Disusun oleh:
PKA 2015
JURUSAN KIMIA
2017
I. Judul Percobaan : Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi Warna dari Protein
II. Tanggal Percobaan : 27 April 2017
III. Waktu Percobaan : 09.40 – 15.40 WIB
IV. Tujuan Percobaan : 1. Membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel
dan irreversibel
2. Membedakan reaksi denaturasi protein yag disebabkan
oleh asam, dan garam dari logam berat, serta
pemanasan berdasarkan pemanasan
3. Memahami penyebab terjadinya pengendapan pada
protein
4. Mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna
V. Dasar Teori
Kata protein sebenarnya berasal dari kata yunani yang berarti pertama yang
paling penting, asal dari kata protos. Protein adalah makromolekul yang secara fisik
dan fungsional kompleks yang melakukan beragam peran penting. Protein mengalami
perubahan fisik dan fungsional yang mencerminkan siklus hidup organisme tempat
protein berada. Protein biasanya “lahir” saat translasi, mengalami pematangan melalui
pengolahan pascatranslasi dan mati setelah diuraikan menjadi asam-asam amino
komponennya (Murray dkk, 2006).
Protein terdiri dari bermacam-macam golongan makromolekul heterogen.
Walaupun demikian semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan berat
molekul yang tinggi, secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang
terdiri dari polipeptida dengan berat molekkul yang tinggi. Secara kimia dapat
dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks
yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam
nukleat. Untuk protein kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan
keseluruhannya dinamakan haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan
banyak perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan,
pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam
yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida.
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar
antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein secara kimia lebih kompleks lagi,
tetapi seperti karbohidrat dan lipid, protein juga tersusun dari senyawa gabungan yang
sederhana. Semua protein mengandung atom karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen
serta protein-protein yang mengandung sulfur dan fosfor (Sloane, 2004). Atom-atom itu
membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan
antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein.
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak
dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor
belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga.
Protein mempunyai fungsi penting yaitu untuk pertumbuhan, memperbaiki sel
tubuh yang rusak, bahan pembentuk plasma kelenjar, hormone, dan enzim, cadangan
energi jika terjadi kekurangan, menjaga keseimbangan asam basa darah (Sandjaja,
2010).
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat
bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan
lainnya. Semua molekul dengan jenis protein tertentu mempunyai komposisi dan deret
asam amino dan panjang rantai polipeptida yang sama. Protein memiliki fungsi sebagai
berikut:
a.Enzim merupakan katalis biokimia
b. Pengukur pergerakan
c. Alat pengangkut dan penyimpan
d. Penunjang mekanisme tubuh
e. Pertahanan tubuh (imune atau anti-bodi)
f. Media perambatan impuls saraf
g. Pengendali pertumbuhan
https://www.google.co.id/search?q=reaksi+denaturasi+protein&safe=strict&source=ln
ms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwi3l92znM_TAhVEt48KHTVfDgcQ_AUICigB&
biw=1366&bih=613#imgrc=0tigfRdoUa81YM diakses pada 2 Mei 2017 pukul 0:38
WIB
Dalam basa :
PENGENDAPAN PROTEIN
Adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda
yang terdapat dalam struktur protein dapat menyebabkan terjadinya reaksi pengendapan
protein. Gugus-gugus fungsional tersebut mampu mengikat mlekul air melalui
pembentukan ikatan hydrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi dikarenakan
penambahan bahan-bahan kimia seperti garam-garam dan pelarut organic yang dapat
merubah sifat kelarutan protein dalam air.
a. Pengendapan dengan ammonium sulfat
Pengendapan yang dikarenakan penambahan asam sulfat pekat menyebabkan
terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses dehidrasi ini molekul
protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap. Protein
yang diendapkan dengan cara ini tidak mengalami perubahan kimia sehingga dapat
dengan mudah dilarutkan kembali melalui penambahan air. Pengendapan dengan
cara ini bersifat reversible.
b. Pengendapan karena asam mineral pekat
Perlakuan asam mineral pekat pada protein dapat menyebabkan terbentuknya
senyawa garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein. Pengaruh lainnya
dapat terjadi denaturasi irreversible dan diperoleh endapan protein. Namun pada
umumnya pengendapan dengan penambahan asam mineral kuat, kecuali HNO3
pekat, bersifat reversible.
c. Pengendapan protein oleh logam berat
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang
bermuatan negative. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi
reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap.
Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan alkali (NH3, NaOH, dll).
Sifat pengendapan protein ini adalah reversible.
Dari dasar reaksi ini protein sering kali dipakai sebagai obat penawar keracunan
logam-logam berat seperti merkuri, tembaga dan lain-lain.
REAKSI-REAKSI WARNA PROTEIN
1. Reaksi Biuret
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptide dan
protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk
senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide. Banyaknya asam
amino yang terikat pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa
dengan dipeptida memberikan warna merah. Beberapa protein yang mempunyai
gugus –CS-NH-, CH-NH- dalam molekulnya juga member tes warna positif dari
reaksi biuret ini membentuk suatu senyawa kompleks. Dengan reaksi berikut:
OH OH
HC NH 2 HC NH 2 HC NH 2
COOH C C
O O O
O
Cu
2. Pereaksi Xantoprotein
Reaksi warna Xantoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin
benzena dari asam amino penyusun protein. Tes dikatakan positif ditunjukkan
dengan warna kuning yang disebabkan terbentuknya suatu senyawa
polinotrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena, seperti tirosin, fenil alanin, triptofan.
Pada penambahan senyawa alkai warna kuning akan hilang dan berubah
menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol bereaksi
dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah warna kembali
menjadi kuning. Tes menunjukkan hasil positif dengan ditandai terbentuknya warna
kuning, dengan reaksi berikut:
3. Reaksi Ninhidrin
Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan warna
biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino
ninhidrin.
Warna biru-ungu dapat dipakai untuk menentukan asam amino secara
kuantitatif dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm. Dasar
reaksi ini dipakai dalam alat untuk penentuan asam amino. Reaksi ini terjadi pada
gugus asam amino bebas dari asam amino dengan ninhidrin yang dituliskan di
bawah ini:
4. Pereaksi Hopkins-Cole
Reaksi warna protein ini menunjukkan positif apabila ditandai dengan
terbentuknya cincin ungu pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaki.
Pebentukan cincin ini dikarenakan terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari
triptofan dengan aldehid. Aldehid disini diperoleh dari asam glioksalat yang diapaki
untuk test Adamkiewicz-Hopkins. Digunakan untuk menguji adanya asam amino
triptofan. Khususnya yang mengandung gugus indol.
5. Pereaksi Millon
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein
sehingga pada penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari
senyawa merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan
penambahan pereaksi Millon menghasilkan warna merah. Namun pereaksi ini tidak
spesifik karena juga memberikan tes positif warna merah dengan adany senyawa
fenol. Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein misalnya tirosin.
HIDROLISIS PROTEIN
Adanya penambahan alkali pada protein dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisis ikatan peptide dari polimer protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer-
monomer asam amino dan sebagian gugus amino yang berubah menjadi ammonia.
Akibat hidrolisis tersebut jumlah gugus amino berkurang. Jika dalam protein terdapat
gugus amino yang mempunyai atom S seperti Cistein dan Cistin dalam molekulnya
maka asam amino ini dapat tereliminasi ke dalam bentuk H2S. penambahan Pbdalam
suasana basa menjadi endapan PbS yang mudah diamati.
Pb2+ + 4OH- → PbO22- + 2 H2O
S2- + 2 H2O + PbO22- → PbS ↓ + 4OH-
protein5 mL larutan
protein
tabung reaksi
- Ditambah 2 tetes CH3COOH 1 N
- Dikocok
mengendapProtein
mengendap
- DiamatiDipanaskan dalam
penangas air selama 5 menit
- Diamati
Hasil
protein2-3 mL larutan
protein
dalam tabung reaksi
- Dipanaskan selama 1 menit
- Didinginkan
- Dibagi menjadi dua
1Tabung 2Tabung
1 2
mbah 1-2 tetes Dipanaskan
(NH4)2SO4
- Dipanaskan
Hasil Hasil
c. Denaturasi karena penambahan formaldehid
aquades1-1,5 mL formaldehid + 2 mL
aquades
- Ditambah larutan protein bertetes-tetes
- Diamati
Hasil
3 mL aquades
protein3-4 mL larutan
protein
(NH4)2SO4Dimasukkan dalam
tabung reaksi
- Ditambah 3-4 mL larutan jenuh
(NH4)2SO4
keruhLarutan
keruh
- DikocokDipindah larutan tersebut
dalam tabung reaksi lain
- Ditambah 2-3 mL aquades
- Dikocok
jernihLarutan
jernih
b. Pengendapan protein dengan asam mineral
1 mL HNO3 pekat mL HCl pekat
merah/unguLarutan
merah/ungu
b. Reaksi Ksanthoprotein c. Reaksi Ninhidrin
jinggaWarna
jingga
d. Reaksi Millon
protein3 mL larutan
protein
- Dimasukkan dalam tabung
reaksi 2
- Ditambah 1mL pereaksi
merkuri sulfat
- Dipanaskan
kuningEndapan
kuning
- DipanaskanDidinginkan
- Ditambah 1 tetes NaNO3 1 %
- Dipanaskan
merahWarna
merah
e. Reaksi Hopkin-Cole
mL larutan protein
- Ditambah 1 mL H2SO4
pekatDimasukkan dalam tabung
reaksi
- Ditambah 1 tetes formaldehid
encer
- Ditambah 1 tetes pereaksi
merkuri sulfat
- Ditambah
Terbentuk 1 mL H2SO4
2 lapisan pekat
(cincin ungu)
1 mL larutan protein
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
1. Denaturasi Protein Sebelum : Protein akan terdenaturasi dengan Protein pada susu dan telur
a. Denaturasi karena penambahan asam asetat Larutan putih telur ayam: penambahas asam membentuk endapan / dapat terdenaturasi dengan
berwarna sedikit kekuningan flake penambahan asam,
5 mL larutan
Susu : putih pemanasan dan penambahan
- Dimasukkan dalam tabung reaksi COO-
CH3COOH 1 N : tidak senyawa kimia seperti
- Ditambah 2 tetes CH3COOH 1 N H3N+ – C – H + H+
berwarna formaldehid hal ini
- DikocokDimasukkan dalam
Sesudah : R dibuktikan adanya endapan
Protein
- 5 mL susu + COOH
putih/ flake.
- Dipanaskan dalam penangas CH3COOH :
air selama 5 menit H3N+ – C – H
terdapat flake putih
R
- 5 mL telur +
Hasil CH3COOH :
terdapat flake putih
- Dipanaskan selama
5 menit :
Susu : flake
putih
Telur : flake
putih semakin
banyak
b. Denaturasi karena pemanasan Sebelum :
Larutan telur : larutan Protein terdenaturasi karena suhu tinggi,
2-3 mL larutan
berwarna sedikit kekuningan terbentuk endapan
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Dipanaskan selama 1 menit Susu : putih
- Didinginkan (NH4)2SO4 : tidak berwarna
- Dibagi menjadi duaDimasukkan Sesudah :
- Susu dipanaskan selama 1
Tabung Tabung menit berwarna putih
- Ditambah 1-2 - Dipanaskan - Telur dipanaskan selama 1
tetes (NH4)2SO4 menit terdapat flake/
- DipanaskanDita
endapan putih sedikit.
Hasil Hasil
- Dibagi menjadi 2 tabung :
Tabung 1 + (NH4)2SO4 :
Telur : terdapat endapan
putih (+)
Susu : larutan putih dan
endapan putih
----dipanaskan----
Telur : endapan putih
(++)
Susu : larutan putih dan
endapan putih
Tabung 2
Dipanaskan :
Susu : putih
Telur : endapan putih
H 2O
putih larutan ammonium
3-4 mL larutan Potein terhidrasi
Potein terdehidrasi sulfat dan endapan larut
Telur = larutan berwarna
H2O dengan penambahan
- Dimasukkan dalam tabung reaksi kuning
O
aquades dan bersifat
- Ditambah 3-4 mL larutan jenuh H2O R2
H3N+ CH C
reversible
(NH4)2SO4 = larutan tidak
N C COO-
R H (aq)
Larutan berwarna H
H 2O
Aquades = larutan tidak
- Dipindah larutan tersebut dalam
berwarna
tabung reaksi lain Potein terhidrasi
- Ditambah 2-3 mL aquades
NH4OH = dehidrasi protein. protein yang
diendapkan tidak mengalami perubahan
kimia sehingga mudah dilarutkan kembali
Larutan
melalui penambahan air (anwar, C, dkk :
1996)
b. Pengendapan protein dengan asam mineral HNO3 pekat = larutan O O Pengendapan dengan
R R2
H3N+ CH C 2 + HNO3 (aq) O2N C + H2O (l)
HNO3 bersifat
1 mL HNO3 pekat N C COOH
tidak berwarna R H (aq)
N C COOH
H H
H (s) irreversible
- Dimasukkan dalam tabung reaksi 1 Susu = larutan berwarna Sedangkan pengendapan
- Ditambah 1-1,5 mL larutan protein
putih O
dengan HCl bersifat
bertetes-tetes lewat dinding tabung R2
O
H3N+ CH C + HCl (aq) - +
Cl H3N CH C
R2 reversible.
- Didiamkan HClpekat = larutan tidak N C COO- N C COOH
R H (aq) R H (s)
berwarna H H
Cincin putih
Larutan telur = berwarna O O
R2 R2
- Dikocok kekuningan Cl- H3N+ CH C Cl- H3N+ CH C
N C COOH + HCl (aq) N C COOH
- Ditambah HNO3 pekat R H (s) berlebih R H (aq)
H H
Endapan lebih banyak
1 mL HCl pekat1
Cincin
- Dikocok
Larutan
c. Pengendapan protein dengan logam berat
1-1,5 mL larutan Susu = larutan berwarna O O Pengendapan dengan
1-1,5 mL larutan R2 R2 + SO42- (aq)
Hg H2N CH C
protein protein1-1,5 mL 2 H2N CH C
N C COO-
+ HgSO4 (aq) N C COO logam berat bersifat
putih R H
R H 2 (s)
H
(aq) H reversible. Pengendapan
- Dimasukkan dalam - Dimasukkan dalam Telur = larutan kekuninga terjadi apabila protein
tabung reaksi 1 tabung reaksi 1
berada dalam bentuk
CuSO4 = larutan berwarna O
- Ditambah CuSO4 tetes O R2 isoelektrik yang
- Ditambah Pb-asetat R2 Zn H2N CH C + SO42- (aq)
demi tetes biru 2 H2N CH C
N C COO-
+ ZnSO4 (aq) N C COO bermuatan negaatif.
tetes demi tetes R H (aq) R H 2 (s)
H H
- Dikocok - Dikocok ZnSO4 = larutan tidak
- Dimasukkan dalam berwarna
tabung reaksi 1 O
O R2
- Ditambah Pb-asetat R2 Pb H2N CH C + 2 OAc- (aq)
H N
2 2 C CH + Pb(OAc)2 (aq) N C COO
N C COO- R H
FeSO4 = larutan tidak R H (aq) H 2 (s)
Endapan Endapan H
biru putihEndapa berwarna
O
- Ditambah CuSO4 - Ditambah Pb- O
R2 R2 + SO42- (aq)
H
2 2 N CH C + CuSO4 (aq) Cu H2N CH C
asetatDitambah N C COO- N C COO
Pbasetat = larutan tidak R H (aq)
R H 2 (s)
H H
Endapan
berwarna
Endapan
larut larutEnda HgSO4 = larutan berwarna
kuning O O
R2 R2 + SO42- (aq)
+ FeSO4 (aq) Fe H2N CH C
2 H2N CH C N C COO
N C COO- R H
R H (aq) H 2 (s)
- Diulangi percobaan dengan H
Hasil
4. Reaksi warna protein
a. Reaksi biuret Sebelum :
- Larutan protein : Protein + Cu2+ Reaksi biuret :
3 mL larutan telur : sedikit polipeptida Pada protein telur dan
kekuningan
O susu mengandung
- Dimasukkan dalam tabung reaksi susu : putih cair H2 O
- NaOH 40% : larutan HC NH C C NH
peptida. Yang
- Ditambah 1 mL NaOH 40%
- Ditambah bertetes tetes CuSO4 tidak berwarna
Cu2+ ditunjukkan dengan
- CuSO4 0,5% : larutan
berwarna biru H2 adanya perubahan warna
Larutan HC NH C C NH
Sesudah :
O O menjadi ungu (kompleks)
- Telur + NaOH 40% =
larutan tidak berwarna kompleks warna ungu
- + CuSO4 0,5% :
Reaksi biuret adalah reaksi warna yang
larutan berwarna ungu
tua (4 tetes) umum untuk gugus peptida dan protein.
- Susu + NaOH 40% =
Reaksi positif ditandai dengan terbentuk
tetap berwarna putih
- + CuSO4 : larutan nya warna ungu pada larutan sebagai
berwarna ungu muda
tanda terbentuknya senyawa kompleks
keruh (3 tetes)
antara Cu2+ dengan N dari molekul ikatan
peptida. Semakin banyak asam amino
pada ikatan peptida maka semakin pekat
warnanya.
H2 H
C C COOH + HNO3
NH2
fenilalanin
b. Reaksi Ksantoprotein H2 H
Sebelum : C C COOH
3 mL larutan NH2 Reaksi Ksanthoprotein :
- Larutan protein : NO2
telur : sedikit Pada protein telur dan
- Dimasukkan dalam tabung fenilalanin ternitrasi (kuning)
kekuningan
reaksi 2 susu terbentuk senyawa
susu : putih cair
- Ditambah 1mL HNO3 - HNO3 pekat : larutan polinitro benzene dari
pekat tidak berwarna Reaksi ksanthoprotein dapat terjadi
- Dipanaskan asam amino yang ditandai
- Ammonia (NH3) pekat : karena reaksi nitasi pada inti benzena dari
larutan tidak berwarna dengan adanya warna
Larutan asam amino. Setelah ditambah amonia
kuning.
Sesudah : warna kuning hilang dan berubah
- Didinginkan
- Telur + HNO3 pekat :
- Ditambah ammonia hingga menjadi jingga karena sifat keasaman
terdapat endapan putih
dan larutan warna fenol bereaksi dengan ammonia.
Warna sedikit kuning.
- Dipanaskan : larutan
berwarna kuning,
terdapat endapan putih
protein
- +NH3 pekat : larutan
berwarna jingga pada
permukaan endapan
(jumlah NH3 : 5 tetes)
- Larutan susu + HNO3
pekat : terdapat endapan
putih dan larutan warna
sedikit kuning.
Dipanaskan : larutan
berwarna kuning,
terdapat endapan putih
protein
- +NH3 pekat : larutan
berwarna jingga pada
permukaan endapan
(jumlah NH3 : 4 tetes)
Sumber : http://vickypang.weebly.com/unit-2.html
R R
R R
3. Pengendapan Protein
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengendapan protein pada protein susu
sapi dan putih telur.
a. Pengendapan protein dengan (NH4)2SO4
Protein susu sapi
4 mL larutan susu sapi berwarna putih dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Kemudian ditambah 4 mL larutan jenuh (NH4)2SO4 tak berwarna lalu
dikocok secara pelan – pelan sehingga menjadikan larutan keruh dan terdapat
endapan putih. Selanjutnya larutan tersebut diambil 1 mL dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi lain, lalu ditambahkan 3 mL aquades tidak berwarna dan
dikocok. Setelah dikocok diamati endapan menjadi larut. Penambahan
(NH4)2SO4 menyebabkan terjadinya dehidrasi protein kehilangan air. Akibat
proses dehidrasi ini molekul protein mempunyai kelarutan paling kecil dan
akan mudah mengendap. Reaksi ini bersifat reversible, sehingga endapan
dapat berubah menjadi larutan ketika ditambahkan air berlebih
Protein putih telur
4 mL putih telur yang berwarna kekuningan dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Kemudian ditambah 4 mL larutan jenuh (NH4)2SO4 dan
campuran tersebut dikocok menjadi larutan keruh dan terdapat endapan putih.
Selanjutnya larutan tersebut diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lain, ditambah 3 mL aquades dan dikocok. Setelah dikocok larutan
menjadi jernih. Penambahan (NH4)2SO4 menyebabkan terjadinya dehidrasi
protein sehingga molekul protein mempunyai kelarutan paling kecil dan akan
mudah mengendap. Reaksi ini bersifat reversible, sehingga endapan dapat
berubah menjadi larutan ketika ditambahkan air berlebih
Reaksi sebagai berikut :
O
H2 O
HC NH C C NH
3. Reaksi Ninhidrin
Protein Putih Telur
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengambil 1 mL
larutan protein putih telur yang berwarna sedikit kekuningan dan dimasukkan ke
tabung reaksi. Kemudian diatur pHnya hingga tepat pH 7 yaitu netral dengan
cara diuji dengan indikator universal. Menambahkan larutan NaOH jika larutan
protein terlalu asam dan menambahkan larutan asam asetat jika terlalu basa.
Setelah itu ditambahkan 10 tetes larutan ninhidrin 0,2%. Setelah ditambah
larutan ninhidrin dihasilkan larutan tidak berwarna. Kemudian tabung reaksi
dipanaskan di atas penangas air pada suhu 100˚C selama 10 menit atau sampai
terjadi reaksi. Dengan pemanasan tersebut dihasilkan larutan berwarna ungu
membentuk kompleks ungu ruheman. Sehingga protein pada telur mengandung
asam α-amino.
Protein Susu
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengambil 1 mL
larutan protein susu yang berwarna putih dan dimasukkan ke tabung reaksi.
Kemudian diatur pHnya hingga tepat pH 7 yaitu netral dengan cara diuji
dengan indikator universal. Menambahkan larutan NaOH jika larutan protein
terlalu asam dan menambahkan larutan asam asetat jika terlalu basa. Setelah itu
ditambahkan 10 tetes larutan ninhidrin 0,2%. Setelah ditambah larutan ninhidrin
dihasilkan larutan berwarna putih pudar. Kemudian tabung reaksi dipanaskan di
atas penangas air pada suhu 100˚C selama 10 menit atau sampai terjadi reaksi.
Dengan pemanasan tersebut dihasilkan larutan berwarna ungu kebiruan
membentuk kompleks ungu ruheman. Sehingga protein susu mengandung asam
α-amino.
O O
O O
kompleks ungu Ruheman (biru-ungu)
4. Reaksi Millon
Protein Putih Telur
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengambil 2 mL
larutan protein putih telur yang berwarna sedikit kekuningan dan dimasukkan ke
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi millon tidak berwarna.
Setelah ditambah pereaksi tersebut dihasilkan larutan tidak berwarna. Lalu
dipanaskan tabung reaski pada penangas air dan terbentuk endapan berwarna
merah. Hal ini menunjukkan bahwa protein pada telur mengandung
tirosin/triptofan dan juga gugus fenol.
Protein Susu
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengambil 2 mL
larutan protein putih telur yang berwarna putih dan dimasukkan ke tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi millon tidak berwarna. Setelah
ditambah pereaksi tersebut dihasilkan larutan tetap putih. Lalu dipanaskan
tabung reaski pada penangas air dan terbentuk endapan berwarna merah. Hal ini
menunjukkan bahwa protein pada telur mengandung tirosin/triptofan dan juga
gugus fenol.
H HNO3 H Hg2+
HO C COOH HO C COOH
NH2 O N NH2
H NH2
N O
O O
H2 C CH C OH
H
HO C C C Hg2+ H2
O O N O
H O
NH2
kompleks merah
5. Reaksi Hopkin-Cole
Protein Putih Telur
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengambil 1 mL
larutan protein putih telur yang berwarna sedikit kekuningan dan dimasukkan ke
tabung reaksi. Lalu ditambahkan 1 tetes formaldehid encer yang tidak
berwarna. Dan dihasilkan larutan tidak berwarna pada tabung reaksi. Setelah itu
ditambahkan 1 tetes pereaksi merkuri sulfat yang sedikir berwarna kuning. Dan
dihasilkan larutan tetap tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 1 mL H2SO4
pekat melalui dinding tabung reaksi yang dimiringkan. Setelah ditambah H2SO4
pekat dihasilkan adanya du lapisan yaitu endapan putih dan larutan berwarna
coklat dimana endapan putih yang berada diatas larutan yang berwarna coklat.
Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa akan terbentuknya dua lapisan, yaitu
terlihat cincin ungu dan larutan berwarna ungu kecoklatan.
Protein Susu
Pada percobaan ini yang dilakukan pertama kali adalah mengambil 1 mL
larutan protein susu yang berwarna putih dan dimasukkan ke tabung reaksi.
Lalu ditambahkan 1 tetes formaldehid encer yang tidak berwarna. Dan
dihasilkan larutan tetap putih pada tabung reaksi. Setelah itu ditambahkan 1
tetes pereaksi merkuri sulfat yang sedikir berwarna kuning. Dan dihasilkan
larutan tetap putih. Kemudian ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi yang dimiringkan. Setelah ditambah H2SO4 pekat dihasilkan
adanya du lapisan yaitu endapan putih dan larutan berwarna kuning kecoklatan
dimana endapan putih yang berada diatas larutan kuning kecoklatan. Hal ini
tidak sesuai dengan teori bahwa akan terbentuknya dua lapisan, yaitu terlihat
cincin ungu dan larutan berwarna ungu kecoklatan.
Hasil positif reaksi pada percobaan ini adalah terbentuknya cincin ungu
pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaksi. Pembentukan cincin
ini dikarenakan terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari triptofan dengan gugus
aldehida dari asam glioksilat dalam suasana asam sulfat. Triptofan merupakan
satu-satunya asam amino yang mengandung gugus indol. Apabila hasil reaksi
menunjukkan adanya cincin ungu, maka protein mengandung inti indol dari
triptofan dengan aldehid. Persamaan reaksinya adalah
O
H H
CH2 CHCOOH
C
H COOH
+
NH 2 O NH2
N
C N
H H
asam amino triptofan H
Asam 2,3,4,5 – 𝛽 –
asam glioksilat karbolin - 4 - karboksilat
5. Hidrolisis Protein
Protein Putih Telur
Pada percobaan ini langkah pertama adalah memasukkan 1 mL protein
putih telur berwarna sedikit kekuningan ke dalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 1 mL NaOH 40%. Pada tabung reaksi dihasilkan larutan keruh.
Langkah selanjutnya adalah tabung reaksi dipanaskan diatas penangas air selama 1
menit. Dihasilkan larutan yang semakin keruh. Kemudian ditambahkan 1 tetes
PbSO4 yang tidak berwarna. Tabung reaksi dihasilkan larutan berwarna kehitaman
(keruh). Fungsi penambahan NaOH yaitu menghidrolisis ikatan peptida dari
polimer protein dan pada hidrolisis menghasilkan monomer asam amino. Pada
larutan protein menghasilkan warna kehitaman hal ini dikarenakan atom S bereaksi
asam asetat dan membentuk endapan PbS.
Protein Susu
X. Diskusi
Pada percobaan reaksi Hopkin-cole terdapat ketidaksesuaian hasil dengan teori.
Berdasarkan teori, protein pada putih telur dan susu terbentuk 2 lapisan (cincin ungu).
Namun pada percobaan kami tidak terbentuk cincin ungu. Hal ini dikarenakan pada
pereaksi merkuri sulfat yang digunakan tidak dalam keadaan baik atau telah rusak
sehingga tidak mampu memperoleh hasil yang seharusnya. Sehingga harus memakai
pereaksi merkuri sulfat yang masih baru. Dalam hal ini harus dilakukan pembuatan
pereaksi merkuri sulfat sehingga digunakan dalam keadaan yang masih baru.
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Protein pada susu maupun telur dapat terdenaturasi karena penambahan asam, hal
ini ditunjukkan dengan adanya endapan putih pada kedua larutan protein.
2. Protein dapat mengalami denaturasi karena pemanasan. Denaturasi protein susu dan
telur ditujukkan dengan adanya endapan putih.
3. Protein pada susu dan telur mengalami denaturasi karena adanya penambahan
senyawa formadehid. Denaturasi tersebut bersifat irreversibel yang ditandai dengan
adanya endapan putih.
4. Protein dapat bereaksi dengan asam dan dapat bereaksi pula dengan basa. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa protein bersifat amfoter.
5. Protein akan mengendap dengan penambahan larutan (NH4)2SO4 dan endapan larut
dengan penambahan aquadest bersifat reversible
6. Pengendapan dengan HNO3 bersifat irreversible sedangkan pengendapan dengan
HCl bersifat reversible
7. Pengendapan dengan logam berat bersifat reversible. Pengendapan terjadi apabila
protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negative.
8. Pada uji warna protein dengan reaksi biuret, menunjukkan hasil bahwa protein telur
dan susu mengandung peptida. Yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna
menjadi ungu (kompleks)
9. Penambahan NaOH akan menghidrolisis ikatan peptida dari polimer protein dan
menghasilkan monomer asam amino. Pada sampel protein mengandung sulfur hal
ini ditandai dengan larutan berwarna kehitaman menunjukkan adanya endapan PbS.
10. Pada uji warna protein dengan reaksi ksanthoprotein, menunjukkan hasil bahwa
protein telur dan susu terbentuk senyawa polinitro benzene dari asam amino yang
ditandai dengan adanya warna kuning.
11. Pada uji warna protein dengan reaksi ninhidrin, menunjukkan hasil bahwa pada
protein telur dan susu mengandung asam amino yang ditandai dengan terbentuknya
warna biru-ungu
12. Pada uji warna protein dengan reaksi millon, menunjukkan hasil bahwa pada
protein telur dan susu mengandung gugus fenol yang ditandai dengan endapan
merah
13. Pada uji warna protein dengan reaksi hopkin-cole, menunjukkan hasil bahwa pada
protein telur dan susu mengandung inti indol dari triptofan dengan aldehid yang
ditandai dengan terbentuknya cincin ungu dan larutan berwarna ungu kecoklatan.
Namun pada percobaan kami tidak terbentuk cincin ungu.
XII. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan apa fungsi pengujian protein dengan masing-masing reagen uji (CuSO4,
HgCl2, HNO3, Pb-asetat)!
Jawab:
Fungsi uji protein dengan masing-masing reagen sebagai berikut:
a. CuSO4 digunakan untuk uji adanya logam berat pada protein yang ditandai
dengan adanya pengendapan apabila protein positif mengandung logam berat.
b. HgCl2 digunakan untuk uji protein yang mengandung gugus hidroksil phenil (-
OH).
c. HNO3 digunakan untuk uji adanya cincin benzene dari garam asam amino
penyusun protein, yaitu pada percobaan ini ketika asam nitrat pekat
ditambahkan dan menghasilkan turunan nitrobenzene.
d. Pb asetat digunakan untuk uji adanya asam amino sistein dan metionin, yaitu
dalam percobaan ini akan menghasilkan larutan warna hitam karena atom S
bereaksi dengan asam asetat membentuk endapan PbS.
2. Bagaimana pengaruh pelarut organik (aseton dan etanol) terhadap sifat denaturasi
protein?
Jawab:
Pengaruh pelarut organic (aseton, etanol) terhadap sifat denaturasi protein adalah
protein atau asam nukleat akan kehilangan struktur sekunder dan tersiernya karena
pelarut organic mengakibatkan protein dapat terdenaturasi.
HN NH
C=O O=C
b. Ikatan hydrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau –OH dan gugus C = O dalam ikatan peptide
atau –COO- dalam gugus R.
C = O - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -H – N
H-N C=O
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: DIKTI.
Fessenden, Ralp J. dan Joan S. Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Gilvery, et al. 1996. Biokimia suatu pendekatan fungsional. Edisi 3. Surabaya: Airlangga
University Press
Tim Dosen Kimia Organik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Organik III. Surabaya : Jurusan
Kimia FMIPA UNESA-PRESS
LAMPIRAN FOTO
1. Denaturasi Protein
No. FOTO KETERANGAN
1. Mempersiapkan sampel
susu sapi murni dan putih
telur ayam.
3 mL larutan protein
dimasukkan kedalam
tabung reaksi.
Dipanaskan selama 1
menit kemudian dibagi
menjadi 2 tabung.
Tabung pertama
ditambahkan (NH4)2SO4
Kemudian dipanaskan.
Dan tabung kedua juga
dipanaskan
Kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan
larutan protein tetes demi
tetes.
Hasil percobaan
2. Sifat Amfoter Protein
No. Gambar Keterangan
1 Pada suasana asam Memasukkan 3 mL aquades
kedalam 2 tabung reaksi
3. 4.
5. 6.