KANKER PAYUDARA
KELOMPOK V :
FADILAH ISKANDAR
ELISABETH BARUSA
SORONG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
hidayah-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan “Kanker Payudara”
sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Farmakoterapi II oleh Sandriani
A Oratmangun, M. Farm., Apt.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
C. Patofisiologi ....................................................................................... 5
A. Kesimpulan ....................................................................................... 27
B. Saran .................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi dan cenderung meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan
99% terjadi pada perempuan,sedangkan pada laki-laki hanya 1%, sehingga
kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang
utama pada perempuan. Pada pria, usia rata-rata untuk terdiagnosis kanker
payudara adalah 60 tahun dan sebagian besar kanker payudara pada laki-
laki terdiagnosis pada tahap lanjut, kemungkinan karena laki-laki tidak
terlalu menyadari tentang benjolan payudara dibandingkan wanita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kanker Payudara?
2. Bagaimana Prevalensi Kanker Payudara?
3. Bagaimana patofisiologi Kanker Payudara?
4. Apa Saja Etiologi Dan Faktor Resiko ?
5. Bagaimana Tanda, Gejala dan Diagnosis Kanker Payudara?
6. Bagaimana Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi Kanker Payudara?
7. Bagaimana Interaksi Obat Kanker Payudara?
4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa itu Kanker Payudara
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Prevalensi Kanker Payudara
3. Untuk Mengetahui Bagaimana patofisiologi dari Kanker Payudara
4. Untuk MengetahuiApa Saja Etiologi Dan Faktor Resiko
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Tanda, Gejala dan Diagnosis Kanker
Payudara
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi
Kanker Payudara
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Interaksi Obat Kanker Payudara
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Studi Kasus Kanker Payudara
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan tersebut di atas, adapun manfaat dalam
penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan
khususnya tentang “Farmakoterapi Kanker Payudara” dalam bidang
Farmakoterapi II.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap payudara terdiri atas dua belas sampai dua puluh kelenjar yang
masing masing tumbuh besar, unit-unit yang bersama-sama memnbentuk struktur
kelenjar payudara yang berjendal jendul dan semuanya bermuarah di puting.
Payudara tudak ada hubungannya dengan otot dada besar (muskulus pektoralis)
yang melaluui suatu urat yang kokoh melekat pada lengan atas dan di ujung lain
berpegangan kuat pada dinding dada dengan melebar seperti kipas. Burung
menggunakan otot ini untuk terbang, harimau tutul menggunakannya untuk lari
cepat memburu korabannya dan kita memerlukannya untuk saling memeluk.
Jadi, kanker payudara pada prinsipnya adalah tumor ganas dari salah satu
kelenjar kulit di sebelah luar rongga dada. Kelenjar limfe ketiak membentuk
system pengaliran limfe bagi kedua kuadran atas tubuh, selain payudara termasuk
di sini juga kedua lengan. Jumlah kelenjar limfa ini berfariasi, meluasnya dari sisi
luar atas kelenjar payudara sampai di bawah dan belakang tulang selangkah. Di
sini berhubungan dengan kelenjar limfe leher terbawah saling berhubungan
dengan system pembulu balik, jalan bagi metastatis hematogen berjarak.
Apabila pengaliran keluar limfe tertutup oleh diseksi kelenjar limfe,
pertumbuhan masuk dari kanker, penyinaran atau kombinasi sebab-sebab ini,
terjadilah edema (sembab,pembekakan) limfe yang ditakuti dari lengan dan
tangan. Pada penyebaran kanker secara limfogen, kelenjar satu persatu terkena.
Kelenjar yang menempung penyebaran pertama disebut kelennjar penjaga
gerbang pengawal. Terkena tidaknya kelenjar ini akan menentukan pilihan terapi.
Jika kelenjar ini bebas dari metastatis, penyebaran dikelenjar limfe lain yang
letaknya lebih ke atas tidak perlu di fikirkan.
6
Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun
2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan
Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia
(YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000
wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan
mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan
frekuensi sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada
pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh
karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini,
pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal.
7
membentuk metastasis. Sebagian besar penyebaran sel-sel awalnya tetap aktif
dan kemoterapi bertarget hanya ditujukan pada sel-sel proliferatif. Sel pertama
dalam penyebaran kanker akan menyembunyikan dirinya dari terapi
konvensional, sekalipun itu tumor primer mematikan.
Awal penyebaran sel kanker adalah perluasan dari proses normal yang
menciptakan pohon percabangan di saluran ASI wanita. Dua jalur utama akan
aktif dalam proses p38 dan HER2 onkogen. Proses p38 mampu merangsang
HER2 yang akan mengaktifkan modul EMT (Epithelial to Mesenchymal
Transition). EMT membantu pergerakan sel selama embriogenesis dan
pengembangan jaringan. Klein juga membantu perkembangan reseptor
Progesteron yang mengontrol percabangan pohon Ca Mammae.
8
D. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Payudara
1. Etiologi
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status lokalis, regionalis, dan
sistemik.Biasanya pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai status generalis
(tanda vital-pemeriksaan menyeluruh tubuh) untuk mencari kemungkinan
adanya metastase dan atau kelainan medis sekunder. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan untuk menilai status lokalis dan regionalis.Pemeriksaan ini
dilakukan secara sistematis, inspeksi dan palpasi. Inspeksi dilakukan dengan
pasien duduk, pakaian atas dan bra dilepas dan posisi lengan di samping, di
atas kepala dan bertolak pinggang.Inspeksi pada kedua payudara, aksila dan
sekitar klavikula yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanda tumor primer
dan kemungkinan metastasis ke kelenjar getah bening.( lihat gambar 1 )
Palpasi payudara dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang (supine),
lengan ipsilateral di atas kepala dan punggung diganjal bantal. kedua payudara
dipalpasi secara sistematis, dan menyeluruh baik secara sirkular ataupun
radial. Palpasi aksila dilakukan dilakukan dalam posisi pasien duduk dengan
lengan pemeriksa menopang lengan pasien. Palpasi juga dilakukan pada infra
dan supraklavikula
2. Faktor Resiko
9
2. Pengaruh Benjolan Jinak yang Pernah Dimiliki
Memiliki benjolan jinak bukan berarti Anda mengidap kanker payudara,
tetapi benjolan tertentu mungkin bisa meningkatkan risiko Anda. Perubahan
kecil pada jaringan payudara Anda, seperti pertumbuhan sel yang tidak lazim
dalam saluran atau lobulus, bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena
kanker payudara.
10
Contoh:
11
E. Tanda, Gejala dan Diagnosis Kanker Payudara
1. Tanda dan Gejala
Indikasi pertama kanker payudara yang biasanya disadari adalah benjolan atau
kulit yang menebal pada payudara. Meski demikian, sekitar 9 dari 10 benjolan
yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.
Terdapat beberapa indikasi yang perlu Anda perhatikan agar bisa ditanyakan
langsung kepada dokter yang menangani Anda. Contoh gejala tersebut adalah
rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi.
Kemunculan benjolan atau kulit payudara yang menebal serta keluarnya cairan
dari puting (biasanya disertai darah) juga perlu Anda waspadai. Beberapa
gejala lainnya adalah perubahan ukuran pada salah satu atau kedua payudara,
perubahan bentuk puting, serta kulit payudara yang mengerut.
Anda mungkin juga akan mengalami gatal-gatal dan muncul ruam di sekitar
puting Anda. Pada bagian ketiak Anda, bisa juga muncul benjolan atau
pembengkakan. Tanda-tanda dan gejala di atas perlu Anda waspadai dan
usahakan untuk menanyakan pada dokter untuk memastikan kondisi yang
Anda alami.
2. Diagnosis
12
Jika menemukan benjolan pada payudara Anda, dokter akan menganjurkan
beberapa prosedur untuk memastikan apakah Anda menderita kanker
payudara atau tidak.
Biopsi kelenjar getah bening (noda limfa) di ketiak. Jika terjadi penyebaran
kanker, kelenjar getah bening pertama yang akan terinfeksi adalah noda limfa
sentinel.Lokasinya bervariasi jadi perlu diidentifikasikan dengan kombinasi
isotop radioaktif dan tinta biru.
Anda juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan yang akan menunjukkan
reaksi kanker pada jenis-jenis pengobatan tertentu.
Di antaranya:
Pemeriksaan HER2
Kanker yang dirangsang oleh protein, disebut dengan HER2 (human
epidermal growth factor receptor 2), dapat ditangani dengan obat-obatan yang
memblokir efek HER2. Jenis pengobatan ini disebut terapi biologis atau
molekul.
Pemeriksaan reseptor hormon
13
Pertumbuhan sel kanker payudara juga mungkin dipicu oleh hormon alami
tubuh, misalnya estrogen dan progesteron. Sampel sel kanker akan diambil
dari payudara dan diuji untuk melihat reaksinya pada estrogen atau
progesteron. Jika hormon menempel pada sel kanker, yaitu pada reseptor
hormon, sel tersebut akan disebut sebagai reseptor hormon positif.
Pada stadium 1
Ukuran tumor kurang dari 2 cm. Tumor tidak menyebar ke kelenjar getah
bening di ketiak dan tidak ada tanda-tanda penyebaran kanker ke bagian lain
tubuh.
Pada stadium 2
Ukuran tumor 2-5 cm atau tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening, atau
keduanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian
lain tubuh.
Pada stadium 3
Ukuran tumor 2-5 cm. Tumor mungkin menempel pada kulit atau jaringan di
sekitar payudara. Kelenjar getah bening di ketiak terinfeksi, tapi tidak ada
tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 4
Tumor dengan segala ukuran dan sudah menyebar ke bagian lain tubuh
(metastasis).
14
F. Terapi Nonfarmakologi dan Farmakologi Kanker Payudara
1. Terapi Non-Farmakologi
Selain gaya hidup, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang pernah
menyusui memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker payudara. Hal
ini mungkin terjadi karena masa ovulasi mereka menjadi tidak rutin saat
sedang menyusui sehingga tingkat estrogen tetap stabil.
Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap
dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada kanker
payudara haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan komprehensif.
Terapi pada kanker payudara sangat ditentukan luasnya penyakit atau
stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling.Terapi pada kanker payudara selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai 11 beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan
untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga.
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, comorbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan
sistemik termasuk end of life isssues.
15
Terapi atas masalah lokal dan regional :
Mastektomi :
2. Terapi Sistemik
Kemoterapi Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau
berupa gabungan beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi
diberikan secara bertahap, biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar
mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek samping yang masih
dapat diterima Hasil pemeriksaan imunohistokimia memberikan
beberapa pertimbangan penentuan regimen kemoterapi yang akan
diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah menjadi standar
lini pertama (first line) .
16
3. Terapi Hormonal Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan
penting dalam menentukan pilihan kemo atau hormonal sehingga
17
diperlukan validasi pemeriksaan tersebut dengan baik. 16 Terapi
hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan hormonal positif. Terapi
hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV Pada kasus kanker
dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan utamanya
adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik dari
hormonal terapi. Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang
sudah menopause dan Her2-. Lama pemberian ajuvan hormonal selama
5-10 tahun
18
6. Target radiasi Pendefinisian target radiasi untuk radioterapi 2 dimensi
menggunaan prinsip penanda tulang dan batas-batas anatomi. Batas-
batas lapangan radiasi pada kanker payudara dengan teknik 2 dimensi
Batas medial: garis mid sternalis. Batas lateral: garis mid aksilaris atau
minimal 2 cm dari payudara yang dapat teraba. Batas superior: caput
clacivula atau pada sela iga ke-2. Batas inferior: 2 cm dari lipatan infra
mammary. Batas dalam: 2-2.5 cm dari tulang iga sisi luar ke arah paru.
Batas luar: 2 cm dari penanda di kulit. Pendefinisian target radiasi untuk
radioterapi 3 dimensi harus berdasarkan terminologi International
Commission on Radiation Units and Measurements - 50 (ICRU-50);
yaitu gross tumor volume (GTV), clinical target volume (CTV) dan
planning target volume (PTV). i) GTV: tidak ada, karena pasca operasi
radikal atau eksisi luas. ii) CTV: berdasarkan ESTRO consensus
guideline on target volume definition for elective radiation therapy for
early stage breast cancer (Radiother Oncol 2015). iii) PTV: 0.5-1 cm
tergantung metode imobilisasi dan verifikasi posisi yang digunakan.
19
G. Interaksi Obat
Terapi hormon: hot Flashes, vaginal discharge dan menstruasi yang tak teratur.
Kejadian thromboemboli juga merupakan komplikasi yang mungkin terjadi.
Penderita Examination yangmendapat pengobatan tamoksifen harus CT scan
kepala mendapatkan evaluasi ginekologik setiap tahun secara periodik atas
kemungkinannya terkena karsinoma endometrial.Sedangkan penderita yang
menggunakan Body aromatase inhibitor dilakukan pemeriksaan BMD (Bone
Mineral Densitometry) sebelum memulai pengobatan dan Keterangan : diulang
secara periodik.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.Kanker payudara
merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Pencegahan (primer)
adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pencegahan pri mer berupa
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat
kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer
atau supaya tidak terjadinya kanker secara sederhana adalah mengetahui faktor
-faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah disebutkan di atas, dan
berusaha menghindarinya.
B. Saran
Berkat kerja sama yang kompak dari kelompok kami, alhamdulillah
makalah ini kami susun dan dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Namun, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan (memiliki kekurangan). Oleh karena itu, kami membutuhkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak agar kami
dapat lebih menyempurnakannya lagi untuk ke depan. Terima kasih
21
DAFTAR PUSTAKA
Researchers Reveal How Cancer Can Spread Even Before a Tumor Develops, 14
Dec 2016, by Mount Sinai Health System
22