DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL PRAKTIKUM
B. TUJUAN PRAKTIKUM
C. LATAR BELAKANG .
2
Saponin merupakan suatu glikosida yang memiliki aglikon berupa selaput
tipis sabun yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Struktur
kimia saponin merupakan glikosida yang tersusun atas glikoprotein dan aglikon
bagian glikon terdiri dari gugus gula seperti glukosa fruktosa dan jenis gula
lainnya. Bagian nantikan merupakan sapogenin sifat amfifilik ini dapat membuat
bahan alam yang mengandung saponin bisa berfungsi sebagai surfaktan. Atau
dapat diartikan saponin merupakan senyawa dalam glikosida yang terbesar
tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa hewan laut dan
merupakan kelompok senyawa yang beragam dalam struktur. (Lling dkk, 2017)
Percobaan dari setiap senyawa yaitu senyawa saponin dan senyawa pada
senyawa alkaloid menunjukkan pita serapan di daerah spektrum UV 250-303 mm
sedangkan pada saponin yaitu senyawa ini memiliki pita serapan pada daerah
spektrum UV yaitu 200-300 nm. Fraksi pelarut yang digunakan pada identifikasi
alkaloid yaitu praktik kloroform dan padi identifikasi saponin menggunakan
fraksi etanol fraksi kloroform merupakan senyawa triterpenoid dan steroid
(Maryono, 2015) fraksi etanol merupakan pelarut organik yang bersifat polar
sehingga dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Semua senyawa
dapat larut dalam ekstrak etanol sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat
dipisahkan lagi menjadi fraksi yang lain. Fraksi kloroform mempunyai rumus
molekul CHCL3 dimana pada suhu normal merupakan cairan bening dan berbasis
karakteristik kloroform digunakan sebagai pelarut non polar. (Anwar,2016)
3
BAB II
PROSEDUR KERJA
A. PROSEDUR KERJA
1. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. TLC Chamber
b. Pipa Kapiler
c. Lampu UV 366 nm
d. Alat gelas
e. Alat penyemprot untuk penampak bercak atau noda
f. Pinset
g. Erlenmeyer
h. Kertas Saring
2. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Fraksi Kloroform
b. Plat KLT Silica Gel GF 254
c. Metanol
d. Kloroform
e. Etil Asetat
f. Pereaksi Dragendrof
g. Pereaksi Anisaldehid H2SO4
h. Pereaksi Liebermen Burchard
i. Air (aquadem)
3. CARA KERJA
Identifikasi senyawa alkaloid menggunakan KLT penampak noda
1. Siapkan fraksi kloroform yang telah di buat pada praktikum
sebelumnya.
2. Siapkan fase diam yaitu plat KLT silica gel GF 254 yang
telah di beri garis batas atas dan bawah, masing-masing 1
cm.
3. Jenuhkan chamber dengan menggunakan fase gerak yaitu
Etil asetat - Metanol — Air (100:13, 5:1)
4. Totolkan fraksi kloroform ada plat KLT menggunakan pipa
kapiler
5. Kemudian masukkan plat KLT tadi ke dalam chamber yang
sudah jenuh lalu tutup kembali chamber.
6. Amati pergerakan fase gerak pada plat KLT, jangan sampai
4
7. melewati garis batas atas pada plat KLT.
8. Kemudian keluarkan plat KLT dari chamber menggunakan
pinset, kemudian amati pada lampu UV 366 nm, akan
muncul beberapa senyawa yang beriluoresensi biru atau
kuning
9. Siapkan alat penyemprot dan pereaksi penampak noda
(pereaksi dragendrof)
10. Kemudian plat KLT tadi disemprot menggunakan pereaksi
dragendorf
11. Setelah disemprot akan muncul wama jingga, jingga coklat
hingga coklat pada sinartampak,biasanya tidak stabil
Identifikasi senyawa saponin menggunakan KLT penampak noda
1. Siapkan fraksi etanol yang telah di buat pada praktikum
sebelumnya.
2. Siapkan fase diam yaitu plat KLT silica gel GF 254 yang
telahdi beri garis batas atas dan bawah, masing-masing 1
cm.
3. Jenuhkan chamber dengan menggunakan fase gerak yaitu
Kloroform — Metanol — Air (64:50:10)
4. Totolkan fraksi etanol pada plat KLT menggunakan pipa
kapiler
5. Kemudian masukkan plat KLT tadi ke dalam chamber
yang sudah jenuh lalu tutup kembali chamber.
6. Amati pergerakan fase gerak pada plat KLT, jangan
sampaimelewati garis batas atas pada plat KLTKemudian
keluarkan plat KLT dari chamber menggunakan pinset,
7. kemudian amati pada lampu UV 366 nm, akan muncul
beberapa senyawa yang beriluoresensi biru atau kuning
8. Siapkan alat penyomprot dan pereaksi penampak noda
(aniakdohid H25O4 pekat) - dipanaskan 110 C selama 5-10
menit (metode 1) 9.Kemudian plat KLT tadi disemprot
menggunakan pereaksi Anisaldehid H2S04 pekat di dalam
lemari asam
9. Setelah disemprot akan muncul warna biru,biru
violet,kadang kekuningan pada sinar tampak
10. Siapkan alat penyemprot dan pereaksi penampak noda
(Liebermann- Burchard kemudian dipanaskan 1106C selama
5-10 menit) dipanaskan 110C selama 5-10 menit
11. Kemudian plat KLT tadi disemprot menggunakan pereaksi
Liebermann- Burchard di lemari asam
12. Setelah disemprot akan muncul warna biru, biru violet,
kadang kekuningan pada sinar tampak
Identifikasi saponin dengan metode spot (reaksi warna dan
pengendapan)
1. Timbang serbuk simplisia sebanyak 5 gram, masukkan ke
dalam erlenmeyer.
2. Siapkan 3 tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi
5
ditambah dengan larutan yang berbeda. Tabung pertama
diisi dengan fraksi etanol, tabung kedua diisi dengan etanol,
tabung ketiga diisi dengan ekstrak saponin murni
3. Ke dalam masing-masing tabung tersebut selanjutnya
ditambah aguadem dan dikocok kuat.
4. Apabila terbentuk buih, diamkan dan amati buih (tinggi buih
dan kestabilan buih) yang terbentuk
6
BAB III
PEMBAHASAN
Proses ekstraksi di awali dengan dicuci bersih biji dan direndam air
secukupnya selama 1 malam. Proses perendaman ini bertujuan supaya biji menarik
air dan kulit bijinya melunak, sehingga dapat berkecambah. Kemudian biji
disebar di atas daun pisang kemudian ditutup dan disimpan dalam ruang gelap. Biji
kedelai akan berkecambah setelah 1 hari dan dapatdigunakan setelah 3 hari.
Pada praktikum kali ini menggunakan fase diam silica gel 6F254 dan fase
gerak metanol (95:5 v/v). Pemilihan silika gel yang mengandung perekat CaSO4
dan indikator fluoresensi, sehingga jika di deteksi pada UV 254 nm. Akan
berfluoresensi sedangkan bercaknya akan memadamkan fluoresensi. Sedangkan
Fase gerak digunakan non polar sehingga sistem KLT merupakan kromatografi
fasenormal. Saponin diharap kan Lusi dengan baik karena pas gerak yang
digunakan bersifat non polar.
7
Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang
rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger
et.al,1998). Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo" berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan
menimbulkan busa bila dikocok dengan air.
Reaksi berikut ini dapat digunakan yaitu dengan menggunakan asam asetat
anhidrat dan asam sulfat (disebut reaksi Liebermannn-Burchard). Hasilnya
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna yang bergantung dari aglikonnya
yaitu biru hijau maka menunjukkan adanya senyawa golongan steroid. Dengan
menggunakan vanillin, anisaldehid, dan aldehid aromatik lainnya yang ditambah
dengan asam mineral kuat. Senyawa yang mengandung saponin akan berwarna
kuat, yang kemungkinan hasil reaksi antara aldehid dan aglikon. Reaksi warna
dapat digunakan untuk menggolongkan saponin (sapogenin) yang digunakan
untuk membuktikanidentitas dari suatu obat, dan jika perlu untuk memonitor pada
waktu pemisahan. Tidak ada reaksi warna yang secara spesifik untuk tiap jenis
saponin.
8
Buih dapat terbentuk karena saponin mempunyai sifat dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Seperti sabun, saponin mempunyai molekul besar yang
mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik. Dalam air, molekul saponin
mensejajarkan diri secara vertikal pada permukaannya, dengan gugus lipofilik
menjauhi air. Adsorpsi molekul saponin pada permukaan air dapat
mengakibatkan penurunan tegangan permukaan air yang dapat menimbulkan
buih. Buih merupakan suatu struktur yang relatif stabil yang terdiri dari kantong-
kantong udara terbungkus dalam lapisan tipis cairan, dispersi gas dalam cairan
yang distabilkan oleh suatu zat penurun tegangan permukaan, dalam hal ini
adalah molekul saponin.
9
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, skrining fitokimia dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis adalah salah satu identifikasi untuk
melihat profil kandungan metabolit sekunder yang ada di dalam suatu sampel.
Hasil Identifikasi dapat dijadikan rujukan untuk menentukan bahan spesifik
yang ada di dalam ekstrak sampel tersebut. Sampel mengandung tipe saponin
pada kecambah kedelai adalah tipe triterpenoid. Karakter saponin kecambah
kedelai secara KLT menghasilkan bercak berwarna biru-ungu dengan Rf 0,46
pada fase gerak kloroform:metanol (95:5 v/v), Rf 0,94 pada fase gerak
kloroform:metanol:air (64:50:10 v/v). Secara spektroskopi UV, saponin
kecambah kedelai mempunyai karakter memberikan serapan maksimum pada
panjang gelombang 280,6 nm.
B. SARAN
Dikarenakan praktikum dilakukan secara online diharapkan mahasiswa
untuk benar-benar serius dalam memahami materi dan berhati-hati dalam
praktikum. Diharapkan kepada seluruh praktikan agar bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan praktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan selama praktikum berlangsung
10
DAFTAR PUSTAKA
Abidah, L. (2018). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Selada Merah (Lactuca sativa
Anwar K. dkk. 2016. Perbandingan Efek Ekstrak Etanol, Fraksi H-Butanol dan Fraksi
Endarini dan Lully Hani. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dyck SV, Gerbaux P, Flammang P. Qualitative and quantitative saponin contents in five
sea cucumbers from the Indian Ocean. Mar Drugs. 2010 Jan;8(1):173-89
Julianto, Tatang Shabur. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Kukula-Koch, W. A., & Widelski, J. 2017. Alkaloids. In Pharmacognosy (pp. 163- 198).
Academic Press.
12