Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FARMAKOTERAPI II

KANKER PAYUDARA

KELOMPOK V :

NURDIANA TANDI PARE

ANGGUN DIAN LESTARI

FADILAH ISKANDAR

ELISABETH BARUSA

DOSEN PENGAMPU : SANDRIANI A. ORATMANGUN,M.Farm.,Apt

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TNGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PROGRAM STUDI FARMASI

SORONG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
hidayah-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan “Kanker Payudara”
sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Farmakoterapi II oleh Sandriani
A Oratmangun, M. Farm., Apt.

Kami sangatmengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk


Makalah ini, demi kesempurnaan Makalah selanjutnya.Akhir kata, semoga segala
informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.khususnya mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
PAPUA SORONG, serta masyarakat Papua pada umumnya

Sorong, Juni 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Payudara .................................................................. 3

B. Prevalensi Kanker Payudara .............................................................. 5

C. Patofisiologi ....................................................................................... 5

D. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara..................................... 7

E. Tanda/ Gejala dan Diagnosis ............................................................ 11

F. Terapi Non Farmakologi dan Farmakologi ....................................... 12

G. Interaksi Obat ..................................................................................... 24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 27

B. Saran .................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi dan cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan
99% terjadi pada perempuan,sedangkan pada laki-laki hanya 1%, sehingga
kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama pada perempuan. Pada pria, usia rata-rata untuk terdiagnosis kanker
payudara adalah 60 tahun dan sebagian besar kanker payudara pada laki-
laki terdiagnosis pada tahap lanjut, kemungkinan karena laki-laki tidak
terlalu menyadari tentang benjolan payudara dibandingkan wanita.

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini


menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak
ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker
payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika
Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita
terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya.
Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang
terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara
menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita.

Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat


kanker. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal
karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah
menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara
stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kanker Payudara?
2. Bagaimana Prevalensi Kanker Payudara?
3. Bagaimana patofisiologi Kanker Payudara?
4. Apa Saja Etiologi Dan Faktor Resiko ?
5. Bagaimana Tanda, Gejala dan Diagnosis Kanker Payudara?
6. Bagaimana Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi Kanker Payudara?
7. Bagaimana Interaksi Obat Kanker Payudara?

4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Kanker Payudara
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Prevalensi Kanker Payudara
3. Untuk Mengetahui Bagaimana patofisiologi dari Kanker Payudara
4. Untuk MengetahuiApa Saja Etiologi Dan Faktor Resiko
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Tanda, Gejala dan Diagnosis Kanker
Payudara
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi
Kanker Payudara
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Interaksi Obat Kanker Payudara
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Studi Kasus Kanker Payudara

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan tersebut di atas, adapun manfaat dalam
penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya tentang “Farmakoterapi Kanker Payudara” dalam bidang
Farmakoterapi II.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker Payudara

Payudara (mammae) adalah kelenjar kulit yang di dalam hidup ini


mengambil posisi begitu penting, sehingga hewan menyusui di beri nama
mammalia dan kita memanggil ibu dengan ‘mama’. Di buat di kulit, seperti
kelenjar keringan yang tidak terlihat, kelenjar ini tumbuh besar sebagai kelenjar
susu yang member kita makanan dan kemesraan pada bulan bulan pertama
kehidupan, kecuali ada sesuatu yang membuatnya tidak mampu atau tidak bias

Setiap payudara terdiri atas dua belas sampai dua puluh kelenjar yang
masing masing tumbuh besar, unit-unit yang bersama-sama memnbentuk struktur
kelenjar payudara yang berjendal jendul dan semuanya bermuarah di puting.
Payudara tudak ada hubungannya dengan otot dada besar (muskulus pektoralis)
yang melaluui suatu urat yang kokoh melekat pada lengan atas dan di ujung lain
berpegangan kuat pada dinding dada dengan melebar seperti kipas. Burung
menggunakan otot ini untuk terbang, harimau tutul menggunakannya untuk lari
cepat memburu korabannya dan kita memerlukannya untuk saling memeluk.
Jadi, kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas dari salah satu
kelenjar kulit di sebelah luar rongga dada. Kelenjar limfe ketiak membentuk
system pengaliran limfe bagi kedua kuadran atas tubuh, selain payudara termasuk
di sini juga kedua lengan. Jumlah kelenjar limfa ini berfariasi, meluasnya dari sisi
luar atas kelenjar payudara sampai di bawah dan belakang tulang selangkah. Di
sini berhubungan dengan kelenjar limfe leher terbawah saling berhubungan
dengan system pembulu balik, jalan bagi metastatis hematogen berjarak.
Apabila pengaliran keluar limfe tertutup oleh diseksi kelenjar limfe,
pertumbuhan masuk dari kanker, penyinaran atau kombinasi sebab-sebab ini,
terjadilah edema (sembab,pembekakan) limfe yang ditakuti dari lengan dan
tangan. Pada penyebaran kanker secara limfogen, kelenjar satu persatu terkena.
Kelenjar yang menempung penyebaran pertama disebut kelennjar penjaga
gerbang pengawal. Terkena tidaknya kelenjar ini akan menentukan pilihan terapi.
Jika kelenjar ini bebas dari metastatis, penyebaran dikelenjar limfe lain yang
letaknya lebih ke atas tidak perlu di fikirkan.

B. Prevalensi Kanker Payudara


Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan

6
Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun
2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan
Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000
wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan
mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada
pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh
karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini,
pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.

C. Patofisologi Kanker Payudara

Penelitian terakhir tentang metastasis kanker payudara menyebutkan


bahwa sebelum tumor berkembang, sel-sel kanker payudara menyebabkan
perubahan molekul sehingga dapat menyebar ke organ lain. Menurut studi
Icahn School of Medicine dan Universitas Regensburg di Jerman, sifat sel ini
akan tetap tenang dalam jangka waktu yang lama, kemudian muncul secara
agresif sehingga menyebabkan metastasis kanker payudara mematikan.

Studi tentang kanker diterbitkan dalam jurnal Nature, dan dilakukan


pada hewan dan diuji dalam sampel manusia. Penelitian ini memecahkan
misteri bagaimana bentuk metastasis kanker payudara tanpa tumor primer, uji
penyebaran awal dan metastasis, selain itu tumor primer secara klinis mungkin
tidak pernah berkembang.

Tim ilmuwan dari Universitas Regensburg telah menemukan bahwa sel-


sel kanker bisa menyebar tidak hanya dengan cara bermutasi, tetapi juga bisa
menyebar dengan menyebarkan sel. Tetapi ilmuwan masih belum mengetahui,
bagaimana lesi kanker dini bisa berkembang dengan ciri-ciri tumor ganas
tidak diketahui.
Studi ini menjelaskan dua perubahan sel kanker payudara, onkogen dan
perubahan tumor supresor, dimana sel termotivasi berpindah dari jaringan
payudara ke paru-paru ataupun ke bagian tubuh lainnya. Disebutkan, ada
kemungkinan sel-sel ini hidup tenang sampai berganti menjadi pertumbuhan
aktif dan metastasis berkembang di organ paru-paru.

Secara biologis, model baru metastasis kanker payudara awal akan


mengubah segala sesuatu yang digunakan dalam ilmu kedokteran. Setidaknya
menambah wawasan dan pola pikir tentang bagaimana kanker menyebar dan

7
membentuk metastasis. Sebagian besar penyebaran sel-sel awalnya tetap aktif
dan kemoterapi bertarget hanya ditujukan pada sel-sel proliferatif. Sel pertama
dalam penyebaran kanker akan menyembunyikan dirinya dari terapi
konvensional, sekalipun itu tumor primer mematikan.

Studi ini justru telah memunculkan pertanyaan baru tentang bagaimana


awal penyebaran sel-sel yang mendukung perkembangan metastasis kanker.
Apakah sel ini berkembang sendiri, mengatur tempat tinggalnya dan
kemudian sel tumor awal tidak terdeteksi? Penelitian ini diharapkan bisa
mengungkap mekanisme biologis baru diseminasi awal yang harus
dieksplorasi, untuk memahami bagaimana menargetkan benih metastasis.

Awal penyebaran sel kanker adalah perluasan dari proses normal yang
menciptakan pohon percabangan di saluran ASI wanita. Dua jalur utama akan
aktif dalam proses p38 dan HER2 onkogen. Proses p38 mampu merangsang
HER2 yang akan mengaktifkan modul EMT (Epithelial to Mesenchymal
Transition). EMT membantu pergerakan sel selama embriogenesis dan
pengembangan jaringan. Klein juga membantu perkembangan reseptor
Progesteron yang mengontrol percabangan pohon Ca Mammae.

Pohon Ca Mammae berkembang, p38, HER2, dan EMT, merupakan


jalan alternatif yang menghidupkan dan mematikan. Semuanya bekerjasama
dengan Progesteron yang memungkinkan sel-sel payudara bergerak melalui
kelenjar susu, melubangi tubular, menciptakan cabang jaringan saluran susu
yang mengalir ke puting. Ini merupakan proses normal dalam perkembangan
kanker payudara.
Tapi dalam percobaan ini penjelasannya berbeda, jika HER2 termasuk
over-aktif atau bermutasi, dan p38 secara permanen dimatikan, EMT secara
terus-menerus aktif, hal ini memungkinkan sel bergerak keluar dari kelenjar
susu dan berpindah ke organ lain melalui darah. Proses serupa juga terjadi
pada penyebaran awal dan metastasis kanker lainnya, termasuk Melanoma
dan kanker Pankreas. Bahkan, penyebaran awal kanker pankreas juga telah
dikaitkan dengan proses EMT.

8
D. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Payudara
1. Etiologi
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan
adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis.Pemeriksaan ini
dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan
pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisi lengan di samping, di
atas kepala dan bertolak pinggang.Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan
sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer
dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.( lihat gambar 1 )
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine),
lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua payudara
dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun
radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan
lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra
dan supraklavikula
2. Faktor Resiko

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Sulit untuk


memastikan bahwa tiap penderita memiliki penyebab yang sama atau tidak.
Tetapi ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat risiko terkena
kanker payudara, antara lain:

1. Dampak Diagnosis Kanker Payudara yang Sebelumnya


Jika Anda pernah mengidap kanker payudara atau terjadi perubahan sifat sel
kanker non-invasif yang terkandung di dalam saluran payudara menjadi sel
kanker invasif, Anda dapat kembali terkena kanker pada payudara yang sama
atau pada payudara satunya.

9
2. Pengaruh Benjolan Jinak yang Pernah Dimiliki
Memiliki benjolan jinak bukan berarti Anda mengidap kanker payudara,
tetapi benjolan tertentu mungkin bisa meningkatkan risiko Anda. Perubahan
kecil pada jaringan payudara Anda, seperti pertumbuhan sel yang tidak lazim
dalam saluran atau lobulus, bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena
kanker payudara.

3. Pengaruh Genetika dan Riwayat Kesehatan Keluarga


Jika Anda memiliki keluarga inti (misalnya, ibu, kakak, adik atau anak) yang
mengidap kanker payudara atau ovarium, risiko Anda untuk terkena kanker
payudara akan meningkat. Tetapi kanker payudara mungkin juga muncul
lebih dari sekali dalam satu keluarga secara kebetulan.

Umumnya kasus kanker payudara bukan dikarenakan faktor keturunan


(hereditas), tetapi mutasi gen tertentu yang dikenal dengan
nama BRCA1 dan BRCA2 dapat mempertinggi risiko kanker
payudara dan kanker ovarium. Jenis kanker ini juga mungkin diturunkan
orang tua kepada anak.
4. Faktor Usia
Seiring bertambahnya usia, risiko kanker juga akan meningkat. Kanker
payudara umumnya terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun yang sudah
mengalami menopause. Sekitar 80 persen kasus kanker payudara terjadi pada
wanita berusia di atas 50 tahun.

5. Risiko Paparan Radiasi


Risiko Anda untuk terkena kanker payudara juga bisa meningkat jika sering
terpapar radiasi atau akibat prosedur medis tertentu yang menggunakan
radiasi seperti rontgen dan CT scan.

6. Risiko Paparan Estrogen


Risiko terkena kanker payudara akan sedikit meningkat akibat tingkat
paparan terhadap estrogen dalam tubuh.

10
Contoh:

 Jika Anda tidak memiliki keturunan atau melahirkan di usia lanjut.


Hal ini akan meningkatkan risiko kanker payudara karena paparan
terhadap estrogen tidak terhalang oleh proses kehamilan.
 Jika Anda mengalami masa menstruasi yang lebih lama (misalnya,
mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun atau mengalami menopause
setelah usia 55 tahun).
7. Pengaruh Terapi Penggantian Hormon
Terapi penggantian hormon kombinasi memiliki risiko sedikit lebih tinggi
daripada terapi penggantian hormon estrogen. Tetapi keduanya tetap dapat
mempertinggi risiko terkena kanker payudara.Di antara 1.000 wanita yang
menjalani terapi hormon kombinasi selama 10 tahun, diperkirakan akan ada
19 kasus kanker payudara lebih banyak dibanding kelompok wanita yang
tidak pernah menerima terapi hormon. Risiko ini juga akan meningkat seiring
durasi terapi, tapi akan kembali normal setelah Anda berhenti menjalaninya.

8. Pengaruh Kelebihan Berat Badan Atau Obesitas


Kelebihan berat badan setelah menopause dapat menyebabkan peningkatan
produksi estrogen sehingga risiko kanker payudara akan meningkat.

9. Konsumsi Minuman Keras


Sebuah penelitian telah dilakukan terhadap 200 wanita pengonsumsi
minuman keras dan 200 wanita bukan pengonsumsi minuman keras. Hasilnya
menyatakan bahwa anggota kelompok pengonsumsi minuman keras bisa
terserang kanker sebanyak tiga orang lebih banyak. Risiko kanker payudara
akan meningkat seiring banyaknya jumlah minuman keras yang dikonsumsi.

11
E. Tanda, Gejala dan Diagnosis Kanker Payudara
1. Tanda dan Gejala

Indikasi pertama dari kanker payudara yang umumnya disadari adalah


benjolan atau kulit yang menebal di payudara, tetapi sekitar 9 dari 10 benjolan
yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.

Indikasi pertama kanker payudara yang biasanya disadari adalah benjolan atau
kulit yang menebal pada payudara. Meski demikian, sekitar 9 dari 10 benjolan
yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.

Terdapat beberapa indikasi yang perlu Anda perhatikan agar bisa ditanyakan
langsung kepada dokter yang menangani Anda. Contoh gejala tersebut adalah
rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi.

Kemunculan benjolan atau kulit payudara yang menebal serta keluarnya cairan
dari puting (biasanya disertai darah) juga perlu Anda waspadai. Beberapa
gejala lainnya adalah perubahan ukuran pada salah satu atau kedua payudara,
perubahan bentuk puting, serta kulit payudara yang mengerut.

Anda mungkin juga akan mengalami gatal-gatal dan muncul ruam di sekitar
puting Anda. Pada bagian ketiak Anda, bisa juga muncul benjolan atau
pembengkakan. Tanda-tanda dan gejala di atas perlu Anda waspadai dan
usahakan untuk menanyakan pada dokter untuk memastikan kondisi yang
Anda alami.

2. Diagnosis

Pada umumnya, kanker payudara didiagnosis melalui pemeriksaan rutin atau


ketika penderitanya menyadari gejala-gejala tertentu yang akhirnya menjadi
pendorong untuk ke dokter.Pemeriksaan fisik saja tidak cukup untuk
mengonfirmasi diagnosis kanker payudara.

12
Jika menemukan benjolan pada payudara Anda, dokter akan menganjurkan
beberapa prosedur untuk memastikan apakah Anda menderita kanker
payudara atau tidak.

 Mamografi. Pemeriksaan dengan mamografi umumnya digunakan untuk


mendeteksi keberadaan kanker.
 USG. Jenis pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan apakah benjolan
pada payudara berbentuk padat atau mengandung cairan.
 Biopsi. Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan sampel sel-sel payudara
dan mengujinya untuk mengetahui apakah sel-sel tersebut bersifat kanker.
Melalui prosedur ini, sampel biopsi juga akan diteliti untuk mengetahui jenis
sel payudara yang terkena kanker, keganasannya serta reaksinya terhadap
hormon.
Saat didiagnosis positif mengidap kanker, Anda memerlukan sejumlah
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui stadium dan tingkat penyebaran
kanker. Di antaranya:

 MRI dan CT scan.


 Rontgen dada.

 Pemeriksaan tulang untuk mengecek apakah kanker sudah menyebar ke


tulang.

Biopsi kelenjar getah bening (noda limfa) di ketiak. Jika terjadi penyebaran
kanker, kelenjar getah bening pertama yang akan terinfeksi adalah noda limfa
sentinel.Lokasinya bervariasi jadi perlu diidentifikasikan dengan kombinasi
isotop radioaktif dan tinta biru.
Anda juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan yang akan menunjukkan
reaksi kanker pada jenis-jenis pengobatan tertentu.
Di antaranya:
 Pemeriksaan HER2
Kanker yang dirangsang oleh protein, disebut dengan HER2 (human
epidermal growth factor receptor 2), dapat ditangani dengan obat-obatan yang
memblokir efek HER2. Jenis pengobatan ini disebut terapi biologis atau
molekul.
 Pemeriksaan reseptor hormon

13
Pertumbuhan sel kanker payudara juga mungkin dipicu oleh hormon alami
tubuh, misalnya estrogen dan progesteron. Sampel sel kanker akan diambil
dari payudara dan diuji untuk melihat reaksinya pada estrogen atau
progesteron. Jika hormon menempel pada sel kanker, yaitu pada reseptor
hormon, sel tersebut akan disebut sebagai reseptor hormon positif.

Stadium Kanker Payudara


Stadium menjelaskan ukuran kanker dan tingkat penyebarannya. Kanker
payudara duktal non-invasif terkadang digambarkan sebagai Stadium 0.
Stadium lainnya menjelaskan perkembangan kanker payudara invasif. Dokter
akan menentukan stadium kanker setelah Anda didiagnosis positif terkena
kanker.

 Pada stadium 1
Ukuran tumor kurang dari 2 cm. Tumor tidak menyebar ke kelenjar getah
bening di ketiak dan tidak ada tanda-tanda penyebaran kanker ke bagian lain
tubuh.
 Pada stadium 2
Ukuran tumor 2-5 cm atau tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening, atau
keduanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian
lain tubuh.

 Pada stadium 3
Ukuran tumor 2-5 cm. Tumor mungkin menempel pada kulit atau jaringan di
sekitar payudara. Kelenjar getah bening di ketiak terinfeksi, tapi tidak ada
tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
 Pada stadium 4
Tumor dengan segala ukuran dan sudah menyebar ke bagian lain tubuh
(metastasis).

14
F. Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi Kanker Payudara
1. Terapi Non-Farmakologi

Langkah utamanya adalah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat.


Misalnya mengurangi konsumsi makanan berlemak, menjaga berat badan
yang sehat dan ideal, teratur berolahraga, serta membatasi konsumsi alkohol.
Cara-cara tersebut tidak hanya bisa menurunkan risiko kanker payudara, tapi
juga mencegah berbagai penyakit lain.

Selain gaya hidup, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang pernah
menyusui memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker payudara. Hal
ini mungkin terjadi karena masa ovulasi mereka menjadi tidak rutin saat
sedang menyusui sehingga tingkat estrogen tetap stabil.

2. Terapi Farmakologi Kanker Payudara

Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap
dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada kanker
payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif.
Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau
stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai 11 beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan
untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga.
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, comorbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan
sistemik termasuk end of life isssues.

1. Pembedahan Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal


untuk pengobatan kanker payudara. Terapi pembedahan dikenal sebagai
berikut :

15
Terapi atas masalah lokal dan regional :

Mastektomi :

 breast conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi


lokal/regional. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal :

 ovariektomi, adrenalektomi, dsb. Terapi terhadap tumor residif dan


metastase.

 Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas.

 terapi lokal/regional, dapat dilakukan pada saat bersamaan


(immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).

2. Terapi Sistemik
Kemoterapi Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau
berupa gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih
dapat diterima Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan
beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan
diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar
lini pertama (first line) .

16
3. Terapi Hormonal Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan
penting dalam menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga

17
diperlukan validasi pemeriksaan tersebut dengan baik. 16 Terapi
hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV Pada kasus kanker
dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya
adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari
hormonal terapi. Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang
sudah menopause dan Her2-. Lama pemberian ajuvan hormonal selama
5-10 tahun

4. Terapi Target Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah


sakit tipe A/B Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan
pemeriksaan IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah
herceptin, lebih diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan
yang mempunyai prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3 minggu).
Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan.

5. Radioterapi Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam


tatalaksana kanker payudara. Radioterapi dalam tatalaksana kanker
payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua
kasus kanker payudara (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan
radioterapi pada BCS meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi
angka kematian karena kanker payudara dan memiliki kesintasan yang
sama dengan pasien kanker payudara stadium dini yang ditatalaksana
dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara dapat diabaikan pada
pasien kanker payudara pasca BCS berusia > 70 tahun dengan syarat:
(ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1). Reseptor estrogen +
Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal

18
6. Target radiasi Pendefinisian target radiasi untuk radioterapi 2 dimensi
menggunaan prinsip penanda tulang dan batas-batas anatomi. Batas-
batas lapangan radiasi pada kanker payudara dengan teknik 2 dimensi
Batas medial: garis mid sternalis. Batas lateral: garis mid aksilaris atau
minimal 2 cm dari payudara yang dapat teraba. Batas superior: caput
clacivula atau pada sela iga ke-2. Batas inferior: 2 cm dari lipatan infra
mammary. Batas dalam: 2-2.5 cm dari tulang iga sisi luar ke arah paru.
Batas luar: 2 cm dari penanda di kulit. Pendefinisian target radiasi untuk
radioterapi 3 dimensi harus berdasarkan terminologi International
Commission on Radiation Units and Measurements - 50 (ICRU-50);
yaitu gross tumor volume (GTV), clinical target volume (CTV) dan
planning target volume (PTV). i) GTV: tidak ada, karena pasca operasi
radikal atau eksisi luas. ii) CTV: berdasarkan ESTRO consensus
guideline on target volume definition for elective radiation therapy for
early stage breast cancer (Radiother Oncol 2015). iii) PTV: 0.5-1 cm
tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi yang digunakan.

19
G. Interaksi Obat

Komplikasi yang mungkin terjadi :

Pembedahan tumor marker : infeksi-penumpukan seroma-nekrosis flapedema


lengan- perlunya mobilisasi dini dll.

Terapi hormon: hot Flashes, vaginal discharge dan menstruasi yang tak teratur.
Kejadian thromboemboli juga merupakan komplikasi yang mungkin terjadi.
Penderita Examination yangmendapat pengobatan tamoksifen harus CT scan
kepala mendapatkan evaluasi ginekologik setiap tahun secara periodik atas
kemungkinannya terkena karsinoma endometrial.Sedangkan penderita yang
menggunakan Body aromatase inhibitor dilakukan pemeriksaan BMD (Bone
Mineral Densitometry) sebelum memulai pengobatan dan Keterangan : diulang
secara periodik.

Kemoterapi: dini atau lambat ( late)

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Pencegahan (primer)
adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pencegahan pri mer berupa
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat
kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer
atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor
-faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan
berusaha menghindarinya.

B. Saran
Berkat kerja sama yang kompak dari kelompok kami, alhamdulillah
makalah ini kami susun dan dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Namun, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan (memiliki kekurangan). Oleh karena itu, kami membutuhkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak agar kami
dapat lebih menyempurnakannya lagi untuk ke depan. Terima kasih

21
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto, 2008.Farmakoterapi dan Terminologi medis. Yogyakarta: Leskonfi.

Sukandar, Prof.Dr.Elin Yulinah Apt, dkk.2008.ISO


FARMAKOTERAPI.Jakarta:Isfi Penerbitan

Researchers Reveal How Cancer Can Spread Even Before a Tumor Develops, 14
Dec 2016, by Mount Sinai Health System

Mechanism of early dissemination and metastasis in Her2 mammary cancer.


Nature, 2016; DOI: 10.1038/nature20609

Early dissemination seeds metastasis in breast cancer. Nature, 2016; DOI:


10.1038/nature20785

22

Anda mungkin juga menyukai