Jahe mengandung “fixed oil” sebanyak 3-4%, yang terdiri dari gingerol, shogaol
dan resin. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan rasa pedas pada jahe. Selain itu
jahe juga mengandung oleoresin yang menyebabkan rasa pedas. Oleoresin dapat
diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut yang menguap, misalnya
aseton, alkohol atau eter. Jumlah komponen dalam oleoresin yang dihasilkan
tergantung dari jenis pelarut yang digunakan.(Guenther,1987)
Cara ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan pada keadaan khusus
terutama untuk senyawa yang tidak begitu polar. Beberapa minyak atsiri yang
berbobot molekul rendah terlalu mudah larut dalam air untuk diekstraksi dengan
pelarut organik secara efisien. (Tim Dosen Kimia Organik, 2017:17) pada
percobaan ini cara ekstraksi dengan menggunakan metode Soxhletasi.
Soxhletasimerupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus (alat soxhlet), sehingga terjadi
ekstraksi konstan dan terus menerus dengan adanya pendingin balik (kondensor).
Disini, sampel disimpan/ ditaruh dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung
dengan pelarut yang ada dalam labu soxhletasi. Cara kerjanya adalah pelarut yang
ada didalam labu soxhletasi dipanaskan (menggunakan heating mentle), pelarut
akan menguap menuju kondensor dan terdinginkan oleh kondensor untuk
selanjutnya mengekstraksi sampel. Hasilnya pelarut telah membawa komponen-
komponen kimia diikuti adanya perubahan warna ekstrak untuk turun kedalam labu
soxhletasi, dan begitu seterusnya. Proses umumnya dilakukan selama kurang lebih
empat jam untuk mendapatkan ekstrak sempurna.
Berikutgambarsokhletdanbagian-bagiannya :
1. Harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan sempurna,
dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti : lilin, pigmen, senyawa albumin
dengan perkataan lain, pelarut harus bersifat selektif
2. Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, supaya pelarut mudah
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi. Namun titik didih pelarut tidak
boleh terlalu rendah, karena hal ini akan mengakibatkan hilangnya sebagian
pelarut akibat penguapan pada musim panas
3. Pelarut tidak boleh larut dalam air
4. Pelarut harus besifat netral, sehingga tidak boleh bereaksi dengan komponen
minyak bunga
5. Pelarut harus mempunya titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak akan
tertinggal dalam minyak
6. Harga pelarut harus serendah mungkin dan tidak mudah terbakar.
10 g serbuk jahe
Hasil ekstraksi
Ditimbang Diukur
Massa Residu
Dihitung
Rendemen
10 g serbuk jahe
Berat jahe
Berat jahe
Kadar air
3. Penentuan Kadar Air Mbotol vial: mjahe setelah Kadar air jahe Didapatkan kadar
10 g serbuk jahe 64,1 gram dioven pertama basah secara teori: air jahe basah
mjahe basah : kaliselama 1 88,17%. secara praktikum
Dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1 gram menit: 0,5 gram yaitu 5%.
110C selama 1 menit mjahe setelah Sumber: (Fathona,
Ditimbang dioven kedua kali Difa.2011)
Dicatat beratnya selama 1 menit:
0,5 gram
Berat jahe
mjahe setelah
Ditimbang lagi hingga diperoleh berat jahe dioven ketiga kali
yang konstan selama 1 menit:
Langkah selanjutnya yaitu mengukur indeks bias n-heksan dan minyak atsiri
jahe. Pengukuran dilakukan dengan alat pengukur indeks bias (refraktometer), yang
disesuaikan cahayanya. Sebelum menggunakan alat tersebut harus dipastikan bahwa
plat pada alat tersebut bersih yaitu dengan dicuci, dengan cara ditetesi dengan aquades.
Kemudian diteteskan sampel yang akan diuji peda plat kaca alat pengukur indeks bias
(refraktometer), setelah itu disesuaikan cahayanya hingga terang-gelap pada alat
tersebut. Sehingga pada pengukuran indeks bias n-heksana dan minyak atsiri berturut-
turut didapatkan indeks bias sebesar 1,3531352 dan 1,4536550. Hasil pengukuran
indeks bias n-heksan tidak sesuai dengan teori, yaitu sebesar 1,375. Sedangkan indeks
bias minyak jahe secara praktikum telah sesuai dengan indeks bias secara teori yaitu
sebesar 1,48-1,49.
Percobaan ketiga yaitu penentuan kadar air serbuk jahe. Pertama-tama
ditimbang 1 gram minyak jahe menggunakan neraca Ohauss. Sebelumnya ditimbang
terlebih dahulu kaca arloji yang digunakan untuk menimbang jahe basah, didapatkan
massa gelas beker sebesar 64,9 gram. Kemudian ditambahkan jahe basah sehingga
didapatkan massa total kaca arloji dan jahe basah sebesar 65,9 gram, yang berarti massa
serbuk jahe saja sebesar 1 gram. Serbuk jahe yang telah ditimbang tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110°C selama 1 menit. Setelah dioven selama 1
menit serbuk jahe ditimbang kembali sampai massa yang didapatkan konstan,
percobaan pengovenan serbuk jahe diulang hingga 5 kali. Pengulangan dilakukan agar
diperoleh massa jahe konstan sehingga kadar air yang akan ditentukan valid.
Padapercobaan ini didapatkan massa serbuk jahe konstan setelah dioven sebesar 0,5
gram. Kadar air ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
Kadar air pada jahe basah = (massa jahe awal – massa jahe konstan) × 100%
Kadar air yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebesar 50%. Kadar air yang
diperoleh secara praktikum telah sesuai dengan kadar air serbuk jahe secara teori yaitu
sebesar 88,17% (Fathona, Difa. 2011).
XI. DISKUSI :
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, terdapat beberapa data yang tidak
sesuai dengan teori, yaitu rendemen dan indeks bias n-heksana. Rendemen yang
diperoleh sebesar sebesar 0,4 gram. Presentase rendemen dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
Rendemen minyak atsiri jahe = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
sehingga didapatkan rendemen sebesar 4%. Rendemen yang dihasilkan tidak sesuai
dengan teori, yaitu sebesar 1,5 –3% (Anwar, dkk. 1994). Hal ini dikarenakan terjadi
kesalahan selama percobaan. Faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian data dengan
teori yaitu masih banyak pelarut n-heksan di dalam minyak jahe, kesalahan saat
praktikan pada saat penimbangan/kalibrasi serbuk jahe dengan gelas kimia, kesalahan
saat pengovenan serbuk jahe sehingga tidak didapatkan massa yang benar-benar konstan,
kesalahan membaca skala pada neraca ohauss, serta kurang bersihnya alat yang
digunakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi galat/ kesalahan pada saat praktikum
merupakan faktor yang paling mempengaruhi pada saat melakukan percobaan.
Pada pengukuran indeks bias n-heksan didapatkan indeks bias sebesar
1,3531352. Hasil pengukuran indeks bias n-heksan tidak sesuai dengan teori, yaitu
sebesar 1,375. Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam gas. Indeks bias juga merupakan perbandingan antara
kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada
suhu tertentu. Pada percobaan ini indeks bias minyak asiri berhubungan erat dengan
komponen-komponen yang tersusun dalam minyak asiri yang dihasilkan. Sama halnya
dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak asiri dapat memengaruhi nilai
indeks biasnya. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau
komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium minyak asiri akan
bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih besar. Ketidaksesuaian indeks bias
dari asam sulfat dengan jumlah konsentrasi yang telah diketahui, disebabkan oleh
kemungkinan faktor kesalahan melihat pengukuran pada refraktometer serta kesalahan
dari alat.
Menurut Guenther, nilai indeks bias juga dipengaruhi salah satunya dengan
adanya air dalam kendungan minyak tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks
bias yaitu :
- Suhu, semakin tinggi suhu maka semakin renggang molekul zat/sampel sehingga
zat/sampel semakin kecil.
- Tekanan, semakin besar tekanan maka keapatan molekul dalam zat/sampel semakin
rapat indeks bias zat/sampel semakin besar.
- Density (berat jenis), semakin besar density maka kerapatan molekul dalam
zat/sampel semakin rapat sehingga indeks bias zat/sampel semakin besar.
Pada percobaan perhitungan kadar air jahe basah didapatkan hasil 50%. Hasil
tersebut tidak sama dengan teori bahwa kadar air dalam jahe basah adalah 88,17%
(Fathona, Defi. 2011) dikarenakan lama waktu pengovenan pada praktikum yang
dilakukan hanya 1 menit, sedangkan lama waktu pengovenan yang efektif adalah 1 jam.
Sehingga didapatkan hasil yang mendekati dengan teori.
XII. KESIMPULAN :
1. Peralatan yang dapat digunakan dalam isolasi jahe adalah satu set alat ekstraksi
soxhlet yang terdiri dari pembakar (biasanya kompor listrik), labu dasar bulat yang
berisi pelarut, alat ekstraksi soxhlet sebagai tempat sampel, serta pendingin untuk
mendinginkan uap yang panas.
2. Bahan-bahan yang ibutuhkan untuk isolasi minyak jahe adalah serbuk jahe (dipilih
serbuk karena luas permukaan lebih besar) dan sudah kering (untuk mengurangi
kadar air dalam jahe sehigga hasil yang didapat maksimal), Na2SO4 anhidrat untuk
menyerap sisa air yang ada dalam minyak jahe, serta n-heksan sebagai pelarut
dengan titik didih yang rendah yaitu ± 69° C.
3. Untuk mengisolasi minyak jahe dari rimpang jahe dapat digunakan metode
ekstraksi pelarut yang prinsip dasarnya adalah untuk memisahkan komponen
minyak jahe dari campurannya dengan pelarut yang mudah menguap. Ekstraksi
soxhlet digunakan karena sampel berupa padatan. Dan ekstraksi soxhet ini lebih
mudah serta lebih efisen.
4. Data yang diperoleh dari percobaan ini kurang sesuai dengan teori, namun
rendemen dan indeks bias n-heksan tidak sesuai dengan teori yang telah dibahas
pada bab diskusi.
Shogaol
LAMPIRAN 1
Perhitungan
= 4%
LAMPIRAN 2
Dokumentasi Praktikum