Anda di halaman 1dari 5

Praktikum Fitokimia

Isolasi dan Identifikasi Glikosida Flavonoid dari Daun Ketela Pohon dengan Metode Infundasi
Nama/NIM/Gol/Kel : Yolana Malya Tami/2/1
I. Cara Kerja Infundasi
Sebanyak 100 gr (Video) simplisia dimasukkan kedalam panci infusa bagian atas,
kemudian ditambahkan 1 L aquadest (Video) atau sebanyak 2 kali bobot bahan
(Praktikum). Untuk panci bagian bawah tambahkan air secukupnya (Video) atau
sebanyak 250 ml, lalu panaskan hingga mendidih dan mencapai suhu 90ºC. Letakkan
panci bagian atas ke panci bagian bawah yang sudah didihkan sebelumnya, kemudian
panaskan simplisia selama 15 menit. Setelah itu hasil infundasi diserkai atau disaring
menggunakan kain flanel dan perlu diingat jangan remas hasil infundasi. Hasil filtrat
yang didapat disaring kembali dengan kertas saring. Kemudian filtrat dibuat cairan
ekstrak kental, dengan cara dipanaskan diatas waterbath (Video). Cara lain, hasil filtrat
dibuat dalam bentuk serbuk kristal, dengan cara dipekatkan hingga volume berkurang
sebanyak 50% dari volume awal kemudian dimasukkan botol dan disimpan dalam kulkas
hingga terbentuk kristal warna kuning (Praktikum). Kemudian hasil kristal yang didapat
dihitung rendemennya.
II. Identifikasi Flavonoid
Glikosida Flavonoid : Rutin
Fase gerak : BAW (4:1:5) dan Asam Asetat 15%
Fase diam : Kertas Whatman
Data Kromatogram :
Ditambah penyemprot penampak noda sitrat borat :
- Sinar UV 366nm : Noda berwarna kuning intensif menunjukan positif mengandung
senyawa golongan flavonoid
Siapkan alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu hasil infundasi yaitu kristal kuning,
n – heksana, etanol 96%, fase grak dan reagen penyemprot dan alat yang digunakan
yaitu cawan porselen,mikropipet, bejana KLT, plat KLT, hot plate, lampu UV 366nm.
Kocok 50 mg ekstrak dengan 2 ml n – heksana (menarik zat warna yang dapat
menggangu identifikasi flavonoid). Lakukan penambahan dan kocok n – heksana
beberapa kali sampai didapat larutan jernih tak berwarna. Larutkan ekstrak dalam 2 ml
etanol 96% . Pindahkan ke dalam cawan porselen untuk kemudian ditotolkan pada plat
KLT. Siapkan bejana KLT dengan fase gerak yang ditentukan, dan menjenuhkan bejana .
Siapkan plat KLT ukuran 2 x 10 cm (batas bawah 1,5 cm dan batas atas 0,5). Totolkan
larutan sampel dengan mikropipet sebanyak 2 x 2 mikroliter . Masukkan plat KLT pada
bejana KLT yang sudah dijenuhkan fase gerak . Kipaskan plat KLT secara pelahan agar
menguapkan sisa fase gerak. Semprot plat KLT dengan penampak noda sitrat borat.
Panaskan plat KLT di atas hot plate selama kurang lebih 2- 3 menit . Visualisasi noda
dibawah UV 366 nm. Adanya noda berwarna kuning intensif menunjukkan sampel positif
mengandung senyawa golongan flavonoid
III. Cara Kerja Refluks
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pasang kondensor reflux pada statif.
Sebelum memasang alat, lapisi tissue pada alat statif. Pasang selang pada bagian bawah
untuk air masuk dan selang bagian atas untuk air keluar. Siapkan LAB yang berisi pelarut
dan sampel. Pasang LAB pada kondensor reflux yang sudah diolesi vaselin. Atur dan
sesuaikan LAB agar dapat masuk kedalam heating mantle/pemanas. Panaskan sesuai
dengan suhu pelarut dalat juga ditambahkan termometer agar mengetahui suhunya

Pada proses refluks ini sampel dan pelarut dimasukkan ke LAB kemudian dipanaskan
dengan heating mantle sehingga pelarut menguap dan naik menuju kondensor, ketika
sampai di kondensor akan didinginkan kemudian turun kembali ke LAB. Sehingga
pelarut tidak akan berkurang.
Materi pretes P4
1. Senyawa apa yang akan diisolasi dan termasuk golongan apa?
2. Khasiat senyawa yang akan diisolasi.
3. Bagaimana sifat fisika kimia dari senyawa yg diisolasi
4. Apa pelarut yg digunakan
5. Metode apa yg digunakan untuk ekstraksi dan mengapa?
6. Tahapan proses isolasi dan tujuan setiap langkah
7. Keuntungan dan kelemahan metode tersebut dibanding yang lain secara umum.
8. Menyebutkan susunan alat sohlet dan mekanisme penyariannya.
9. Pereaksi semprot yg digunakan untuk KLT.
10. Karakteristik bercak pada fase diam silica gel F 254 di UV 254, UV 366, visible setelah
disemprot.
JAWABAN.
1. Senyawa yg akan di isolasi: asam usnat, golongan: alkaloid
2. Khasiat senyawa as usnat: sbg anti bakteri
3. Sifat fisika:
 Dapat larut dalam aseton panas, alcohol, eter.
 Larut sedkit demi sedkit pada minyak panas
 Tidak larut dalam air
 Tahan terhadap panas
 Titik didih: 203-205 derajat C
Sifat kimia:
 Mempunyai potensi anti bakteri yang efektif terhadap bakteri gram positif
 Asam lemak berwarna kuning
 Mengandung gugus OH, c=o, c=c, -OH, -CH3, C-OC, dan gugus aromatik.
 Senyawa polifenol
4. Pelarut yang digunakan: aseton
5. Metode yang digunakan ekstraksi: soxhletasi, karena senyawa as usnat tahan terhadapn
panas titik didih (203-205 derajat C), maka penyarian digunakan metode panas.
6. Isolasi: metode penguapan dengan evaporator (evaporasi).
Prinsip: proses pemisahan ekstrak cairan penyari
 Sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat
 Panaskan water bath sesuai suhu pelarut yang digunakan
 Setelah suhu dicapai pasang labu alas bulat pada alat
 Jalankan aliran air, tombol rotor diputar.
 Setelah itu didapat residu yg telah diperoleh dari evaporasi
 Residu dilarutkan dalam kolorform dengan cara digojog 2 kali, setiap
menggunakan 25 ml kloroform.
Saring melalui kertas saring, tampung dalam botol bersih
Uapkan kloroform dengan evaporator lagi hingga kloroform habis
Tambahkan 3 ml aseton ke dalam labu untuk melarutkan residu.
Tuangkan campuran ke dalam botol kecil yang bersih dan kering
Bilas labu dengan aseton dan campurkan bilasan dengan larutan dalma botol,
sampai padatan tepat larut.
 Simpan dalam almari pendingin sehingga terbentuk Kristal.
Tujuan: membersihkan dari pengotor agar mendapatkan senyawa as usnat yang
bersih dan murni.
7. Keuntungan dan kelemahan (metode soxhletasi)
Keuntungan:
 Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukanberulang ulang
 Jumlah pelarut yang digunakan sedikit
 Jumlah sampel yangdiperlukan sedikit
 Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan:
 Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahanbahan tumbuhan yang mudah rusak
atau senyawa senyawa yang tidak tahan panaskarena akan terjadi penguraian.
 Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah,sehingga mudah menguap.
8.

1. Kondensor : berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses


pengembunan.
2. Timbal : berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil zatnya.
3. Pipa F : berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan.
4. Sifon : berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh
kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini dinamakan 1 siklus
5. Labu alas bulat : berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan pelarutnya
6. Hot plate : berfungsi sebagai pemanas larutan
Mekanisme penyarian:
 Timbang 25 gr serbuk usnea sp dan dibungkus pocong dengan kertas saring
 Dimasukkan dalam timble pada alat soxhlet
 Rangkaikan dengan labu alas bulat 250 ml yang telah diberi batu diidh 2-5
butir (anti bumping granules)
 Tambahkan pelarut yang digunakan: aseton sampai 2 sirukulasi.
 Lakukan penyarian dengan alat soxhlet selama 1,5 jam
 Hasil penyarian dinginkan suhu kamar kemudian saring.
9. Pereaksi semprot yang digunakan: anisaldehid- as sulfat
10. Karakteristik bercak pada fase diam silica gel F 254 di UV 254, UV 366, visible setelah
disemprot.
UV 254: berfluorosensi (kuning)
UV 366: padam
Visible:

Anda mungkin juga menyukai