Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. BAIQ HANDAYANI
2. ICA MIFTAHULJANNAH
3. IKA WIDYA LESTARI
4. MIMIN HULTANIA SEPTIANA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MATARAM

2021/2022
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi Diare
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit
lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli
Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare
akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak
yang disertai muntah dan badan sedikit demam.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per
hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi,
dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi
dan keracunan. Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan
gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya.

B. Etiologi Penyakit Diare


1. Infeksi Bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan
menyebabkan diare, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella dan Escherichia coli.
2. Infeksi Virus
Beberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, Norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes
simplex dan virus hepatitis.
3. Intoleransi Makanan
Contohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa (gula dalam susu)
4. Parasit
Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan.
Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium.
5. Reaksi Obat
Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.
6. Penyakit Intestinal
Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus
dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.

C. Gejala Penyakit Diare


Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang
disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara
tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu,

1
dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri
otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung
darah atau demam tinggi.
D. Jenis-Jenis Diare
1. Diare akut
Diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar
lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan
pertama sebagai penyebab diare akut pada anak.
2. Diare bermasalah
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, engan alat rumah tangga.
Diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedualergi protein susu sapi. Penularan secara
fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang da atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun
tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan
terasa lemah.
3. Diare persisten
Diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus.
penyebab diare persisten sama dengan diare akut.

E. Proses Penularan Penyakit Diare


Agent infeksius yang menyababkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fekaloral terutama
karena :
1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2. Kontak dengan tangan yamg terkontaminasi.

Beberapa faktor yang dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman entero patogen perut termasuk :
1. Tidak memadainya penyediaan air bersih.
2. Pembuangan tinja yang tidak higienis
3. Vektor
4. Aspek sosial ekonomi.

F. Pencegahan Terjadinya Diare


Untuk menurunkan angka kejadian kematian akibat diare maka diperlukan upayaupaya pencegahan sebagai
berikut:
1. Menggunakan air bersih
2. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
3. Penggunaan jamban untuk pembuagan tinja
4. Memberikan ASI
5. Memperbaiki makanan pendamping ASI
6. Memberikan imunisasi campak.

2
G. Pengobatan Terhadap Penyakit diare
Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya
dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat
adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam (LGG).
pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi
sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolit yang ikut
hilang bersama cairan.
Tabel 1. Takaran Pemberian Oralit

Um u r J u m lah C air an
3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali
Di bawah 1 thn
mencret
Di bawah 5 thn (anak
3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
balita)
3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali
Anak diatas 5 thn
mencret
Anak diatas 12 thn & 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali

dewasa mencret (1 gelas : 200 cc)


Sum
ber: www.dinkesjakarta.com

Karena penyebab Diare akut/diare mendadak tersering adalah virus, maka tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini
ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau kurang cairan. Diare akut dapat
disembuhkan hanya dengan meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan minuman/cairan yang cukup saja.
Dalam hal ini yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk menghentikan diare, karena diare sendiri
adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba
menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik
dan akan memperburuk saluran tersebut.

3
BAB II

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI

A. Epidemiologi Diare
Kejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun pertama dan
2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000
mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996
sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Hasil Surkesnas
2001 mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%.

B. Distribusi Penyakit Diare


1. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Orang (Umur)
Sekitar 80% kematian diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.Data terakhir menunjukkan
bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0- 11 bulan dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara
berkembang, total episode diare. pada balita sekitar 1,4 milyar kali pertahun. dari jumlah tersebut. Total episode
diare pada bayi usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali
pertahun.

Tabel 2. Jumlah Kasus Penyakit Diare Di Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan


Berdasarkan Umur Tahun 2004
Umur (tahun) Jumlah Kasus Kematian (orang)
< 1 tahun 28.946 kasus 20 orang
1 – 4 tahun 57.087 kasus 17 orang
> 5 tahun 91.379 kasus 29 orang
Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL

Berdasarkan pada tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare yang terjadi di Sulawesi Selatan
menurut umur paling banyak terjadi pada usia > 5 tahun ini karena pada usia tersebut memiliki imun yang rentan
terhadap penyakit.Kematian akibat diare yang paling tinggi terjadi pada umur >5 tahun yakni sebesar 29 orang,
tingginya angka kematian pada usia demikian karena pada balita jumlah makanan yang dikonsumsi bertambah
banyak berupa PMT dan aktivitas bermain anak yang dapat menyebabkan imunitas tubuh rendah.

Tabel 3. Jumlah Kasus Penyakit Diare Di Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan


Berdasarkan Umur Tahun 2005

Umur (tahun) Jumlah Kasus Kematian (orang)


< 1 tahun 27.029 kasus 25 orang
1 – 4 tahun 60.794 kasus 13 orang
> 5 tahun 100.347 kasus 19 orang
Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL

4
Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare pada tahun 2005 di Sulawesi
Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia >5 tahun sebesar 100.347 kasus sedangkan
kematian yang paling banyak terjadi berada pada usia <1 tahun yakni sebanyak 25 kematian.

2. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Tempat


Berdasarkan tempat maka distribusi penyakit diare di Indonesia banyak ditemukan di propinsi Nusa
Tenggara Timur dengan CFR 1,28%.

Tabel 4. KLB Diare Per Propinsi Tahun 2005

Sumber: Profil PP & PL 2005

Berdasarkan pada tabel diatas bahwa KLB diare yang palin tinggi yang paling besar terjadi pada daerah
NTT dengan CFR sebesar 1,28%. Hali ini di sebabakan tingkat sanitasi masyarakat yang msih rendah, dimana
pada daerah NTT tersebut terjadi kekurangan air, sehingga aktivitas mereka terbatasi dengan minimnya
persediaan air.

Tabel 5. Cakupan Penemuan Penderita Diare


Di Propinsi Sulawesi Selatan

Jumlah CakupanPenemuan
Kabupaten/Kota
Penderita Diare
Palopo 146,74 %
Makassar 115,04%
Soppeng 112,63%
E nrekang 111,67%
Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL

5
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa cakupan penemuan penderita diare lebih banyak terdapat di
daerah Palopo sebesar 146,74%. Hal ini karena petugas kesehatan yang aktiv untuk menurunkan angka kejadia
diare.

3. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Waktu

Tabel 6. Cakupan Penderita Diare


Dalam Lima Tahun Terakhir

T ahun J u m la h P en d er it a Y a n g D ila p or k a n
2000 4 .7 7 1 .3 4 0 p e n d e rita
2001 2 .8 7 3 .4 1 4 p e n d e rita
2002 1 .7 8 8 .4 9 2 p e n d e rita
2003 1 .9 5 0 .7 4 5 p e n d e rita
2004 5 9 6 .0 5 0 p e n d e rita

Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL

Berdasarkan waktu maka distribusi penyakit diare di Indonesia sering ditemukan pada musim pancaroba
(perubahan iklim dari musim hujan ke kemarau), sedangkan trend kejadian penyakit diare terjadi pada tahun
2000 yakni sebanyak 4.771.340 penderita.
Tabel 7. Jumlah Penderita Diare
Dalam Tiga Tahun Terakhir di Sulawesi Selatan

T ahun J u m la h K a su s Jumlah Meninggal CFR (%)

(orang ) (orang )
2003 1 7 2 .7 4 2 k asu s 7 3 o ran g 0 ,0 4 %
2004 1 7 7 .4 0 9 k asu s 6 6 o ran g 0 ,0 4 %
2005 1 8 8 ,1 6 8 k asu s 5 7 o ran g 0 ,0 3 %

Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL


Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah penderita diare yang terbanyak dalam 3 tahun
terakhir yakni pada tahun 2005, sedangkan jumlah penderita yang meninggal yakni pada tahun 2003 sebesar 73
orang.

C. Frekuensi Penyakit Diare


Angka kesakitan Diare tahun 2000 (survei oleh Subdit Diare, Ditjen PPM-PL) adalah 301 per 1.000 penduduk
dan episode pada balita 1,3 kali per tahun. Pada tahun 2003 angka kesakitan Diare meningkat menjadi 374 per
1.000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Cakupan penderita Diare yang dilayani dan dilaporkan
selama lima tahun terakhir cenderung menurun.Sementara itu jumlah penderita diare yang dapat dihimpun melalui
laporan penderita Diare dalam lima tahun terakhir ditemukan bahwa jumlah penderita yang dilaporkan paling tinggi
yakni pada tahun 2000 sebesar 4.771.340 penderita, sedangkan jumlah penderita yang dilaporkan paling rendah
yakni pada tahun 2004 sebesar 596.050 penderita.

6
Tabel 8. Cakupan Penderita Diare Dalam Lima Tahun Terakhir

T ahun J u m la h P en d er it a Y a n g D ila p or k a n
2000 4 .7 7 1 .3 4 0 p en d e rita
2001 2 .8 7 3 .4 1 4 p en d e rita
2002 1 .7 8 8 .4 9 2 p en d e rita
2003 1 .9 5 0 .7 4 5 p en d e rita
2004 5 9 6 .0 5 0 p en d e rita

Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PL

Gambar 1. Renyuluhan Mahasiswa STIKES YARSI Mataram terkait pengetahuan


masyarakat tentang diare yang teriadi di lingkungan sekitar, ternyata dengan
penyuluhan ini kami memahami bahwa tingkat pengentahuan masyarakat
tentang diare terbilang kurang

Gambar 2. Dengan adanya penyuluhan ini masyarakat lebih mengetahui tentang diare dan
cara pencegahannya, agar lingkungan sekitar dan keluarga tidak mengalami
penyakit diare ini

7
Gambar 3. Kami mensurvei bahwa rata-rata masyarakat disana mempunyai tingkat
pendididkan SD, yang menerapkan kebersihan di rumah dan lingkungannya,
kami memilih desa ini karena banyak dari masyarakat harus mengetahuii
pentingnya menjaga kebersihan agar tidak terkena penyakit diare

8
BAB III

PEMBAHASAN

Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya
masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar
kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5
tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi
terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk
menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001 .
Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit
utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit.
Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus
dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%. Penyakit diare sering
menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.
Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah
lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan
terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia.
Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi,
jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir
menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang
buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat.
Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah
yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri
ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80
persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas.
Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau
MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen penduduk Indonesia
dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya
18 persen penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang
memadai .
Di bidang akademis, banyak penelitian mengenai diare yang telah dilakukan oleh mahasiswa, dosen dan peneliti
dalam dua dekade belakangan ini. Setelah dilakukan survei pendahuluan, hasil di lapangan menunjukkan bahwa
penelitian diare terbagi menjadi dua hal yaitu penelitian faktor risiko penyebab diare dan penelitian upaya pencegahan
dan pengobatan penyakit diare. Selama ini banyak penelitian mengenai faktorfaktor risiko yang menimbulkan diare
namun belum ada penelitian yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang menimbulkan diare pada bayi dan balita di
Indonesia.

9
Diare merupakan salah satu topik kesehatan yang sering diteliti, sehingga jumlah penelitian tentang diare cukup
banyak. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis kuantitatif, untuk melihat topik diare
khususnya faktor risiko diare secara bersamaan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti-
peneliti dari FKM UI.

10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya
seperti jamur, cacing dan protozoa. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih
dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang.
Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan
4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak
dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di Indonesia, diare masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB). Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/
1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih
merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian bayi
9,4% dan kematian balita 13,2%. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi
sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan
kondisi rumah
B. Saran
Perlu dilakukan intervensi terhadap factor lingkungan untuk menurunkan angka kejadian diare di Indonesia
dengan membangun sarana air bersih dan sanitasi dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat.
Berdasarkan data-data tersebut maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan penyakit diare
sebagai penyumbang penyebab tertinggi ke dua kematian anak, sehingga semua pihak dapat mengupayakan strategi
dalam rangka mengurangi kematian anak akibat diare demi peningkatan kualitas anak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia: Systematic Review Penelitian
Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat .Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Amiruddin, Ridwan, dkk. 2007. Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Jurusan Epidemiologi Universitas Hasanuddin Makassar
Zein , Umar , Khalid Huda Sagala, Josia Ginting . 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara

12

Anda mungkin juga menyukai