Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

ISOLASI MINYAK ATSIRI DARI CENGKEH

Oleh:
Nabila Fatin Aisiah
M0614026
S1 Farmasi 2014

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2016
Laporan Percobaan II
Isolasi Minyak Atsiri dari Cengkeh

I. Tujuan
Dapat mengisolasi minyak atsiri dengan cara penyulingan dan ekstraksi dari cengkeh

II. Dasar Teori


Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman cengkeh
(Syzigium aromaticum), yang termasuk dalam famili Myrtaceae, yang banyak ditanam di
Indonesia, India dan Madagaskar. Minyak cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagai
agen perasa dan pemberi aroma pada berbagai makanan dan campuran dalam rokok kretek
karena aroma dan rasanya yang kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki
aktivitas biologis karena mengandung eugenol dengan kadar tinggi, yaitu sebagai
antiseptik dan analgesik pada 270 pengobatan gigi dan mulut, antifungal, antibakteri,
antioksidan, antikarsinogen dan anti radikal bebas. Minyak cengkeh dapat diisolasi dari
daun (1-4%), batang (5-10%), maupun bunga cengkeh (10-20%). Minyak atsiri dari bunga
cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal karena rendemennnya tinggi dan
mengandung eugenol mencapai 80-90%. Kelimpahan komponen-komponen dalam
minyak cengkeh bergantung dari jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan metode analisa
yang digunakan. Minyak cengkeh umumnya diisolasi dari bunga cengkeh kering. Proses
pengeringan bertujuan sebagai teknik pengawetan bunga cengkeh setelah panen untuk
keperluan berbagai industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Bunga cengkeh segar
didistilasi dan dihasilkan minyak cengkeh dengan eugenol sebanyak 47,57%, β-karyofilen
35,42%, eugenil asetat 13,42%. Namun selama ini belum ada riset tentang pengaruh
pengeringan terhadap perubahan komponen dalam minyak cengkeh (Prianto et al, 2013).
Cengkeh (Syzygium aromaticum) umumnya didapatkan terutama di Indonesia,
Madagaskar dan Zanzibar, India, Pakistan dan Sri Lanka. Menurut FAO, Indonesia
memproduksi hampir 80% cengkeh yang dipasarkan di dunia pada tahun 2005. Cengkeh
mengandung eugenol (4-alel-2-methoxyphenol), yang merupakan konstituen utama dari
minyak esensial dan digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap sebagai
senyawa fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki tiga substituen (hidroksi,
metoksi dan allyl) yang mengalami reaksi substitusi elektrofilik aromatik melalui nitrasi.
Nitro-eugenol merupakan senyawa penting dalam produksi senyawa kimia lainnya seperti
aminoeugenol untuk sintesis lebih lanjut. Amino eugenol memiliki gugus amino (-NH2)
yang mudah bereaksi dengan karbon disulfida (Sudarma, 2015).
Senyawa alami dari ekstrak tumbuhan telah menjadi komponen penting dalam dunia
medis tradisional. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum verum), thyme (Thymus vulgaris),
oregano (Origanum glandulosum) dan cengkeh (Syzygium aromaticum) menjadi yang
paling banyak diteliti. Ekstrak spesifik dari tanaman ini memiliki aktivitas tinggi termasuk
trans-cinnamaldehyde dari kayu manis, timol dari thyme atau oregano dan eugenol dari
cengkeh. Senyawa alternatif lain yang sering dievaluasi ialah asam kaprilat yang terdapat
dalam susu dan minyak kelapa. Ekstrak ini menunjukkan khasiat melawan bakteri patogen
E. coli, Staphylococcus aureus. Salmonella spp dan Clostridium spp secara in vitro dan in
vivo (Donoghue et al, 2015).
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dari famili Myrtaceae merupakan tanaman
cemara dengan tinggi mulai dari 8-12m, daun bentuk persegi besar dan bunga berada pada
berbagai terminal cluster. Kuncup bunga cengkeh kering dari S. aromaticum telah
digunakan sebagai rempah-rempah dalam masakan di seluruh dunia. Manfaat penting
lainnya ialah tanaman tersebut telah digunakan sebagai obat masyarakat tradisional selama
berabad-abad untuk mengobati gangguan pencernaan, aterosklerosis, asma, batuk,
gangguan kulit, sakit kepala, infeksi pada gigi dan penyakit gusi, jerawat, luka, kudis,
gigitan serangga dan gangguan seksual pada laki-laki (Sultana et al, 2014).
Peralatan pada metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) pada umumnya
terdiri dari 3 bagian utama. Tiga bagian utama tersebut adalah alat penyulingan,
pendingin dan penampung kondensat. Alat penyulingan berfungsi sebagai tempat bahan
tanaman yang akan diproses. Dalam alat ini terdapat air yang berhubungan langsung
dengan bahan tanaman dan menguapkan minyak atsiri yang dikandungnya. Pendingin
berfungsi mengubah uap uap air yang mengandung uap minyak atsiri menjadi cairan.
Penampung kondensat berfungsi untuk memisahkan minyak atsiri dari air yang
terkondensasi secara sempurna. Kondensat mengalir dari pendingin ke penampung
kondensat dan akan terlihat minyak atsiri yang dihasilkan akan terpisah dari air
dengan sendirinya, karena berat jenis minyak atsiri lebih ringan dari pada air
(Sastrohamidjojo, 2004).

III. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Destilasi Stahl 1 buah
2. Gelas beaker 1 buah
3. Labu alas bulat 500ml 1 buah
4. Heating mantle 1 buah
5. Neraca analitik 1 buah
6. Batu didih 2 buah
7. Gelas ukur 1 buah
8. Pipet tetes 1 buah
9. Gelas 1 buah
10. Lampu UV 254 1 buah
11. Statif dan Klem 1 buah
12. Flakon 1 buah
13. Plat KLT 1 buah
14. Corong gelas 1 buah
b. Bahan
1. Cengkeh 100g
2. Aquades 450ml
3. N-Heksan 3ml
4. Kloroform 2ml
5. Vaselin qs
6. Kertas Saring 1 buah
c. Gambar Alat
IV. Cara Kerja

A. Isolasi minyak atsiri dengan destilasi stahl

Alat destilasi stahl

dirangkai

Rangkaian Alat Cengkeh 100 gram + 2 buah batu didih

Dimasukkan kedalam labu alas bulat

Sampel ditambah Aquades sampai merendam cengkeh

Diisolasi
Pelarut mulai berkurang

ditambahkan pelarut lagi melalui pipa


pelarut
Minyak atsiri

Ditimbang

Bobot minyak atsiri

Dihitung
%Rendemen
B. Analisis Kualitatif dengan KLT

Fase gerak Fase diam

N-Heksana:Kloroform = 3:2 Plat silika Gel GF 254nm

Dijenuhkan dalam  Dipotong, diberi


gelas jarak 1cm dari
batas atas dan
 Isolat minyak
ditotolkan pada batas
bawah

Gelas yang sudah jenuh Dimasukkan


Isolat siap dielusi
pelarut

Dielusi sampai pelarut


mencapai batas atas

Pelarut mencapai batas atas

Dideteksi dengan lampu UV 254 nm

spot tak berwarna

Dideteksi dengan pereaksi warna


anisaldehid asam-sulfat
Terbentuk spot berwarna

Dihitung

Nilai Rf
V. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Organoleptis
Bentuk Cairan berminyak
Bau Khas
Warna Kuning Jernih
Tekstur Halus

Rf
Sampel Jarak Spot Rf
Eugenol 1. 5,5cm 1. 0,687
2. 7,7cm 2. 0,962
Standar minyak cengkeh 5,5cm 0,687

Rendemen
Berat awal Berat Akhir % Rendemen
100g 0,5322g 0,53%

b. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan uji isolasi minyak atsiri dari sampel cengkeh.
Pada percobaan ini bertujuan untuk dapat mengisolasi minyak atsiri dengan cara
penyulingan dan ekstraksi dari cengkeh. Proses isolasi dilakukan dengan metode
destilasi menggunakan alat destilasi stahl dimana alat tersebut sesuai digunakan untuk
proses isolasi senyawa-senyawa volatil atau mudah menguap seperti minyak atsiri.
Cengkeh mengandung eugenol (4-etil-2-methoxyphenol), yang merupakan konstituen
utama dari minyak esensial dan digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol
dianggap sebagai senyawa fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki tiga
substituen (hidroksi, metoksi dan allyl) yang mengalami reaksi substitusi elektrofilik
aromatik melalui nitrasi. Nitro-eugenol merupakan senyawa penting dalam produksi
senyawa kimia lainnya seperti aminoeugenol untuk sintesis lebih lanjut. Amino eugenol
memiliki gugus amino (-NH2) yang mudah bereaksi dengan karbon disulfida (Sudarma,
2015). Struktur dari eugenol ialah:

Pada percobaan ini,digunakan sampel bunga cengkeh kering sebanyak 100g.


sampel cengkeh ditumbuk terlebih dahulu untuk mememarkan dan sedikit
menghaluskan untuk memperkecil ukurannya sehingga luas permukaan kontak dengan
penyari akan lebih banyak dan penyari dapat masuk ke dalam sel dan mengambil
senyawa aktif atau minyak atsiri dengan lebih optimum. Namun proses penggerusan
hanya dilakukan singkat dan tidak sampai terbentuk serbuk halus untuk mencegah
kerusakan sel dari cengkeh dan mencegah terbentuknya serbuk yang terlalu halus yang
justru akan mempersulit proses penyarian karena banyak sel yang telah pecah dan rusak
serta akan membentuk suspensi dengan adanya pelarut.
Sampel cengkeh yang digunakan akan diisolasi senyawa aktifnya berupa senyawa
minyak atsiri eugenol. Eugenol merupakan salah satu komponen kimia dalam minyak
cengkeh yang memberikan bau dan aroma khas pada minyak cengkeh. Proses isolasi
minyak atsiri dari sampel cengkeh dilakukan dengan metode destilasi stahl. Prinsip
isolasi dengan destilasi stahl ialah pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih suatu zat
dimana komponen dengan titik didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu,
sedangkan yang mempuyai titik didih lebih tinggi akan tertampung di labu distilasi. Saat
pemanasan, uap yang dihasilkan akan mengalir menuju pipa kondensor untuk
didinginkan kembali, sehingga uap air akan diubah kembali menjadi cair.
Digunakan proses isolasi dengan destilasi stahl ialah karena senyawa yang
diisolasi merupakan senyawa yang volatil dan mudah menguap sehingga membutuhkan
alat isolasi yang sangat khusus untuk mencegah adanya celah penguapan dari sampel
hasil isolasi. Pada alat destilasi stahl dilengkapi dengan skala ukuran untuk menampung
dan mengukur volume senyawa yang telah didapatkan dan menampung sementara
senyawa untuk mencegah terjadinya penguapan bila dikeluarkan dari alat. Selain itu,
senyawa yang akan diisolasi tahan terhadap pemanasan sehingga sesuai untuk diisolasi
menggunakan destilasi stahl. Kelebihan lain dari destilasi stahl ialah dapat dilakukan
penambahan pelarut sehingga apabila sampel sudah mulai mengalami kekeringan dapat
dilakukan penambahan pelarut melalui pipa penghubung pada alat. Destilasi stahl
termasuk kedalam destilasi air dimana pelarut dan sampel dicampurkan menjadi satu
dalam labu alas bulat dan dilakukan pemanasan secara bersamaan.
Setelah proses penggerusan, sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan pelarut berupa aquadest dimana penambahan pelarut dilakukan sampai
seluruh sampel terendam oleh pelarut dan tidak ada bagian yang kering sehingga
mencegah penggosongan dan perusakan sampel selama pemanasan. Dilakukan
penambahan batu didih yang berfungsi meratakan pemanasan pada seluruh labu alas
bulat sehingga suhu merata pada seluruh bagian. Selain itu batu didih juga membantu
mempercepat proses pemanasan pada labu alas bulat. Gelembung yang dihasilkan dari
batu didih dapat membantu proses pengadukan dari sampel dengan pelarut bila
diperlukan. Proses isolasi dilakukan dengan menggunakan pelarut aquades yang
merupakan pelarut polar yang berfungsi untuk membasahi sampel selama pemanasan.
Selain itu digunakan pelarut aquades karena memiliki titik didih yang lebih tinggi dari
minyak atsiri sehingga pada proses destilasi, minyak atsiri yang memiliki titik didih
lebih rendah akan mudah menguap terlebih dahulu dibandingkan dengan aquades.
Pada proses pemanasan, suhu harus tetap dijaga agar hanya minyak atsiri saja
yang dapat menguap tanpa diikuti oleh penguapan dari pelarut aquades yang terlalu
banyak. Minyak atsiri yang berasal dari cengkeh akan menguap selama proses
pemanasan. Uap tersebut kemudian melewati kondensor. Fungsi kondensor adalah
sebagai pendingin balik, sehingga uap yang melewati kondensor akan berubah wujud
menjadi cair kembali (mengembun). Proses pendinginan ini terjadi karena dalam
kondensor dialiri air yang berfungsi sebagai pendingin uap. Uap yang telah melewati
kondensor dan mengalami perubahan fase menjadi cairan akan masuk mengalir ke pipa
berskala untuk kemudian ditampung pada erlenmayer.
Pada proses pemanasan, suhu yang digunakan terlalu tinggi sehingga
menyebabkan banyak pelarut aquades yang ikut menguap dan mengembun mengalir
menuju pipa skala sehingga pada pipa skala didapatkan dua cairan yang tidak larut
dimana pada bagian bawah berwarna kuning bening sedangkan bagian atas berwarna
putih. Hal ini menunjukkan cairan dibagian bawah merupakan minyak atsiri sedangkan
bagian atas merupakan aquades. Minyak atsiri berupa eugenol memiliki massa jenis
yang lebih besar dari air yaitu sekitar 1,0664 (Kusumadewi, 2011). Hal tersebut
menyebabkan minyak atsiri berada di bagian bawah sedangkan air berada di bagian atas.
Untuk memisahkan minyak yang telah terisolasi, dapat dilakukan dengan
membuka kran pada destilasi stahl secara perlahan sehingga bagian minyak akan turun
terlebih dahulu dan terpisah dari bagian air. Proses destilasi dilakukan selama 1 jam
dengan beberapa kali penambahan pelarut hingga didapatkan minyak yang cukup. Pada
akhir hasil isolasi, didapatkan minyak atsiri sebanyak 0,5ml dari sampel cengkeh
sebanyak 100g. Untuk mengetahui berat rendemen dapat dilakukan dengan perhitungan
berdasarkan massa jenisnya dimana rumusnya ialah:

ρ=

ρ = Massa jenis eugenol = 1,0664
g = Massa
v = Volume = 0,5ml
Sehingga berdasarkan perhitungan didapatkan hasil berat rendemen sebesar
0,532g. Jumlah senyawa yang didapat sangat sedikit hal ini kemungkinan dikarenakan
sampel yang digunakan bukanlah sampel yang baru saja dipanen sehingga kemungkinan
telah mengalami banyak perlakuan yang menyebabkan senyawa aktif telah hilang
maupun terdegradasi. Selain itu, kesulitan dalam proses pemisahan antara minyak dan
air pada pipa skala juga menyebabkan terdapat beberapa sampel yang terbuang bersama
dengan air. Didapatkan hasil rendemen sebesar 0,53%.
Tahapan selanjutnya ialah identifikasi senyawa yang didapatkan menggunakan
KLT atau kromatografi lapis tipis. KLT merupakan teknik pemisahan secara adsorbsi
dimana terjadi pemisahan karena adanya perbedaan distribusi dan migrasi senyawa pada
dua fase yang berbeda. Prinsip dari KLT ialah pemisahan berdasarkan perbedaan
kekuatan interaksi intermolekul senyawa dengan fase gerak dan fase diam dimana
senyawa yang berikatan kuat dengan fase diam akan terelusi lebih lama dibandingkan
dengan senyawa yang berikatan secara lemah dan akan lebih mudah terelusi bersama
dengan eluen.
Pada percobaan, digunakan fase diam berupa silika gel dan fase gerak berupa N-
heksan:kloroform dengan perbandingan 3:2. Berdasarkan kepolarannya maka dapat
dipastikan bahwa metode yang digunakan merupakan KLT fase normal dimana fase
diamnya lebih polar dibandingkan fase geraknya. Digunakan fase gerak non polar
karena sampel yang di isolasi merupakan senyawa non polar sehingga sampel akan
terelusi jauh bersama dengan eluen sedangkan fase diamnya akan menahan pengotor
maupun senyawa lain yang bersifat polar. Pada proses identifikasi dengan KLT,
digunakan standar berupa minyak cengkeh yang dielusi bersama-sama dengan sampel.
Pada proses elusi, chamber mula-mula harus dijenuhkan terlebih dahulu dengan
fase gerak untuk tujuan meningkatkan nilai reprodusibilitas dari proses KLT, selain itu
penjenuhan perlu dilakukan untuk menstabilkan proses eluen dimana kerika fase gerak
mulai naik ke fase diam sedapat mungkin tidak ada penghalang atau gangguan. Bila
chamber tidak jenuh maka di dalam chamber masih terdapat udara dengan tekanan yang
berbeda dengan uap eluen, maka aliran eluen akan tertahan dan dapat menyebabkan
pemisahan tidak berjalan dengan baik. Proses elusi dilakukan sampai eluen telah
mencapai batas atas dari plat KLT.
Berdasarkan hasil elusi dengan KLT, pada standar minyak atsiri didapatkan satu
spot pada jarak 5,5cm dengan nilai Rf 0,687. Sedangkan pada hasil elusi sampel,
didapatkan dua spot hasil elusi yaitu pada 5,5cm dan 7,7cm sehingga didapatkan nilai Rf
sebesar 0,687 dan 0,962. Hal ini menunjukkan pada Rf spot pertama telah sesuai dengan
standar dimana senyawa yang didapatkan merupakan minyak cengkeh yang
mengandung eugenol. Terdapat spot tambahan pada sampel dimungkinkan karena masih
terdapat pengotor berupa senyawa yang bersifat non polar sehingga dapat terelusi lebih
jauh dibandingkan spot dari sampel eugenol. Pada hasil menunjukkan pelebaran dari
proses elusi hal ini dimungkinkan karena sampel yang digunakan terlalu cair dan terlalu
banyak pada saat proses penotolan sehingga terjadi perembesan selama proses elusi.
Sampel eugenol memiliki struktur dengan ikatan terkonjugasi yang kurang
banyak sehingga sangat sulit untuk melihat hasil elusi menggunakan sinar tampak. Oleh
karena itu perlu dibantu dengan alat berupa detektor UV 254 untuk melihat hasil elusi.
Pada UV 254 akan menyebabkan silika gel berpendar dan sampel akan menutupi
pendaran dari silika gel sehingga terlihat sebagai noda hitam yang menutupi pendaran.
Hal ini dapat terjadi karena silika gel yang digunakan telah dimodifikasi sehingga dapat
berfluoresensi apabila diberikan sinar UV pada panjang gelombang 254.

VI. Kesimpulan
Dapat dilakukan isolasi minyak atsiri dari sampel cengkeh menggunakan metode
destilasi stahl dimana prinsip dari metode tersebut ialah ekstraksi cair cair berdasarkan
perbedaan titik didih komponen. Senyawa dengan titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu dibandingkan dengan senyawa dengan titik didih tinggi. Didapatkan
hasil berupa minyak atsiri sebanayk 0,5ml dari 100g sampel cengkeh dengan berat
rendemen sebesar 0,53%. Dilakukan identifikasi dan pemurnian menggunakan KLT
dimana prinsipnya berdasarkan perbedaan interaksi intermolekul analit dengan dua fase
yang berbeda. Senyawa eugenol yang bersifat non polar akan terelusi lebih jauh karen
memiliki interaksi yang lebih kuat dengan eluen dibandingkan dengan fase diamnya.
Hasil elusi telah sesuai dengan standar dmana Rf yang didapat sebesar 0,687. Terdapat
spot tambahan yang dimungkinkan merupakan senyawa pengotor yang belum terpisah
seutuhnya dari minyak atsiri hasil isolasi.

VII. Daftar Pustaka


Donoghue, A., Venkitanarayanan, Arsi, A. Woo-Ming, Upadhyaya, A. Kollanoor, M.
J. Darre, A. C. Fanatico, D. J. Donoghue. 2015. Organic Poultry: Developing
Natural Solutions for Reducing Pathogens and Improving Production. Eorganic
Prianto, H., Rurini R., Unggul P. J. 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari Minyak
Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum) Kering Hasil Destilasi Uap. Kimia
Student Journal. 1(2) :269-275
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sudarma, I.M., A. Kusnandini, M.G. Darmayanti. 2015. Chemical Transformation of
Eugenol Isolated from Leaves of Syzygium aromaticum to Its New
Isothiocyanate Derivatives. Journal of Natural Products. 8 :27-32.
Sultana, B., Farooq A., M. Mustaq., Maryam A., Sidra I. 2014. In Vitro
Antimutagenic, Antioxidant Activities and Total Phenolics of Clove (Syzygium
aromatium L.) Seed Extracts. Pak. J. Pharm. Sci. 27(4) : 893-899.

Mengetahui, Surakarta, 12/5/2016


Asisten Praktikum Praktikuan

Arifin W Nabila Fatin A

Lampiran Gambar

Anda mungkin juga menyukai