Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330513746

POTENSI ACTINOMYCETES SEBAGAI SUMBER SENYAWA BIOAKTIF


ANTIBIOTIK DARI KAWASAN KARST BANTIMURUNG, SULAWESI
SELATAN

Article · January 2019

CITATIONS READS

0 3,741

1 author:

Nur Fathurahman Ridwan


Universitas Gadjah Mada
5 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nur Fathurahman Ridwan on 21 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


POTENSI ACTINOMYCETES SEBAGAI SUMBER SENYAWA
BIOAKTIF ANTIBIOTIK DARI KAWASAN KARST
BANTIMURUNG, SULAWESI SELATAN

Kumalasari A.M., Nur Fathurahman R., Muhamad Nur R.


Mahasiswa FMIPA UNY

Abstract
The purpose of the research is to reveal the bioactive substance which is produced by
Actynomycetes bacteria in order to inhibit the growth of tested organism.
The data were collected in several steps consisting of sampling and isolating the
Actinomycetes which was done in the main research area (Bantimurung), screening the
obtained isolates, characterizing the obtained isolates, and determining of the growth curve
of Actinomycetes, and the last was growth inhibitory test.
The research finding was the inhibitory potential was actually different from one fungi
isolate to other isolates treated to C.albicans, S.Aureus, dan E.Coli. It was probably because
of the different sensitivity of each tested pathogenic microorganism to the antibiotic
substance.
Keywords: Antibiotic, Karstic, Actinomycetes

PENDAHULUAN perang dunia II. Kawasan ini antara lain juga


dikenal melalui publikasi ahli geografi Danes.
Kawasan karst di Sulawesi, salah satunya
Kawasan ini dikatakan memiliki bentukan
karst Bantimurung merupakan kars yang
alam (geomorfologi) yang amat khas dan
membentuk tipe kars tersendiri, yaitu bukit–
tidak dijumpai di tempat lain. Kawasan Karst
bukit berlereng terjal. Sebagian besar
Maros-Pangkep merupakan kawasan karst
genesanya dipengaruhi oleh struktur geologi,
menara yang memiliki keunikan
sebelum diperlebar dan diperluas oleh proses
geomorfologi yang tiada duanya di Indonesia,
pelarutan atau karsifikasi membentuk
keindahan panorama alamnya serta potensi
bangun menara yang sangat khas (karst
biodiversitasnya juga sangat kaya.
tower). Di antara bukit–bukit tersebut
membentang dataran dengan permukaannya Ko (2001) juga memaparkan bahwa di
yang rata. Oleh penduduk setempat, dataran dalam gua yang gelap itu biasanya hanya
karst tersebut didayagunakan menjadi lahan ditemukan bacteria, Actinomycetes, fungi.
pertanian dan perkebunan. (Samodra, 2001) Menurut Holland (1967) koloni menyerupai
lichen yang ditemukan di dinding beberapa
Ko (2001) menginformasikan bahwa
gua, ialah Actinomycetes dari genus
kawasan Karst Maros-Pangkep sudah dikenal
Streptomyces. Aspeknya menyerupai bubuk
oleh dunia internasional sejak sebelum

Universitas Negeri Yogyakarta 59


PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

dan menimbulkan bau khas tanah. Antibiotik merupakan substansi yang


dihasilkan oleh mikroba. Dalam konsentrasi
Sumber mikroba penghasil antibiotik
rendah, mikroba mampu menghambat
antara lain, berasal dari tanah, air laut,
pertumbuhan atau membunuh mikroba lain.
lumpur, kompos, isi rumen, limbah domestik,
Peranan mikroba belakangan ini sangatlah
bahan makanan busuk dan lain-lain. Tanah
menarik untuk diteliti karena mikroba dapat
merupakan habitat alami bagi mikroba dan
menghasilkan berbagai macam senyawa
produk-produk antimikrobanya (Dancer
bioaktif metabolit sekunder yang
2004). Namun kebanyakan mikroba
bermanfaat, salah satunya adalah
penghasil antibiotik diperoleh dari mikroba
antimikroba. Antimikroba ini selanjutnya
tanah terutama Streptomyces dan jamur.
sering dikenal sebagai antibiotik (Lestari,
Tanah juga merupakan tempat interaksi
2001). Setiap antibiotik mempunyai aktivitas
biologis yang paling dinamis dan mempunyai
penghambatan hanya terhadap grup mikroba
lima komponen utama yaitu mineral, air,
spesifik yang disebut spektrum penghambat.
udara, zat organik dan organisme hidup
Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari
dalam tanah antara lain bakteri,
3000 antibiotik, namun hanya sedikit saja
Actinomycetes, fungi, algae, dan protozoa
yang diproduksi secara komersial (Gale 1960).
(Setiadi, 1989).
Beberapa antibiotik telah dapat diproduksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu dengan kombinasi sintesis mikroba dan
masalah kesehatan yang paling utama di modifikasi kimia, antara lain golongan
negara-negara berkembang termasuk penisilin, sefalosporin, dihidrostreptomisin,
Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan klindamisin, tetrasiklin dan rifamisin.
Rumah Tangga tahun 2007, penyebab utama
Bahkan ada yang telah dibuat secara
kematian antara lain: 28,1 % disebabkan oleh
kimia penuh misalnya kloramfenikol dan
penyakit infeksi dan parasit, 18,9 %
pirolnitrin (Suwandi, 1989). Mikroba
disebabkan oleh penyakit vaskuler, dan 15,7
penghasil antibiotik meliputi golongan
% disebabkan oleh penyakit pernafasan
bakteri, Actinomycetes, fungi, dan beberapa
(Depkes, 1997). Kenyataan ini menunjukkan
mikroba lainnya. Kira-kira 70% antibiotik
bahwa penyakit yang disebabkan karena
dihasilkan oleh Actinomycetes, 20% fungi,
infeksi di Indonesia masih tinggi. Untuk
dan 10% oleh bakteri. Genus Streptomyces
mengatasi masalah ini obat anti infeksi yang
merupakan kelompok penghasil antibiotik
berpotensi dan dapat diterima oleh kalangan
yang paling besar jumlahnya.
sosial rendah dan menengah harus segera
ditemukan. Hal inilah yang mendorong dan Dewasa ini, fungi patogen telah
mendasari pencarian sumber obat-obatan menyebabkan banyak masalah kesehatan
alami yang murah dan memiliki potensi dalam kehidupan manusia. Gangguan
aktivitas antimikroba (Kumala & Siswanto, tersebut diakibatkan karena fungi patogen
2007). tersebut menghasilkan toksin yang
berbahaya (Oskay, 2009). Menurut Jewetz

60 Universitas Negeri Yogyakarta


Potensi Actinomycetes sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Antibiotik
dari Kawasan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

(1993) Upaya mengatasi gangguan mikroorganisme yang umumnya


mikroorganisme patogen dapat dilakukan menyebabkan gangguan kesehatan di
dengan menggunakan senyawa bioaktif masyarakat
khususnya antifungi dan antibakteri,
termasuk antibiotik. Antibiotik merupakan METODE PENELITIAN
substansi kimia yang didapatkan dari
berbagai jenis mikroorganisme, di mana pada Penelitian ini dilakukan pada bulan
konsentrasi rendah mampu menghambat Maret-Juli 2012. Pelaksanaan pengambilan
pertumbuhan mikroorganisme sampel dilakukan di Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung. Analisis
Menurut informasi dari Madigan (1997) karakteristik fenotipik dan uji daya hambat
Actinomycetes merupakan kelompok bakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
berfilamen, gram positif dengan GC tinggi FMIPA UNY. Populasi dalam penelitian ini
berkisar 63-78%. Menurut Suwandi (1989) adalah semua Actinomycetes yang terdapat
sekitar 70% dari senyawa bioaktif antibakteri di beberapa gua di Taman Nasional
dan antifungi dihasilkan oleh Actinomycetes. Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten
Menurut Elberson (2000) sendiri Maros, Sulawesi Selatan. Sampel penelitian
Actinomycetes merupakan mikroorganisme ini adalah semua Actinomycetes yang dapat
tanah yang umum dijumpai pada berbagai diisolasi dan memiliki kemampuan
jenis tanah dengan jumlah populasi yang menghasilkan senyawa bioaktif melalui
besar. metode direct screening. Variabel penelitian
Penelitian ini mencoba mengangkat ini terdiri dari beberapa parameter yang
potensi diversitas mikroorganisme gua yang diukur yaitu parameter lingkungan yang
masih sangat sedikit data informasinya di meliputi suhu tanah,suhu udara, kelembapan
Indonesia. Potensi alamiah yang mengarah tanah dan pH tanah. Parameter karakterisasi
kepada bioprospeksi Actinomycetes yang yang kami ukur adalah miselium aerial,
berasal dari gua sebagai sumber senyawa miselium substrat, pigmen terlarut, sifat
bioaktif dapat dilakukan dengan pengujian pertumbuhan. Kemudian untuk uji daya
daya hambat pada fungi patogen uji. hambat parameter yang diukur zona jernih
Pengujian tersebut dilakukan untuk dengan metode Kirby Bauer dengan melihat
mengetahui bagaimana senyawa bioaktif diameter zona jernih (mm) diukur
yang dihasilkan oleh Actinomycetes dapat menggukan kaliper. Analisis data, kami
menghambat pertumbuhan mikroorganisme memaparkan secara deskriptif dengan
uji. Fungi patogen uji yang dipilih adalah bantuan tabel baik dari parameter gua,
Pseudomonas aeruginosa, Candida utilis dan keanekaragaman Actinomycetes dan aktivitas
Candida albicans, S. cereviseae, antibiotiknya.
Sacharomyces acetobutilicum, Escherichia
coli, Aspergillus flavus dimana
mikroorganisme tersebut merupakan

Universitas Negeri Yogyakarta 61


PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

Alat dan Bahan yang Digunakan dalam 2. Isolasi dan Direct Screening
Penelitian Actinomycetes
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Isolasi dilakukan dengan
antara lain: pH meter, refraktometer, vortex, menginkubasikan media selama 38 hari,
water bath, lampuspiritus, laminar air flow, untuk menumbuhkan koloni. Sedangkan
Erlenmeyer, petri dish, jarumose, gelasbeker, Direct Screening dilakukan langsung
mikropipet, tip pipet, autoclave, desikator, dengan mengamati koloni Actinomycetes.
kertaswhatman no.42, pompa vacuum, Kemudian, kami melakukan screening
magnetic stirrer, labu buhner, tabungreaksi, dengan menentukan koloni yang
tabungdurham, kapas, tissue, karet. Bahan merupakan Actinomycetes yang memiliki
yang dibutuhkan adalah Akuadest, media koloni bersifat lengket, berwarna,
pemeliharaanbakteri (TSA, PDA, MH, TSB, memiliki bau tanah (geosmine) dan ada
PGY), NaCl fisiologis,SIM, lugol, pati agar, zona hambatnya. Langkah ini diulang bila
glukosa, galaktosa, maltose, laktosa, inositol, terjadi kontaminasi.
gliserol, peptone, dan yeast extract, 3. Karakterisasi dan Identifikasi
mikroorganisme pathogen uji. Actinomycetes
Karakterisasi dilakukan dengan
Prosedur Penelitian mengamati morfologi koloni, rantai spora
dengan slide culture dan pengecatan
1. Penentuan lokasi dan Pengambilan gram. Adapun yang sifat yang diamati
Sampel adalah miselium aerial, miselium substrat,
Penelitian ini dilakukan pada gua vertikal pigmen terlarut, dan sifat pertumbuhan.
dengan wilayah jelajah maksimal 1,5 km. Menggunakan metode Matching Profile,
Dengan lokasi titik sampel ditentukan berdasarkan Bergey’s Manual of
secara acak baik dari dinding gua, Determinative Bacteriology 9th Edition
stalaktit, stalagmit, sugarstraw, helektit, (Holf, 2000).
dan wilayah gua yang kering dan lumayan 4. Isolasi Senyawa Bioaktif dari Isolat terpilih
lembap. Kami melakukan eksplorasi di 13
gua dari 41 gua (Catatan Taman Nasional Isolasi senyawa bioaktif dilaksanakan
Bantimurung-Bulusaraung) yang berada dengan cara memindahkan 10 ml kultur
di dalam Kecamatan Bantimurung, murni kedalam media starch nitrat broth.
Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Inkubasikan pada suhu 28 C selama 48
Metode Pengambilan Sampel jam dalam rotary shaker 200-250 rpm.
dilaksanakan dengan menggunakan swab Kemudian sebanyak 10 % starter
steril dengan aseptik dan melakukan diinokulasikan ke dalam media starch
secara streak plate media Starch nitrat nitrat broth sebanyak 20 ml. Pemanenan
agar. dilakukan pada usia 10 hari dengan
menggunakan sentrifugasi sebesar 4.500

62 Universitas Negeri Yogyakarta


Potensi Actinomycetes sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Antibiotik
dari Kawasan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

rpm selama 30 menit. Supernatan yang Hinton Agar, dan Potato Dextrose Agar
mengandung senyawa bioaktif disimpan (PDA), yang masing-masing sudah
pada suhu 4 C. (Kumari, 2006). diinokulasikan bakteri dan fungi patogen.
5. Uji Aktivitas Daya Hambat terhadap Cawan kemudian diinkubasi pada suhu 37
Mikroorganisme patogen uji. C selama 48 jam.
Uji aktivitas antibakteri dan antifungi
dilakukan dengan menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
Kirby Bauer atau difusi kertas cakram
(Jawetz, 1998). Pengukuran diameter 1. Keanekaragaman Actinomycetes di Gua
(mm) daya hambat (DDH) di sekitar Berdasarkan hasil penelitian yang
kertas cakram dengan menggunakan dilakukan di lapangan mengenai
kaliper atau jangka sorong. Kertas cakram keberadaan bakteri golongan
dimasukkan ke dalam ekstrak kasar Actinomycetes, kami melakukan
Actinomycetes selama 20 menit pengukuran parameter lingkungan. Dan
kemudian diletakkan di tas media Mueller hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1. Data Parameter Fisik Gua

Parameter Fisik Lingkungan


Kelem‐
Kelem‐ Suhu
Nama Gua baban pH
Koordinat Gua baban Udara
Udara Tanah
Tanah (%) (0C)
(%)
Gua Bantimurung S 05°00’57,7/E119°40’29,2 60 85% 28 5,5
Gua 2 S 05 o00’59,2 E119o40’02,9 50% 85% 30 6,8
Gua 3 S 05 o00’58,9 E119o40’00,3 50% 93% 30 6,8
Gua 4 S 05o00’58,9E119o40’00,3 60% 93% 29 5,7
Gua 5 S 05 o00’56,6 E119o39’58,7 60% 86% 29 5,7
Gua Batu S 05 o00’41,3 E119o41’22,4 100% 93% 28 6,5
Gua Batu Depan S 05o00’41,6 E119o4120,7 80 % 97% 28 6,2
Gua Kelelawar S 05 o01’08,8 E119o41’11,0 50 % 89 % 29 6,5
Gua Mimpi S 05 o01’08,8 E119o41’11,0 70 % 96 % 27 6,5
Gua NN S 05 o01’08,9 E119o41’11,8 70 % 96 % 27 6,5
Gua Sulaeman - 50 % 98 % 28 6,5
Gua Syarifah - 85 % 94 % 28 6,6
Gua Hamid - 40 % 95 % 29 6,8

Keterangan : (-) :tidak diukur.

Universitas Negeri Yogyakarta 63


PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

Berdasarkan data di atas, parameter fisik Sedangkan menurut penjelasan Barton


dari gua yang ada di Taman Nasional dan Jurado (2007) Mikroorganisme Gua di
Bantimurung–Bulusaraung di Kabupaten dalam proses pemenuhan makanan dalam
Maros memiliki rentang yang sangat sempit lingkungan yang terbatas, baik pada gua
pada pengamatan kelembaban udara di bersiklus energi rendah maupun tinggi,
dalam gua berkisar 85-95%, kelembapan metabolisme mereka sangat kompleks dalam
tanah berkisar 40%-90%. Suhu tanah berkisar mengupayakan energi dari komposisi
28-30 o C, pH tanah berkisar 5,5-6,8. penyusun gua, udara, dan logam dari batu-
Actinomycetes merupakan mikroorganisme batuan gua. Melalui aktivitas inilah
tanah yang pada umumnya dijumpai pada mikroorganisme dalam hal ini Actinomycetes
berbagai jenis tanah, dengan jumlah populasi dan kelompok proteobakteria memiliki peran
menempati urutan kedua setelah bakteri penting dalam siklus biogeokimiawi di dalam
lainnya (Kanti, 2005). gua dan terutama pada pembentukan
stalagtit dan stalagmit.
Actinomycetes dikenal sebagai bakteri
yang berperan dalam siklus biogeokimiawi Berdasarkan keterangan di atas maka
(Farida,2008). Actinmycetes tidak toleran kondisi lingkungan untuk terdapatnya
terhadap asam dan jumlahnya menurun pada Actinomycetes di dalam gua yang kami
pH 5,0. Rentang pH yang paling cocok adalah eksplorasi sesuai. Adapun mikroorganisme
antara 6,8 dan 8,0. Temperatur antara 25 ºC- yang ditemukan berdasarkan hasil isolasi dari
30 o C cocok untuk pertumbuhan beberapa gua di Taman Nasional
Actinomycetes (Rao,1994). Mikroba Bantimurung-Bulusaraung adalah seperti
mempunyai nilai kelembaban optimum. tabel 2.
Umumnya untuk pertumbuhan bakteri
Berdasarkan tabel 2 di samping, setiap
diperlukan kelembaban yang tinggi diatas
gua tidak memiliki jumlah koloni
85% sedangkan Actinomycetes memerlukan
Actinomycetes yang sama. Ciri khas dari
kelembaban yang rendah, yaitu dibawah 80%
koloni Actinomycetes didasarkan pada koloni
(Sari,2009).
yang tumbuh pada penampakan kasar,
Sedangkan menurut penelitian Adetutu kering, miselium vegetatif miselium aerial
(2011), mikroorganisme gua terdiri dari dan memiliki bau tanah basah karena adanya
kelompok bakteri antara lain Proteobacteria, senyawa geosmine. Pada gua yang
Actinobacteria dan Firmicutes. Sedangkan dieksplorasi total, isolat yang diduga
dari kelompok saprofitik seperti Penicillium, Actinomycetes pada hari ke 36 dalam media
Fusarium, dan Trichurus. Komunitas Mikrobia starch nitrat berjumlah 73 koloni, dengan
terbentuk secara alami dari kondisi geologi berbagai penampakan makroskopisnya.
alami gua-gua. Hal ini terjadi karena kondisi- Sedangkan kami pada penelitian ini
kondisi lingkungan, tanah atau kandungan menggunakan metode skrining langsung
sedimen, dan faktor penggunaan gua. pada media isolasi dan mengamati ada
tidaknya zona jernih pada koloni yang diduga

64 Universitas Negeri Yogyakarta


Potensi Actinomycetes sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Antibiotik
dari Kawasan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

Tabel 2. Jumlah Isolat Actinomycetes dan Skrining Langsung (Direct Screening) Potensi
Kemampuan Menghambat yang Berhasil Diisolasi dari Gua

Jumlah Koloni Jumlah Isolat Membentuk Zona


Yang Diduga Hambat Terhadap Mikroba Lain
Nama Gua
Actinomycetes Pada Media Starch Nitrat
(H‐35) (H‐45)
Gua Bantimurung 8 2
Actinomycetes tersebut. Pada hari ke 45 Actinomycetes yang berasal dari dalam gua
Gua 2 5 1
pengamatan, terdapat koloni yang mampu memiliki potensi atau bioprospeksi yang
Gua 3 7
membentuk zona hambat mikroba pada cukup besar 2 sebagai penghasil senyawa
Gua 4
pertumbuhan koloninya dan14koloni tersebut bioaktif berupa
0 antibiotik.
Gua 5
berjumlah 14 koloni. Dari10data tersebut, 2
dapat
Gua Batudisimpulkan bahwa Actinomycetes
17 dari 2
gua Depan
Gua Batu memiliki kemampuan 4 untuk 1
menghasilkan senyawa bioaktif
Gua Kelelawar 0 untuk 0
menghambat mikroba lain. Sedangkan secara
Guaprosentase
Mimpi 0
koloni Actinomycetes yang
0
Gua NN kemampuan menghasilkan
memiliki 1 zona 0
Gua Sulaeman
hambat sebagai manifestasi3untuk produksi 2
Guasenyawa
Syarifah bioaktif sebesar 219,18%. Hal ini 1
mengindikasikan
Gua Hamid bahwa
2 koloni 1
Total Isolat 73 14 (19,18 %)
Universitas Negeri Yogyakarta 65
PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

2. Karakterisasi Actinomycetes Terpilih

Tabel 3. Karakter Fenotipik Actinomycetes Terpilih


Kode Miselium Pigment Miselium
Dugaan Grup
Isolat Aerial Terlarut Substrat
GB.2.1 Cokelat Hitam Hitam Streptomyces
GH.2.34 Abu-abu Hitam Pink Streptomyces
GT.2.3 Abu-abu Merah Abu-abu Streptomyces
G3.2.4 Putih Pink Pink Streptomyces
G45.2.5 Abu Merah Pink Streptomyces
G45.2.6 Putih Hitam Putih Streptomyces
G8.2.17 Cokelat Merah Merah Streptomyces
G7.2.28 Abu-abu Merah Merah Streptomyces
G6.2.9 Hitam Merah Merah Streptomyces
G51.2.33 Hitam Merah Putih Streptomyces
G1.2.35 Abu Merah Putih Streptomyces
G3.2.66 Putih Pink Merah Streptomyces
G4.2.60 Hitam Hitam Merah Streptomyces
GSY.2.54 Putih Merah Merah Streptomyces

Berdasarkan morfologi sel dan Actinomycetes (Holt et al, 1994).


karakteristik fenotipik, semua genus dari
isolat tersebut merupakan grup dari
Streptomyces. Koloni Streptomyces pada
media buatan licin atau seperti liken, keras
dan bertekstur padat, muncul perlahan,
konsistensi berbubuk dan melekat erat pada
permukaan medium agar (Waksman, 1967;
Rao, 1994).
Actinomycetes diklasifikasikan
berdasarkan komposisi kimiawi dinding sel,
komposisi keseluruhan gula (untuk
mendiagnostik kelompok Actinomycetes),
hibridisasi ADN dan ARN (melihat
kekerabatan diantara Actinomycetes yang Gambar 1. Bentuk koloni Actinomycetes
memilik genotif serupa). Beberapa kelompok yang dapat membentuk daerah hambat
(genera) Actinomycetes adalah dengan koloni lainnya pada waktu direct
Micromonospora, Nocardia, Streptomyces, screening di media Starch Nitrat Agar
Streptosporangium, dan Thermo

66 Universitas Negeri Yogyakarta


Potensi Actinomycetes sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Antibiotik
dari Kawasan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

Secara fisiologis Actinomycetes berbeda yang spesifik. Koloni Actinomycetes bukan


dengan bakteri pada umumnya. akumulasi dari kumpulan sel-sel tunggal dan
Actinomycetes dapat memproduksi sejumlah seragam seperti halnya bakteri, melainkan
besar enzim ekstraseluler dan juga ribuan bentuk masa filamen bercabang (Locci et al.
produk metabolit sekunder. Actinomycetes 1983). Koloni yang tumbuh pada medium
dapat menghasilkan pigmen terlarut pada padat tersusun secara vegetatif dan dengan
media cair, antara lain pigmen merah, jingga, miselia berantena atau bersungut.
hijau, kuning, biru dan ungu (Sivakumar;
Pada koloni yang belum tumbuh
2009)
miselianya, permukaan koloni terlihat
Actinomycetes merupakan bakteri yang mengkilap. Pada genus Streptomyces,
umum ditemukan di tanah, tetapi ada yang miselium tumbuh secara luas menempel
ditemukan hidup di ekosistem laut, pada medium padat dan keseluruhan unit
mangrove, di dalam daun dan ekosistem mudah diambil dengan kawat Ose (Cross
lainnya. Actinomycetes aktif mendekomposisi 1982). Kebanyakan Streptomyces
material organic dan berperan penting dalam mengeluarkan bau yang khas seperti tanah.
proses mineralisasi sehingga dapat Asam asetat, acetaldehida, etanol,
meningkatkan kesuburan tanah. Bakteri ini isobutanol, dan isobutil asetat sekarang ini
dapat mendegrasi senyawa seperti lignin, sudah diidentifikasi sebagai aroma senyawa
selulosa, khitin, pectin, lateks dan bahkan utama yang dihasilkan oleh Streptomyces.
senyawa alcohol dan aromatic Bahkan hidrogen sulfida dipercaya berperan
(Prescott.,2008). dalam pembentukan aroma tanah yang
dikeluarkannya (Goodfellow 1983).
Selain itu, pembentukan miselia aerial
dan sporulasi merupakan salah satu tahap Miselium vegetatif Actinomycetes
penting dalam siklus hidup Streptomyces berbentuk hifa non-septat yang panjang.
(Abee,1994). Menurut Miyadoh dan Otoguro Beberapa hifa membentang dan panjangnya
(2004) Spora Actinomycetes akan lebih dari 600 ìm, bercabang, melengkung/
berkembang menjadi miselium dan koloni meliuk-liuk, dan cabangnya berbentuk
apabila nutrisi, kelembapan dan suhu, serta monopodial. Miselium vegetatif memiliki
kondisi lainnya memenuhi untuk kehidupan. karakteristik berwarna, seperti kuning,
Isolat terpilih yang berasal dari penelitian ini oranye, merah, hijau, coklat, atau hitam.
menunjukkan bahwa Actinomycetes gua Apabila terlarut dalam air, pigmen akan
cenderung memiliki warna miselium aerial dikeluarkan dalam medium (Cross 1982).
yang berwarna putih, abu-abu, merah dan
Perbedaan daya hambat
hitam dengan pertumbuhan koloni yang
menggambarkan perbedaan kemampuan
relatif lambat.
dari masing-masing isolat untuk
Actinomycetes khususnya Streptomyces menghambat pertumbuhan mikrooganisme
dikarakterisasi dengan pertumbuhan koloni pesaing. Perbedaan ini diduga dipengaruhi

Universitas Negeri Yogyakarta 67


PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

oleh jenis, jumlah, dan kualitas dari antibiotik panjang, lurus atau bengkok. Hifa pendek
atau zat lain yang dihasilkan oleh memberikan permukaan koloni yang mirip
Streptomyces sp. Dalam menghambat tepung, sementara hifa panjang
mikroorganisme pesaing. Hwang dan Ahn menunjukkan permukaan menyerupai kapas.
(1993) melaporkan Streptomyces sp. dapat Karakteristik aerial micellium lain dari
menghasilkan satu atau dua antibiotik Streptomyces adalah pigmentasi yang dapat
memiliki warna dari putih atau abu-abu
Beberapa jenis Actinomycetes memiliki
sampai ke kuning, oranye, lavender, biru, dan
miselium aerial. Miselium aerial merupakan
hijau, sehingga sering disebut sebagai “colour
bentuk dan struktur dari miselium vegetatif.
wheel” (Locci et al.1983)
Miselium aerial muncul dari substrat
miselium dan menutupi seluruh koloni, 3. Aktivitas Daya Hambat Terhadap
sehingga terlihat seperti kapas atau tepung. Mikroorganisme Patogen Uji Dari Isolat
Miselium aerial ada yang bersifat steril dan Terpilih
ada yang fertil. Hifa steril umumnya tipis dan
Pengukuran ini kami laksanakan pada hari
menunjukkan tidak adanya pertambahan
kesepuluh dari hari fermentasi dan
diameter. Hifa sporogenous awalnya tipis
mengambil ekstrak kasar dari supernatan
tetapi pada tahap akhir perkembangannya
pada media starch nitrat broth. Adapun
menjadi lebih tebal. Fertil aerial micellium
hasilnya adalah seperti Tabel 4.
mengandung sporosphores yang berbentuk

Tabel 4.
Uji Daya Hambat Ekstrak Kasar Isolat Terpilih Terhadap Mikroorganisme Patogen Uji
P. C. C. S. S. E. A.
Kode
No. Aeruginosa Utilis Albicans Cerevisiaeae Acetobutilicum Coli Flavus
Isolat
Diameter Penghambatan (mm)
1 GB.2.1 9 10 12 9,5 9 10 9
2 GH.2.34 5 6 7,5 7 5,5 8,5 7
3 GT.2.3 6 6 8 8,5 6 8 6,5
4 G3.2.4 5 7 6 9 5,5 6 5,5
5 G45.2.5 5 9,5 7 10,5 5 9 5
6 G45.2.6 6,5 7 8 5 8,5 6 8,5
7 G8.2.17 10 11 7 9,5 10 7 10,5
8 G7.2.28 7,5 10 12 9 6,5 6 3
9 G6.2.9 10 11 12 7 10 7 10
10 G5.2.33 8,5 5 8,5 7,5 8,5 12 8,5
11 G1.2.35 7 6 7,5 7 7 7 7
12 G3.2.66 6 7,5 6 6,5 6,5 8,5 6,5
13 G4.2.60 8,7 10,5 8,7 8 8,7 8 8,7
14 GSY.2.54 8 6,5 5,5 8 7 6 5

68 Universitas Negeri Yogyakarta


Potensi Actinomycetes sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Antibiotik
dari Kawasan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

Berdasarkan hasil tabulasi pada Tabel 4 ada pengkajiannya. Habitat Gua


dapat dilihat bahwa kemampuan daya menghadirkan kondisi kehidupan ekstrim
hambat ekstrak kasar isolat Actinomycetes oleh karena kandungan materi nutrisi yang
dari gua memiliki kemampuan yang berbeda- tingkatnya rendah. Hal ini, telah
beda terhadap mikroorganisme patogen uji. menyebabkan kompetisi mikroorganisme
Pada tabel di atas daya hambat tertinggi dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya yang
dijumpai pada isolat G5.2.33 dengan besar rendah dengan menghasilkan produksi zat
diameter penghambatan sebesar 12 mm antibiotik dan enzim hidrolisis. Sebagai
pada mikroorganisme E. Coli. Hal ini contoh, Actinomycetes memproduksi zat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: antifungi yang telah diisolasi dalam suatu
sifat mekanisme penghambatan, konsentrasi laporan penelitian yang menyatakan bahwa
senyawa bioaktif yang berbeda, fase zat antifungi relatif tinggi dibandingkan
pertumbuhan dan sifat antibiotik. dengan Actinomycetes yang diisolasi di
lingkungan terestrial tanah (Kim,1998)
Masing-masing isolat yang ada, memiliki
kemampuan untuk menghambat bakteri Faktor-faktor yang mempengaruhi
maupun fungi patogen sehingga dapat dilihat penghambatan mikroorganisme oleh
bahwa Actinomycetes gua memliki antibiotik adalah kepadatan populasi
kemampuan untuk menghasilkan senyawa mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan
antibiotik. Interpretasi metode Kirby Bauer antimikrobia, lamanya bahan antimikrobia
(Prescott, 2008) menjelaskan bahwa daya diaplikasikan pada mikroorganisme,
hambat minimum yang baik atau nilai MIC konsentrasi bahan antimikrobia, suhu dan
optimum berkisar antara 12-17 mm. Hasil kandungan bahan organik (Lay, 1994).
tertinggi aktivitas antibakteri terhadap Antibiotik mengganggu bagian-bagian yang
mikroorganisme patogen uji pada penelitian peka di dalam dinding sel.
ini, merupakan daya hambat minimum. Daya
Menurut Pelczar (1988) cara kerja zat
hambat minimum (MIC) merupakan daya
antimikroba dalam melakukan efeknya
hambat yang baik untuk aktivitas antibakteri
terhadap mikroorganisme adalah sebagai
dan antifungi, karena tidak mengganggu
berikut: Pertama, merusak dinding sel. Pada
aktivitas metabolisme manusia. Sedangkan
umumnya bekteri memiliki suatu lapisan
dari daya hambat ekstrak kasar isolat terpilih,
luar yang kaku disebut dinding sel. Dinding
dimungkinkan menghasilkan daya hambat
sel ini berfungsi untuk mempertahankan
yang baik dan memiliki kemampuan sebagai
bentuk dan menahan sel, dinding sel
penghasil antibiotik yang memiliki kualitas
bakteri tersusun atas lapisan peptidoglikan
yang baik dalam daya hambatnya.
yang merupakan polimer komplek yang
Untuk pengisolasian Actinomycetes terdiri atas rangkaian asam N-asetil
yang menghasilkan senyawa bioaktif, glukosamin dan asam N-asetilmuramat yang
konsentrasi pengkajian harus dipusatkan tersusun secara bergantian. Keberadaan
pada lingkungan yang ekstrim atau belum lapisan peptidoglikan ini menyebabkan

Universitas Negeri Yogyakarta 69


PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

dinding sel bersifat kaku dan kuat sehingga permeabilitas sel bakteri akan mengalami
mampu menahan tekanan osmotik dalam perubahan, sehingga akan mengakibatkan
sel yang kaku. Struktur dinding sel dapat terhambatnya pertumbuhan sel atau
dirusak dengan cara menghambat kematian sel.
pembentukannya atau dengan mengubah-
Di dalam sel terdapat enzim protein
nya setelah selesai dibentuk. Pada
yang membantu kelangsungan proses-proses
konsentrasi rendah, bahan antimikroba yang
metabolisme, banyak zat kimia telah
ampuh akan menghambat pembentukan
diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia
ikatan glikosida sehingga pembentukan
misalnya logam berat, golongan tembaga,
dinding sel baru terganggu. Selanjutnya
perak, air raksa dan senyawa logam berat lain,
dijelaskan bahwa pada konsentrasi tinggi
umumnya efektif sebagai bahan antimikroba
bahan antimikroba akan menyebabkan
pada konsentrasi relatif rendah.
ikatan glikosida menjadi terganggu dan
pembentukan dinding sel terhenti. Dengan demikian kerja enzim yang
terhambat akan menyebabkan proses
Kedua, kelangsungan hidup sel sangat
metabolisme terganggu, sehingga aktivitas
tergantung pada molekul-molekul protein
sel bakteri akan terganggu. Hal ini dapat
dan asam nukleat. Hal ini menunjukkan
menyebabkan sel bakteri hancur dan akan
bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
mati. DNA, RNA, dan protein memegang
pembentukan atau fungsi zat-zat tersebut
peranan penting dalam proses kehidupan
dapat mengakibatkan kerusakan total pada
normal sel. Beberapa bahan antimikroba
sel. Bahan antimikroba yang dapat
dalam bentuk antibiotik dapat menghambat
mendenaturasi protein dan asam nukleat
sintesis protein. Apabila keberadaan DNA,
dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki
RNA dan protein mengalami gangguan atau
lebih lanjut. Ketiga, sitoplasma dibatasi oleh
hambatan pada pembentukan atau fungsi
selaput yang disebut membran sel yang
zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
mempunyai permeabilitas selektif, membran
sel sehingga proses kehidupan sel terganggu.
ini tersusun atas fosfolipid dan protein.
Membran sitoplasma berfungsi mengatur Ketidaksamaan isolat yang mempunyai
keluar masuknya bahan-bahan tertentu diameter zona hambat terbaik pada ketiga
dalam sel. Proses pengangkutan zat-zat yang mikroba uji bisa disebabkan karena jenis
lebih diperlukan baik ke dalam maupun ke metabolit antimikroba yang dihasilkan pada
luar sel kemungkinan karena di dalam masing-masing isolat juga berbeda. Hal ini
membran sel terdapat protein pembawa sesuai dengan yang diungkapkan oleh
(carrier), di dalam membran sitoplasma juga Siswandono (1995) bahwa antibiotik
terdapat enzim protein untuk mensintesis mempunyai spesikasi dalam efektifitasnya.
peptidoglikan komponen membran luar. Antibiotik dapat dikelompokkan berdasarkan
Apabila fungsi membran sel terganggu oleh tempat kerja spektrum aktivitas dan struktur
adanya bahan antimikroba, maka kimianya.

70 Universitas Negeri Yogyakarta


Potensi Actinomycetes sebagai Sumber Senyawa Bioaktif Antibiotik
dari Kawasan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan

Dijelaskan lebih lanjut oleh Siswandono berhasil diisolasi dan memiliki potensi
(1995) bahwa metabolit antimikroba dari sebagai penghasil antibiotik sebanyak 14
Actinomycetes merupakan antibiotika isolat atau 19,18 % dari total isolat yang
dengan spektrum luas yaitu, efektif baik berhasil diisolasi. Sedangkan kondisi
terhadap Gram positif maupun Gram negatif. parameter fisik gua di beberapa gua di
Sedangkan kecilnya diameter zona hambat Taman nasional Bantimurung-
yang dihasilkan pada C. Albicans bisa Bulusaraung memilki karakteristik
disebabkan karena metabolit yang dihasilkan speleothem yang unik dengan faktor
merupakan antibiotika yang tidak aktif udara dan tanah mendukung untuk
terhadap jamur (antijamur). kehidupan Actinomycetes.
Menurut Bonang (1982) antibiotika 2. Sedangkan karakteristik fenotipik isolat
Ampisilin pada batang Gram negatif terpilih yang berhasil diamati adalah
dinyatakan peka, jika mempunyai diameter miselum aerial, miselium substrat,
zona hambat sebesar 14 mm atau lebih pada pigmen terlarut, pertumbuhan rantai
batang Gram negatif dan 29 mm atau lebih spora. Berdasarkan karakteristik yang ada
pada Stafilokokus, Pinisilin G dengan semua isolat merupakan golongan
diameter zona hambat 29 mm atau lebih, Streptomyces.
Streptomisin dengan diameter zona hambat 3. Ekstrak kasar isolat Actinomycetes terpilih
15 mm atau lebih dan Vankomisin dengan mampu menghambat pertumbuhan
diameter zona hambat 12 mm atau lebih. mikroorganisme patogen uji
Pseudomonas aeruginosa, Candida utilis
Berdasarkan data Bonang di atas.
dan Candida albicans, S. cereviseae,
Ekstrak kasar isolat Actinomycetes terpilih
Sacharomices acetobutilicum, Escherichia
masih rendah daya hambatnya dibandingkan
coli, Aspergillus flavus dengan memiliki
dengan antibiotik komersial. Hal ini
diameter penghambatan berbeda-beda
disebabkan karena ekstrak kasar belum
yang berkisar dari 5 mm-12 mm.
mengalami purifikasi antibiotik sehingga
belum diketahui jelas jenis antibiotik dari Saran
Actinomycetes gua ini, serta aktivitasnya
masih rendah. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk melakukan purifikasi antibiotik dari
ekstrak kasar isolat Actinomycetes guna
SIMPULAN DAN SARAN
mengetahui jenis antiobiotik yang dihasilkan.
Selain itu, perlu pula dilakukan penelitian
Simpulan mengenai kualitas dari antibiotik yang
Simpulan dari penelitian kami sebagai dihasilkan dari aktivitas Actinomycetes
berikut : sehingga nantinya, antibiotik dari
Actinmycetes dapat menjadi alternatif pilihan
1. Keanekaragaman Actinomycetes yang antibiotik selain yang sudah ada di pasaran.

Universitas Negeri Yogyakarta 71


PELITA, Volume VII, Nomor 1, A
PELITA pril 2012
April

DAFTAR PUSTAKA Jawetz, E, et al. (1993). Mikrobiologi untuk


Profesi Kesehatan. Terjemahan Tonang
Adetutu E.M., Thorpe K., Bourne S., Cao X., H. EGC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Shahsavari E., Kirby G. & Ball A.S.,2011
- Phylogenetic Diversity of Fungal Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A.,
Communities in Areas Accessible and 2001, Mikrobiologi Kedokteran,
not Accessible to Tourists in Naracoorte diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Edisi
Caves. Mycologia XXII, 352. Jakarta: Salemba Medika.
Badji,B., Zitouni,A,. Mathieu,F., Lebrihi, A., Ko, R.K.T. 2001. Kawasan Karst Maros-
and Sabaou, N, 2006. Antimicrobial Pangkep, Nilai Lebihnya dalam Bidang
Compounds Produced by Non Pertambangan. Prosiding
Actinomadura sp AC104 Isolated from Simposium Karst Maros-Pangkep:
an Algerian Sahara Soil. Can J of Mic. Menuju Perlindungan dan
Pemanfaatan Kawasan Karst Maros-
Balai Taman Nasional Bantimurung Pangkep sebagai World Heritage di Era
Bulusaraung. 2008. Statistik Tahunan Otonomi Daerah. Badan Pengendalian
2007 Balai Taman Nasional Dampak Lingkungan Regional III.
Bantimurung Bulusaraung. Balai Makassar.
Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung. Maros. Tidak Madigan MT, Martikno JM dan Parker J. 1997.
dipublikasikan. Biology of Microorganism. Prentice Hall
International: New Jersey.
Barton H.A., 2006- Introduction to cave
microbiology: a review for the non- Pelczar MJ, Chan ECS, Krieg NR. 1993.
specialist. Journal of Cave and Karst Microbiology, Conceps and Application.
Studies, 68: 43-54. Barton H.A. & Jurado New York: Mc.Graw Hill.
V., 2007 - What’s up down there?
Microbial diversity in caves. Microbe. Rao, N. S. S., 1994, Mikrobiologi Tanah dan
Pertumbuhan Tanaman,
Bredy, J. (2005). Bioactive microbial diterjemahkan oleh Susilo, H. Jakarta:
metabolites a personal view-Antibiotics UI Press.
Journal (No. 58 tahun 2006)
Siswandi, U. 1992. “Mekanisme Kerja
Deharveng, et al. 2007. Zoological Antibiotik”. Jurnal Cermin Dunia
Investigations in The Karst of South and Kedokteran Nomor 76 tahun 1992.
Southeast Sulawesi. Project Report.
Museum National d’Histoire Naturelle Tortora, G.J, Funke, B.R., dan Chase, C.L.
de Paris. Paris.Unpublished. (2004). Microbiology an Introduction.
8th .Ed. San Fransisco: Pearson Benjamin
Gibson, J. M., 1998, Mikrobiologi dan Cumming.
Patologi Modern Untuk Perawat,
Cetakan Pertama, Alih Bahasa
Somaprasada, I. K. G. Jakarta Buku
Kedokteran EGC.

72 Universitas Negeri Yogyakarta

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai