Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

IRIGASI VAGINA

Disusun Oleh:
1. Yuliani
2. Milla Leviana
3. Lisa
4. Citra
5. Savira

YAYASAN KEBIDANAN SAPTA BUANA


KOTA MTRO
KATA PENGANTAR
i

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karuniaNYA
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah yang kami buat ini berjudul ”Formulasi Dan Evaluasi Sabun Cair
(Vaginal Douche) Antikeputihan Dengan Ekstrak Etanol Kubis Sebagai Zat
Aktif”.
Tujuan membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
teknologi sediaan farmasi semi solid dan liquid yang dibimbing oleh ibu
Oktariani Pramiastuti M. Sc., Apt. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, kami menyadari di dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari pada itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih
baik lagi dan atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.

Yuliani, April 2018


Penyusun
DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................. 3
Tujuan .................................................................................................................... 3
Manfaat ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
2.1..Douche ......................................................................................................... 4
2.2..Keputihan .................................................................................................... 7
2.3..Kubis ............................................................................................................ 11
2.4..Sabun Cair (Vaginal Douche) Antikeputihan Ekstrak
Etanol Kubis ..................................................................................... 12
A.Preformulasi ......................................................................................... 12
B.Formulasi .............................................................................................. 16
C.Prosedur pembuatan sediaan sabun cair (vaginal douche) ............... 16
D.Evaluasi fisik sediaan sabun cair (vaginal douche) ......................... 21
E.Pengujian aktivitas antijamur sediaan sabun cair
(vaginal douche) ............................................................................. 22
F.Uji banding aktivitas antijamur sediaan sabun cair
(vaginal douche) ............................................................................. 23
G.Uji praklinis sediaan sabun cair (vaginal douche) ........................... 23
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 24
Kesimpulan ................................................................................................. 24
Saran ........................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 26
LAMPIRAN ............................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata - mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya (Depkes, 2001). Kesehatan organ reproduksi dan organ genitalia
menjadi bagian yang penting. Kebersihan daerah kewanitaan bagi perempuan
sangat penting karena dapat membuat wanita merasa nyaman dan dapat
mencegah dari penyakit serta infeksi menular (Taylor, 2000).
Keputihan atau Fluor albus merupakan suatu gejala gangguan alat
kelamin yang dialami oleh wanita, berupa keluarnya cairan berwarna putih
kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Secara normal, setiap
wanita dapat mengalami keputihan. Namun perlu diwaspadai bahwa
keputihan juga dapat terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur atau juga parasit. Pengobatan menggunakan antibiotik
merupakan salah satu usaha yang dilakukan demi kesembuhan penyakit
tersebut. Padahal penggunaan antibiotik terus menerus tersebut dapat
mengakibatkan berkurangnya flora normal yang terdapat pada vagina.
Akibatnya jamur menggantikan posisi flora normal yang menguntungkan
tersebut. Telah dilaporkan bahwa Candida sp merupakan jamur yang paling
banyak ditemukan pada sekret vagina wanita yang mengalami keputihan.
Dari 100 spesies Candida yang berhasil diisolasi, 50-60% nya adalah
Candida. albicans. Candida albicans merupakan flora normal selaput mukosa
saluran pernapasan, saluran pencernaan dan genitalia wanita. Namun jamur
ini diketahui merupakan spesies candida yang paling berbahaya. Dilaporkan
bahwa 85-95% penyebab keputihan adalah C. albicans (Wozniak, et all.,
2002).
Salah satu cara perawatan daerah feminim dapat dilakukan dengan
douching vagina. Douching vagina merupakan kegiatan mencuci atau

1
membersihkan vagina dengan cara menyemprotkan air atau cairan lain (cuka,
baking soda atau larutan douching komersil) ke dalam vagina. Menurut
Taylor, dkk (2000) tujuan douching yang sesungguhnya adalah untuk tujuan
terapeutik, yaitu untuk membersihkan vagina setelah dilakukan tindakan
pembedahan, dan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri setelah diberikan
antiseptik. Akan tetapi bagi wanita yang sehat, douching dengan berbagai
bahan dan larutan akan mengubah flora bacterial normal dan keseimbangan
kimiawi vagina serta akan mengubah mucus/lender yang alami sehingga
menganggu ekologi vagina.
Douching vagina meliputi eksternal douching maupun internal douching.
Eksternal douching meliputi pembilasan labia dan bagian luar vagina dengan
bahan-bahan tertentu, sedangkan internal douching meliputi memasukkan
bahan atau alat pembersih ke dalam vagina dengan menggunakan jari dan
atau dalam bentuk spraying atau liquid. Air atau cairan lain (cuka, baking
soda, atau larutan douching komersil) tersebut diletakkan dalam botol
kemudian disemprotkan kedalam vagina melalui suatu tabung dan ujung
penyemprot (Qomariyah, 2004).
Dewasa ini perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam
(Back to nature) karena obat tradisional telah terbukti lebih aman dan tidak
menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obat kimia. Salah satu
tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat kita untuk
mengatasi masalah keputihan adalah kubis (Brassica oleracea var. capitata
alba). Secara tradisional, rebusan daun kubis dapat mengurangi rasa gatal
pada vagina akibat Candida sp. Namun kelemahan obat tradisional adalah
lamanya waktu penyembuhan akibat kadar senyawa aktif yang tidak mampu
membunuh jumlah jamur yang terus berkembangbiak.

2
Rumusan masalah
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sediaan douche?
2. Apa yang dimaksud dengan keputihan?
3. Apakah ekstrak etanol kubis dapat digunakan sebagai antikeputihan?
4. Bagaimana formulasi dan evaluasi sabun cair (vaginal douche)
antikeputihan ekstrak etanol kubis sebagai zat aktif?

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sediaan douche.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan keputihan.
3. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol kubis dapat digunakan sebagai
antikeputihan.
4. Untuk mengetahi formulasi dan evaluasi sabun cair (vaginal douche)
antikeputihan ekstrak etanol kubis sebagai zat aktif.

Manfaat
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca tentang formulasi dan evaluasi sabun cair (vaginal
douche) antikeputihan ekstrak etanol kubis sebagai zat aktif, sehingga dapat
menambah pengetahuan mengenai materi tersebut.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Douche
A. Definisi Douche
Kata “douche” berasal dari bahasa Perancis yang artinya mencuci atau
merendam. Douching berarti mencuci atau membersihkan vagina atau
“pintu kelahiran” dengan air atau campuran cairan tertentu.
Douche adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu
alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karena larutan ini mengandung bahan obat atau
antiseptik. Larutan untuk disemprotkan pada vagina (vaginal douche)
dapat dibuat dari serbuk, dari larutan cair atau dari cairan padat. Dalam
pengguanaan cairan pekat, pasien diinstruksikan untuk menambahkan
sejumlah cairan pekat yang ditentukan (biasanya satu sendok teh atau satu
tutup botol) dengan sejumlah tertentu air hangat (seringkali hampir satu
liter). Larutan yg dihasilkan maka mengandung bahan kimia dalam jumlah
yang tepat dalam kekuatan yang wajar. Zat yang terdapat adalah sama
seperti yang ditetapkan di atas untuk serbuk yang disemprotkan.
Komposisi dari serbuk untuk vaginal douche yaitu:
a. Asam borat atau natrium borat.
b. Astringen seperti kalium alum (tawas), ammonium aum, zink sulfat.
c. Antimikroba seperti oksiquinolin sulfat, povidon-iodium.
d. Kompleks ammonium kuartener seperti benzetonium klorida.
e. Detergen seperti natrium lauril sulfat.
f. Oksidator seperti natrium perborat.
g. Garam-garam seperti natrium sitrat, natrium klorida.
h. Aromatika seperti mentol timol, eukaliptol, metal salisilat, fenol.
Serbuk untuk disemprotkan umumnya digunakan untuk efek
kebersihan.sedikit serbuk untuk disemprotkan mengandung zat antiinfeksi
untuk pengobatan yang spesifik yaitu digunakan terhadap infeksi monilial
dan trikomonal.
B. Cara Penggunaan Douche

4
Cara penggunaan douche meliputi:
a. Cuci tangan sebelum menggunakan alat douche-nya sebagai aplikator.
b. Obat bisa digunakan sambil duduk di kursi toilet, kemudian ujung
pembilas dimasukkan ke dalam vagina dan lepaskan penjepit di pipa
yang terhubung dengan kantung cairan pembilas.
c. Larutan atau cairan pembilas dialirkan ke dalam vagina sambil
memegang bibir vagina tertutup untuk mempertahankan cairan.
d. Jika cairan yang dimasukkan terlalu banyak (vagina membengkak),
maka klem dibuka, setelah beberapa menit kelebihan cairan akan
keluar.
e. Proses diulangi sampai seluruh larutan dalam kantung pembilas
digunakan.
C. Bahaya yang dapat timbul dari douching
Bahaya yang dapat timbul dari douching adalah:
a. Iritasi vagina.
b. Infeksi vagina yang biasa disebut bacterial vaginosis.
c. Penyakit menular seksual (PMS).
d. Pevic Inflammatory Disease (PID) adalah infeksi pada rahim, saluran
telur hingga ke indung telur. Penyakit satu ini yang harus diwaspadai
karena PID dapat menimbulkan gangguan pada kesuburan, kehamilan
di luar kandungan, dan masalah selama dalam kehamilan
dan persalinanmisalnya infeksi pada janin, persalinan premature, dan
lain-lan.

6
D. Bentuk alat douche
a. Douche bag

Cara penggunaan:
 Mensterilkan Enema Set dengan merendam menggunakan air hangat
selama 3 sampai 4 jam (semalam) dan mencuci douche dengan
benar.
 Memperbaiki tabung douche dengan tas douche dengan
memasukkan nozzle bawah tas douche di salah satu ujung tabung
douche.
 Memperbaiki stop cock di ujung tabung douche.
 Isi tas douche dengan air hangat kuku yang akan digunakan untuk
enema.
 Memperbaiki pipa vagina dengan stop cock.
 Tempatkan tas douche di ketinggian untuk memastikan aliran air
yang baik.
 Melumasi vagina pipa / nozzle dengan vaseline.
 Putar tombol untuk membiarkan udara keluar dari tabung karet.
 Siapkan diri Anda untuk enema. (Pastikan bahwa Anda berada dalam
kesehatan yang baik dan mampu membawa kegiatan enema.)
 Masukkan pipa vagina ke dalam vagina dan putar knob of stop cork
sehingga memungkinkan aliran air melalui itu.
 Keluarkan pipa vagina ketika enema berakhir. Cuci lagi semua
peralatan enema dengan air hangat
b. Douche vaginal bottles

7
Cara penggunaan:
Cairan douching dimasukkan ke dalam botol kemudian pipanya
akan dimasukkan ke dalam vagina. Botolnya tersebut dipompa supaya
cairannya bisa keluar dan membasahi bagian dalam vagina.

Keputihan (Fluor Albus)


A. Definis keputihan
Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan
dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik
(normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak
merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu
penyakit organ reproduksi wanita (Mansjoer, 2001).

B. Macam-macam keputihan
Menurut Monalisa et al., (2012), keputihan terbagi dua macam, yaitu:
a. Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terkadang berupa
lendir atau mukus dan mengandung banyak epitel dengan leukosit yang

8
jarang, sedangkan keputihan patologis banyak mengandung leukosit.
Keputihan fisiologis terjadi pada perubahan hormon saat masa
menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke
10-16 siklus menstruasi, pada saat terangsang, hamil, kelelahan, stres,
dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB, serta
atrofi vulvovagina (hipoestrogenisme) pada menopause.
b. Keputihan Patologis
Keputihan Patologis merupakan cairan eksudat dan mengandung
banyak leukosit. Cairan ini terjadi akibat reaksi tubuh terhadap luka
(jejas). Luka (jejas) ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme
seperti jamur (Candida albicans), parasit (Trichomonas), bakteri
(E.coli, Staphylococcus, Treponema pallidum). Keputihan patologis
juga dapat terjadi akibat benda asing yang tidak sengaja atau sengaja
masuk ke dalam vagina, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan
neoplasma ganas.
C. Penyebab terjadinya keputihan
penyebab terjadinya keputihan bermacam-macam, dapat disebabkan
oleh adanya:
a. Infeksi (kuman, jamur, parasit, virus)
Adanya jasat renik berupa kuman, jamur, parasit atau virus yang
menghasilkan zat kimia tertentu bersifat asam sehingga menimbulkan
bau tak sedap dan mengganggu kehidupan sel-sel alat kelamin normal.
Beberapa contoh kuman (bakteri), jamur, parasit dan virus yang dapat
menimbulkan keputihan.

1) Kuman (bakteri)
a) Gonococus
Penyakit kelamin yang dikenal dengan nama GO disebabkan
oleh kuman Neisseria gonorhaoe mengeluarkan cairan dari liang

9
vagina berwarna kekuningan berisi nanah dari sel darah putih
yang mengandung kuman tersebut.
b) Chlangdia trachomatis
Menyebabkan penyakit pada mata yang dikenal dengan
penyakit trakoma, kuman ini juga ditemukan pada cairan rongga
vagina.
c) Treponema pallidum
Merupakan penyebab sifilis, yaitu terbentuknya kulit-kulit
kecil di ruang senggama dan bibir kemaluan yang disebut
kandilomalata.
2) Jamur
Jamur yang menyebabkan keputihan adalah dari spesies
candida, cairan yang keluar dari liang senggama biasanya kental,
berwarna putih susu dan acapkali berbentuk kepala susu disertai rasa
gatal. Beberapa keadaan yang mempercepat pertumbuhan jamur
yaitu pada kehamilan, DM, pemakai pil KB.
3) Parasit
Penyebab keputihan terbanyak karena parasit. Biasanya
disebabkan oleh Tricomonas vaginalis, cairan yang keluar dari liang
senggama biasanya banyak berbuih menyerupai air sabun dan bau
tidak terlalu gatal, tapi liang senggama tampak kemerahan dan
timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih. Pada pria
tanpa gejala sehingga dapat menular pada pasangannya tanpa
disadari.
4) Virus
Keputihan akibat infeksi virus disebabkan oleh Candyloma
acuminata dan herpes. Cairan yang dikeluarkan dari liang senggama
pada infeksi virus condyloma sering berbau, tanpa rasa gatal,
penyebabnya adalah virus caplak pada manusia (Human Poppiloma
Virus) sedangkan jenis lainnya adalah Condyloma datar yang sering
tampak pada leher rahim dan liang senggama yang di hubungkan

1
0
dengan cikal bakal terjadinya kanker rahim. Virus lain yang
menyebabkan keputihan adalah virus herpes simplek tipe 2 yang
juga merupakan penyakit yang ditularkan melalui senggama. Pada
saat awal infeksi tampak kelainan kulit berbentuk seperti melepuh
terkena panas yang kemudin pecah dan menimbulkan luka seperti
borok dan terasa sakit.
b. Kelainan alat kelamin yang didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang senggama
yang tercampur dengan air seni atau feces. Hal ini terjadi akibat adanya
lubang kecil (fistel) dari kandung kencing atau ke liang senggama
akibat adanya cacat bawaan, cidera persalinan, penyinaran pada kanker
alat kandungan (radiasi) atau kanker itu sendiri.
c. Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada
anak-anak atau tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai
waktu senggama, adanya cincing pesarium yang digunakan pada wanita
yang menderita hernia atau prolape, jika rangsangan ini menimbulkan
luka dapat menimbulkan infeksi pada liang senggama.
d. Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang
berlebihan sehingga mengakibatkan sel tumbuh sangat cepat secara
abnormal dan mudah rusak, sehingga terjadi pembusukan dan
perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk
memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut, akibat
proses pembusukan tersebut terjadi pengeluaran cairan yang banyak
disertai oleh bau busuk.

e. Menopause
Pada keadaan mati haid (baki/menopause) sel-sel pada leher rahim
dan liang senggama mengalami hambatan dalam pematangan sel karena
tidak adanya hormon pemacu yaitu estrogen, liang senggama, menjadi

10
kering kadang timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah
timbul luka dan infeksi penyerta (Sianturi, 2001).

2.4 Kubis (Brassica oleracea var. capitata)

Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman kubis


termasuk kedalam :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae var. capitata
Brassica merupakan salah satu genus yang memiliki keragaman spesis.
Hampir 40 spesies dari Brassica tersebar diseluruh dunia. Sebagian besar
tumbuh didaerah beriklim sedang, dan beberapa diantaranya bahkan tumbuh
diiklim subartik. Beberapa diantara tanaman kubis-kubisan merupakan
sayuran daun dan akar setahun dan dua-tahunan. Kubis-kubisan adalah
tanaman herba dikotil setahun dan dua-tahunan, bentuk dua-tahunan
umumnya ditanam sebagai tanaman setahun (Vincent, 1998).
Kubis segar mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium,
fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin ( A, C, E, tiamin, riboflavin,
nicotinamide), kalsium, dan beta karoten. Selain itu juga mengadnung
11
senyawa sianohidroksibutena (CHB), sulforafan, dan iberin yang merangsang
pembentukan glutation (Dalimartha, 2000).
Brassica dan banyak genus Brassicaceae mengandung senyawa
glukosinolat yang diubah oleh enzim mirosinase menjadi senyawa yang
berasa pahit (Vincent, 1998). Dilaporkan bahwa kubis berkhaisat untuk
mengobati pirai (gout, pembengkakan sendi), diare, tuli, dan sakit kepala;
lumatan kubis adalah ramuan yang biasa digunakan untuk mengobati
keracunan jamur (Vincent, 1998). Selain itu tanaman kubis juga secara
tradisional sering digunakan sebagai obat gatal akibat jamur Candida
(candidiasis), jamur dikulit kepala, tangan dan kaki, kadar kolesterol darah
tinggi, radang sendi (artritis), antidotum pada mabuk alkohol (hangover),
racun dihati, sulit buang air besar, mencegah tumor membesar, dan
meningkatkan produksi ASI (Dalimartha, 2000).

Sabun Cair (Vaginal Douche) Antikeputihan Ekstrak Etanol Kubis


A. Preformulasi
a. PEG 400 (FI III hal 504, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6
hal 517).
 Nama Resmi : POLIAETHYLENGLYCOLUM-400
 Nama lain : Polietilenglikol-400, makrogol-400, poliglikol-400
 Rumus Molekul : H(O-CH2-CH2)nOH.
 Berat Molekul : 380-420
 Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis
tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopis.
 Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%) P, dalam
aseton P, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon alifatik.
 Titik Beku : 4°C sampai 8°C.
 Khasiat : Pelarut basis
 OTT : Tidak bercampur dengan beberapa zat pewarna.

12
 Stabilitas : Dapat disterilkan dengan autoklaf, filtrasi dan
penyinaran sinar gamma.
 Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
b. Viskolam SMC-20
 Nama Resmi : VISKOLAM SMC-20
 Nama Lain : Acrylates copolymer
 Pemerian : Seperti cairan susu pada suhu 25°C dengan bau
akrilik ringan
 pH : 6,4-7,0
 Khasiat : Zat pengembang
 Stabilitas :Dosis bervariasi dari konsentrasi 5-8%.
Penambahan viscolam ke air de-terionisasi dengan pengaduk
moderat, penambahan surfaktan jenis anionik.
 Inkompatibilitas : Tidak boleh dalam keadaan beku.
 penyimpanan : Disimpan pada suhu +5°C dan +40°C, terlindung
dari cahaya langsung.
c. Asam Sitrat (FI III hal 50)
 Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM
 Nama Lain : Asam Sitrat
 Rumus Molekul : C6H8O. 7H2O
 Berat Molekul : 210,14
 Pemerian : Hablur tak berwarna atau serbuk putih, rasa asam
kuat, agak higroskopis merapuh dalam udara kering dan panas.
 Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam
1,5 bagian etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
 Khasiat : Surfaktan
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
d. NA2HPO4 (FI III hal 227 )
 Nama Resmi : DINATRII HYDROGENPHOSPHAS

13
 Nama Lain : Dinatrium hidrogenfosfat, natrrium fosfat
 Rumus Molekul : Na2HPO4.12H2O
 Berat Molekul : 358,14
 Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin.
Dalam udara kering merapuh.
 Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol
(95%) P.
 Khasiat : Bahan pendapar
 pH : larutan 2,0 % b/v 9,0 sampai 9,2
 Sterilisasi : Otoklaf atau penyaringan
 Inkompaktibel : Inkompaktibilitas dengan alkaloid antipirin,
kloralhidrat, asetat, pirogalol, resorsinol, striknin, Ca glukonat.
 Kestabilan : Anhidratnya higroskopis. Pada pemanasan 100°C
kehilangan air kristalnya. Pada suhu 400°C berubah menjadi
pirofosfat (Na4P2O7), laruran berairnya stabil.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
e. Acnibio AC
 Pemerian :berwarna pucat cairan kuning
 Kelarutan : Larut dalam air, alkohol, glikol dan pelarut polar
 Khasiat : Pengawet
 pH : 2,0-4,0
 penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
f. Oleum Rosae (FI III hal 459)
 Nama Resmi : OLEUM ROSAE
 Nama Lain : Minyak mawar
 Pemerian : Tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai
bunga mawar, rasa khas, pada suhu 250C kental, jika didinginkan
perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika
dipanaskan mudah melebur.

14
 Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform P, Larutan jernih.
 Khasiat : Pengharum/pewangi
 Konsentrasi : 0,01%-0,05%.
 Stabilitas : Memadat pada suhu18°C-22°C menjadi massa
kristal.
 Penyimpanan : Wadah tertutup rapat
g. Aquadest (FI Edisi III hal 96)
 Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
 Nama Lain : Aquadest, air suling
 Rumus Molekul : H2O
 Berat Molekul : 18,02
 Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
 Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
 Khasiat : Pelarut
 Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam
wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
 OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipien yang mudah terhidrolisis.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

B. Formulasi

15
Keterangan :
A0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
A1 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 7 %
A2 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 8,75%
C. Prosedur pembuatan sediaan sabun cair (vaginal douche)
a. Pembuatan ekstrak etanol kubis
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi atau
perendaman. Metode ini dipilih untuk mencegah kerusakan komponen
senyawa-senyawa oleh suhu yang tinggi. Rendemen ekstrak dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :

Rendemen: Berat ekstrak kental x 100%


Berat daun kubis

Berdasarkan rumus, diperoleh rendemen ekstrak sebesar 3,01%.


b. Orientasi formulasi basis sediaan sabun cair (Vaginal Douche) dan cara
pembuatan
Formula Orientasi Basis Sabun Cair
Nama Zat F0a F0b F0c

PEG 400 (mL) 0,5 0,5 0,5


Carbopol 980 (g) 0,3 - -
Esaflor HM22 - 0,3 -
Viskolam 20 (g) - - 0,3
Asam sitrat (mL) 49,2 49,2 49,2
Dinatrium hydrogen fosfat (mL) 50 50 50
Keterangan :

16
F0a:formula basis yang mengandung carbopol sebagai zat pengembang
F0b:formula basis yang mengandung esaflor sebagai zat pengembang
F0c:formula basis yang mengandung viskolam sebagai zat pengembang
Masing-masing formula dibuat dengan cara sebagai berikut: Asam
sitrat dan dinatrium hidrogen fosfat masing-masing dilarutkan dalam air
suling panas. Setelah itu viskolam SMC-20/esaflor 22/carbopol 980
dimasukkan ke dalam larutan dinatrium sampai ± 15 menit, kemudian
diaduk homogen. Larutan asam sitrat ditambahkan hingga pH menjadi
netral, lalu ditambahkan PEG 400 dan diaduk homogen. Setelah itu
ditambahkan larutan asam sitrat hingga pH yang sesuai. Kemudian
kedalamnya ditambahkan air suling sampai 100 mL, terakhir
ditambahkan olium rosae. dan diaduk hingga homogen. Formula basis
sabun cair yang digunakan adalah formula dengan pH yang sesuai dan
memiliki kelarutan yang baik.
Hasil orientasi formulasi basis sabun cair dengan variasi zat
pemgembang yang digunakan menunjukkan formula dengan pH dan
kelarutan yang berbeda.
Formula pH rata-rata Kelarutan
F0a 4,5 Tidak larut
F0b 5,3 Tidak larut
F0c 5,2 Larut

Dari ketiga formula tersebut, dapat diketahui bahwa formula basis


F0c memberikan kelarutan basis yang paling baik dibandingkan
formula lainnya. Formula basis ini kemudian dikombinasikan dengan
beberapa konsentrasi Acnibio Ac yang berfungsi sebagai pengawet.
Namun perlu dilakukan pengujian aktivitas dari acnibio ac tersebut
terhadap C. albicans sebagai jamur uji, sehingga dapat dijadikan
sebagai data pendukung bahwa aktivitas antijamur yang dihasilkan oleh
sediaan sabun cair bulan berasal dari Acnibio ac, tapi oleh ekstrak
etanol kubis sebagai zat aktif dalam sediaan.

17
Sebanyak 20 μL suspensi C. albicans dengan tingkat kekeruhan
setara dengan Mc Farland 5 disuspensikan ke dalam media SDA
bersuhu 40-50 ºC. Media uji tersebut dibiarkan pada suhu ruangan
hingga memadat. Media uji akan digunakan acnibio Ac sebagai zat
pengawetnya. Hasil uji aktivitas Acnicio Ac pada beberapa tingkat
konsentrasi dalam formula basis sabun cair adalah sebagai berikut:

Keterangan:
A. formula basis dengan konsentrasi Acninbio Ac sebesar 0,1% b/v
B. formula basis dengan konsentrasi Acninbio Ac sebesar 0,05% b/v
C. formula basis dengan konsentrasi Acninbio Ac sebesar 0,025% b/v
D. formula basis dengan konsentrasi Acninbio Ac sebesar 0,0125% b/v
Hasil pengujian aktivitas tersebut menunjukkan bahwa acnibio Ac
pada konsentrasi 0,0125% b/v tidak memberikan aktivitas antijamur
terhadap C. albicans. Dengan demikian konsentrasi acnibio ac tersebut
dapat digunakandalam formula basis sabun cair ini.
c. Pemilihan formula sabun cair uji
Pada tahap ini, terhadap masing-masing formula sabun cair dengan
konsentrasi ekstrak etanol kubis yang berbeda, dilakukan pengukuran
pH. Formula dengan pH sediaan yang sesuai dengan persyaratan pH
sabun cair antikeputihan yaitu 5,5-8,5, diformulasikan dalam skala yang
lebih besar dan dilakukan evaluasi.
Hasil formulasi sabun cair adalah sebagai berikut:

18
Keterangan :
A0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
A1 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 7 %
A2 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 8,75%
D. Evaluasi fisik sediaan sabun cair
Evaluasi sediaan sabun cair dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kestabilan sediaan dan tingkat keamanan penggunaan secara
preklinik. Formula disimpan selama 56 hari dan diamati perubahan sediaan
tersebut pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-14, ke-28, hingga hari ke-56.
Evaluasi sediaan sabun cair tersebut meliputi:
a. Pengamatan organoleptis
Evaluasi organoleptis meliputi pengamatan bentuk, warna dan bau
kedua formula sabun cair dibandingkan dengan sediaan sabun cair yang
tidak mengandung ekstrak etanol kubis sebagai kontrol negatif. Hasil
formulasi tersebut menunjukkan organoleptis yang hampir sama antara
kedua formula uji tersebut. Warna sabun cair pada formula A2 memiliki
warna yang lebih pekat sebanding dengan konsentrasi ekstrak etanol
kubis yang lebih tinggi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kedua
formula sabun cair tersebut stabil pada beberapa parameter uji yaitu
bentuk, bau, dan warna sediaan selama masa penyimpanan 56 hari.
b. Pengamatan pH
Persyaratan pH sediaan sabun cair (vaginal douche) berdasarkan
United States Patent berkisar antara 5,5- 8,5. Nilai pH tersebut tidak
akan mengganggu flora normal bakteri dalam vagina. Sediaan

19
dikatakan stabil jika tidak mengalami perubahan pH yang berarti. Hasil
pengamatan pH sediaan sabun cair tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan :
A0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
A1 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 7 %
A2 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 8,75%
Uji rentang Neuman Keuls dilakukan sebagai analisis statistik
lanjutan untuk menguji lebih lanjut apakah terdapat perbedaan yang
signifikan diantara ketiga konsentrasi formula tersebut terhadap rata-
rata pH sediaan vaginal douche selama waktu penyimpanan. Maka
dapat diartikan bahwa ketiga konsentrasi formula tersebut memberikan
efek yang berbeda satu sama lainnya terhadap rata-rata pH sediaan
sabun cair selama waktu penyimpanan. Sehingga dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa dari ketiga konsentrasi sediaan antijamur, formula A2
memberikan hasil yang lebih baik.
c. Pengukuran berat jenis sediaan
Hasil pengukuran berat jenis sediaan sabun cair tersebut adalah
sebagai berikut:

Keterangan :
A0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
A1 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 7 %

20
A2 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 8,75
Berdasarkan hasil pengamatan selama masa penyimpanan, terlihat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara berat jenis
selama masa penyimpanan, sehingga dapat dikatakan bahwa berat jenis
sediaan vaginal douche yang dibuat relatif stabil.
E. Pengujian aktivitas antijamur sediaan sabun cair
Pengujian aktivitas antijamur ini dilakukan menggunakan metode
difusi tersebut dicetak menggunakan perfoarator dan masing-masing
cetakan dilubangi. Sebanyak 50 μL masing-masing formula dimasukkan
ke dalam lubang tersebut. Media uji tersebut diinkubasi pada suhu 370C
dan dilihat daya hambatnya selama 24-48 jam.mPengujian ini dilakukan
pada awal pembuatan dan akhir penyimpanan yaitu hari ke-56. Diameter
hambat yang terbentuk sediaan sabun cair yang mengandung ekstrak
etanol Kubis terhadap C. albicans adalah sebagai berikut:

Keterangan :
A: Hasil uji aktivitas pada hari awal pembuatan
B: Hasil uji aktivitas pada akhir penyimpanan (hari ke-56)
A0: Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
A1: Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 7 %
A2: Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 8,75 %
Hasil pengukuran diameter hambat sabun Cair Ekstrak Etanol Kubis
terhadap Candida albicans:

21
Keterangan :
A0 : Formula tanpa ekstrak etanol daun kubis
A1 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 7 %
A2 : Formula dengan ekstrak etanol daun kubis 8,75 %
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa semakin
besar konsentrasi ekstrak, maka diameter zona hambat semakin besar. Hal
ini menunjukkan bahwa sediaan vaginal douche ekstrak daun kubis
memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.
F. Uji banding aktivitas antijamur sediaan sabun cair
Uji banding aktivitas ini dilakukan untuk mengetahui potensi daya
hambat antikeputihan terhadap C. albicans dari sediaan sabun cair yang
mengandung ekstrak etanol kubis dibandingkan dengan sabun cair
antikeputihan yang mengandung povidone iodine. Hasil uji banding
aktivitas tersebut menunjukkan bahwa daya hambat povidone iodine lebih
besar dibandingkan sabun cair yang mengandung ekstrak etanol kubis. Hal
ini karena sabun cair yang mengandung ekstrak masih mengandung
banyak senyawa campuran, sehingga kadar senyawa aktif yang bekerja
menghambat C. albicans tidak sebanyak povidone iodine yang merupakan
senyawa murni. Data diameter hambat hasil uji banding sabun cair ekstrak
etanol kubis dan povidone iodine terhadap Candida albicans adalah
sebagai berikut:

22
Hal ini berarti untuk menghasilkan aktivitas antijamur yang sama terhadap
C. albicans, maka 1 ppm sediaan sabun cair ekstrak daun kubis sebanding
dengan 0,2576 ppm sediaan sabun cair Povidone iodine.
G. Uji praklinis sediaan formulasi
Uji iritasi primer dilakukan terhadap ekstrak pada kulit punggung
kelinci yang telah digores. Ekstrak tersebut diencerkan hingga konsentrasi
tertentu dan masing-masing konsentrasi ditempatkan pada kasa
hipoalergenik berplester kemudian ditempelkan pada punggung kelinci.
Pengamatan dilakukan pada jam ke-24, 48 dan 72 setelah pemakaian,
terhadap pemunculan gatal, kemerahan, eritema dan udem. Setelah
penutup dibuka, ditunggu dahulu 15–30 menit untuk menghilangkan efek
plester. Hasil uji iritasi tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
kubis dan sediaan sabun cair ekstrak etanol kubis tidak menimbulkan
iritasi terhadap kulit punggung kelinci.

23
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Douche adalah larutan dalam air yang dimaksudkan dengan suatu alat
ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk membersihkan.
Karena larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik.
2. Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah
haid. Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan
gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita.
3. Kubis merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat
antikeputihan.
4. Hasil formulasi sediaan sabun cair ekstrak etanol kubis memiliki
karakteristik organoleptis: bentuk larutan, warna coklat tua, dan bau khas
kubis. Hasil evaluasi yang meliputi pengamatan organoleptis, pH, berat
jenis dan aktivitas antijamur selama masa penyimpanan (56 hari),
menunjukkan bahwa kedua formula uji dan formula blanko memiliki
kestabilan yang baik. Aktivitas antijamur yang dihasilkan oleh kedua
formula uji pun menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ektrak
etanol maka semakin besar pula diameter hambat yang terbentuk.
5. Berdasarkan penelitian tersebut, formula A2 dengan konsentrasi ekstrak
etanol kubis 8,75 % merupakan formula yang paling baik dan memenuhi
persyaratan sabun cair antikeputihan.
6. Hasil uji banding aktivitas antijamur menunjukkan bahwa sediaan sabun
cair ekstrak etanol memiliki aktivitas yang lebih kecil dibandingkan
dengan sabun cair komersial yang mengandung Povidone iodine sebagai
zat aktifnya. Nilai banding tersebut yaitu 1: 0,2576 .
7. Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa formula A2 dan ektrak etanol kubis
tidak menimbulkan iritasi, dibandingkan dengan kontrol normal.
Saran

Sebagai kelanjutan dari penelitian ini, diperlukan suatu optimasi


formulasi untuk menghasilkan suatu sediaan sabun cair dengan
warna dan pengemasan yang lebih menarik. Untuk meningkatkan
spektrum aktivitas antikeputihan sediaan sabun cair yang mengandung
ekstrak etanol kubis ini perlu dilakukan penelusuran aktivitas sediaan
ini terhadap penyebab keputihan lainnya, seperti Trichomonas vaginalis
dan Neisseria gonorrhoeae.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan

Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus


Agriwidya.
Depkes RI. 2001. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Goskonda, S. R. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition.
London: Pharmaceutical Press.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Monalisa, Bubakar, A Rahman. 2012. Clinical Aspects Fluor Albus Of Female
And Treatment Vol.1 No.1
Qomariyah. 2004. Vaginal douching praktik hygiene perorangan pada
perempuan. Factsheet Yayasan Mitra INTI.
Sianturi. 2001. Keputihan Suatu Kenyataan dan Kemelut. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Taylor C, Lillis C, Le More P. 2000. Fundamentals of nursing the art and science
of nursing care B Third Edition. Philadhelpia: Lippincott.
Tjitraresmi, Ami., Agung Fitri Kusuma, Sri., Rusmiati, Dewi. 2010. Formulasi
Dan Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan Dengan Ekstrak Etanol Kubis
Sebagai Zat Aktif. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Vincent, Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip Produksi dan Gizi Edisi 2.
Bandung: ITB.
Wozniak, K. L., Floyd L. Wormley, Jr., and Paul L. Fidel, Jr. 2002. Candida-
Specific Antibodies during Experimental Vaginal Candidiasis in Mice,
Infection and Immunity Vol. 70 No. 10.

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai