Anda di halaman 1dari 2

APOPTOSIS

Umumnya, sel dalam tubuh kita memiliki kemampuan untuk mengatur kematiannya dengan
sendirinya apabila ada faktor buruk seperti infeksi virus, kerusakan DNA, dan faktor patologis
lainnya yang masuk dalam sel kita. Kemampuan sel mengatur kematiannya ini disebut apoptosis
atau kematian sel secara terprogram, yang mana sel yang telah mengalami apoptosis nanti akan
ditelan oleh fagositnya.

Sumber : (Hwang & Kim, 2015)

Mekanisme apoptosis dibagi menjadi jalur yaitu jalur intrinsik atau mitokondria, yang diinduksi
oleh sinyal intraseluler dan jalur ekstrinsik atau reseptor kematian yang dipicu oleh sinyal
ekstraseluler, termasuk aktivasi dari keluarga reseptor kematian. Namun, dua jalur apoptosis
saling berhubungan melalui mitokondria.

Reseptor kematian/death receptor, meliputi Fas (CD95/APO-1), reseptor TNFR dan TRAIL 1
dan 2, termasuk dalam superfamili reseptor TNF yang ditandai dengan adanya Death domain
(DD), domain sitosol, dan domain ekstraseluler kaya sistein.
 Dalam jalur apoptosis ekstrinsik, reseptor kematian merasakan sinyal apoptosis
ekstraseluler dengan mengikat ligan masing-masing. Pengikatan ligan (FasL, TNF- dan
TRAIL) ke reseptor kematian membentuk kompleks yang disebut DISC, yang merekrut
protein adaptor domain kematian terkait Fas (FADD) dan procaspase-8 dengan
berinteraksi melalui death domain. Caspase-8 diaktifkan oleh pemrosesan otomatis di
DISC (kompleks pensinyalan yang menginduksi kematian) untuk mengaktifkan caspase
efektor hilir, termasuk caspase-3, yang pada gilirannya, mengaktifkan berbagai molekul
target secara independen dari mitokondria, yang mengarah ke apoptosis.
 Jalur intrinsik apoptosis dipicu oleh rangsangan non-reseptor ketika tidak adanya faktor
pertumbuhan, hormon dan sitokin gagal untuk mempertahankan sinyal kelangsungan
hidup atau ketika rangsangan berbahaya, seperti radiasi, racun, hipoksia dan radikal
bebas, mengaktifkan jalur kematian. Jadi ketika rangsangan berbahaya masuk melalui
membran plasma maka terjadilah kerusakan DNA. Adanya kerusakan DNA menginduksi
aktivasi p53 untuk menghentikan siklus sel saat memasuki fase G1 dan memberikan
rangsangan ke mitokondria untuk melepasakan protein sitokrom c (cyt c) yang
pelepasannya dibantu oleh protein BAX dan BAK karena bax dan bak mampu membuat
saluran di membran mitokondria yang memungkinkan intraprotein mitokondria seperti
sitokrom c keluar menuju sitoplasma. Di sitoplasma, sitokrom c mengikat protein APAF-
1 atau apoptotic activator factor-1, ATP, dan Caspase 9 untuk membentuk kompleks
apoptosom. Interaksi dengatn Caspase 9 menyebabkan Caspase 9 menjadi aktif oleh
pembelahan proteolitik dan mengaktifkan Caspase-3 dan -7 untuk mengarahkannya pada
tindakan apoptosis sel. Selain itu, pelepasan Smac/DIABLO mengaktifkan caspases
dengan menghambat IAP (inhibitor of apoptotic), yang memediasi penghambatan
caspase-9. Smac/DIABLO sendiri merupakan protein mitokondria yang mempotensiasi
beberapa bentuk apoptosis, dengan menetralkan satu atau lebih anggota famili IAP
(Hwang & Kim, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Hwang, HS & Kim, HA. 2015. Review : Chondrocyte Apoptosis in the Pathogenesis of
Ostheoarthritis. International Journal of Molecular Sciences; 16:26035-26054

Anda mungkin juga menyukai