KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK :
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan penetapan
parameter mutu non-spesifik yaitu penetapan susut pengeringan dan kadar air simplisia
B. Dasar Teori
Mutu suatu simplisia dapat diuji dengan melakukan penetapan parameter mutu
non spesifik simplisia tersebut dengan mengacu pada Farmakope Herbal Indonesia.
Parameter mutu non spesifik terdiri atas penetapan susut pengeringan dan kadar air
simplisia. Prinsip dari penetapan susut pengeringan adalah dengan menghitung jumlah
senyawa yang menguap pada suhu 105oC. Susut pengeringan menunjukkan kadar
bagian yang menguap dari suatu zat. Pada susut pengeringan kadar yang menguap
terdiri atas semua zat yang terdapat di simplisia tersebut diantaranya yaitu air, minyak
atsiri, minyak dan lain-lain. Tujuan dari dilakukan susut pengeringan yaitu untuk
memberikan batasan maksimal mengenai besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Selain itu, juga untuk memberikan batasan maksimal/rentang tentang
besarnya kandungan air di dalam bahan, terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Nilai dari pengukuran susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai persen. Metode yang
dapat digunakan untuk penetapan susut pengeringan adalah metode titrasi, distilasi,
atau gravimetri (Depkes RI, 2017).
Parameter non spesifik selanjutnya adalah penetapan kadar air. Penetapan kadar
air adalah parameter yang akan menunjukkan persentase kadar air dalam simplisia.
Metode yang dapat digunakan untuk penetapan kadar air adalah metode distilasi.
Prinsip penetapan kadar air dengan metode distilasi adalah terbentuknya azeotrop
antara air dan toluen, kemudian air dan toluen akan memisah pada buret. Tujuan dari
penetapan kadar air adalah untuk memberikan batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan. Kadar air dalam simplisia juga dapat
menggambarkan besaran potensi degradasi senyawa dalam simplisia akibat proses
hidrolisis atau degradasi karena mikroorganisme. Menurut Farmakope Herbal
Indonesia (2017) kadar air suatu simplisia tidak boleh lebih dari 10%.
Pada praktikum kali ini kelompok kami mendapatkan simplisia cabe buah jawa
untuk penetapan susut pengeringan dan penetapan kadar air. Buah cabe jawa memiliki
nama ilmiah Piper retrofractum Vahl, dan termasuk ke dalam suku
Piperaceae.Simplisia ini secara empiris telah digunakan untuk menyembuhkan
beberapa penyakit seperti untuk penyembuh kejang perut, masuk angin, demam, obat
sakit kuning, rematik (obat luar) dan obat sesudah melahirkan (Soedibyo, 1998; Heyne,
1987). Pada simplisia cabe buah jawa mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
0,15% v/b dan/ atau piperin tidak kurang dari 1,05%. Berdasarkan FHI susut
pengeringan dari simplisia buah jawa adalah tidak lebih dari 10% , sedangkan untuk
kadar air untuk ekstrak kental buah cabe jawa adalah tidak lebih dari 15%
BAB II
CARA KERJA
B. Cara Kerja
1. Penetapan susut pengeringan
Cawan
Simplisia
Hasil
2. Penetapan kadar air
Hasil
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
● Pemanasan 2
● Pemanasan 3
= 21,441 %
b. Perhitungan kadar air
(𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙− 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ)−(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ)
Kadar air = x 100%
(𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ)
(16,899− 14,763)−(16,532−14,763)
Penimbangan 1 = x 100%
(16,899−14,763)
2,136−1,769
= x 100%
2,136
= 17,181 %
(16,899− 14,763)−(16,485−14,763)
Penimbangan 2 = x 100%
(16,899−14,763)
2,136−1,722
= x 100%
2,136
= 19,382 %
(16,899− 14,763)−(16,441−14,763)
Penimbangan 3 = x 100%
(16,899−14,763)
2,136−1,678
= x 100%
2,136
= 21,441 %
B. Pembahasan
Bobot tetap atau konstan dalam sebuah penetapan susut kering atau penetapan
kadar air dinyatakan sudah mencapai bobot tetap apabila perbedaan dua kali
penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan atau dipijarkan selama 1 jam tidak
lebih dari 0,25% atau perbedaan penimbangan seperti tersebut diatas tidak melebihi 0,5
mg pada penimbangan dengan timbangan analitik (Depkes RI, 2008). Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan belum didapatkan bobot konstan karena perbedaan
dua kali penimbangan berturut-turut yaitu penimbangan 1 dan penimbangan 2 setelah
dikeringkan masih melebihi 0,25% atau perbedaan penimbangan seperti tersebut diatas
masih melebihi 0,5 mg. Karena bobot yang didapatkan belum konstan maka harus
dilakukan pemanasan kembali pada suhu 105oC selama 30 menit hingga didapatkan
bobot konstan . Setelah bobot konstan didapatkan maka dapat melanjutkan dengan
perhitungan susut pengeringan dan kadar air untuk mengetahui persentase susut
pengeringan dan kadar air pada simplisia tersebut.
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap dari suatu zat. Prinsip
dari susut pengeringan adalah menghitung jumlah senyawa yang menguap pada suhu
105oC kecuali dinyatakan lain. Nilai susut pengeringan yang ditentukan dari FHI untuk
simplisia buah cabe jawa (sesuai pembuatan simplisia pada P1) adalah tidak lebih dari
10%. Berdasarkan perhitungan sesuai data yang diperoleh didapatkan susut
pengeringan 21,441 %, sehingga susut pengeringan simplisia pada praktikum kali ini
belum memenuhi syarat pengeringan yang ditetapkan oleh FHI. Pada praktikum kali
ini juga dilakukan perhitungan terhadap kadar air di simplisia, nilai presentase kadar air
yang didapatkan dari praktikum ini adalah pada penimbangan 1 sebesar 17,181%,
penimbangan 2 sebesar 19,382%, dan penimbangan 3 sebesar 21,441%. Sesuai dengan
FHI kadar air dari suatu simplisia adalah kurang dari 10%, maka kadar air simplisia
pada praktikum kali ini belum memenuhi syarat FHI.
Kadar air dalam suatu simplisia dapat dipengaruhi oleh faktor metode
pengeringan yang digunakan, kelembaban udara, dan sifat higroskopis bahan. Metode
pengeringan simplisia dapat dilakukan dengan cara langsung menggunakan panas
matahari atau dengan oven. Pengeringan simplisia menggunakan panas matahari
langsung sangat tergantung sekali dengan cuaca yang ada dan untuk suhu dari panas
matahari tidak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Ketika menggunakan panas
matahari sebagai metode pengeringan, maka harus mengikuti keadaan alam yang ada
terkadang untuk pengeringan membutuhkan berhari-hari. Pada saat keadaan mendung
maka panas matahari tidak stabil, sehingga proses pengeringan akan terganggu yang
akan mengakibatkan proses transpirasi akan berjalan lambat. Selain itu, ketika proses
penyimpanan untuk pengeringan di hari berikutnya memungkinkan kadar air simplisia
dapat bertambah karena suhu dingin malam hari yang menyebabkan simplisia
berembun. Hal tersebut yang akan menyebabkan kadar air di dalam simplisia tinggi.
Sedangkan untuk penggunaan metode pengeringan simplisia dengan oven tidak
bergantung pada cuaca. Suhu untuk pengeringan simplisia dapat diatur sesuai
kebutuhan. Suhu yang dapat diatur akan memudahkan untuk memprediksi suhu optimal
dalam mengeringkan simplisia. Ketika suhu optimal, maka proses transpirasi akan
berjalan cepat. Hal tersebut akan menyebabkan kadar air akan semakin rendah dalam
waktu yang cepat. Selain itu kadar air juga dapat dipengaruhi oleh penyimpanan
simplisia. (Winangsi & Parman, 2013). Selain itu, perlakuan simplisia dari tahap
sebelumnya ke tahap selanjutnya juga dapat mempengaruhi kadar air simplisia pada
simplisia yang bersifat higroskopis. Simplisia yang bersifat higroskopis dapat
menyerap air dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kadar air
simplisia tersebut (Ningsih, 2016).
Metode yang digunakan untuk menganalisis kadar air yaitu metode gravimetri.
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk menentukan bobot
zat murni yang pengerjaannya didasarkan pada penimbangan berat konstan dari suatu
senyawa setelah melakukan pelarutan sampel, penambahan reaksi, penyaringan,
pencucian, pengeringan, dan penimbangan endapan hingga konstan dalam bentuk yang
semurni mungkin (Darma & Marpaung, 2020). Metode gravimetri ini dilakukan dengan
cara menimbang sejumlah bahan basah yang kemudian dimasukkan ke dalam cawan
porselin yang dipanaskan dalam oven dengan suhu 105oC sampai mencapai bobot
konstan, yaitu perbedaan 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%
(Meilaningrum et a, 2009).
Metode analisis kuantitatif suatu unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya
yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan, pemanasan endapan,
dan diakhiri dengan penimbangan. Dalam mendapatkan keberhasilan pada analisis
gravimetri ini harus memperhatikan beberapa hal. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah unsur atau senyawa harus mengendap secara sempurna, bentuk endapan yang
ditimbnag juga harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya, dan endapan yang
diperoleh harus murni dan mudah untuk ditimbang (Khopkar, 2003).
BAB IV
KESIMPULAN