Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

PRAKTIKUM III
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

Nama Mahasiswa : Umi Darozah Zain


NIM : 1908010030
Nama Asisten Praktikum : Zulaikhah Husein

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERT
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM III
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI

1. Identitas Bahan
No. Tanaman Asal Kandungan Kimia Khasiat
a. Nama Indonesia : Rimpang Jahe Monoterpene, seskuiterpen, Karminatif, anti-
Nama Ilmiah : Zingiberis zingiberen, geraniol, shogaol, inflamasi, antioksidan,
officinalis Rhizoma zingiberol meningkankan daya
Famili : Zingiberaceae tahan tubuh,
emngatasi masalah
pencernaan,
meredakan mual.

2. Bagian-bagian Alat Destilasi Stahl


No Nama Bagian Alat Fungsi
1. Pemanas Sumber panas
2. Labu alas bulat Tempat menampung simplisia yang akan
didestilasi dan penyari
3. Still head Penyalur gas/uap yang akan masuk ke kondensor
4. Thermometer Mengukur suhu uap zat yang akan didestilasi
5. Kondensor Mengubah senyawa dari fase uap menjadi fase cair
6. Water in Tempat masuknya air pendingin
7. Water out Tempat keluarnya air pendingin
8. Labu destilat Menampung hasil destilasi
9. Gas inlet Menentukan titik didih residu
10. Still receiver Menyalurkan hasil destilasi dari kondensor
11. Pengontrol panas Mengatur panas
12. Pengaduk Mengaduk
13. Heat plate Memanaskan bahan
14. Heating bath Memanaskan sampel agar tidak terkena sumber
panas langsung
15. Simplisia dan air Sampel yang akan didestilasi dan penyari
16. Cooling bath Mendinginkan destilat
3. Prinsip Destilasi Stahl

Prinsip destilasi stahl adalah pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik
didih dan berat jenis senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu. Kemudian uap air melewati kondensor akan mengalami
pendinginan menghasilkan tetesan yang masuk ke dalam buret (disebut destilat). Di dalam
buret, senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan berada di bagian atas (minyak atsiri).
Sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan berada di bagian bawah.

4. Prosedur Kerja Praktikum


Proses Destilasi:
Menyiapkan alat dan bahan yaitu seperangkat alat destilasi stahl, beaker glass,
pinset, pisau, sendok sungu, cawan porselen, rimpang jahe 100 g.

Selanjutnya, memotong jahe yang sudah bersih secara membujur dengan ukuran
kurang lebih 7-8 mm

Lalu, memasukkan potongan jahe ke dalam labu alas bulat kemudian menambahkan
200 ml aquadest, meletakkan labu alas bulat dalam mantle heater

kemudian menghubungkan labu alas built dengan kondensor dan penampung


berskala.

Lalu, setelah sampel masuk ke dalam labu alas bulat dan seperangkat alat destilasi
stahl sudah terpasang, mengatur suhunya 110oC

Selanjutnya, menunggu beberapa saat sampai air dan minyak pada sampel menguap.
Air dan minyak yang sudah menguap akan menuju kondensor untuk didinginkan,
selanjutnya akan terbentuk 2 lapisan dimana bagian bawah adalah air dan bagian
atas adalah minyak atsirinya.

Dan terakhir, memisahkan air dari minyak atsiri.


Uji organoleptis:
Setelah sudah diperoleh minyak atsiri, kemudian melakukan uji organoleptis meliputi
warna, rasa, dan bau

Lalu, mencatat hasil dari warna, rasa dan bau tersebut.

Setelah sudah, melanjutkan melakukan penetapan kadar minyak atsiri dan


melakukan perbandingan hasil dengan literature.

Uji KLT:

Pertama-tama, Menyiapkan alat dan bahan yaitu anisaldehid asam sulfat, toluene,
etil asetat, minyak atsiri, eugenol 1% dalam etanol, penyemprot, lempeng silica gel
60 F254, chamber, mikropipet, gunting, penggaris dan pensil, propipet, dan pipet
ukur.

Lalu, kedua membuat fase gerak toluene dan etik asetat dengan pembanding (97:3).
Menjenuhkan chamber selama beberapa saat untuk menghilangkan uap air/gas yang
tersisa dan membuat eluen memenuhi chamber sehingga proses elusi berjalan lebih
optimal.

Setelah itu, menyiapkan fase diam lempeng silica gel 60 F254 dengan ukuran 3x10
cm. memberi batas atas dan batas bawah pada lempeng dengan ukuran batas bawah
1,5 cm dan batas atas 0,5 cm dari tepian lempeng.

Memasukkan fase diam ke dalam oven dengan suhu 110oC untuk mengaktifkan
gugus silanol pada lempeng silica.

Selanjutnya, menotolkan sampel dan pembanding menggunakan mikropipet dengan


ukuran 5 µL dengan jarak antara sampel dan pembanding adalah 1 cm.
Lalu, memasukkan fase diam yang sudah dioven pada chamber yang sudah
dijenuhkan dengan fase gerak kemudian tunggu elusi sampai pada batas atas
lempeng KLT.

Setelah elusi selesai, mengambil plat KLT dan mongering anginkan, kemudian
mengamati pada sinar UV 254 nm dan menandai bercak.

Jika sudah, kemudianmenyemprot menggunakan anisaldehid asam sulfat dan


memanaskan lempeng pada suhu 100oC selama 5-10 menit, mengamati pada sinar
tampak, menandai bercak dan mencatat hasil nilai Rf.

Melakukan perbandingan dengan hasil yang tercantum pada Farmakope Herbal Indonesia.

5. Penetapan Kadar Minyak Atsiri


No Pengamatan Hasil
1. Bobot bahan segar 100 gram
2. Volume minyak atsiri 0,3 mL
3.
= x 100%
= 0,3%
4. Kadar minyak atsiri berdasarkan literatur = tidak kurang dari 0,8%
Pustaka: Kadar minyak atsiri pada praktikum kali ini tidak sesuai dengan literature
karena kurang dari 0,8% (Farmakope Herbal Indonesia, hal 139)
5. Identifikasi Piperin dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
Gambar lempeng KLT
Keterangan :
Fase Diam
- Silica gel 60 F254
Fase Gerak :
- Toluene:etil asetat (93:7)
Deteksi :
UV 254 nm, UV 366 nm, pereaksi
semprot Anisaldehid asam
sulfat+pemanasan 100⁰C
Pembanding :
Eugenol 1% dalam etanol

Deteksi Warna
Pereaksi
Nama Bahan Rf* semprot
UV 254 nm Sinar tampak
anisaldehid
asam sulfat
Minyak atsiri 0,65 Ungu Ungu Merah pudar
A
jahe
Pembanding 0,65 Ungu Ungu Merah pudar
B
eugenol
* Perhitungan Rf dilampirkan
A = Rf =
= 0,65
B = Rf =
= 0,65
Kesimpulan Identifikasi KLT :
Nilai Rf pada sampel minyak atsiri jahe memiliki hasil yang sama dengan pembanding
eugenol yaitu 0,65. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel mengandung 1 komponen yang sama
dengan pembanding (mengandung senyawa pembanding) yaitu senyawa eugenol.
6. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Penetapan Kadar Minyak Atsiri” dengan tujuan
agar mahasiswa mampu memahami prinsip ekstraksi minyak atsiri dengan metode
Stahl, memahami prinsip penetapan kadar minyak atsiri dan identifikasi kandungan
minyak atsiri dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

Minyak atsiri atau minyak mudah menguap adalah massa yang berbau khas, yang
berasal dari tanaman dan mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
penguraian. Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau
berwarna pucat, bila dibiarkan akan berwarna lebih gelap dan berbau sesuai dengan
bau tanaman penghasilnya (Anonim, 2000). Minyak atsiri bukanlah senyawa murni,
akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang terdiri dari beberapa senyawa
yang berlainan. Minyak atsiri diperoleh dalam tanaman yaitu dalam daun, bunga, buah,
kulit batang dan akar dengan cara distilasi. Tanaman yang digunakan untuk diambil
minyak atsirinya pada percobaan ini adalah rimpang jahe dengan nama ilmiah yaitu
Zingiberis officinalis Rhizoma.

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu tanaman obat suku Zingiberaceae yang
banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri jamu dan obat di Indonesia.
Simpilisia jahe merupakan komponen penyusun hampir setiap jenis obat tradisional di
Indonesia. Dalam obat tradisional, jahe dapat digunakan sebagai simplisia tunggal
ataupun salah satu komponen dari suatu ramuan. Kebutuhan jahe untuk industri obat
tradisional dan industri kecil obat tradisional menduduki peringkat pertama di Jawa
Tengah setelah temulawak (Rahardjo, 2010). Khasiat mengkonsumsi jahe dalam tubuh
sebagai obat batuk, peluruh keringat, peluruh haid, pencegah mual, penambah nafsu
makan, membuang angin (karminatif), memperkuat lambung, memperbaiki pencernaan
dan menghangatkan badan (Sari, 2011). Komponen pembawa rasa pedas jahe yaitu
gingerol diketahui dapat menghambat aktivitas motorik dan mengurangi rasa sakit
(analgesic effect), sedangkan shogaol memberikan pengaruh anti batuk (antitusive) dan
dapat menahan kontraksi perut (Utami, 2008).

Prinsip destilasi stahl adalah pemisahan dengan cara panas berdasarkan perbedaan titik
didih dan berat jenis senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu. Kemudian uap air melewati kondensor akan mengalami
pendinginan menghasilkan tetesan yang masuk ke dalam buret (disebut destilat). Di
dalam buret, senyawa yang memiliki BJ lebih rendah akan berada di bagian atas
(minyak atsiri). Sementara senyawa dengan BJ lebih tinggi akan berada di bagian
bawah.

Pada praktikum kali ini menggunakan metode destilasi stahl, distilasi stahl merupakan
teknik pemisahan yang berdasarkan perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-
masing zat penyusun dari campuran homogen. Terdapat dua tahap pada proses distilasi
yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap
menjadi cair atau padatan, berdasarkan hal ini maka perangkat peralatan distilasi
menggunakan alat pemanas dan alat pendingin. Istilah distilasi sederhana umumnya
berkaitan dengan pemisahan suatu campuran yang terdiri dua atau lebih cairan melalui
pemanasan. Pemanasan digunakan untuk menguapkan komponen-komponen yang
lebih mudah menguap (titik didih lebih rendah) dan kemudian uap yang diperoleh
dikondensasikan kembali menjadi cair dan kemudian ditampung dalam suatu bejana
penerima. Proses distilasi ini diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu
pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding
(bagian luar kondenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini
berjalan terus menerus dan akhirnya dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa
yang ada dalam campuran homogen tersebut.

Destilasi dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan cara penanganan bahan yang diproses
yaitu: distilasi air, distilasi uap dan air serta distilasi uap langsung. Teknik yang
digunakan pada percobaan ini yaitu teknik distilasi air. Distilasi air merupakan sistem
penyulingan dengan air di mana bahan yang akan disuling langsung berkontak dengan
air mendidih. Cara penyulingan seperti ini disebut juga dengan penyulingan langsung
(Direct Destillation). Metode distilasi air digunakan karena minyak atsiri umumnya akan
terdekomposisi pada suhu tinggi. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah
karena sistem ini baik digunakan untuk menyuling bahan yang berbentuk tepung, dan
tumbuh-tumbuhan yang mudah membentuk gumpalan jika terkena panas, akan tetapi
metode ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak baik digunakan untuk bahan yang larut
dalam air dan bahan yang disuling dapat hangus jika suhu tidak diawasi.

Perlakuan pertama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu proses destilasi dengan
cara menyiapkan alat dan bahan yaitu seperangkat alat destilasi stahl, beaker glass,
pinset, pisau, sendok sungu, cawan porselen, rimpang jahe 100 g, Memotong jahe yang
sudah dicuci bersih secara membujur dengan ukuran kurang lebih 7-8 mm hal ini
dilakukan karena akan menghasilkan luas permukaan yang besar sehingga minyak atsiri
yang didapatkan juga banyak. Setelah itu memasukkan sampel jahe ke dalam labu alas
bulat kemudian menambahkan 200 ml aquadest. Meletakkan labu alas bulat dalam
mantle heater, kemudian menghubungkan labu alas bulat dengan kondensor dan
penampung berskala. Setelah sampel masuk ke dalam labu alas bulat dan seperangkat
alat destilasi stahl sudah terpasang, mengatur suhunya 110oC, menunggu beberapa saat
sampai air dan minyak pada sampel menguap. Air dan minyak yang sudah menguap
akan menuju kondensor untuk didinginkan, selanjutnya akan terbentuk 2 lapisan
dimana bagian bawah adalah air dan bagian atas adalah minyak atsirinya. Kemudian
memisahkan air dari minyak atsiri.

Selanjutnya yaitu Uji organoleptis yang pertama yaitu setelah diperoleh minyak atsiri
kemudian melakukan uji organoleptis meliputi warna, rasa, dan bau. Minyak atsiri ini
memiliki baud an rasa yang khas aromatic. Setelah dilakukan uji organoleptis
selanjutnya yaitu uji KLT. Uji KLT yang pertama menyiapkan alat dan bahan yaitu
anisaldehid asam sulfat, toluene, etil asetat, minyak atsiri, eugenol 1% dalam etanol,
penyemprot, lempeng silica gel 60 F254, chamber, mikropipet, gunting, penggaris dan
pensil, propipet, dan pipet ukur. Langkah pertama yaitu membuat fase gerak toluene
dan etil asetat dengan pembanding (93:7). Menjenuhkan chamber selama beberapa
saat untuk menghilangkan uap air atau gas yang tersisa dan membuat eluen memenuhi
chamber sehingga proses elusi berjalan lebih optimal. Kemudian menyiapkan fase diam
lempeng silica gel 60 F254 dengan ukuran 3x10 cm. Memberi batas atas dan batas
bawah pada lempeng dengan ukuran batas bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5 cm dari
tepian lempeng.

Langkah selanjutnya yaitu memasukkan fase diam ke dalam oven dengan suhu 110 oC
untuk mengaktifkan gugus silanol pada lempeng silica. Kemudian menotolkan sampel
dan pembanding menggunakan mikropipet dengan ukuran 5 µL dengan jarak antara
sampel dan pembanding adalah 1 cm. Memasukkan fase diam yang sudah dioven pada
chamber yang sudah dijenuhkan dengan fase gerak kemudian tunggu elusi sampai pada
batas atas lempeng KLT. Setelah elusi selesai, mengambil plat KLT dan mengering
anginkan, kemudian mengamati pada sinar UV 254 nm dan menandai bercak. Setelah
itu menyemprotkan menggunakan anisaldehid asam sulfat, lalu memanaskan lempeng
pada suhu 100oC selama 5-10 menit. Mengamati pada sinar tampak, menandai bercak
dan mencatat hasil nilai Rf. Melakukan perbandingan dengan hasil yang tercantum pada
Farmakope Herbal Indonesia. Pada pengujian menggunakan penyemprot anisaldehid
dan pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm sampel dan pembanding
menghasilkan warna ungu, sedangkan pada sinar tampak menghasilkan warna merah
pudar. Anisaldehid asam sulfat termasuk deteksi destruktif yang akan merubah struktur
dan merusak senyawa,sehingga harus dipanaskan kemudian antara Anisaldehid asam
sulfat dan Minyak Atsiri akan terjadi reaksi aldol dan asetilasi yang akan mengkonjugasi
senyawanya dan menimbulkan warna, warna yang dihasilkan bisa ungu, biru,dll

Langkah selanjutnya yaitu penetapan kadar minyak atsiri pada rimpang jahe, jika dilihat
dari Farmakope Herbal Indonesia halaman 139 persyaratan kadar minyak atsiri yang
baik yaitu tidak kurang dari 0,8% sedangkan Kadar minyak atsiri pada praktikum
didapatkan hasil 0,3% yang berarti bahwa kadar minyak atisiri pada percobaan tidak
sesuai dengan literature karena kurang dari 0,8%

Selanjutnya yaitu dilihat dari nilai Rf, nilai Rf ini dihasilkan dari percobaan menggunakan
KLT. Pada praktikum ini nilai Rf pada sampel minyak atsiri jahe memiliki hasil yang sama
dengan pembanding eugenol yaitu 0,65. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel
mengandung 1 komponen yang sama dengan pembanding (mengandung senyawa
pembanding) yaitu senyawa eugenol.
7. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu memahami prinsip ekstraksi minyak atsiri dengan metode
Stahl, memahami prinsip penetapan kadar minyak atsiri dan identifikasi kandungan
minyak atsiri dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.
2. Minyak atsiri atau minyak mudah menguap adalah massa yang berbau khas, yang
berasal dari tanaman dan mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
penguraian. Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau
berwarna pucat, bila dibiarkan akan berwarna lebih gelap dan berbau sesuai dengan
bau tanaman penghasilnya.
3. Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu destilasi stahl.
4. Kadar minyak atsiri yang diperoleh pada praktikum kali ini yaitu 0,3% dimana kadar
tersebut tidak sesuai literature yaitu masih kurang dari 0,8%
5. Pada praktikum ini nilai Rf pada sampel minyak atsiri jahe memiliki hasil yang sama dengan
pembanding eugenol yaitu 0,65. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel mengandung 1
komponen yang sama dengan pembanding (mengandung senyawa pembanding) yaitu
senyawa eugenol.

8. Daftar Pustaka
Azizah, B. ., Salamah, N. 2013. ‘Standarisasi Parameter Non Spesifik dan Perbandingan
Kadar Kurkumin Ektrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit’. Jurnal
Ilmiah Kefarmasian. Vol. 3 No. 1 : 21-30.
Rahardjo, M. 2010. ‘Penerapan SOP Budidaya untuk Mendukung Temulawak sebagai
Bahan Baku Obat Potensial’. Perspektif. Vol. 9 No. 2. Hal : 78-93. ISSN : 1412-8004.
Sari, G.P. 2011. ‘Studi Budidaya dan Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Jahe Merah
(Zingiber officinale Rosc.)’. Riau : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Utami, N.L. 2008. ‘Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman
Obat’. Bogor : Fakultas Pertanian. Institusi Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai