Anda di halaman 1dari 22

WORKSHEET

PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

Nama : Umi Darozah Zain

NIM : 1908010030

Golongan : 5/A1

LABORATORIUM FARMAKOLOGI & FARMASI KLINIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
PERCOBAAN III
PEMILIHAN DOSIS DALAM FARMAKOKINETIKA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui perbedaan penggunaan
beberapa variasi dosis pada hewan percobaan dan dosis yang tepat untuk hewan uji
berdasarkan data profil farmakokinetika.
B. DASAR TEORI
Pengetahuan farmakokinetika berguna dalam berbagai bidang farmasi dan
kedokteran, seperti untuk bidang farmakologi. Pertama kali, dengan penelitian
farmakokinetika dapat dibantu diterangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh,
khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam
tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya. Jika efek obat dapat
dinilai secara kuantitatif, data kinetika obat dalam tubuh sangat penting artinya untuk
menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh dengan intensitas efek yang
ditimbulkannya.
Dengan demikian daerah kerja efektif obat (therapeutic window) dapat
ditentukan farmasetika, farmasi klinik, toksikologi dan kimia medisinal. Obat berada
dalam suatu keadaan dinamik dalam tubuh. Dalam suatu sistem biologik peristiwa-
peristiwa yang dialami obat sering terjadi secara serentak. Dalam menggambarkan
sistem biologik yang kompleks tersebut, dibuat penyederhanaan anggapan mengenai
pergerakan obat itu (Sriwidodo, 1985).
Variabel dalam farmakokinetik terdapat dua macam, yaitu variabel tergantung
dan variabel bebas. Dalam praktek parameter farmakokinetik tidak ditentukan secara
langsung, tetapi ditentukan melalui percobaan dari sejumlah variabel tergantung dan
bebas, yang secara bersama dikenal sebagai data. Melalui data dapat diperkirakan model
farmakokinetik yang kemudian diuji kebenarannya dan selanjutnya diperoleh
parameter-parameter farmakokinetiknya.Variabel bebas meliputi variabel interval dan
variabel eksternal. Kedua variabel ini secara langsung mempengaruhi parameter
primer, yang terdiri dari Ka (kecepatan absorpsi), Vd (volume distribusi) dan Cl
(clearance). Parameter primer mempengaruhi parameter sekunder dan parameter
turunan. Parameter sekunder terdiri dari T1/2 (waktu paruh eliminasi) dan F eliminasi.
Parameter turunan terdiri dari AUC (Area Under Curve), F oral dan Css (kadar obat
dalam darah). Sehingga parameter primer, parameter sekunder dan parameter turunan
merupakan variabel tergantung.
Pemilihan dosis dapat mengacu pada LD50 obat yang akan diuji. Perbandingan
harga LD50 oral lawan intravena dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang absorbabilitas obat sebagai fungsi dari pemberian peroral. Jika informasi ini
tidak tersedia dapat digunakan dosis awal 5-10 % dari LD50 intravena .Hal yang
perlu diperhatikan adalah apakah metode analisis mendukung besaran dosis tersebut
sehingga fase eliminasi kadar obat masih dapat dimonitor.
Dosis awal ini kemudian dinaikkan menurut besaran tertentu untuk
mendeteksi timbulnyakinetika tergantung dosis (dose dependent farmacocinetic).
Untuk obat-obat yang mudah mengalami saturasi dalam sistem transportasi dan
eliminasinya (misalnya fenitoin, warfarin, dan seftriakson), kenaikan nilai-nilai
parameter kinetiknya (misalnya AUC, T1/2) tidak sebanding dengan kenaikan dosis.
Pemilihan dosis juga harus memperhatikan adanya fenomena kinetika yang tergantung
dosis, yaitu fenomena yang menunjukkan adanya perubahan parameter farmakokinetika
obat bila dosisnya berubah. Keadaan ini berkaitan dengan asumsi orde kinetika obat
tersebut.
Kinetika diasumsikan mengikuti orde nol bila menunjukkan fenomena
tergantung dosis (dependent dose). Tapi bila parameter farmakokinetik obat tidak
dipengaruhi oleh perubahan dosis (independent dose), maka dianggap mengikuti
orde pertama. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan harga waktu paruh
eliminasi (T1/2) obat setelah pemberian beberapa dosis yang berbeda. Jika harga
T1/2yang diperoleh berbeda akibat perbedaan dosis yang diberikan, maka kinetik
obat tersebut menunjukkan fenomena tergantung dosis (dependent dose).
C. METODE PRAKTIKUM
ALAT
1. Syringe
2. Injeksi
3. Tabung sentrifuge
4. Tabung reaksi 1 mL, 5 mL
5. Kuvet
6. Spektrofotometri UV/VIS

BAHAN
1. Natrium salisilat
2. Pereaksi TRINDER
3. Kalium oksalat
4. Hewan uji : kelinci

CARA KERJA
1. Kelinci ditimbang, dicukur bulu sekitar vena marginalis telinga, masukkan ke
dalam holder.
2. Membuat blanko dengan cara mengambil 0,45 ml darah dari vena marginalis
kelinci, tambahkan 0,05 ml Ka Oksalat 2% vortex selama 10 menit
3. Tampung plasma di tabung sentrifuge, tambahkan 5 ml pereaksi TRINDER,
sentrifuge selama 15 menit, ambil supernatan kemudian lakukan OT dan baca
absorbasinya pada ƛ max.
4. Kelinci diinjeksi dengan larutan obat Na. Salisilat dengan dosis yang berbeda-
beda (100 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, 500 mg/kg BB) pada vena marginalis
telinga.
5. Ambil darah 0,45 ml dari vena marginalis telinga yang lain pada waktu
pencuplikan yang telah ditetapkan, tambahkan 0,05 ml Ka Oksalat 2% vortex
selama 10 menit.
6. Tampung plasma di tabung sentrifuge, tambahkan 5 ml pereaksi TRINDER,
sentrifuge selama 15 menit, ambil supernatan.
7. Lakukan operating time dan ukur absorbansi pada ƛ max.
8. Tetapkan kadar salisilat dengan persamaan kurva baku yang didapatkan pada P-l
kemudian buat kurva log/ln Cp per satuan waktu dan kurva AUC vs Dosis pada
kertas semilogaritma.
D. PERHITUNGAN DOSIS DAN VOLUME PEMBERIAN OBAT
Perhitungan dosis dan Volume obat yang diberikan melalui rute IV:
1. Dosis I
BB Kelinci = 2,1 kg
Dosis Na Salisilat= 100 mg/kgBB
Larutan Stok 30%
Dosis Na Salisilat pada Kelinci : BB x Dosis
: 2,1 kg x 100 mg/kgBB
: 210 mg

Volume Na Salisilat yang diinjeksikan:

= 0,7 ml

2. Dosis II
BB Kelinci = 1,6 kg
Dosis Na Salisilat= 300 mg/kgBB
Larutan Stok 30%
Dosis Na Salisilat pada Kelinci : BB x Dosis
: 1,6 kg x 300 mg/kgBB
: 480 mg

Volume Na Salisilat yang diinjeksikan =

= 1,6 ml

3. Dosis III
BB Kelinci = 1,8 kg
Dosis Na Salisilat= 500 mg/kgBB
Larutan Stok 30%
Dosis Na Salisilat pada Kelinci : BB x Dosis
: 1,8 kg x 500 mg/kgBB
: 900 mg

Volume Na Salisilat yang diinjeksikan =

= 3 ml

A. HASIL PENGAMATAN
1. Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum yang didapatkan adalah 524 nm.
2. Operating Time
Operating time yang ditetapkan adalah 15 menit.
3. Absorbansi Blanko
Nilai absorbansi blanko didapatkan 0,094.
4. Kurva Baku Asam Salisilat
Persamaan Regresi Linear: y= 0,0016x + 0.07
5. Konsentrasi Obat dalam Darah pada waktu sampling
Hasil Absorbansi pada λ maksimum = 524 nm pada operating time 15 menit
- Data absorbansi cuplikan darah pada kelinci yang mendapatkan Na Salisilat
dengan dosis 100 mg/kgBB

Waktu Absorbansi
Absorbansi Ln Cp
sampling Obat dalam Cp (µg/mL)
(A) (µg/mL)
(menit ke-) sampel darah
0 0,217 0,123 33,125 3,500
5 0,193 0,099 18,125 2,897
10 0,183 0,089 11,875 2,474
30 0,132 0,038 -20
45 0,128 0,034 -22,5
60 0,109 0,015 -34,375
90 0,104 0,01 -37,5
120 0,058 -0,036 -66,25

- Data absorbansi cuplikan darah pada kelinci yang mendapatkan Na Salisilat


dengan dosis 300 mg/kgBB
Waktu Absorbansi
Absorbansi Ln Cp
sampling Obat dalam Cp (µg/mL)
(A) (µg/mL)
(menit ke-) sampel darah
0 0,494 0,4 206,25 5,329
5 0,444 0,35 175 5,165
10 0,403 0,309 149,375 5,006
30 0,300 0,206 85 4,443
45 0,276 0,182 70 4,248
60 0,191 0,097 16,875 2,826
90 0,144 0,05 -12,5 #NUM!
120 0,113 0,019 -31,875 #NUM!

- Data absorbansi cuplikan darah pada kelinci yang mendapatkan Na Salisilat


dengan dosis 500 mg/kgBB

Waktu Absorbansi
Absorbansi Ln Cp
sampling Obat dalam Cp (µg/mL)
(A) (µg/mL)
(menit ke-) sampel darah
0 0,618 0,524 283,8 5,648
5 0,559 0,465 246,9 5,509
10 0,537 0,443 233,1 5,452
30 0,511 0,417 216,9 5,379
45 0,509 0,415 215,6 5,374
60 0,404 0,31 150,0 5,011
90 0,311 0,217 91,9 4,520
120 0,216 0,122 32,5 3,481

- Evaluasi data
a. Hitung kadar salisilat dengan persamaan kurva baku yang didapatkan pada
masing-masing dosis!
b. Buat kurva log/ln Cp per satuan waktu pada kertas semilogaritma pada
masing-masing dosis!
c. Hitung tmaks, Cpmaks, AUC, Keliminasi, t ½, Vd, Cl pada masing-masing
dosis!
Hasil Evaluasi Data:

a. Hitung kadar salisilat dengan persamaan kurva baku yang didapatkan pada
masing-masing dosis!

Dosis 1 : 100 mg/kgBB


Mencari absorbansi Obat dalam sampel darah
= absorbansi sampel - absorbansi blanko
T0 = 0,217 – 0,094 = 0,123
T5 = 0,193 – 0,094 = 0,099
T10 = 0,183 – 0,094 = 0,089
T30 = 0,132 – 0,094 = 0,038
T45 = 0,128 – 0,094 = 0,034
T60 = 0,109 – 0,094 = 0,015
T90 = 0,104 – 0,094 = 0,01
T120 = 0,058 – 0,094 = - 0,036

Mencari Cp :
y= 0,0016x + 0.07
x=

X0 = = 33,125 ug/mL

X5 = = 18,125 ug/mL

X10 = = 11,875 ug/mL

X30 = = -20 ug/mL

X45 = = -22,5 ug/mL

X60 = = -34,375 ug/mL

X90 = = -37,5 ug/mL

X120 = = -66,25 ug/mL

Mencari ln Cp :
3,500
2,897
2,474
#NUM!
ln Cp (ug/mL)
#NUM!
#NUM!
#NUM!
#NUM!

Dosis 2 : 300 mg/kgBB


Mencari absorbansi Obat dalam sampel darah
= absorbansi sampel - absorbansi blanko
T0 = 0,494 – 0,094 = 0,4
T5 = 0,444 – 0,094 = 0,35
T10 = 0,403 – 0,094 = 0,309
T30 = 0,300 – 0,094 = 0,206
T45 = 0,276 – 0,094 = 0,182
T60 = 0,191 – 0,094 = 0,097
T90 = 0,144 – 0,094 = 0,05
T120 = 0,113 – 0,094 = - 0,019

Mencari Cp :
y= 0,0016x + 0.07
x=

X0 = = 206,25 ug/mL

X5 = = 175 ug/mL

X10 = = 149,375 ug/mL

X30 = = 85 ug/mL

X45 = = 70 ug/mL

X60 = = 16,875 ug/mL

X90 = = -12,5 ug/mL

X120 = = -31,875 ug/mL

Mencari ln Cp :
5,329
5,165
5,006
4,443
ln Cp (ug/mL)
4,248
2,826
Dosis 3 : 500 mg/kgBB
Mencari absorbansi Obat dalam sampel darah
= absorbansi sampel - absorbansi blanko
T0 = 0,618 – 0,094 = 0,524
T5 = 0,559 – 0,094 = 0,465
T10 = 0,537 – 0,094 = 0,443
T30 = 0,511 – 0,094 = 0,417
T45 = 0,509 – 0,094 = 0,415
T60 = 0,404 – 0,094 = 0,31
T90 = 0,311 – 0,094 = 0,217
T120 = 0,216 – 0,094 = 0,122

Mencari Cp :
y= 0,0016x + 0.07
x=

X0 = = 283,8 ug/mL

X5 = = 246,9 ug/mL

X10 = = 233,1 ug/mL

X30 = = 216,9 ug/mL

X45 = = 215,6 ug/mL

X60 = = 150,0 ug/mL

X90 = = 91,9 ug/mL

X120 = = 32,5 ug/mL

Mencari ln Cp :
5,648
5,509
5,452
5,379
ln Cp (ug/mL)
5,374
5,011
4,520
3,481
b. Buat kurva log/ln Cp per satuan waktu pada kertas semilogaritma pada
masing-masing dosis!
Dosis 1 : 100 mg/kgBB
Tidak perlu digambar karena ada yang hasil negatif.
Dosis 2 : 300 mg/kgBB
Tidak perlu digambar karena ada yang hasil negatif.
Dosis 3 : 500 mg/kgBB

Waktu Vs Ln Cp
7.000

6.000

5.000
Ln Cp (µg/mL)

4.000 y = -0.0159x + 5.7637


R² = 0.8921
3.000

2.000

1.000

0.000
0 20 40 60 80 100 120 140
waktu (menit)

Gambar di kertas semilog di lampiran


c. Hitung tmaks, Cpmaks, AUC, Keliminasi, t ½, Vd, Cl pada masing-masing
dosis!
Dosis 1 : 100 mg/kgBB
Hail dari Ln menunjukan hasil yang negatif, maka dari dapat diartikan bahwa
tidak menghasilkan efek terapi pada dosis tersebut dan BB kelinci yang segitu,
sehingga tidak perlu diitung parameternya.
Dosis 2 : 300 mg/kgBB
Hail dari Ln menunjukan hasil yang negatif, maka dari dapat diartikan bahwa
tidak menghasilkan efek terapi pada dosis tersebut dan BB kelinci yang segitu,
sehingga tidak perlu diitung parameternya.
Dosis 3 : 500 mg/kgBB
Dari persamaan Ln Cp Vs Waktu diperoleh persamaan :
y = -0,0159x + 5,7637
 Nilai Kemliminasi = 0,0159 (Nilai -slope)
 Co = anti ln intersep
= anti ln 5,7637
= 318,524 mg/L
 Cmax = Co .e-k.t
= 318,525 x e0,01595x0
= 318,525 mg/L
 AUC =

= 20.033 menit.mg/L
 T1/2 =

= 43,5849 menit

 Vd =

= 2,825 L

 Cl =
=

=0,0449 ml /menit
B. MENJAWAB PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. Dosis terapi
b. Dosis maksimum
c. Dosis letal
d. Initial Dose
e. Loading dose
f. Maintanance dose
2. Sebutkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan penentuan dosis regimen!
3. Apa saja pengaruh perbedaan pemberian dosis pada hewan uji pada profil
farmakokinetikanya?

JAWAB:
1.
a. Dosis terapi merupakan suatu takaran obat yang diberikan dalam keadaan
biasa dan dapat menyembuhkan penderita.
b. Dosis maksimum merupakan suatu takaran obat terbesar yang diberikan yang
masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
c. Dosis letal merupakan takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan kematian pada penderita.
d. Initial dose merupakan dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan
konsentrasi atau kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih awal.
e. Loading dose merupakan dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat
mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek
klinis.
f. Maintenance dose adalah dosis obat yang diperlukan untuk memelihara dan
mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai
dengan regimen dosis. Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah
obat yang dieliminasi dari dosis sebelumnya. Penghitungan dosis
pemeliharaan yang tepat dapat mempertahankan suatu keadaan stabil
konsentrasi obat di dalam tubuh.
2.
a. Faktor obat
1. Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, Kristal/amorf, dan sebagainya
2. Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa
3. Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya

b. Cara pemberian obat kepada penderita


1. Oral: dimakan atau diminum
2. Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya
3. Rectal, vaginal, uretral
4. Local, topikal, transdermal
5. Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya

c. Faktor penderita/karakteristik penderita


1. Umur: neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatric
2. Berat badan: biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
3. Jenis kelamin: terutama untuk obat golongan hormone d. Ras: “slow & fast
acetylators”
4. Tolerance
5. Obesitas: untuk obat-obat tertentu faktor ini harus dierhitungkan
6. Sensitivitas individual
7. Keadaan pato-fisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorpsi
obat; penyakit hati mempengaruhi metabolism obat; kelainan pada ginjal
mempengaruhi eksreksi obat.
8. Kehamilan
9. Laktasi
10. “Circadian rhyhm”
11. Lingkungan

3. Perbedaan pemberian dosis pada hewan uji pada profil farmakokinetika akan
mempengaruhi volume distribusi (Vd), klirens (CL), kadar maksimum (Cmax),
waktu maksimum (t max), dan luas area di bawah kurva (AUC)
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul Pemilihan Dosis Pada Farmakokinetika
dengan tujuan mampu mengetahui perbedaan penggunaan beberapa variasi dosis pada
hewan percobaan dan dosis yang tepat untuk hewan uji berdasarkan data profil
farmakokinetika. Obat yang digunakan adalah Na salisilat sedangkan hewan percobaan
yang digunakan adalah kelinci.
Pengujian pada praktikum ini dilakukan secara in vitro karena sampel darah
diambil dari telinga kelinci di sekitar pembuluh vena marginalis. Bulu telinga kelinci di
sekitar pembuluh darah vena marginalis dikerok sebelum pengambilan darah. Hal ini
bertujuan agar aliran darah tidak terganggu dan darah tidak kotor. Luka atau bekas
tusukan diusap dengan parafin cair atau di hair dryer jika aliran darah tidak lancar
sehingga aliran darah kembali keluar dengan lancar. Jika aliran darah dari telinga kelinci
tersebut terus mengalir maka telinga harus ditekuk sehingga darah yang mengalir akan
berhenti.
Kegunaan menetapkan parameter farmakokinetika suatu obat adalah untuk
mengkaji kinetika absorpsi, distribusi, dan eliminasinya di dalam badan. Di mana hasil
kajian ini, di antaranya memiliki arti penting dalam penetapan aturan dosis. Parameter
farmakokinetika yang dapat dipergunakan untuk mengkaji kinetika absorpsi suatu obat
diantaranya adalah konstanta kecepatan absorpsi (ka), luas daerah di bawah kurva
(AUC), dan fraksi obat yang diabsorpsi(bioavaibilitas/F). Sedang untuk kinetika
distribusi adalah volume distribusi (Vd atau VdSS). Dan untuk kinetika eliminasi adalah
klirens total (ClT), konstanta kecepatan eliminasi (Kel atau β) dan waktu paruh eliminasi
(t1/2).
Waktu sampling merupakan rentang waktu yang dapat digunakan untuk
mengetahui kadar obat dalam darah pada waktu tertentu dalam rangka pemilihan dosis
dan asumsi model kompartemen. Tujuannya adalah untuk menggambarkan profil
farmakokinetika Na Salisilat yaitu absorpsi, distribusi dan eliminasi. Pada percobaan ini
waktu sampling yang digunakan yaitu 0, 5, 10, 30, 45, 60, 90 dan 120 menit dengan
dosis yang berbeda 100 mg/kgBB, 300 mg/KgBB dan 500mg/KgBB.
Percobaan ini dilakukan dengan tiga data yang diperoleh untuk
membandingkan parameter farmakokinetik, pemberian dengan menggunakan dosis
100mg/KgBB dan 300 mg/KgBB hasil yang didapatkan tidak sesuai karena plasma yang
diperoleh minus sehingga menunjukkan data tidak valid dan tidak dapat menentukan
kapan obat tersebut terjadi proses eliminasi. Maka data yang digunakan untuk
menentukan fase eliminasi ialah dengan pemberian obat sebesar 500 mg/KgBB, hasil
eliminasi menunjukkan 0,0159/menit. Secara teori besarnya Kecepatan eliminasi salah
satunya dipengaruhi oleh metabolisme obat dalam tubuh. Hasil kliren pada dosis
500mg/kgBB 0,0449 ml /menit, Kliren umumnya dipengaruhi oleh besarnya kadar obat
dalam tubuh, makin besar kadar obat dalam tubuh maka makin besar pula nilai kliren.
Selain itu faktor fisiologis juga dapat mempengaruhi kliren : seperti pH urin, perubahan
aktivitas ekskresi renal dan perubahan aliran darah.T1/2 Eliminasi menggambarkan
waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi setengah kadar obat dari dalam tubuh.
Semakin kecil nilainya maka waktu eliminasi obat akan diperpanjang pada pemberian
secara intravena dengan dosis 500mg/KgBB menghasilkan nilai T1/2 ialah 43,5849
menit. Besarnya volume distribusi suatu obat tergantung pada pengikatan obat oleh
material hayati seperti protein atau lemak baik dalam darah atau jaringan, kecepatan
aliran darah dalam jaringan, dan koefisien partisi suatu obat. Semakin besar dosis maka
semakin besar pula Vd-nya karena Vd berbanding lurus dengan dosis awal, hasil dari Vd
ialah 2,825 L.
Ahli farmakokinetik dapat juga menggambarkan kurva kadar plasma waktu
dalam istilah farmakokinetik seperti kadar puncak dalam plasma dan area dibawah kurva
atau AUC. Waktu kadar puncak dalam plasma adalah waktu yang diperlukan untuk
mencapai konsentrasi obat maksimum dalam plasma yang secara kasar sebanding dengan
laju absorbsi obat rata-rata. Kadar puncak dalam plasma atau konsentrasi maksimum
obat biasanya dikaitkan dengan dosis dan tetapan laju absorpsi dan eliminasi obat.
Sedangkan AUC yang dihasilkan pada percobaan ini dengan dosis 500 mg/kg BB yaitu
20.033 menit.mg/L dan menghasilkan kurva yang linear yang artinya AUC pada obat
berbanding lurus dengan dosis awal pemberian. Seperti sudah dijelaskan diatas karena
pada analisis data dosis 100 mg/kg BB dan dosis 300 mg/kg BB hasilnya minus maka
tidak dapat dihitung parameter farmakokinetiknya dan tidak dapat pula ditentukan
kurvanya hal ini terjadi karena adanya kesalahan pada praktikum, AUC dikaitkan dengan
jumlah obat yang terabsorpsi secara sistemik (Shargel, 1986).
Dari semua percobaan dan tiga peringkat dosis yang digunakan, maka
disimpulkan bahwa dosis 500 mg/kg BB adalah dosis yang paling baik untuk digunakan
dalam percobaan penentuan parameter farmakokinetik Na Salisilat (percobaan
selanjutnya), karena mempunyai data yang paling baik (representatif) dan kurva yang
relatif menunjukkan profil farmakokinetika cukup baik atau linear, karena linear maka
disposisi obat tidak tergantung pada dosis (dose-independent) , sehingga jika dosis
berubah dengan kelipatan tertentu maka kadar obat didalam darah akan berubah secara
proporsional. Hal ini disebabkan karena proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
eliminasi (ADME) dari obat belum mengalami saturasi. Obat jenis ini tidak mengalami
perubahan nilai T1/2 eliminasi dan klirens jika dosis mengalami perubahan.
D. KESIMPULAN
a. Mahsiswa telah mampu mengetahui perbedaan penggunaan beberapa variasi
dosis pada hewan percobaan dan dosis yang tepat untuk hewan uji berdasarkan
data profil farmakokinetika.
b. Pemberian dengan menggunakan dosis 100mg/KgBB dan 300 mg/KgBB hasil
yang didapatkan tidak sesuai karena plasma yang diperoleh minus sehingga
menunjukkan data tidak valid dan tidak dapat menentukan kapan obat tersebut
terjadi proses eliminasi.
c. AUC yang dihasilkan pada percobaan ini dengan dosis 500 mg/kg BB yaitu
20.033 menit.mg/L dan menghasilkan kurva yang linear yang artinya AUC
pada obat berbanding lurus dengan dosis awal pemberian.
d. Dari semua percobaan dan tiga peringkat dosis yang digunakan, maka
disimpulkan bahwa dosis 500 mg/kg BB adalah dosis yang paling baik untuk
digunakan dalam percobaan penentuan parameter farmakokinetik Na Salisilat
(percobaan selanjutnya).
E. DAFTAR ACUAN

Anonim.1995.Farmakope Indonesia, edisi IV, 650. Jakarta : Depkes RI.


Donatus, I. A., 2008. Strategi Penelitian Farmakokinetika. Jakarta : Cermin Dunia
Kedokteran.
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik : Reseptor- reseptor Obat dan
Farmakodinamik. Jakarta : EGC.
Shargel.1985.Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 3 th edition, 37-38, 45-
54, 323. Singapore : the Mc Graw-Hill Companies Inc.
Shargel.1986.Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics, 5 th edition, 371-399.
Singapore : the Mc Graw-Hill Companies Inc.

Anda mungkin juga menyukai