Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM FITOKIMIA

“ IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID DAN SAPONIN “

Dosen Pengampu : Chaerul Fadly Mochtar Lutfi,S.Farm,M.Biomed

DISUSUN OLEH :

Ainul Andriani 1911102415082


Annisa Fajriati 1911102415060
Alfin Syahrian Dwi Nugraha 1911102415008
Farah Syifa Eka Morri 1911102415096
Nazwa Fitrah Maulaya 1911102415071
Siska Nur Rafitri 1911102415058

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. JUDUL PRAKTIKUM

Identifikasi Senyawa Alkaloid dan Saponin

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melakukan


skrinning fitokimia kandungan yang ada pada simplisia dengan metode KLT, reaksi
warna dan pengendapan

C. LATAR BELAKANG .

Alkaloida adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki


atom nitrogen yang ditemukan dalam jaringan hewan dan tumbuhan titik
sebagian besar senyawa alkaloida bersumber dari tumbuh-tumbuhan terutama
angiosperm lebih dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid. alkaloid
dapat ditemukan pada berbagai tanaman seperti bunga, biji daun ranting, akar dan
Kulit batang titik umumnya ditemukan dalam keadaan yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan alkaloida pada tanaman berfungsi sebagai racun yang dapat
melindunginya dari serangga dan herbivora faktor pengatur pertumbuhan dan
senyawa simpanan yang mampu menyuplai nitrogen.(Deinstrop,2017)

2
Saponin merupakan suatu glikosida yang memiliki aglikon berupa selaput
tipis sabun yang dapat menurunkan tegangan permukaan air sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Struktur
kimia saponin merupakan glikosida yang tersusun atas glikoprotein dan aglikon
bagian glikon terdiri dari gugus gula seperti glukosa fruktosa dan jenis gula
lainnya. Bagian nantikan merupakan sapogenin sifat amfifilik ini dapat membuat
bahan alam yang mengandung saponin bisa berfungsi sebagai surfaktan. Atau
dapat diartikan saponin merupakan senyawa dalam glikosida yang terbesar
tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi serta beberapa hewan laut dan
merupakan kelompok senyawa yang beragam dalam struktur. (Lling dkk, 2017)

Percobaan dari setiap senyawa yaitu senyawa saponin dan senyawa pada
senyawa alkaloid menunjukkan pita serapan di daerah spektrum UV 250-303 mm
sedangkan pada saponin yaitu senyawa ini memiliki pita serapan pada daerah
spektrum UV yaitu 200-300 nm. Fraksi pelarut yang digunakan pada identifikasi
alkaloid yaitu praktik kloroform dan padi identifikasi saponin menggunakan
fraksi etanol fraksi kloroform merupakan senyawa triterpenoid dan steroid
(Maryono, 2015) fraksi etanol merupakan pelarut organik yang bersifat polar
sehingga dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Semua senyawa
dapat larut dalam ekstrak etanol sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat
dipisahkan lagi menjadi fraksi yang lain. Fraksi kloroform mempunyai rumus
molekul CHCL3 dimana pada suhu normal merupakan cairan bening dan berbasis
karakteristik kloroform digunakan sebagai pelarut non polar. (Anwar,2016)

Fungsi dari proyeksi anisaldehid yaitu digunakan untuk mendeteksi


senyawa fenolik atau flavonoid dengan menunjukkan perubahan warna ungu biru
merah hijau atau buah Bu. Sedangkan pereaksi dragendorff berfungsi untuk
mendeteksi senyawa alkaloid dengan sikap positif menunjukkan perubahan warna
biru merah atau coklat dan pereaksi lieberman digunakan untuk mendeteksi
adanya senyawa terpenoid dengan respon positif menunjukkan perubahan warna
kuning jingga. Fase gerak dan fase diam pada setiap senyawa metabolit yaitu
pada jenis fase gerak yaitu kloroform : metanol : amonia (85 : 15 : 1) . Etil asetat :
kloroform (8:2). Kloroform : metanol (12 : 2) sedangkan untuk fase diam nya
yaitu berupa bahan silica gel, alumina, dan serbuk selulosa. (Krisnawan,2020)

3
BAB II

PROSEDUR KERJA

A. PROSEDUR KERJA

1. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. TLC Chamber
b. Pipa Kapiler
c. Lampu UV 366 nm
d. Alat gelas
e. Alat penyemprot untuk penampak bercak atau noda
f. Pinset
g. Erlenmeyer
h. Kertas Saring
2. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Fraksi Kloroform
b. Plat KLT Silica Gel GF 254
c. Metanol
d. Kloroform
e. Etil Asetat
f. Pereaksi Dragendrof
g. Pereaksi Anisaldehid H2SO4
h. Pereaksi Liebermen Burchard
i. Air (aquadem)

3. CARA KERJA
 Identifikasi senyawa alkaloid menggunakan KLT penampak noda
1. Siapkan fraksi kloroform yang telah di buat pada praktikum
sebelumnya.
2. Siapkan fase diam yaitu plat KLT silica gel GF 254 yang
telah di beri garis batas atas dan bawah, masing-masing 1
cm.
3. Jenuhkan chamber dengan menggunakan fase gerak yaitu
Etil asetat - Metanol — Air (100:13, 5:1)
4. Totolkan fraksi kloroform ada plat KLT menggunakan pipa
kapiler
5. Kemudian masukkan plat KLT tadi ke dalam chamber yang
sudah jenuh lalu tutup kembali chamber.
6. Amati pergerakan fase gerak pada plat KLT, jangan sampai
4
7. melewati garis batas atas pada plat KLT.
8. Kemudian keluarkan plat KLT dari chamber menggunakan
pinset, kemudian amati pada lampu UV 366 nm, akan
muncul beberapa senyawa yang beriluoresensi biru atau
kuning
9. Siapkan alat penyemprot dan pereaksi penampak noda
(pereaksi dragendrof)
10. Kemudian plat KLT tadi disemprot menggunakan pereaksi
dragendorf
11. Setelah disemprot akan muncul wama jingga, jingga coklat
hingga coklat pada sinartampak,biasanya tidak stabil
 Identifikasi senyawa saponin menggunakan KLT penampak noda
1. Siapkan fraksi etanol yang telah di buat pada praktikum
sebelumnya.
2. Siapkan fase diam yaitu plat KLT silica gel GF 254 yang
telahdi beri garis batas atas dan bawah, masing-masing 1
cm.
3. Jenuhkan chamber dengan menggunakan fase gerak yaitu
Kloroform — Metanol — Air (64:50:10)
4. Totolkan fraksi etanol pada plat KLT menggunakan pipa
kapiler
5. Kemudian masukkan plat KLT tadi ke dalam chamber
yang sudah jenuh lalu tutup kembali chamber.
6. Amati pergerakan fase gerak pada plat KLT, jangan
sampaimelewati garis batas atas pada plat KLTKemudian
keluarkan plat KLT dari chamber menggunakan pinset,
7. kemudian amati pada lampu UV 366 nm, akan muncul
beberapa senyawa yang beriluoresensi biru atau kuning
8. Siapkan alat penyomprot dan pereaksi penampak noda
(aniakdohid H25O4 pekat) - dipanaskan 110 C selama 5-10
menit (metode 1) 9.Kemudian plat KLT tadi disemprot
menggunakan pereaksi Anisaldehid H2S04 pekat di dalam
lemari asam
9. Setelah disemprot akan muncul warna biru,biru
violet,kadang kekuningan pada sinar tampak
10. Siapkan alat penyemprot dan pereaksi penampak noda
(Liebermann- Burchard kemudian dipanaskan 1106C selama
5-10 menit) dipanaskan 110C selama 5-10 menit
11. Kemudian plat KLT tadi disemprot menggunakan pereaksi
Liebermann- Burchard di lemari asam
12. Setelah disemprot akan muncul warna biru, biru violet,
kadang kekuningan pada sinar tampak
 Identifikasi saponin dengan metode spot (reaksi warna dan
pengendapan)
1. Timbang serbuk simplisia sebanyak 5 gram, masukkan ke
dalam erlenmeyer.
2. Siapkan 3 tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi
5
ditambah dengan larutan yang berbeda. Tabung pertama
diisi dengan fraksi etanol, tabung kedua diisi dengan etanol,
tabung ketiga diisi dengan ekstrak saponin murni
3. Ke dalam masing-masing tabung tersebut selanjutnya
ditambah aguadem dan dikocok kuat.
4. Apabila terbentuk buih, diamkan dan amati buih (tinggi buih
dan kestabilan buih) yang terbentuk

6
BAB III
PEMBAHASAN

Pada praktikum kelima kali ini menggunakan tanaman kecambah kedelai


(Glycine max L.) Salah satu senyawa kimia yang termasuk dalam golongan
metabolit sekunder yang terkandung di dalam kedelai adalah saponin. Tanaman
ini biji kedelainya berkhasiat untuk mencegah kanker, menurunkan tekanan darah
tinggi, mencegah dan menurunkan kelebihan kolesterol dalam tubuh, antioksidan,
dan menegah osteoporosis.

Proses ekstraksi di awali dengan dicuci bersih biji dan direndam air
secukupnya selama 1 malam. Proses perendaman ini bertujuan supaya biji menarik
air dan kulit bijinya melunak, sehingga dapat berkecambah. Kemudian biji
disebar di atas daun pisang kemudian ditutup dan disimpan dalam ruang gelap. Biji
kedelai akan berkecambah setelah 1 hari dan dapatdigunakan setelah 3 hari.

Fase diam yang digunakan dalam Kromatografi Lapis Tipis merupakan


penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 ym. Semakin
kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efesiennya dan resolusinya.
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiriatas satu atau beberapa pelarut. Fase
gerak bergerak di dalam fase diam yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya
kapiler.

Pada praktikum kali ini menggunakan fase diam silica gel 6F254 dan fase
gerak metanol (95:5 v/v). Pemilihan silika gel yang mengandung perekat CaSO4
dan indikator fluoresensi, sehingga jika di deteksi pada UV 254 nm. Akan
berfluoresensi sedangkan bercaknya akan memadamkan fluoresensi. Sedangkan
Fase gerak digunakan non polar sehingga sistem KLT merupakan kromatografi
fasenormal. Saponin diharap kan Lusi dengan baik karena pas gerak yang
digunakan bersifat non polar.

7
Saponin adalah senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan
membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
asam (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang
rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan luas (Burger
et.al,1998). Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun
“Sapo" berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan
menimbulkan busa bila dikocok dengan air.

Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba.Dikenal juga jenis saponin


yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang
mempunyai rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi
tidak larut dalam eter.Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis
dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson, 1995).

Dari hasil deteksi menggunakan sinar UV 254 nm menunjukkan adanya


peredaman bercak yang berwarna ungu dengan latar berfluoresensi hijau. Bercak
saponin kecambah kedelai dan Succus Liguiritae setelah disemprot dengan
pereaksi anisaldehid-asam sulfat tampak menimbulkan bercak berwarna biru-
ungu.

Reaksi berikut ini dapat digunakan yaitu dengan menggunakan asam asetat
anhidrat dan asam sulfat (disebut reaksi Liebermannn-Burchard). Hasilnya
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna yang bergantung dari aglikonnya
yaitu biru hijau maka menunjukkan adanya senyawa golongan steroid. Dengan
menggunakan vanillin, anisaldehid, dan aldehid aromatik lainnya yang ditambah
dengan asam mineral kuat. Senyawa yang mengandung saponin akan berwarna
kuat, yang kemungkinan hasil reaksi antara aldehid dan aglikon. Reaksi warna
dapat digunakan untuk menggolongkan saponin (sapogenin) yang digunakan
untuk membuktikanidentitas dari suatu obat, dan jika perlu untuk memonitor pada
waktu pemisahan. Tidak ada reaksi warna yang secara spesifik untuk tiap jenis
saponin.

8
Buih dapat terbentuk karena saponin mempunyai sifat dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Seperti sabun, saponin mempunyai molekul besar yang
mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik. Dalam air, molekul saponin
mensejajarkan diri secara vertikal pada permukaannya, dengan gugus lipofilik
menjauhi air. Adsorpsi molekul saponin pada permukaan air dapat
mengakibatkan penurunan tegangan permukaan air yang dapat menimbulkan
buih. Buih merupakan suatu struktur yang relatif stabil yang terdiri dari kantong-
kantong udara terbungkus dalam lapisan tipis cairan, dispersi gas dalam cairan
yang distabilkan oleh suatu zat penurun tegangan permukaan, dalam hal ini
adalah molekul saponin.

Penjenuhan dilakukan dengan cara menempelkan kertas saring pada dinding


chamber yang telah diisi dengan eluen. Penjenuhan chamber yang dilakukan
dengan menambahkan eluen ke dalam chamber dan meletakkan kertas saring di
dalam chamber yang harus terbasahi oleh semua eluen. Dimana kertas saring
menjadi indikator kejenuhan chamber (apabila kertas saring telah terbasahi
seluruhnya. Untuk meratakan tekanan uap yang ada diseluruh ruang chamber
sehingga pemisahan saat
proses elusi berlangsung dengan baik. Tujuan dari penjenuhan chamber yang
dilakukan adalah untuk mengoptimalkan proses pengembangan fase gerak,
memperkecil penguapan pelarut dan menghasilkan bercak lebih bundar dan lebih
baik.

9
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, skrining fitokimia dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis adalah salah satu identifikasi untuk
melihat profil kandungan metabolit sekunder yang ada di dalam suatu sampel.
Hasil Identifikasi dapat dijadikan rujukan untuk menentukan bahan spesifik
yang ada di dalam ekstrak sampel tersebut. Sampel mengandung tipe saponin
pada kecambah kedelai adalah tipe triterpenoid. Karakter saponin kecambah
kedelai secara KLT menghasilkan bercak berwarna biru-ungu dengan Rf 0,46
pada fase gerak kloroform:metanol (95:5 v/v), Rf 0,94 pada fase gerak
kloroform:metanol:air (64:50:10 v/v). Secara spektroskopi UV, saponin
kecambah kedelai mempunyai karakter memberikan serapan maksimum pada
panjang gelombang 280,6 nm.

B. SARAN
Dikarenakan praktikum dilakukan secara online diharapkan mahasiswa
untuk benar-benar serius dalam memahami materi dan berhati-hati dalam
praktikum. Diharapkan kepada seluruh praktikan agar bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan praktikum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan selama praktikum berlangsung

10
DAFTAR PUSTAKA

Sakundita Y. 2017. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SAPONIN PADA KECAMBAH

KEDELAI (Glycine max L.). UNIVERSITAS SANATA DHARMA


YOGYAKARTA.

Abidah, L. (2018). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Selada Merah (Lactuca sativa

var. Crispa) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil).


Skripsi. Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Anwar K. dkk. 2016. Perbandingan Efek Ekstrak Etanol, Fraksi H-Butanol dan Fraksi

Petroleum eter Daun Kembang Bulan Terhadap Penurunan Kadar


Glukosa Darah Mencit Jantan yang Diinduksi Aloksan. Jurnal
Pharmasceince. Vol. 03 No.02 Hal : 80:88.

Deinstrop E.H. 2017. Applied Thin-Layer Chromatography : Best Practice and

Avoldone of mistakes second Rovised and aniarged Edition.: Journal of


Lif Science.

Endarini dan Lully Hani. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Dyck SV, Gerbaux P, Flammang P. Qualitative and quantitative saponin contents in five
sea cucumbers from the Indian Ocean. Mar Drugs. 2010 Jan;8(1):173-89

Julianto, Tatang Shabur. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.

Kukula-Koch, W. A., & Widelski, J. 2017. Alkaloids. In Pharmacognosy (pp. 163- 198).
Academic Press.

Faudhan, N. (2018). Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksana Selada Merah (Lactuca


sativa var. Crispa) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil).
Skripsi. Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan,
11
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Ningsih, Indah. 2014. Fitokimia. Fakultas Farmasi. Universitas Jember.
Harwoko, S. Pramono, and A. E. Nugroho. 2014. Triterpenoid-rich Fraction of Centella
asiatica Leaves and in vitro Antihypertensive Activity. International Food
Research Journal. Vol. 21 (1) : 149-154.
Nowakowska et al. 2016. Study of Chromatographic behavior of Selected Steroid
Hormons on Alumunium Oxide Plates Based on Quatitative
Structureretention Ralationship. JPC-J Planar Chromatogrmod TLC.
29:113-120
Krisnawan Hendra A. dkk. 2020. Karakteristik Senyawa Metabolit Pada Kultur Anggrek
Dendroblum Anosmum-Gigantea. Jurnal media Pharmaceutical Indonesia
Vol.3 No.1.
Lling Limiati, dkk. 2017. Uji Fitokumia Ekstrak Buah Dengan Jurnal Dinamika Vol.08.
No.1 Halaman 66-84.
Mukholifah. (2014). Identifikasi Tanin dan Penentuan Eluen Terbaik dari Ekstrak Etanol
70% Daun Pepaya (Carica papaya) dengan Metode Kromatografi Lapis
Tipis, Jurnal Biologi, Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Kristina, N. N., E. D. Kusumah, P. K. Lailani. 2009. Analisis Fitokimia dan Penampilan
Polapita Protein Tanaman Pegagan (Centella asiatica) Hasil Konservasi in

12

Anda mungkin juga menyukai