PROTEIN
KELOMPOK V
Kellin Oktaria 2210511001
Celine Christie Winata 2210511002
Robert Sapulette 2210511004
Ni Nyoman Laksmi Prasnayani 2210511005
Anak Agung Putri Dumay Septiani 2210511006
Marito Gracia Sitanggang 2210511007
Widya Saudo 2210511008
Calysta Jasmine Thelmalina 2210511009
Ni Putu Kalyana Angelia Putri 2210511010
Ni Wayan Cantika Wulansari Putri 2210511011
Ida Ayu Putri Mahasuari 2210511015
Contents
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN..........................................................1
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA.........................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
1. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROTEIN.....................................3
1. 1 PENDAHULUAN............................................................................................3
1. 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5
1.3 METODE PENELITIAN..................................................................................5
1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................6
1.5 KESIMPULAN.................................................................................................8
2. PENGARUH PENAMBAHAN GARAM NETRAL........................................9
TERHADAP PROTEIN.........................................................................................9
2.1 PENDAHULUAN............................................................................................9
2.2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................10
2.3.METODE PENELITIAN................................................................................12
2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................13
2.5 KESIMPULAN...............................................................................................14
3. PENGARUH PENAMBAHAN PELARUT ORGANIK TERHADAP
PROTEIN........................................................................................................15
3.1 PENDAHULUAN..........................................................................................15
3.2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................16
3.3 METODE PENELITIAN................................................................................18
3.4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................18
3.5 KESIMPULAN...............................................................................................20
1
1. PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROTEIN
1. 1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Protein merupakan suatu senyawa kompleks dengan molekul nya
tinggi dan luas yang dipengaruhi oleh struktur molekul protein. protein
adalah makromolekul yang tersusun atas bahan dasar asam amino.
Protein terdapat dalam system hidup semua organisme baik yang berada
di tingkat rendah maupun organisme di tingkat tinggi. Protein merupakan
sumber sejumlah asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N
yang tidak dimiliki oleh lemak ataypun karbohidrat. Molekul protein juga
mengandung fosfor serta belerang.
Protein dapat terdenaturasi, denaturasi merupakan perubahan
konformasi alamiah menjadi suatu konformasi tidak menentu. Proses
denaturasi ini dapat berlangsung secara reversibel ataupun ireversibel.
Pada umumnya penggumpalan protein diawali oleh proses denaturasi
yang berlangsung pada titik isoelektrik protein. Denaturasi dapat terjadi
karena pengaruh pH, gerakan mekanik,adanya alkohol, aseton, eter, dan
juga detergen. Sifat peotein yang lain yaitu larutan protein dalam air
memiliki viskositas atau kekentalan yang relatif lebih besar daripada
viskositas air sebagai pelarutnya. Viskositas larutan protein tergantung
pada jenis protein, bentuk molekul, kemolaran dan suhu larutan.
Denaturasi protein meliputi gangguan dan kerusakan yang mungkin
terjadipada struktur sekunder dan tersier protein. Sejak diketahui reaksi
denaturasi tidakcukup kuat untuk memutuskan ikatan peptida, dimana
struktur primer proteintetap sama setelah proses denaturasi. Terjadinya
denaturasi disebabkan karena adanya gangguanpada struktur sekunder
dan tersier protein.Pada umumnya, protein sangat peka terhadap
pengaruh-pengaruh fisik dan kimia, sehingga mudah mengalami
perubahan bentuk.
Perubahan pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Hal-
hal yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi antara lain: panas, pH,
tekanan, aliran listrik danadanya bahan kimia seperti urea, alkohol, atau
2
sabun. Proses denaturasi kadang berlangsung secara reversible, tetapi ada
pula yang irre+ersible, tergantung penyebabnya. Protein yang mengalami
denaturasi akan menurunkan aktifitas biologis serta menyebabkan
kelarutannya berkurang sehingga mudah mengendap. Viskositas adalah
tahanan yang timbul oleh adanya gesekan antaramolekul"molekul di
dalam air yang mengalir. 1uatu larutan protein dalam air mempunyai
Viskositas atau kekentalan yang relati besar daripada air sebagai
pelarut. Pada umumnya viskositas suatu larutan tidak ditentukan atau
diukur secara absolut, tetapi ditentukan viskositas relatif, yaitu
dibandingkan terhadap viskositas air tertentu. Viskositas pada larutan
protein bergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi serta
suhu larutan. Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi dan
berbanding terbalik dengan suhu.
1.1.2 Tujuan
3
1. 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.2.1 Protein
Telur adalah salah satu bahan pangan hasil ternak unggas yang
memiliki sumber protein hewani, memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan
bergizi tinggi. Putih telur adalah bagian dari seluruh telur, membuat sekitar
58-60% berat dari seluruh telur yang mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan
kental dan lapisan encer. Lapisan kental terdiri atas lapisan kental dalam
dan lapisan kental luar dimana lapisan kental dalam mengisi 3% dari
volume total putih telur dan lapisan kental putih telur mengandung protein
dengan karakteristik gel yang berhubungan dengan jumlah ovomucin
protein.
4
1.3 METODE PENELITIAN
1.3.1 Alat dan Bahan
1.3.1.1 Alat
Tabung Reaksi
Waterbath
Gelas ukur
Pipet Tetes
1.3.1.2 Bahan
Putih Telur (albumin telur)
1. Siapkan 4 buah tabung reaksi yang masing masing diisi 3 ml putih telur
2. Tabung 1 digunakan sebagai kontrol ( tidak dipanaskan)
3. Tabung 2 dipanaskan sampai suhu 40°C
4. Tabung 3 dipanaskan sampai suhu 70°C
5. Tabung 4 dipanaskan sampai suhu 90°C
6. Masing – masing tabung yang dipanaskan dipertahankan selama 1 – 2 menit dan
pemanasan dilakukan dalam waterbath, semua tabung didinginkan sampai suhu
ruang.
7. Hasil Pengamatan dicatat di tabel pengamatan
5
Keterangan :
- = Tidak ada perubahan
+ = Sedikit perubahan
++ = Semakin terlihat perubahan
+++ = Sangat terlihat perubahan
1.4.2 Pembahasan
Salah satu uji dalam kelarutan protein yaitu dengan melakukan
pemanasan. Pada praktikum ini bahan yang digunakan yaitu putih telur
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemanasan terhadap protein
yang terkandung dalam putih telur. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, pada tabung pertama tidak terjadi perubahan apapun karena
tidak dilakukan pemanasan. Pada tabung kedua putih telur dipanaskan
dalam suhu 40ºC, terdapat sedikit perubahan yaitu pada kejernihan dan
viskositasnya yang dimana putih telur sedikit keruh dan juga terlihat
sedikit mengental namun tidak terlihat adanya endapan dan pembentukan
padatan. Pada tabung ketiga putih telur dipanaskan dalam suhu 70ºC,
pada suhu ini semakin terlihat perubahan yang terjadi yang dimana putih
telur tidak sejernih tabung sebelumnya. Putih telur semakin mengental
dan terdapat pembentukan padatan. Pada tabung keempat putih telur
dipanaskan dalam suhu 90ºC, pada suhu ini sangat terlihat jelas
perubahan yang terjadi yang dimana putih telur yang awalnya jernih
sudah terlihat sangat keruh/putih, sangat kental, dan menjadi lebih padat
dibandingkan pada tabung yang lainnya. Dapat diketahui pula pada
keempat tabung tersebut tidak menghasilkan endapan karena tidak
terlihat adanya pemisahan antara zat cair dan padat. Dari percobaan ini
membuktikan bahwa semakin tinggi suhu maka kejernihan pada putih
telur semakin berkurang atau semakin keruh, viskositas atau
kekentalannya semakin bertambah, dan semakin membentuk padatan
sehingga protein menjadi lebih sukar larut dan makin kental, keadaan ini
disebut dengan koagulasi yang disebabkan adanya proses denaturasi
protein yaitu perubahan pada struktur protein dan biasanya proses ini
6
tidak dapat berlangsung balik atau tidak dapat kembali ke struktur awal
(irreversibel). Oleh karena itu, dapat diketahui pemanasan merupakan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan denaturasi protein sehingga
putih telur menjadi terkoagulasi.
1.5 KESIMPULAN
7
2. PENGARUH PENAMBAHAN GARAM NETRAL
TERHADAP PROTEIN
2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Latar Belakang
Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang berperan penting
dalam pembentukan biomolekul. Protein adalah makromolekul yang
membentuk lebih dari setengah dari sel. Protein menentukan ukuran dan
struktur sel, merupakan komponen utama enzim, dan merupakan biokatalis
untuk berbagai reaksi metabolisme dalam tubuh. Protein melakukan
sebagian besar pekerjaan di dalam sel. Fungsi protein meliputi:
perlindungan terhadap infeksi, katalis reaksi metabolisme, dukungan dan
ketahanan mekanis. Semua fungsi protein ini sangat penting untuk
kelangsungan hidup sel. Protein adalah kelompok penting dari molekul
makanan karena protein menyediakan organisme tidak hanya dengan
karbon dan hidrogen tetapi juga nitrogen dan belerang. Protein bervariasi
bentuknya. Walaupun demikian bentuk protein bisa menjadi
dikelompokkan dua yaitu protein globular dan protein fibrous. Protein
globular adalah protein yang larut pada pada air. Makromolekul ini
berbentuk seperti 'bola' menggunakan ciri dalam bagian pada protein
hidrofobik dan dalam bagian atas protein hidrofilik. Oleh karena itu,
protein globular larut pada pada air. Kebanyakan protein globular
merupakan enzim. Protein fibrous merupakan protein struktural yang
menyediakan dukungan mekanik dalam sel dan organisme. Protein fibrous
didesain spesifik seperti 'kabel besar' atau 'lembaran'. Sebagai model
merupakan αkeratin, komponen primer rambut dan kuku; collagen,
komponen primer tanduk, kulit, tulang dan gigi. Contoh lain protein
struktural merupakan komponen protein virus, bacteriophage, spora dan
pollen.
8
2.1.2 Tujuan
Praktikum uji penambahan garam netral pada protein ini dilakukan untuk
memperoleh tujuan sebagai berikut:
9
struktur tersier enzim biasanya padat, berbentuk bulat. Struktur tersier
merupakan gabungan dari banyak jenis struktur sekunder.
d.) Struktur kuartener. Beberapa protein terdiri dari beberapa rantai
polipeptida. Struktur kuartener menggambarkan berbagai subunit yang
digunakan bersama untuk membuat struktur protein.
11
2.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1 Hasil
Tabel Pengaruh Penambahan Garam Netral Terhadap Protein
No Tabung Kejernihan/kekeruhan Viskositas Timbulnya endapan Pembentukan padatan
2.4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil dari praktikum, kita dapat mengetahui
bahwa pengaruh penambahan garam netral dengan konsentrasi yang
berbeda akan mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap putih
telur. Amonium sulfat dengan konsentrasi 80% mengakibatkan putih
telur mengalami viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penambahan amonium sulfat 5%. Ini juga berlaku untuk pembentukan
padatan pada putih telur, penambahan amonium sulfat 80% memiliki
tingkat kepadatan lebih tinggi dan terdapat endapan, sedangkan untuk
penambahan amonium sulfat 5% mengakibatkan tingkat kepadatan
yang rendah dan tidak menimbulkan endapan. Terjadinya peristiwa
pembentukan padatan pada putih telur ini diakibatkan karena amonium
sulfat bereaksi dengan putih telur yang sebagian besar terdiri dari
protein. Amonium sulfat dapat menyebabkan protein mengalami salt
out atau protien akan mengendap pada konsentrasi tertentu, atau bisa
dibilang amonium sulfat dapat mengkoagulasi protein.. amonium sulfat
juga menyebabkan suatu reaksi hidrophobic antar molekul protein yang
dimana kelarutan protein akan menjadi rendah dan akan menggumpal
sehingga dapat lebih mudah dipisahkan. Amonium sulfat memiliki sifat
kelarutan yang tinggi tapi tidak merusak struktur dari protein itu sendiri.
12
2.5 KESIMPULAN
Protein adalah makromolekul paling melimpah dan paling aktif di
dalam sel. Putih telur sangat kaya protein, bebas lemak dan kolesterol yang
sangat berguna menjadi zat pembangun pada tubuh. Penggunaan amonium
sulfat sebagai garam banyak digunakan untuk memperoleh konsentrat
protein, atau dikenal sebagai salting out. Amonium sulfat sangat larut
dalam air, memiliki toksisitas rendah, dan murah. Pengaruh penambahan
garam netral dengan konsentrasi yang berbeda akan mengakibatkan
pengaruh yang berbeda terhadap putih telur. Amonium sulfat dengan
konsentrasi 80% mengakibatkan putih telur mengalami viskositas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan amonium sulfat
5%.Penambahan amonium sulfat 80% memiliki tingkat kepadatan lebih
tinggi dan terdapat endapan, sedangkan untuk penambahan amonium sulfat
5% mengakibatkan tingkat kepadatan yang rendah dan tidak menimbulkan
endapan.
13
3. PENGARUH PENAMBAHAN PELARUT ORGANIK
TERHADAP PROTEIN
3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Latar Belakang
Protein yaitu salah satu jenis zat penting yang dibutuhkan oleh
tubuh hewanmaupun manusia. Sumber protein ada dua macam yaitu dari
tumbuh - tumbuhan (protein nabati) dan dari hewan (protein hewani).
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Protein adalah sumber
asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung
pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga. Setiap bahan pangan mengandung kadar protein
yang berbeda – beda tergantung pada jenis bahan pangan tersebut.
Terdapat beberapa bahan pangan yang mengandung kadar protein yang
tinggi dan bahan pangan yang mengandung kadar protein yang rendah.
Untuk mengetahui apakah bahan pangan tersebut mengandung
protein serta berapa jumlah protein yang dikandung bahan pangan tersebut
dilakukan pengujian kadar protein terhadap suatu bahan. Pengujian kadar
protein suatu bahan pangan, dapat dilakukan dengan dua pengujian. Salah
satunya adalah dengan uji pengaruh penambahan pelarut organik terhadap
protein yang berguna untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya protein.
Pengujian kualitatif ini dapat dilakukan dengan berbagai metode salah
satunya dengan pengendapan alkohol. Untuk mengetahui kandungan
protein pada suatu bahan pangan, maka dilakukanlah praktikum ini dengan
menggunakan metode pengendapan alkohol. Protein dapat diendapkan
dengan penambahan alkohol. Pelarut organik seperti etanol dan aquades
akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga
kelarutan protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi
dengan protein terhadap air.
14
3.1.2 Tujuan
3.2.1.2 Aquades
16
3.3 METODE PENELITIAN
3.3.1 Alat dan Bahan
3.3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3.3.1.2 Bahan
1. Cairan Putih Telur
2. Larutan etanol ( 95-96%)
3. Larutan aquades
3.3.2 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan uji coba
2. Meneteskan 3 ml cairan putih telur kedalam dalam tabung reaksi
3. Meneteskan 0,5 ml larutan etanol (95-96%) pada tabung reaksi pertama
4. Meneteskan 1 ml larutan etanol (95-96%) pada tabung reaksi kedua
5. Meneteskan 1 ml larutan aquades pada tabung reaksi ketiga
6. Mengocok ketiga tabung reaksi
7. Mengamati perubahan yang terjadi
3.4.2. Pembahasan
17
Tabung yang ditambahkan etanol 95-96% sebanyak 0,5 berubah
menjadi lebih keruh. Pada segi viskositas, putih telur tersebut memiliki
tekstur yang lebih kental. Endapan tidak timbul ketika penambahan etanol,
akan tetapi terbentuk padatan putih diatas cairan putih telur. Tabung kedua,
yaitu tabung dengan etanol 95-96% sebanyak 1 ml berubah menjadi lebih
keruh. Selain itu, putih telur pada tabung tersebut juga berubah menjadi
lebih kental tetapi tidak ada timbul endapan. Padatan putih pada tabung
kedua terbentuk lebih banyak dari pada tabung pertama. Terakhir, pada
tabung ketiga yang ditambahkan aquades sebanyak 1 ml, tidak terjadi
perubahan baik pada segi kekeruhan, viskositas, timbulnya endapan, dan
pembentukan padatan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa
penambahan etanol memberikan pengaruh kejernihan, viskositas dan
pembentukan padatan pada protein. Protein berubah menjadi keruh ketika
ditambahkan dengan alkohol menunjukan adanya hasil positif. Perubahan
viskositas dan pembentukan padatan menunjukan hasil yang cukup
signifikan ketika ditambahkan alkohol. Hal ini terjadi karena protein
mengalami denaturasi. Denaturasi pada protein akan menyebabkan
perubahan pada sifat fisika-kimia protein. Apabila protein diberikan
alkohol, maka alkohol akan menarik mantel air yang melingkupi molekul –
molekul protein sehingga akan terbentuk gumpalan. Tidak ada endapan
yang muncul pada tabung yang disebabkan karena tidak ada proses salting
out atau pemisahan protein. Salting out akan terjadi bila protein
ditambahkan oleh garam sehingga daya larut protein akan berkurang.
18
3.5 KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Adani, S. I., & Pujiastuti, Y. A. (2018). Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada Proses
Destilasi untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Jurnal Chemurgy, 1(1), 31-35.
Marfira, N., Giga, G. G., & Puspa, J. P. (2018). Pengendapan, Koagulasi dan Denaturasi
pada Protein. Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Nastiti Kartikorini, S. T. (2017). Pengaruh Lama Perendaman Dengan Perasan Jeruk
Lemon Dan Garam Dapur Terhadap Kadar Protein Tahu.
22
LAMPIRAN
23
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROTEIN
24
UJI PENGARUH PENAMBAHAN PELARUT ORGANIK TERHADAP PROTEIN
25