Disusun oleh :
JURUSAN FARMASI
LAMPUNG
2016
1. Jelaskan secara rinci metode ekstraksi secara panas dan dingin yang meliputi
antara lain :
Pengertian
Komponen alat jika ada
Prinsip kerja alat
Prosedur kerja
Kelemahan dan kelebihan masing-masing prosedur
Jawaban :
a. Metode Maserasi
1. Pengertian
Keterangan :
B: Tutup
3. Prinsip
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan didalam sel.
4. Prosedur Kerja
10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan kedalam
bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5
hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari, sari diserkai, ampas diperas
Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai, sampai
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian
Setelah itu, sari dipekatkan dengan cara diuapkan pada tekanan rendah dan
suhu 50C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
5. Kelemahan dan kelebihan
Kelemahan dari metode maserasi adalah :
1. Proses penyarian tidak sempurna, karena zat aktifnya hanya mampu terekstraksi
sebesar 50% saja.
2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
3. Penyarianya kurang sempurna (dapat terjadi kejenuhan cairan penyari sehingga
kandungan kimia yang tersari terbatas).
b. Metode Perkolasi
1. Pengertian
perkolasi merupakan estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) umumnya dilakukan pada suhu kamar.
2. Komponen alat
Keterangan :
A : Perkolator
C: Keran
G: Botol perkolat
3. Prinsip
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori.
Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan
jenuh.
Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
diatasnya, dikurangi oleh daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
4. Prosedur Kerja
a. refluk
1. Pengertian
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk
mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
2. Komponen alat
Keterangan :
5. kaki tiga : untuk menyangga labu dasar bulat, kondensor saat proses pemanasan
6. statif : untuk menyangga kondensor dan labu dasar bulat
8. selang masuk : sebagai penghubung air masuk dari sirkulator menuju kondensor
9. selang keluar : sebagai penghubung keluarnya air dari kondensor menuju ember
3. Prinsip kerja
pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut
akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar
tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam
untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
4. Prosedur kerja
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3- 4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
b. Soxhlet
1. Pengertian
2. Komponen alat
Keterangan :
1. Kondenser berfungsi sebagai pendingin, dan juga untuk mempercepat proses
pengembunan.
2. Timbal berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin diambil.
3. Pipa F berfungsi sebagai jalannya uap, bagi pelarut yang menguap dari proses
penguapan.
4. Sifon berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon larutannya penuh kemudian
jatuh kelabu alas bulat maka hal ini dinamakan satu siklus.
5. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah sampel dan pelarutnya.
6. Hot plate berfungsi sebagai pemanas larutan.
3. Prinsip
4. Prosedur kerja
Serbuk kering yang akan diekstraksi, diletakkan dalam kantong sampel yang
terletak pada alat ekstraksi (tabung sokhlet).
Tabung sokhlet yang berisi kantong sampel diletekkan diantara labu destilasi dan
pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat sokhlet
Pemanas dihidupkan. Pelarut dalam labu didih menguap dan mencapai
pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong sampel sampai
mencapai tinggi tertentu / maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler)
Pelarut beserta zat yang terasari didalamnya akan turun ke labu didih melalui
pipa kapiler
Pelarut beserta zat tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini
akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari
sempurna (ditandai dengan pelarut yang melewati pipa kapiler tidak berwarna
dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok.
a. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil
yang lebih pekat
b. Serbuk simplisia disari oleh penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif
lebih banyak
c. Penyari dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume
cairan penyari.
c. Digesti
1. pengertian
d. Infudasi / Dekok
1. pengertian
Infudasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus adalah sediaan cair
yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air, pada suhu 90C selama 15 menit.
Sedangkan dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan pelarut air pada suhu 90C selama 30 menit.
2. Komponen alat
Keterangan :
B : Tangas air
3. Prinsip
Untuk melakukan proses infusa, maka kita harus mempersiapkan 1 unit panci
yang terdiri dari 2 bbuah panci yang saling bisa ditumpuk (panci-tim)
Panci yang diatas digunakan untuk menaruh bahan yang akan diekstraksi (tentu
bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu),
sementara panci bawah diisi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas panci
atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak langsung berhubungan.
4. Prosedur kerja
Membasahi baku / simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot
bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.
Dipanaskan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air ekstra) selama 15
menit pada suhu 90C sampai 98C.
Sari yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan kapang.
Identifikasi pigmen betasianin dari kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
B. Tujuan penelitian
untuk mengindentifikasi profil pigmen pada kulit buah naga yang dijumpai di daerah
Padang dan sekitarnya.
C. Hipotesis
Bahan yang digunakan antara lain :Buah naga merah, aquades, kalium dihidrofospat,
dikalium hidrophospat, betanin standar,.
Alat yang digunakan yaitu termoshaker, pisau, blender, alat gelas, timbangan analitik,
serta HPLC menggunakan Shimadzu UFLC series.
E. Prosedur Kerja
Ekstasi Pigmen
Bahan segar berupa kulit buah naga merah yang telah dicuci, dibersihkan dari
sisik, serta bagian ujung dan bagian pangkal. Kulit yang telah bersih dipotong-potong
menjadi bagian yang kecil, kemudian diblender hingga halus. Kulit buah naga yang
telah diblender kemudian ditimbang, dilarutkan dengan pelarut, dan kemudian dishaker
menggunakan termosheker. Selanjutnya kulit buah naga tersebut disaring vakum,
disentrifus, dan kemudian disaring dengan filter Milliphore (0.2 m nylon membrane).
Kulit buah naga ini sekarang siap untuk diidentifikasi menggunakan HPLC.
Analisis HPLC
Kondisi untuk preparative HPLC adalah : kolom Zorbax SB-C18 ( 5 um, 150 x 4.6
mm) dengan guard coloumn ( 5 um, 15 x 9.4 mm) (Agilent Technologies); gradient linier
diamati selama 40 menit dari 20% solvent B (aqueous 100% asetonitril) dalam solvent A
(2.5% aqueous formic acid) ke 40% B dalam A+B dengan kecepatan aliran 1 ml/menit.
Esktrak diinjeksikan sebanyak 20 l dan dideteksi pada panjang gelombang 530 nm.
Semua betasianin berada dalam bentuk glycosylated dan berasal dari unit
struktur dasar utama, yaitu aglycon betanidin dan isobetanidin (C-15 epimer).
Betasianin mempunyai empat subklas, yaitu amaranthin, betanin, gomphrenin, dan 2-
descarboxy betanin. Betasianin tipe betanin yang merupakan komponen mayor atau
minor pada beberapa tanaman penghasil betasianin mempunyai gugus hidroksil yang
memungkinkan pembentukan glikosida terutama sebagai 5O-glucosides.
Pengukuran HPLC-DAD yang dilakukan terhadap ekstrak air dari sampel yang di
duga mengandung betasianin diamati pada panjang gelombang deteksi di spektrum
sinar tampak dengan rentang panjang gelombang deteksi antara 500 550 nm,
Pengukuran ini dilakukan karena selain untuk optimasi dari penggunaan diode array
detektor yang ada, juga dikarenakan panjang gelombang tersebut merupakan panjang
gelombang dari kelompok senyawa betasianin yang ada.
Tabel. 1 waktu retensi dan presentasi luas area pigmen betasianin standar.
Tabel. 1 waktu retensi dan presentasi luas area pigmen sampel dari kulit buah
naga merah.
Pada penelitian ini, profil HPLC pigmen betanin standar berbeda dengan profil
HPLC ekstrak air dari sample ekstrak kulit buah naga merah (Gambar 3), namun hal ini
diduga akibat golongan dari pigmen betasianin. Profil ini dideteksi dengan deteksi diode
array yang mana pada profil HPLC sampel menunjukkan 3 puncak utama yang diduga
berasal dari serapan senyawa betasianin (Gambar 4). Berdasarkan pengamatan pada
tiga panjang gelombang spektrum cahaya tampak yang berbeda dengan doide array
detektor terlihat bahwa ketiga puncak yang muncul memiliki profil yang sama dan
memilki resolusi antar puncak yang cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemisahan antara tiga puncak yang diduga kelompok betasianin memilki pola
keterpisahan yang baik. Sedangkan profil larutan standar pigmen betanin
keterpisahannya kurang baik jika dibandingkan dengan sampel ekstrak kulit buah naga
merah.
Pada profil HPLC semua sampel yang diamati, puncak pertama muncul pada
waktu retensi 3,458 menit, diikuti puncak kedua pada waktu retensi 5,64 menit dan
puncak ketiga pada waktu retensi 6,165 menit (Tabel 2). Berdasarkan pola
kromatogram yang ada dapat dilihat dengan kondisi elusi yang di gunakan secara
gradient dengan sistem fase terbalik dengan komposisi fase gerak semi polar (ACN)
bergerak dari 20 40 %. Dapat di simpulkan bahwa sifat senyawa betasianin yang ada
bersifat polar, karena dari kromatogram dapat dilihat waktu retensi puncak yang keluar
sangat cepat, berkisar pada komposisi fase gerak non polar masih sekitar 20-25 %.
Dari profil puncak yang ada terlihat juga bahwa puncak kedua yang mewakili senyawa
betasianin yang kedua dari tiga jenis betasianin yang ada, memiliki luas area yang
paling besar dengan persentasi area sebesar 64,46 % (Tabel 2). Besarnya persentase
area dari senyawa kedua ini akan memberikan kontribusi utama terhadap sifat
bioaktivitas dari ekstrak yang ada, seperti kemampuan bioaktivitas antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dokument.tips/documen/ekstrasipanas_ekstrasi dingin.pdf
http://www.pustaka.ut.ac.id/Fmipa2014/identifikasi_pigmen_betasianin_dari_kulit_buahn
aga.pdf.
http://www.limnologi.lipi.go.id/Fmipa2014/identifikasi_pigmen_betasianin_pada_beberap
a_jenis_inflorensence_Celosia.pdf.
http://www.academy.edu/ekstrasi.pdf
http://fitokimiaumi.files.wordpress.com,/2009/03/metode _ekstrasi.pdf