuria dan hemoglobinuria,
menunjukkan ginjal organik atau ditingkatkan hemolisis. Warna kemerahan urin
berwarna seperti dalam purpurinuria, močekislom diathesis, setelah mengambil
amidopirina, antipirina, obat sulfa. Santonin memberi warna merah pada alokasi urin
alkali. Pigmen wortel dan bit juga dapat mewarnai merah muda urin. Untuk
mengidentifikasi purpurinuria bereaksi Ehrlich (reaksi warna dengan
paradimetilaminobenzaldegidom urine setelah ekstraksi dengan kloroform).
Kira-kira sekitar sumber perdarahan dapat dilihat melalui sampel
trehstakannaya. Warna merah urin di semua tiga bagian yang mengindikasikan
perdarahan dari ginjal, dalam dua pertama - dari kandung kemih, di bagian pertama -
saluran penegakan mocheispuska.
Urine dengan warna hijau Tampaknya dalam alokasi pigmen empedu dan biru
metilen, setelah makan rhubarb, daun senna, obat asam hrizofanovoy.
Brown urine Hal ini menyebabkan sejumlah besar pigmen empedu, darah
hancur (metgemoglobinom) atau penggunaan beberapa obat (fenol dan lain-lain.).
Munculnya busa setelah gemetar urin, dicat dalam warna kuning, khas untuk
bilirubinuria.
Warna hitam, muncul di berdiri urin, diamati pada homogentisuria, di mana
urin dilepaskan asam homogentisat, gelap udara. Untuk mempercepat gelap bisa
menjadi beberapa tetes asam klorida. Warna putih susu urin terjadi ketika piuria,
alokasi jumlah besar fosfat, lipurii.
Intensitas warna urine diamati pada penyakit hati, hipertiroidisme, Proses
hemolitik, penyakit jantung, serta alokasi urine lebih pekat (dengan bangga,
toksikosis, rvote, berkeringat, demam dan lain-lain.). Urin berwarna terang terlihat
dengan insufisiensi ginjal berat (kepadatan relatif 1,01 dan perubahan karakteristik
dalam mikroskop sedimen), karena ginjal kehilangan kemampuan mereka untuk
mengeluarkan zat warna dan pigmen untuk mengkonversi chromogens. Urin ringan
dilepaskan selama poliuria (diabetes dan diabetes insipidus). Transparansi
(kekeruhan), осадок мочи – Запах мочи
Biasanya, urin jelas, sambil berdiri itu sering terbentuk awan lendir, tidak
memiliki nilai diagnostik yang spesifik. Mengaburkan inkontinensia dapat disebabkan
oleh adanya garam, elemen seluler dan bakteri, lendir, lemak.
 Bau urin
Hanya ada "buah" bau, menunjukkan ekskresi urin dalam jumlah besar badan
keton.
 Reaksi urin
Urin reaksi harus ditentukan segera setelah pengiriman ke laboratorium,
karena pada berdiri mungkin bervariasi. Cara yang paling nyaman dan tercepat adalah
untuk menentukan reaksi indikator yang universal, dengan membandingkan
perubahan warna kertas tes dengan grafik warna standar. Dalam sifat campuran dari
inkontinensia reaksi makanan pada orang dewasa asam lemah atau netral (pH 5-7, rata
- 6).
3. Senyawa apa saja di dalam urin yang dapat menjadi indikasi adanya suatu penyakit?
Jelaskan.
Jawab :
1. Penyakit Ginjal
Yang dimaksud penyakit ginjal adalah ketika adanya kelainan pada organ ginjal yang
disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi, tumor, kelainan bawaan, sampai
penyakit metabolik. Gejala yang umumnya menandakan penyakit ginjal, antara lain
rasa nyeri, napas berat saat melakukan pekerjaan berat, mudah sesak napas, dan
adanya gangguan berkemih. Nah, melalui tes urine, dapat diketahui apakah seseorang
mengidap penyakit ginjal atau tidak.
Orang yang mengidap penyakit ginjal akan mengeluarkan urine yang berwarna
cokelat, oranye tua, atau kemerahan. Selain itu, urine juga bisa berbusa yang
menunjukkan tingginya kandungan protein dalam urine.

2. Diabetes Melitus
Diabetes memang dapat diketahui melalui gejala-gejalanya yang khas, seperti sering
haus, mudah lapar, dan sering buang air kecil dengan jumlah urine yang dikeluarkan
melebihi jumlah normal. Tapi, untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti, serangkaian
pemeriksaan medis tetap perlu dilakukan, salah satunya tes urine. Ini karena kadar
glukosa atau gula darah dalam urine bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana
tubuh memperlakukan glukosa berlebih.
Pengidap diabetes biasanya memiliki kadar gula dalam urine yang tinggi. Selain itu,
warna urine pengidap diabetes juga lebih transparan atau tidak memiliki warna sama
sekali serta beraroma manis. Itulah mengapa diabetes sering disebut juga dengan
istilah kencing manis.

3. Hepatitis B
Urine yang berwarna cukup gelap juga cukup identik dengan masalah organ hati.
Salah satunya hepatitis B. Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B ini
seringkali tidak menimbulkan gejala pada pengidapnya. Tapi, pada kasus yang
hepatitis B akut, pengidapnya biasanya akan mengalami beberapa gejala, seperti sakit
perut, mual, muntah, badan terasa lemah, flu, warna tinja menjadi pucat, mata dan
kulit menguning, serta perubahan warna urine yang menjadi kuning gelap.

4. Infeksi Saluran Kemih


Infeksi Saluran Kemih atau ISK merupakan penyakit di mana terdapat
mikroorganisme dalam urine. Gejala umum penyakit ini adalah timbul rasa nyeri saat
buang air kecil serta urine mengandung darah, sehingga warnanya menjadi
kemerahan. Tapi, pada beberapa kasus ISK, urine yang dikeluarkan juga bisa
berwarna hijau karena mengandung nanah di dalamnya

Anda mungkin juga menyukai