PRAKTIKUM II
ISOLASI PIPERIN DARI BUAH CABE JAWA
1. Identitas Bahan
No. Tanaman Asal Kandungan Kimia Khasiat
a. Nama Indonesia : Cabe minyak atsiri tidak kurang dari Stimulansia, Karminativa,
Jawa 0,15% v/b dan atau piperin tidak antiinflamasi, analgetik,
Nama Ilmiah : Piper kurang dari 1,05% (FHI, hal 80) anti kanker, sebagai
retrofractum Vahl guininsin, kavisin, saponin, insektisida dan
Famili : Piperaceae polifenol, damar, pati (Umami, antimikroba (Vimay, et
2015). Piperidin, pelitorin, al., 2012).
piperlongumin, pipereikosalidin,
piperisida, piperoktadekalidin,
piplartin, retrofraktamida A,
sesamin (Parmar et al., 1997)
5 Pipa F/Siphon arm Berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang
menguap dari proses penguapan
6 Labu alas bulat/Boiling flask Berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan
pelarutnya
3. Prinsip Ekstraksi Metode Sokletasi
Bahan padat yang akan diekstraksi ditempatkan dalam thimble yang didesain sedemikian rupa agar
hanya cairan saja yang dapat melewatinya. Thimble kemudian ditempatkan di ekstraktor. Pelarut
organik kemudian dipanaskan dalam refluks dan uap yang dihasilkan mulai mendidih. Ketika uap
naik, uap tersebut dikondensasi oleh kondensor yang selanjutnya mengisi thimble. Proses ini diulang
sampai semua bahan yang akan diekstraksi dari padatan selesai sehingga hasil yang didapat
sempurna.
Melakukan sokhletasi
- Alat sokhlet dinyalakan kemudian suhunya diatur sesuai dengan titik didih pelarutnya yaitu
etanol 96%
- Ketika chamber diisikan pelarut, maka tabung siphon juga ikut terisi dengan tinggi yang sama
dengan tinggi pelarut pada sampel chamber
- Lakukan proses penyarian dengan sokhletasi selama 2 jam atau minimal 8 kali
sirkulasi
Menghitung Rendemen
- Bobot simplisia buah cabe jawa sebelumya yakni sebesar 30 gr. Selanjutnya kita perlu
menimbang bobot wadah tanpa ekstrak. Didapat bobot wadah tanpa ekstrak sebesar 11,84
gram
- Kemudian timbang bobot wadah yang berkristal, dan didapatkan bobot sebesar 12,86 gr.
Bobot kristal diperoleh dari selisih antara bobot wadah+kristal dengan bobot wadah tanpa
kristal
Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau dari kristal yang didapat dari buah
cabe jawa. Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa kristal piperin memiliki warna kuning muda,
berbau khas dan memiliki rasa yang pahit.
Proses Penotolan
- Menotolkan larutan dari bagian bawah lempeng sebesar 0,5mikroliter atau sekecil mungkin
menggunakan pipa kapiler atau mikropipet
- Menotolkan sampel ekstrak buah cabe jawa pada tempat yang diberi tanda A, kemudian
Totolkan larutan hasil penyarian pada tempat yang diberi tanda B, dan terkahir totolkan
piperin standar 0,1% pada tempat yang diberi tanda P
- Memasukkan lempeng KLT pada Chamber yang berisikan fase gerak yang telah kita jenuhkan
pada langkah sebelumnya.
- Memasukkan lempel KLT pada Chamber menggunakan penjepit kemudian tutup Chamber
dan biarkan sampai proses elusi selesai
- Proses elusi selesai apabila fase gerak telah terelusi sampai batas atas lempeng, angkat
lempeng secara hati-hati menggunakan penjepit dan kering anginkan
- Setelah lempeng diangkat dan dikering anginkan proses selanjutnya adalah proses deteksi,
proses deteksi dilakukan dibawah sinar tampak, dibawah sinar UV 254, dan sinar UV 366nm
dan menggunakan pereaksi semprot dragendroff
- Proses deteksi yang pertama, yaitu proses deteksi dibawah sinar tampak, amati lempeng
dibawah sinar tampak apakah timbul bercak atau tidak
- Selanjutnya deteksi menggunakan pereaksi semprot dragendrof, proses penyemprotan ini
dilakukan dilakukan didalam lemari asam dengan cara menyemprotkan pereaksi semprot
dragendroff pada lempeng KLT
- Mengamati bercak yang terbentuk dan hitung nilai RF nya
Setelah melakukan isolasi piperin buah cabe jawa, kemudian hitung nilai Randemen ekstrak cabe
Jawa, kristal piperin, pembanding dan uji identifikasinya menggunakan KLT, setalah itu cocokan hasil
praktikum dengan literatur
9. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Isolasi Piperin Dari Buah Cabe Jawa, memiliki tujuan,
diantaranya yaitu mahasiswa dapat memahami prinsip isolasi piperin dari buah cabe jawa
(Piper retrofractum fructus) dengan metode sokletasi. Dan juga, mahasiswa dapat memahami
prinsip analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis.
Piperin adalah suatu senyawa kimia yang terdapat dalam famili lada (P. nigrum). Zat ini
tidak berdampak negatif terhadap kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah yang tidak
berlebihan
(Sarpian, 2003).
Untuk memperoleh piperine murni perlu dilakukan suatu isolasi. Isolasi merupakan cara
pengambilan satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman untuk mengetahui senyawa
yang berkhasiat dalam tumbuhan. Dalam melakukan isolasi suatu senyawa perlu dilakukan
beberapa tahapan. Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi senyawa piperin dari Piper
retrofractum Vahl. Tahapan isolasi yang dilakukan diawali dengan proses ekstraksi,kemudian
rekristalisasi, hingga kemudian dilakukan identifikasi secara KLT.
Pada tahap pertama dilakukan pemisahan piperin dari Piper retrofractum Vahl. menggunakan
metode ekstraksi cara panas (sokletasi). Metode sokletasi ini dipilih karena piperin merupakan
senyawa yang memiliki titik leleh tinggi yaitu 128˚C-130˚C (Peter, 2000) sehingga lebih tahan
panas dan tidak menimbulkan adanya peruraian senyawa piperin akibat pemanasan yang
berulang-ulang. Hal itu didasarkan pada prinsip kerja dari sokletasi adalah penyarian yang
berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan sedikit.
Tahapan selanjutnya menimbang serbuk cabe jawa sebanyak 30 gram. Selanjutnya, membuat
selongsong untuk tempat serbuk cabe jawa yang sudah ditimbang tadi. Kemudian memasukkan
serbuk cabe jawa yang telah ditimbang ke dalam selongsong. Penggunaan selongsong dalam
proses sokletasi bertujuan agar ketika proses penyarian bahan-bahan padat yang bertindak
sebagai pengotor tidak ikut masuk ke dalam cairan penyari dan ekstrak yang diinginkan, selain
itu agar tidak terjadi penyumbatan pada sifon.
Pelarut yang digunakan dalam metode sokletasi kali ini adalah etanol. Berdasarkan Farmakope
Indonesia Edisi IV, etanol merupakan cairan yang mudah menguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78˚C (Depkes, 1995). Selain itu, etanol memenuhi beberapa syarat
pelarut yang baik, antara lain, selektivitas, mampu melarutkan solut, tidak beracun, tidak
mudah terbakar, mudah didapat, murah (Nasir dkk, 2009). Berdasarkan prinsip like dissolved
like, etanol mampu melarutkan piperin karena baik piperin maupun etanol memiliki kepolaran
yang hampir sama. Piperin tidak larut dalam air, larut dalam 30 bagian alkohol pada suhu 15˚C
(59˚F) dan dalam 1 bagian alkohol yang dipanaskan (Felter dan Lloyd,1898). Volume pelarut
yang digunakan harus dilebihkan kurang lebih 1,5-2 kali dari takaran(sirkulasi). Hal ini dilakukan
untuk mencegah habisnya pelarut pada labu akibat penguapan yang berlangsung.
Mekanisme pengekstraksiannya yaitu etanol 96% akan menembus dinding sel Piper
retrofractum Vahl. dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dalam etanol 96% di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.
Prinsip sokletasi pada praktikum kali ini dimulai dari pelarut yang dididihkan pada labu bulat
menguap menuju kondensor, lalu mengalami kondensasi yang menyebabkan cairan jatuh ke
serbuk Piper retrofractum Vahl. yang terdapat pada selongsong. Cairan ini akan melarutkan zat
aktif di dalam sampel dan jika cairan pelarut telah mencapai permukaan sifon maka seluruh
etanol yang membawa solut (zat yang telah terlarut) akan keluar melalui pipa kecil menuju labu
alas bundar. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan sehingga didapat ekstrak yang
diinginkan. Jumlah sirkulasi sokletasi pada praktikum kali ini sebanyak 8 kali sirkulasi dalam
waktu 2 jam. Sirkulasi berlangsung dari turunnya pelarut yang menjadi kecoklatan pekat hingga
menjadi tak berwarna kembali, tujuannya agar proses pengambilan senyawa aktifnya lebih
maksimal.
Proses selanjutnya adalah tahapan rekristaliasi untuk pemurnian senyawa yang didasarkan pada
perbedaan kelarutannya dalam keadaan panas atau dingin dalam suatu pelarut (Kristanti dkk,
2008). Pada praktikum kali ini rekristalisasi dilakukan dengan penambahan larutan KOH
alkoholis 10%. Pembuatan KOH dilakukan dengan pelarut etanol. Pemilihan etanol sebagai
pelarutnya didasarkan pada prinsip like dissolve like KOH yang bersifat basa dapat larut pada
etanol yang juga bersifat basa. Penambahan larutan KOH alkoholis 10% bertujuan untuk
mengisolasi senyawa piperin dalam bentuk garam dan basa bebasnya (Lisnawati, 2004). Piperin
merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral
kuat.
Piperin bisa dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang akan menghasilkan kalium piperinat
dan piperidin. Pada proses isolasi pemberian KOH-etanolik tidak boleh berlebihan dan harus
dalam keadaan panas (Anggrianti, 2008). KOH akan mengidrolisis ekstrak menjadi kalium
piperinat dan piperidin sedangkan etanol akan melarutkan pengotor-pengotor yang terdapat
dalam ekstrak. Setelah penambahan KOH, larutan didiamkan beberapa menit sampai larutan
dingin. Pendiaman ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan senyawa piperin sehingga
senyawa piperin mengendap dan membentuk kisi-kisi kristal. Setelah itu didiamkan dalam
kondisi dingin agar tahapan pembentukan kristal semakin lebih baik.
Tahapan selanjutnya yaitu mencuci kristal dan pengeringan kristal dengan cara, Kristal yang
telah terbentuk melalui penyimpanan lemari es, kemudian tambahkan etanol 96%, setelah itu
saring dengan kertas saring. Hasil endapan kemudian diambil dan dimasukkan kedalam wadah
yang baru kemudian tutup, memasukkan endapan yang telah disaring kedalam oven, setelah
dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 40C selama 3- 5 menit. Lalu simpan dalam
eksikator yang dilengkapi dengan kapur Tohor. Penyimpanan endapan yang sudah kering ke
dalam eksikator yang dilengkapi dengan kapur tohor yaitu bertujuan untuk mengeringkan
endapan sekaligus melindungi endapan dari pengaruh kelembapan udara.
Tahapan terakhir yaitu Uji Kromatografi Lapis Tipis. KLT merupakan metode pemisahan
menggunakan fase diam dan fase gerak berdasarkan sifat kepolarannya. Metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dipilih karena KLT dirasa lebih mudah dan sederhana. Selain itu, keuntungan
lainnya yaitu waktu pemisahannya lebih cepat, sensitif meskipun jumlah cuplikan sedikit masih
bisa dideteksi, daya resolusinya tinggi sehingga pemisahannya lebih sempurna, identifikasi
pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi atau dengan radiasi
menggunakan UV. Pada uji ini fase diam yang digunakan berupa lempeng silika gel 60 F 254 dan
fase gerak pada KLT ini terdiri dari diklorometana:etik asetat (70:30). Dari uji KLT ini diperoleh
nilai Rf sebagai berikut untuk sampel hasil kristalisasi pada Rf 1 diperoleh 0,6875 dan Rf 2
diperoleh 0,9375. Deteksi warna sampel hasil kristalisasi pada UV 254 nm berwarna kuning
kecoklatan ; pada UV 366 nm berwarna kuning kecoklatan dan pada ketika disemprotkan
menggunakan pereaksi semprot dragendoff berwarna kuning pudar. Nilai Rf untuk sampel hasil
penyarian pada Rf 1 diperoleh 0,6625 ; Rf 2 diperoleh 0,9375 dan Rf 3 diperoleh 1,0625. Deteksi
warna sampel hasil penyarian pada UV 254 nm berwarna kuning kecoklatan ; pada UV 366 nm
berwarna kuning kecoklatan dan pada ketika disemprotkan menggunakan pereaksi semprot
dragendoff berwarna kuning pudar. Dan untuk pembandingnya diperoleh Rf yaitu 0,9375
dengan deteksi warna pada UV 254 nm berwarna kuning kecoklatan ; pada UV 366 nm
berwarna kuning kecoklatan dan pada ketika disemprotkan menggunakan pereaksi semprot
dragendoff berwarna kuning pudar.
Jika dilihat dari nilai Rf yang diperoleh yang memiliki nilai Rf yang sama dengan nilai Rf
pembanding Piperin yaitu pada sampel hasil kristalisasi bercak 2 dan sampel hasil penyarian
bercak 2, yaitu dengan nilai 0,9375. Dapat disimpulkan bahwa sampel hasil kristalisasi bercak 2
dan sampel hasil penyarian bercak 2 mengandung senyawa piperin. Dapat disimpulkan juga
bahwa nilai sampel Rf yang lebih besar dari Rf pembanding yaitu lebih mudah terikat ke non
polar sehingga dapat terelusi dengan cepat, sedangkan nilai Rf sampel yang kurang dari Rf
pembanding yaitu lebih mudah terikat ke polar sehingga terelusi dengan lambat.
10. Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu memahami prinsip isolasi piperin dari buah cabe jawa (Piper
retrofractum fructus) dengan metode sokletasi. Dan juga, mahasiswa telah mampu
memahami prinsip analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis.
2. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode Soxhletasi.
3. %Rendemen yang diperoleh sebanyak 4,4%. Menurut FHI, 2008. %Rendemen tidak kurang
dari 1,05% yang artinya %rendemen yang diperoleh sesuai dengan literature
4. Nilai Rf yang sama dengan nilai Rf pembanding Piperin yaitu pada sampel hasil kristalisasi
bercak 2 dan sampel hasil penyarian bercak 2, yaitu dengan nilai 0,9375. Dapat disimpulkan
bahwa sampel hasil kristalisasi bercak 2 dan sampel hasil penyarian bercak 2 mengandung
senyawa piperin.