Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

MASYARAKAT PAPUA
INFEKSI PNEUMOKOKUS

DISUSUN OLEH :

NAMA : JUMDARI M

NIM : 201404011

DOSEN PENGAMPU : JUNAIDI WALLY, S.KM., M.KM


YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)
SEKOLAH TNGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI FARMASI
SORONG
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Epidemiologi Masyarakat Papua ini dengan judul “ INFEKSI PNEUMOKOKUS “.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu.

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah
mendukung terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Sorong, 31 Mei 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

A. Definisi Pneumonia 6
B. Prevalensi Pneumonia 6
C. Epidemiologi Pneumonia 7
D. Tanda dan Gejala Pneumonia 8
E. Klasifikasi Penyakit Pneumonia 9
F. Patofisiologi Pneumonia 12
G. Etiolog Pneumoniai 14
H. Faktor Risiko Pneumonia 16
I. Terapi Pneumonia 16

BAB III PENUTUP 23

A. Kesimpulan 23
B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi serius dan merupakan salah
satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak
meyebabkan kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan empat juta
kematian pada anak balita di dunia dan 30% dari seluruh kematian yang terjadi.
Peradangan akut pada parenkim paru biasanya berasal dari suatu infeksi,
disebut Pneumonia atau pneumonitis . lebih baik menggunakan istilah
pneumonia, karena istilah pneumonia sering kali digunakan untuk menyatakan
peradangan paru nonspesifik yang etiloginya belum diketahui. Pneumonia
sebenarnya bukan penyakit baru, tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab
kematian nomor satu di amerika. Penggunaan antibiotic,membuat penyakit ini
bias dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun kemudian kombinasi
pneumonia dan influenza kembali merajalela
Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh
bakteria, virus, jamur, atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi
kimia atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau
terlalu banyak minum alkohol.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit Pneumonia?
2. Bagaimna prevalensi dari penyakit Pneumonia?
3. Bagaimna epidemiologi dari penyakit Pneumonia?
4. Bagaimna tanda dan gejala dari penyakit Pneumonia?
5. Apa sja jenis atau klasifikasi dari penyakit Pneumonia?
6. Bagaimna patofisiologi dari penyakit Pneumonia?
7. Bagaimna etiologi dari penyakit Pneumonia?

4
8. Apa saja factor risiko dari penyakit Pneumonia?
9. Apa saja terapi yang dapat digunakan pada penyakit Pneumonia?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari penyakit Pneumonia
2. Mendeskripsikan prevalensi dari penyakit Pneumonia
3. Menjelaskan epidemiologi dari penyakit Pneumonia
4. mendeskripsikan tanda dan gejala dari penyakit Pneumonia
5. Menjelaskan jenis atau klasifikasi dari penyakit Pneumonia
6. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit Pneumonia
7. Mendeskripsikan etiologi dari penyakit Pneumonia
8. Menjelaskan berbagai factor risiko dari penyakit Pneumonia
9. Menjelaskan Apa saja terapi yang dapat digunakan pada penyakit Pneumonia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pneunomia
Peradangan akut pada parenkim paru biasanya berasal dari suatu infeksi,
disebut Pneumonia atau pneumonitis . lebih baik menggunakan istilah
pneumonia, karena istilah pneumonia sering kali digunakan untuk menyatakan
peradangan paru nonspesifik yang etiloginya belum diketahui. Pneumonia sering
kali di derita sebagian besar orang yang lanjut usia dan mereka yang memiliki
penyakit kronik sebagai akibat rusaknya system kekebalan tubuh( imun ) akan
tetapi pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini
di dunia penyakit pneumonia telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-
kanak dan merupakan salah satu penyakit serius yang merenggut nyawa.
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan
bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak
karena paru-paru meradang secara mendadak.
Pneumonia adalah infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari
jenis-jenis pneumonia itu ada yang spesifik/khusus yang disebut dengan
tuberkulosis atau tbc atau Tb, yang disebabkan oleh bakteri tuberkulosa. Jenis
yang lain, adalah SARS yang adalah pneumonia akibat -sampai hari ini- virus.
B. Prevalensi Pneunomia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang serius dan
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran perna pasan akut (ISPA) yang
paling banyak meyebabkan kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan
empat juta kematian pada anak balita di dunia dan 30% dari seluruh kematian
yang terjadi.

6
WHO (World Health Organization) memperkirakan kejadian (insidens)
pneumonia di negara yang mempunyai angka kematian bayi diatas 40 per 1.000
kelahiran hidup adalah 15% - 20% per tahun pada golongan usia balita. Di dunia
diperkirakan 9 juta total kematian balita setiap tahunnya, lebih dari 2 juta balita
meninggal karena pneumonia (1 balita/15 detik). Diantara 5 kematian balita, 1
diantaranya disebabkan oleh pneumonia. Bahkan menurut Unicef/WHO,
pneumonia merupakan The forgotten Killer of Children atau pembunuh balita
yang terlupakan karena kurangnya perhatian terhadap penyakit ini.
Dari semua kasus pneumonia yang terjadi di negara-negara di dunia, 8,7%
cukup berat sehingga mengancam nyawa dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Sekitar 2 juta kematian setiap tahun terjadi pneumonia pada anak usia
kurang dari 5 tahun, terutama di Afrika dan daerah Asia Tenggara. Lebih dari
setengah kasus baru pneumonia terkonsentrasi di 5 negara di dunia dimana 44%
umur anak tersebut kurang dari 5 tahun: India (43 juta), China (21 juta) dan
Pakistan (10 juta), sedangkan Bangladesh, Indonesia dan Nigeria (masing-
masing 6 juta)
C. Epidemiologi Pneunomia
Epidemologi pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk
perbandingan sangat sedikit, terutama di negara berkembang. Di Amerika
pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan
angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan
pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia
sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk
pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat
mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens
pneumonia berkisar antara 25–44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat
perawatan 68–114 per 1000 orang.
Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar
daripada penderita usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang

7
didapat di masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus
pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan
bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi
karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan
antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat
terjadi pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The
Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk
kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita
pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
Pneumonia (radang paru), salah satu penyakit akibat bakteri pneumokokus
yang menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi
penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae
merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2
tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak
usia di bawah lima tahun (balita).
D. Tanda dan Gejala Pneunomia
Kasus pneumonia ini dimulai dari rasa demam dan menggigil. Sekitar 70%
penderita akan merasakan berat, nyeri di dada karena penyakit ini muncul
memang pada paru-paru, sebagai organ penting dari pernapasan. Rasa nyeri ini
sering pindah ke bahu atau lambung, jika infeksi tersebut sampai ke permukaan
paru-paru dan diafragma turut terserang, sekat otot yang memisahkan dada. Rasa
sakit pada lambung bagian atas dan rasa tidak enak pada dinding lambung
kadang-kadang muncul secara spontan. Pada waktu itu, semua racun yang
mengakibatkan infeksi akan mulai terasa. Suhu badan akan naik, kepala pusing,
dan rasa sakit seluruh tubuh mulai terasa, tidak dapat tidur nyenyek, pikiran
kacau, serta selalu merasa resah dan khawatir. Demikian saat itu kulit tubuh

8
terasa panas dan basah keringat, sedangkan napas seperti memburu dan pendek-
pendek.
Gejala pneumonia biasanya yang tidak pernah luput adalah rasa demam yang
tinggi, sesak napas, dan napas cepat dari biasanya, serta hasil rontgen
memperlihatkan tanda-tanda pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru
dipenuhi oleh sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk membunuh kuman tadi. Namun hal ini mengakibatkan fungsi paru
terganggu dan sulit untuk bernapas karena tidak ada sisa ruang untuk oksigen.
Pada beberapa kasus yang sangat berat sampai menyebabakan beberapa
bagian tubuh tampak mebiru dan susah minum air. Kondisi ini biasanya
berlangsung selama sepekan, bila terjadi krisis, penyakit itu mendadak akan bisa
infeksi yang semakin hebat tengah berlangsung. Namun kondisi ini sudah banyak
berubah dengan adanya obat antibiotik, sehingga rasa sakit yang muncul bisa
dikurangi dengan segera. Tanda-tanda dan gejala pneumonia bervariasi mulai
dari yang ringan hingga yang berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis
kuman penyebab, usia penderita dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Tanda-tanda dan gejala pneumonia yang ringan sering kali mirip dengan flu atau
common cold (sakit demam, batuk-pilek), namun tak kunjung sembuh atau
bertahan lama. Ciri-ciri dan gejala pneumonia antara lain:

1) Demam, berkeringat dan menggigil


2) Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun, dan
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
3) Batuk berdahak tebal dan kentel (lengket)
4) Nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk
5) Sesak napas (nafas cepat)
6) Kelelahan dan nyeri otot
7) Mual, muntah atau diare
8) Sakit kepala

9
E. Klasifikasi Penyakit Pneunomia
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003
menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
 Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
 Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
 Pneumonia aspirasi.: pneumonia ini mengarah pada konsekuensi
patologis akibat secret orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk
kesaluran napas bagian bawah. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit
secret orofaraingeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan
secara normal tanpa gejala sisa melalui mekanisme pertahanan normal.
Tiga syndrome aspirasi berbeda harus dibedakan karena perbedaan sifat
bahan yang diaspirasi, tanda dan gejala, serta patologinya
 Pneumonia pada penderita immunocompromised.

Berdasarkan bakteri penyebab:

1. Pneumonia bakteri/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan
dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang
siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum
alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang
yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya
karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan
dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi

10
infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan,
dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan.
Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman
yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Gejalanya : Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi
saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena
infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat
mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang
mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan
mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
2. Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan
dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit
influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya: Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti
gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan
kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih
parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya
bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu
tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental
dan berwarna hijau atau merah tua.
3. Pneumonia jamur,

11
sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
Berdasarkan predileksi infeksi:
1. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak
infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara
bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain
(super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah
sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
F. Patofisiologi Pneunomia
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan agen
infeksius yang bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada
kenyataannya tidak semua penyakit pernapasan di sebabkan oleh agen yang
bertransmisi denagan cara yang sama. Pada dasarnya agen infeksius memasuki
saluran pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi (melaui udara),
hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung ke dalam saluran
tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke dalam saluran
pernapasan juga dapat di akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat
tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus pneumonia, mikro`organisme biasanya
masuk melalui inhalasi dan aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan

12
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang
melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1) Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari
sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-
mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan
histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan
dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler
dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh
dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2) Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara

13
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3) Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4) Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula
G. Etiologi Pneunomia
Munculnya organism nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten
terhadap antibiotic, ditemukannya organism-organisme yang baru (seperti
legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan
adanya penyakit seperti AIDS semakin memperkual spektrumdan derajat
kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia, dan ini masih menjelaskan
mengapa pneumonia masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi
dan anak kecil lebih rentang terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal
yang terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik
tertentu. Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan penderita penyakit
pernapasan kronik atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini. Hamper
60% dari pasien-pasien tersebut akan meninggal. Pneumonia pneumocytis carini
belakang ini menjadi infeksi berat yang fatal bagi penederita AIDS akibat

14
kelemahan system kekebalan tubuh mereka. Agen-agen mikroba yang
menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuktransmisi primer:
1) Aspirasi secret yang berisi mikroorganisme pathogen yang telah
berkolonisasi pada orofaring.
2) Inhalasi aerosol yang infeksius
3) Penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonolal.

Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius ada dua cara tersering yang
menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang
terjadi. Akibatnya factor-faktor terdisposisi termasuk juga berbagai difisiensi
mekanisme pertahanan system pernapasan. sebagian besar pneumonia
disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi
virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,
Streptococus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri
Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering
menyebabkan pneumonia, demikian juga Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia
lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma,
suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri
dan virus. Individu yang mengidap acquired immunodeficiency syndrome,
(AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal sangat jarang
terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang
lama tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab
yang kotor, dapat mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami
aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat tenggelam dapat mengidap
pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri
yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, dengan
mencetuskan suatu reaksi peradangan.

Penyebabnya :

15
1. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus
2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus
3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carini
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
H. Faktor Risiko Pneunomia
Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotic , pneumonia tetap
merupakan penyebab kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Factor
risiko Pneumonia adalah usia yang ekstrem (sangatmuda atau sangat tua), infeksi
virus saluran napas atas, merokok, penyalah gunaan etanol, CPOD, kanker
(khususnya kanker paru), penyakit Kronis (mislnya diabetes mellitus, uremia),
bedah abdomen
I. Terapi Pneunomia
1. Terapi Farmakologi
Penanganan dan pengobatan pada penderita Pneumonia tergantung dari
tingkat keparahan gejala yang timbul dan type dari penyebab Pneumonia itu
sendiri.
a. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri akan diberikan pengobatan
antibiotik. Pengobatan haruslah benar-benar komplite sampai benar-benar
tidak lagi adanya gejala atau hasil pemeriksaan X-ray dan sputum tidak
lagi menampakkan adanya bakteri Pneumonia, jika tidak maka suatu saat
Pneumonia akan kembali diderita.
1) Antibiotik awal (dalam 24 – 72 jam) pertama )
 Umur 1-2 bl : Ampisilin + aminoglikosida
(gentamisin), kalau respons baik dilanjutkan 10 – 14 hari.

16
 Umur > 2 bl : Penisilin/ampisilin + klorafenikol, kalau
respons baik dilanjutkan sampai dengan 3 hari klinis sembuh
(biasanya cukup 5 – 7 hari)
2) Penderita imunodefisiensi atau ditemukan penyakit lain yang
mendasari  ampisilin  aminoglosida (gentamisin)
Hipersensitif dengan penisilin/ampisilin : eritromisin, selafosporin,
(5-16% ada reaksi silang) atau linkomisin/klindamisin
3) Antibiotik selanjutnya ditentukan atas dasar pemantauan ketat
terhadap respons klinis dalam 24-72 jam pengobatan antibiotik awal.
Kalau penyakit menunjukkan perbaikan  antibiotik diteruskan
sampai dengan 3 hari klinis baik (pneumokokus biasanya cukup 5 – 7
hari, bayi < 2 bln biasanya 10 – 14 hari).
Kalau penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan
yang nyata dalam 72 jam  antibiotik awal dihentikan dan diganti
dengan antibiotik lain yang lebih tepat (sebelumnya perlu diyakinkan
dulu tidak adanya penyulit seperti empiema, abses, dan lain-lain yang
menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
Antibiotik pengganti bergantung pada kuman penyebab
Pneumokokus : 3-16 % sudah resisten dengan penisilin
Diganti dengan sefuroksim, sefotaksim,
linkomisin atau vankomisin
H.influenzae : Diganti dengan sefuroksim, sefazolin,
sefotaksim, eritromisin, linkomisin atau klindamisin
S.Aureus : Diganti dengan kloksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin, sefazolin, klindamisin atau linkomisin
Batang gram (-) : Aminoglikosida (gentamisin, amikasin, dll)
Mikoplasma : Eritromisin, tetrasiklin (untuk anak > 8 tahun)
4) Simtomatik (untuk panas badan dan batuk)

17
Sebaiknya tidak diberikan terutama pada 72 jam pertama karena dapat
mengacaukan interpretasi reaksi terhadap antibiotik awal
b. Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang
hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan
istirahat yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak
serta gizi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.
c. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan
dengan pemberian antijamur.
d. Disamping itu pemberian obat lain untuk membantu mengurangi nyeri,
demam dan sakit kepala. Pemberian obat anti (penekan) batuk di anjurkan
dengan dosis rendah hanya cukup membuat penderita Pneumonia bisa
beristirahat tidur, Karena batuk juga akan membantu proses pembersihan
secresi mucossa (riak/dahak) diparu-paru.
2. Terapi Non Farmakologi
a. Mengurangi Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol
Terapi Non Farmakologi Penyakit Pneumonia yang pertama adalah
mengurangi kebiasaan buruk yang menjadi pemicu peradangan pada
tenggorokan seperti merokok dan minum alkohol. Karena dalam rokok
terkandung bahan kimia salah satunya nikotin yang bisa membuat
tenggorokan menjadi iritasi sehingga menimbulkan peradangan
tenggorokan.
b. Menjaga Pola Makan
Makanan yang masuk dalam tubuh akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas kesehatan seseorang, karena dari makanan tubuh mendapatkan
nutrisi yang lebih. Dengan menjaga pola makan sehat maka akan sangat
baik terutama bagi penderita penyakit Pneumonia. Maka dari itu jaga pola
makan mulai sekarang dengan memperbanyak konsumsi buah dan sayur
yang kaya akan nutrisi.
c. Memperbanyak Minum Air Putih

18
Untuk mengurangi rasa sakit akibat peradangan pada tenggorokan Anda
bisa memperbanyak konsumsi air putih atau air mineral, karena air putih
bersifat sebagai pendingin pada tenggorokan sehingga bisa mengurangi
rasa sakit pada tenggorokan akibat penyakit pneumonia
d. Rutin Berolahraga
Terapi Non Farmakologi Penyakit Pneumonia yang terakhir adalah
berolahraga, mungkin akan sangat sulit untuk melakukan olahraga karena
akan menimbulkan sesak napas, namun olahraga ini sangat penting untuk
proses penyembuhan penyakit pneumonia yang di derita, solusi yang
tepat adalah dengan olahraga ringan seperti yoga, senam lantai, berjalan-
jalan dan masih banyak lagi, lakukan pada pagi hari karena udaranya
lebih sejuk dan segar.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau
alveoli. Terjadinya pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa disebut dengan
bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak
karena paru-paru meradang secara mendadak. Pengobatan umum penyakit
Pnemonia berupa pemberian antibiotic yang efektif.
B. Saran
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan
terkenanya pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defesiensi Vit A, pemberian
ASI dan imunisasi. Untuk mencegah hal tsb, ibu-ibu sebaiknya memperhatikan
gizi si anak,memberikan ASI pada bayinya, kelengkapan imunisasi dan selalu
waspada terhadap tanda bahaya jika si anak mengalami infeksi saluran napas.

20
DAFTAR PUSTKA

Price Sylvia A.2006. Patofisiologi(Konsep klinis proses-proses penyakit).Jakarta: Buku


Kedokteran EGC
http://dinkes.inhukab.go.id/?p=3224
http://makalahperawat.blogspot.co.id/2011/02/pneumonia.html
http://repository.unand.ac.id/22249/3/bab%201.pdf
http://paru-paru.com/penyakit-pneumonia
http://arlovera.blogspot.co.id/2010/05/kasus-pneumonia.html

21

Anda mungkin juga menyukai