Oleh :
SITI AMINAH
NIM. 2006114052
Asisten :
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
protein. Protein merupakan jenis zat gizi yang diperlukan tubuh untuk
menggantikan sel-sel yang rusak dan juga untuk pertumbuhan.
Tiap protein mempunyai urutan sisa asam amino tertentu dalam
rantainya, yang sebagian besar menentukan sifat-sifat biologis dan
fisiokimianya. Proses denaturasi yang terjadi itu dapat terjadi oleh banyak
bahan. Termasuk di dalamnya adalah panas dan bahan kimia yang merusak
ikatan hidrogen dalam protein tersebut. Terdapat banyaknya konformasi
antara asli molekul protein dan konformasi dimana protein ada dalam
keadaan rambang semurna meruang. Pada konformasi terakhir ini, protein
dikatakan mengalami denaturasi sempurna. Akan tetapi, terjadinya keadaan
rambang sempurna rantai protein tidak harus berarti hilangnya fungsi
biologis. Fungsi biologis memiliki aktivitas maksimum pada keadaan
aslinya, dan suatu perubahan dalam struktur yang menyebabkan
hilangnya fungsi alami protein tersebut
Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya,
sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu
protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat
menggunakan beberapa prinsip. Prinsip tersebut diantaranya uji biuret,
pengendapan dengan logam, pengendapan dengan garam, pengendapan dengan
alkohol, uji koagulasi dan denaturasi protein. Oleh karena itu, perlu dilakukan
praktikum ini untuk mengetahui proses terjadinya denaturasi protein.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dilakukan praktikum berjudul
Reaksi Denaturasi.
1.2 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan dilakukannya
praktikum ini adalah untuk mengetahui reaksi denaturasi yang terjadi serta
melakukan pengamatan terhadap uji pH, waktu terjadinya
denaturasi/pengumpalan untuk masing masing perlakuan dan uji penampakan
dan warna.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
II TINJAUAN PUSTAKA
Susu kedelai ini memiliki komposisi asam amino yang hampir sama dengan
susu sapi. Susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi orang
yang alergi terhadap protein hewani, yaitu orang – orang yang tidak punya atau
kekurangan enzim laktase (α galaktosidase) dalam saluran pencernaannya sehingga
tidak mampu mencerna laktosa yang terkandung dalam susu sapi (Koswara,
1997:5). Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip susu sapi
sehingga dapat dijadikan pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi
(lactoseintolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
(3,9%), protein (3,3%), dan mineral (0,7%). Susu yang rentan akan kontaminasi
bakteri memerlukan pengolahan agar tidak mudah rusak (Eniza, 2004). Susu yang
diproses secara UHT dapat mempertahankan nilai gizi lebih baik daripada
pengolahan lainnya. Susu UHT disebut juga sterlisasi yaitu susu yang dipasteurisasi
dengan menggunakan Ultra High Temperature (UHT),1430C dalam detik, diolah
menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi (135- 1450C) dalam waktu singkat
selama 2-5 detik. Pemanasan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh seluruh
mikroorganisme (baik pembusuk maupun patogen). Waktu pemanasan yang
singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk
mendapatkan warna, aroma, dan rasa yang relatif tidak berubah, seperti susu
segarnya (Ide, 2008).
2.4 Cuka
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi
rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3– COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat pekat ( asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis
tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Cuka mengandung 3–9% volume
asam asetat, menjadikannya asam asetat adalah komponen utama cuka selain air.
Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain diproduksi untuk cuka
konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk
polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam lemah,
asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyerang kulit (Fiwka, 2016).
Menurut Masriatini (2016) Cuka adalah larutan encer asam asetat yang dihasilkan
melalui dua tahap fermentasi, yaitu proses fermentasi gula menjadi etanol oleh sel
khamir dan proses oksidasi etanol menjadi asam asetat oleh bakteri asam asetat.
Cuka dapat dibuat dari berbagai jenis bahan yang menghasilkan larutan atau sari
(juice) yang mengandung gula, terutama jenis gula yang dapat difermentasikan,
antara lain buah – buahan.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
2.4 Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani “proteios” yang berarti pertama atau utama.
Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari
sel. Protein menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem
komunikasi antar sel serta sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel.
Karena itulah sebagian besar aktivitas penelitian biokimia tertuju pada protein
khususnya hormon, antibodi, dan enzim (Fatchiyah, 2011). Protein adalah zat
makanan yang mengandung nitrogen yang diyakini sebagai faktor penting untuk
fungsi tubuh, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa protein (Muchtadi,
2010).
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan berbagai
panjang dari dua asam amino (dipeptida), 4-10 peptida (oligopeptida), dan lebih
dari 10 asam amino (polipeptida) (Gandy, J.W., 2014). Tiap jenis protein
mempunyai perbedaan jumlah dan distribusi jenis asam amino penyusunnya.
Berdasarkan susunan atomnya, protein mengandung 50 – 55% atom karbon (C), 20
– 23% atom oksigen (O), 12 – 19% atom nitrogen (N), 6 – 7% atom hidrogen (H),
dan 0,2 – 0,3% atom sulfur (S) (Estiasih, T., 2016).
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis
asam aminonya. Protein memiliki berat molekul yang sangat besar sehingga bila
protein dilarutkan dalam air akan membentuk suatu dispersi koloidal. Protein dapat
dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran asam-
asam amino (Winarno, 2004). Sebagian besar protein bila dilarutkan dalam air akan
membentuk dispersi koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui
membran semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula
yang sukar larut. Namun, semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organik
seperti eter, kloroform, atau benzena (Yazid, 2006)
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
III METODOLOGI
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
4.1 Rendemen
Rata-Rata
Parameter
Kelompok 1&6 Kelompok 2&4 Kelompok 3&5
Rendemen 80%
60% 70%
4.2 Endapan
Pengendapan protein oleh asam asetat terjadi cukup cepat karena adanya
panas. Pertamatama akan terjadi presipitasi yaitu pembentukan presipitat atau
partikel kecil yang melayanglayang dalam larutan dan dapat mengendap dalam
waktu singkat (Suwedo, 1994). Presipitat tersebut akan saling tergabung
membentuk agregat (partikel yang lebih besar) dari presipitat tapi belum
mengendap. Jika jumlah agregat terus bertambah maka akan saling membentuk
endapan. Adanya ion H+ menyebabkan sebagian jembatan atau ikatan peptida
terputus. Dalam suasana asam, ion H+ akan bereaksi dengan gugus COO–
membentuk COOH sedangkan sisanya (asam) akan berikatan dengan gugus amino
NH2 membentuk NH3 + , sehingga apabila larutan peptida dalam keadaan
isoelektris diberi asam akan menyebabkan bertambahnya gugus bermuatan yang
membentuk afinitas terhadap air dan kelarutan dalam air
4.3 pH
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Derajat keasaman atau pH merupakan pH adalah derajat keasaman
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu
zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7
menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan
keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14
menunjukkan derajat kebasaan tertinggi
Nama Kelompok pH
Susu UHT 3
Kelompok 1
Susu Kedelai 3
Susu UHT 4
Kelompok 2
Susu Kedelai 4
Susu UHT 3
Kelompok 3
Susu Kedelai 3
Susu UHT 4
Kelompok 4
Susu Kedelai 4
Susu UHT 3
Kelompok 5
Susu Kedelai 3
Susu UHT 4
Kelompok 6
Susu Kedelai 4
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
rendah dihasilkan oleh susu UHT dengan rata rata pH yang dihasilkan oleh susu
UHT yaitu 4 hal ini dipengaruhi oleh rasa asam. Rasa masam pada susu kedelai
disebabkan oleh terhambatnya oksidasi senyawa-senyawa asam lemak tidak jenuh
akibat penyimpanan pada suhu beku, tetapi hal ini juga dapat memperpanjang umur
simpan susu kedelai. Sedangkan pH tertinggi yaitu pada 3 pH mempengaruhi
banyak reaksi kimia dan enzimatik pH yang tinggi biasanya diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba atau proses enzimatik. Sebaliknya perubahan
pH yang relatif kecil dapat menyebabkan perubahan kualitas pada makanan.
Kisaran nilai pH yang diperoleh pada praktikum reaksi denaturasi ini adalah 3
sampai 5 , dan hal ini menunjukkan kondisi susu reaksi denaturasi yang tidak terlalu
asam atau netral.
4.4 Warna
Warna merupakan atribut fisik yang dinilai terlebih dahulu dalam penentuan
mutu makanan dan terkadang bisa dijadikan ukuran untuk menentukan cita rasa,
tekstur, nilai gizi dan sifat mikrobiologis (Nurhadi dan Nurhasanah,2010). Warna
mempengaruhi penerimaan suatu bahan pangan, karena umumnya penerimaan
bahan yang pertama kali dilihat adalah warna. Warna yang menarik akan
meningkatkan penerimaan produk. Warna dapat mengalami perubahan saat
pemasakan. Disebabkan oleh hilangnya sebagian pigmen akibat pelepasan cairan
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
sel pada saat pemasakan atau pengolahan, intensitas warna semakin menurun
(Moeljaningsih, 2011).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil uji organoleptik
warna dengan rata-rata pada Tabel 3 dibawah ini.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata rata warna yang
dihasilkan dari susu kedelai yang sudah terdenaturasi yaitu berwarna lebih putih hal
ini sesuai dengan pendapat Triyono (2010) yang menyatakan bahwa, penambahan
asam dan panas akan mengakibatkan gumpalan yang banyak dengan intensitas
gumpalan protein yang cukup tinggi. Suhu yang cukup tinggi juga dapat
mengakibatkan terjadinya denaturasi protein. Terjadinya denaturasi protein dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pemanasan, pengadukan, asam atau basa
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
dan garam. Tiap faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
denaturasi protein. Pada saat proses penambahan asam dan pemanasan, akan terjadi
koagulasi dan protein akan terdenaturasi lebih lanjut pada saat proses pemanasan.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Yulistiani dan Nuryati (2011) yang menyatakan
bahwa, pada konsentrasi 15% maupun diatasnya, pH akan mendekati pH
isoelektrik, proses tersebut membuat protein semakin mudah untuk mengendap dan
semakin kehilangan kemampuan kelarutannya sehingga mengahasilkan warna yang
lebih putih.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
V KESIMPULAN
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
DAFTAR PUSTAKA
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Maharani, A., D. Kurniawati dan N. Aryanti. 2012. Pengaruh jenis agen pengendap
alami terhadap karakteristik tahu. J. Teknologi Kimia dan Industri,
1 (1) : 528 – 533.
Masriatini H. (2016). Asam Cuaka . Jakarta : Trans Info Media
Moeljaningsih. 2011. Pengaruh Penambahan Lesitin Terhadap Kualitas Permen
Muchtadi, T.R., et al. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. ALFABETA,
CV. IPB. Bogor
Ni’maturrohmah, W. 2014. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Pisang Kepok (Mussa
paradisiaca) Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cuka Organik Dengan
Penambahan Acetobacter acceti Dengan Konsentrasi yang Berbeda.
[Skripsi]. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 65 hal.
Nurhadi, B & Nurhasanah, S. 2010. Sifat Fisik Bahan Pangan. Bandung: Widya
Padjajaran
Sani, N. F. dima e,tiara dan hanin . 2014 ‘Effect of the combination of gelam honey
and ginger on oxidative stress and metabolic profile in
streptozotocin-induced diabetic sprague-dawley rats’, BioMed
Research International. Hindawi Publishing Corporation,(Dm). doi:
10.1155/2014/160695.
Santoso J. G .2016 uji formula yoghurt susu uht (ultra high temperature) dengan
penambahan daun katuk (sauropus androgynus)secara organoleptik.
Pendidikan Biologi . Universitas Sanata Darma. Yogyakarta.
Suwedo. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.
PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta
Syarif E. K., dan Harianto, B., 2011, Buku Pintar Beternak & Bisnis Sapi Perah, PT
AgroMedia Pustaka, Jakarta, 8-9.
Triyono.(2010). Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses
Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L).Seminar Rekayasa Kimia dan
Proses.ISSN:1411-4216
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno. F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Yazid, Estien & Nursanti, Lisda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta: C.V Andi Offse.
Yulistiani, Ratna dan Anna Nuryati. 2009. Efektifitas Asam Sitrat sebagai Bahan
Penggumpal dan Pengawet pada Produk Tahu. Jurnal Penelitian.
Universitas Veteran . 6(1): 10-17.
Yuniarifin, H, Bintoro VP, Suwarastuti A. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
LAMPIRAN
Kelompok 1&6
6 𝑚𝑙
Rendemen = x 100 %
10 𝑚𝑙
Rendemen = 60 %
Kelompok 2&5
7 𝑚𝑙
Rendemen = x 100 %
10 𝑚𝑙
Rendemen = 70 %
Kelompok 3&4
8 𝑚𝑙
Rendemen = x 100 %
10 𝑚𝑙
Rendemen = 80 %
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Lampiran 2. Diagram Alir Cara Kerja
Susu Kedelai
Dipanaskan ke dalam gelas beaker yang sudah berisi air di atas kompor pada
suhu sekitar 50-80 ̊C
Menggumpal dan
terdapat endapan
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Lampiran 3. Dokumentasi
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI