Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SKRINING FITOKIMIA SIMPLISIA “A” SECARA KLT

(KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)

KELOMPOK 1

1. ADE ASTRI 112012


2. GATRI SANDYA 112012
3. PUTRI 112012
4. LOLLY WIIYA SRINITA 1120123
5. WIKKA JANUARTY 1120157
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah :
 Untuk mengetahui kandungan-kandungan kimia suatu tumbuhan secara cepat
dan tepat.
 Untuk mengidentifikasi adanya suatu kandungan kimia tertentu yang terdapat
dalam suatu tanaman.
 Untuk mengetahui dan memahami cara melakukan skrining dalm fitokimia.

II. BAHAN, ALAT DAN METODE


II.1 Bahan-bahan yang digunakan :
1. Ekstraksi Simplisia A
 Serbuk simplisia A
 Pelarut heksan
 Pelarut CHCL3
 Na2SO4 eksikatus
 EtOH 70%

2. Golongan Minyak Atsiri


 Ekstrak heksan yang sudah mengalami proses tahap I
 Silicagel GF 254 (fase diam) yang sudah diaktifkan pada suhu
105ºC selama 30 menit
 Fase gerak : Toluena-Etil asetat (93 : 7) 10 ml
 Pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat yang sudah dipanaskan 110ºC
selama 5-10 menit sebagai penampak noda.

3. Golongan Terpenoid Bebas


 Ekstrak heksan yang sudah mengalami proses tahap I
 Silica gel GF 254 (fase diam) yang sudah diaktifkan pada 105ºC
selama 30 menit
 Heksan-Etil asetat (1 : 1) 10 ml dan kloroform-Metanol (10 : 1)
10 ml sebagai fase gerak.
 Pereaksi antimon (III) kolrida dalam kloroform sebagai
penampak noda

4. Golongan Alkaloid
 Ekstrak kloroform yang sudah mengalami prose tahap I
 Silica gel GF 254 (fase diam) yang sudah diaktifkan pada 105ºC
selama 30 menit
 Toluene-Etil asetat-Dietilamin (7 : 2 : 1) 10 ml dan Etil asetat-
Metanol-Air (100 : 13,5 : 10) 10 ml sebagai fase gerak
 Pereaksi Dragendorf sebagai penampak noda

5. Golongan Flavonoid Bebas


 Ekstrak kolorform yang sudah mengalami prose tahap I
 Silica gel GF 254 (fase diam) yang sudah diaktifkan pada 105ºC
selama 30 menit
 Kloroform-Etil asetat (60 : 40) 10 ml sebagai fase gerak
 Pereaksi uap amonia sebagai penampak noda

6. Golongan Antrakinon
 Ekstrak kloroform yang sudah mengalami proses tahap I
 Silica gel GF 254 (fase diam)
 N-propanol-Etil asetat-Air (40 : 40 : 30) 10 ml sebagai fase
gerak
 Pereaksi larutan 5% KOH dalam methanol sebagai penampak
noda.

7. Golongan Glikosida Jantung


 Ekstrak etanol 70% yang sudah mengalami proses tahap I
 Silica gel GF 254 (fase diam) yang sudag diaktifkan pada 105ºC
selama 30 menit
 Etil-asetat-Metanol-Air (81 : 11 : 8) 10 ml sebagai fase gerak
 Pereaksi raymond (m-Dinitrobenzen dan alkali) sebagai
penampak noda.

8. Golongan Saponin
 Ekstrak etanol 70% yang sudah mengalami prose tahap I
 Silicagel GF 254 sebagai fase diam
 Kloroform-Metano-Air (64 : 50 : 10) 10 ml sebagai fase gerak
 Pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat yang dipanaskan pada 100ºC
selama 5-10 menit sebagai penampak noda.

9. Golongan Glikosida Flavonoid


 Ekstraks etanol 70% yang sudah mengalami proses tahap I
 Selulosa sebagai fase diam
 Asam asetat 15% sebagai fase gerak
 Pereaksi uap amonia sebagai penampak noda.

10. Identifikasi Tanin


 Ekstrak etanol 70% yang sudah mengalami proses tahap I
 Pereaksi FeCl3
 Aquadem
 Gelatin
 NaCl

11. Identifikasi Saponin


 Ekstrak etanol 70% yang sudah mengalami proses tahap I
 Aqudem

12. Identifikasi Glikosida HCN


 Serbuk simplisia E 2 gram
 HCL 2 N
 Na.pikrat
II.2 Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1) Timbangan gram
2) Erlenmeyer
3) Beaker glass
4) Gelas ukur
5) Pengaduk
6) Alat refluks (pendingin
bola, corong gelas,
kapas, kaki tiga, kasa
asbes, water bath)
7) Kertas saring
8) Lempeng KLT
9) Alat kromatogram
10) Chamber kromatografi
11) Kaca arloji
12) Vial
13) Botol warna coklat
14) Aluminium foil
15) Tali
16) Pipa kapiler
17) Papan tetes
18) Pipet tetes
19) Tabung reaksi
20) Waterbath
III. 3 METODE KERJA

a. EKSTRAKSI
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Simplisia serbuk A ditimbang sebanyak 10 gram, masukkan ke dalam
Erlenmeyer, tambahkan 100 ml n-heksan dan batu didih secukupnya.
3. Siapkan tangas air dan pasangkan Erlenmeyer dengan kondensor.
4. Refluks serbuk simplisia A dengan n-heksan selama 1-2 jam.
5. Saring ekstrak dengan corong.
6. Hasil saringan berupa fase heksan ditambahkan n-heksan ditambahkan Na 2SO4
eksikatus, biarkan selama semalam, kemudian disaring, dan hasil saringannya
dipekatkan menjadi ekstrak heksan lalu dimasukkan ke dalam vial. Ampas sisa
diangin-anginkan hingga sisa pelarutnya hilang.
7. Ampas kering yang pelarutnya telah hilang, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 100 ml CHCl3 dan batu didihnya.
8. Refluks serbuk simplisia A dengan CHCl3 selama 1-2 jam.
9. Saring ekstrak dengan corong.
10. Hasil saringan berupa fase CHCl3 ditambahkan CHCl3 ditambahkan Na2SO4
eksikatus, biarkan selama semalam, kemudian disaring, dan hasil saringannya
dipekatkan menjadi ekstrak heksan lalu dimasukkan ke dalam vial. Ampas sisa
diangin-anginkan hingga sisa pelarutnya hilang.
11. Ampas kering yang pelarutnya telah hilang, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 100 ml etanol 70% dan batu didihnya.
12. Refluks serbuk simplisia A dengan etanol 70% selama 1-2 jam.
13. Saring ekstrak dengan corong.
14. Hasil saringan berupa fase etanol dipekatkan menjadi ekstrak etanol, masukkan
ke dalam vial. Ampas sisa ekstraksi dibuang.

b. IDENTIFIKASI
 Ekstrak n-heksan
1. Ambil ekstrak n-heksan yang telah dimasukkan dalam vial.
2. Siapkan pipa kapiler dan lempeng KLT Silica Gel GF 254.
3. Siapkan fase gerak sebanyak – ml :
a. Untuk identifikasi adanya minyak atsiri : toluene-etil asetat (93:7)
b. Untuk identifikasi adanya terpenoid bebas : heksan-etil asetat (1:1) atau
kloroform-metanol (10:1)
4. Masukkan eluen (fase gerak) ke dalam chamber yang bagian dalamnya telah
diselubungi kertas saring, tunggu hingga jenuh.
5. Beri tanda pada lempeng KLT (1,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas)
6. Totolkan ekstrak pada lempeng KLT sebanyak 2 totolan. Totolan pertama
terdiri atas 1 kapiler, sedangkan totolan kedua terdiri atas 3 kapiler.
7. Masukkan lempeng KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber, eluasi.
8. Hasil eluasi dilihat dengan penambak noda :
a. Untuk identifikasi adanya minyak atsiri : pereaksi anisaldehid-H2SO4
pekat, dipanaskan 110°C selama 5-10 menit (warna biru, hijau, merah,
coklat)
b. Untuk identifikasi adanya terpenoid bebas : pereaksi antimon (III) klorida
dalam kloroform, dipanaskan 100°C selama 10 menit (warna merah ungu
atau biru)
9. Identifikasi apakah simplisia A mengandung minyak atsiri, dan terpenoid
bebas atau tidak.

 Ekstrak CHCl3
1. Ambil ekstrak CHCl3 yang telah dimasukkan dalam vial.
2. Siapkan pipa kapiler dan lempeng KLT Silica Gel GF 254.
3. Siapkan fase gerak sebanyak – ml :
a. Untuk identifikasi adanya alkaloid : toluene-etil asetat-dietilamin (7:2:1)
atau etil asetat-metanol-air (100:13,5:10)
b. Untuk identifikasi adanya flavonoid bebas : kloroform- etil asetat (60:40)
c. Untuk identifikasi adanya antrakinon : n-propanol-etil asetat-air
(40:40:30)
4. Masukkan eluen (fase gerak) ke dalam chamber yang bagian dalamnya telah
diselubungi kertas saring, tunggu hingga jenuh.
5. Beri tanda pada lempeng KLT (1,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas)
6. Totolkan ekstrak pada lempeng KLT sebanyak 2 totolan. Totolan pertama
terdiri atas 1 kapiler, sedangkan totolan kedua terdiri atas 3 kapiler.
7. Masukkan lempeng KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber, eluasi.
8. Hasil eluasi dilihat dengan penambak noda :
a. Untuk identifikasi adanya alkaloid : pereaksi dragendorf (jingga-coklat),
UV 254 nm (memadamkan fluoresensi), UV 366 nm (berfluoresensi biru
atau kuning)
b. Untuk identifikasi adanya flavonoid bebas : uap ammonia (kuning yang
cepat pudar), UV 254 nm (memadamkan fluoresensi), UV 366 nm
(berfluoresensi biru atau kuning atau hijau)
c. Untuk identifikasi adanya antrakinon : larutan 5% KOH dalam methanol,
amati pada sinar tampak (merah) dan UV 366 nm (fluoresensi merah)
9. Identifikasi apakah simplisia A mengandung alkaloid, flavonoid bebas dan
antrakinon atau tidak.
 Ekstrak etanol
1. Ambil ekstrak etanol yang telah dimasukkan dalam vial.
2. Siapkan pipa kapiler dan lempeng KLT Silica Gel GF 254 (untuk
identifikasinya adanya saponin dan glikosida jantung) dan lempeng selulosa
(untuk identifikasi adanya glikosida flavonoid).
3. Siapkan fase gerak sebanyak – ml :
a. Untuk identifikasi adanya glikosida jantung : etil asetat-metanol-air
(81:11:8)
b. Untuk identifikasi adanya saponin : kloroform-metanol-air (64:50:10)
c. Untuk identifikasi adanya glikosida flavonoid : asam asetat 15%
4. Masukkan eluen (fase gerak) ke dalam chamber yang bagian dalamnya telah
diselubungi kertas saring, tunggu hingga jenuh.
5. Beri tanda pada lempeng KLT (1,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas)
6. Totolkan ekstrak pada lempeng KLT sebanyak 2 totolan. Totolan pertama
terdiri atas 1 kapiler, sedangkan totolan kedua terdiri atas 3 kapiler.
7. Masukkan lempeng KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber, eluasi.
8. Hasil eluasi dilihat dengan penambak noda :
a. Untuk identifikasi adanya glikosida jantung : pereaksi Raymond = m-
dinitrobenzene dan alkali (warna merah, merah-jingga, violet)
b. Untuk identifikasi adanya saponin : pereaksi anisaldehid-H 2SO4 pekat,
dipanaskan 110°C selama 5-10 menit (warna biru atau biru violet kadang
kekuningan)
c. Untuk identifikasi adanya glikosida flavonoid : uap ammonia (noda
berwarna kuning yang cepat kuning memudar) kemudian dilihat pada
sinar 366 nm (berfluoresensi)
9. Uji tambahan :
 Uji Buih (Uji Golongan Saponin)
a. Siapkan 3 tabung reaksi
b. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml ekstrak etanol + 3 ml air, Tabung
reaksi 2 diisi dengan 1 ml etanol 70% + 3 ml air, dan Tabung reaksi 3
diisi standar saponin + 3 ml air.
c. Ketiga tabung dikocok searah secara bersamaan selama 30 detik,
kemudian diamkan selama 30 menit.
d. Uji positif (adanya saponin) jika terdapat buih 3 cm.

 Uji Pembentukan Endapan Oleh Penambahan Gelatin (Uji Golongan


Tanin)
a. Siapkan 3 tabung reaksi
b. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml ekstrak + 3 ml etanol 70%, Tabung
reaksi 2 diisi dengan 1 ml ekstrak + 3 ml gelatin, dan Tabung reaksi 3
diisi 1 ml ekstrak + 3 ml gelatin-NaCl (garam gelatin).
c. Uji positif (adanya saponin) jika terdapat endapan (awan-awan putih).

 Uji Penambahan FeCl3 (Uji Golongan Tanin)


a. Siapkan papan tetes
b. Teteskan ekstrak pada 2 spot
c. Teteskan FeCl3 pada salah satu spot
d. Amati perbedaannya, uji positif (ada tannin) jika ekstrak + FeCl 3
terbentuk warna biru hijau.
10. Identifikasi apakah simplisia A mengandung glikosida jantung, saponin dan
glikosida flavonoid atau tidak.
Skema kerja

1. Skema ekstraksi

Serbuk simplisia A
Direfluks dengan 50 ml n-heksan 1-2 jam
Disaring dengan corong Buchner

Fase heksan Ampas

Dihilangkan airnya dengan Diangin-anginkan ad pelarut


Na2SO4 eksikatus semalam hilang
Disaring, dipekatkan Direfluks dengan 50 ml
CHCL3 1-2 jam
Disaring dengan corong
Buchner
Ekstrak heksan

Fase CHCl3 Ampas

Dihilangkan airnya dengan Diangin-anginkan ad pelarut


Na2SO4 eksikatus semalam hilang
Disaring, dipekatkan Direfluks dengan 50 ml
CHCl3 1-2 jam
Disaring dengan corong
Buchner
Ekstrak CHCl3

Fase etanol Ampas


Dipekatkan

Ekstrak etanol
2. Skema Identifikasi adanya Minyak Atsiri

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254

Chamber + tutup + kertas Diberi batas eluasi pada


saring lempeng KLT (batas atas :
0,5 cm, batas bawah : 1,5
cm)
Ditambah fase gerak : toluen-etil asetat
Lempeng KLT yang telah diberi
(93:7) sebanyak 30 ml (@sisi=15 ml)
batas

Chamber + tutup + kertas Ditotolkan ekstrak heksan : 3


saring + fase gerak totolan dan 1 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Disemprot dengan pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat


Dipanaskan 110⁰C selama 5-10 menit

Hasil positif jika ada warna biru, merah, coklat


3. Skema Identifikasi adanya Terpenoid Bebas

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 1,5 cm)
Ditambah fase gerak : heksan-etil asetat
(1:1) atau CHCl3-metanol (10:1)
sebanyak 30 ml (@sisi=15 ml) Lempeng KLT yang telah diberi
batas

Chamber + tutup + kertas Ditotolkan ekstrak heksan : 3


saring + fase gerak totolan dan 1 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Disemprot dengan pereaksi antimon (III)klorida dalam


kloroform
Dipanaskan 100⁰C selama 10 menit

Hasil positif jika ada warna merah-ungu/biru.


Beberapa berflouresensi hijau dibawah UV 365 nm
4. Skema Identifikasi adanya Alkaloid

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 0,5 cm)
Ditambah fase gerak : toluen-etil asetat
dietilamin (7:2:1) atau etil asetat-
metanol-air (100:13,5:10) sebanyak 20 Lempeng KLT yang telah diberi
ml (@sisi=10 ml) batas
Ditotolkan ekstrak CHCl3 : 1
Chamber + tutup + kertas saring + fase gerak kapiler dan 3 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Disemprot dengan pereaksi Dragendorf, lihat padasinar UV


245 nm dan 365 nm.

Hasil positif jika ada warna jingga-coklat (dragendorf).


Memadamkan flouresensi (UV 254 nm), berfluoresensi
biru/kuning (UV 365 nm)

5. Skema Identifikasi adanya Flavonoid Bebas


Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 0,5 cm)
Ditambah fase gerak : kloroform-etil
asetat (60:40) sebanyak 20 ml
(@sisi=10 ml) Lempeng KLT yang telah diberi
batas
Ditotolkan ekstrak CHCl3 : 1
Chamber + tutup + kertas saring + fase gerak kapiler dan 3 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Dilewatkan pada uap amonia, lihat pada sinar UV 254 nm


dan UV 365 nm.

Hasil positif jika ada warna kuning yang cepat pudar,


memadamkan flouresensi (UV 254 nm), beflouresensi
biru/kuning/hijau (365 nm)

6. Skema Idenitifikasi adanya Antrakinon

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 0,5 cm)
Ditambah fase gerak : n-propanol-etil
(@sisi=10 ml) Lempeng KLT yang telah diberi
batas
Ditotolkan ekstrak CHCl3 : 1
Chamber + tutup + kertas saring + fase gerak kapiler dan 3 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Disemprot dengan larutan 5% KOH dalam metanol, lihat


pada UV 365 nm.

Hasil positif jika ada warna merah (5% KOH dalam


metanol, berflouresensi merah (UV 365 nm)

7. Skema Identifikasi adanya Glikosida Jantung

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 0,5 cm)
Ditambah fase gerak :etil asetat-
(@sisi=10 ml) Lempeng KLT yang telah diberi
batas
Ditotolkan ekstrak etanol : 1
Chamber + tutup + kertas saring + fase gerak kapiler dan 3 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Disemprot dengan pereaksi raymond (m-dinitrobenzen dan


alkali)

Hasil positif jika ada warna merah, merah-jingga, violet

8. Skema Identifikasi adanya Saponin

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 0,5 cm)
Ditambah fase gerak :kloroform
metanol-air (64:50:10) sebanyak 20 ml
(@sisi=10 ml) Lempeng KLT yang telah diberi
batas
Chamber + tutup + kertas saring + fase gerak kapiler dan 3 kapiler.

Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan


seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Disemprot dengan pereaksi anisaldehid H2SO4 pekat.


Dipanaskan 100ºC selama 5-10 menit

Hasil positif jika ada warna biru, biru violet, kadang


kekuningan

9. Skema Identifikasi adanya Glikosida Flavonoid

Chamber + tutup

Kertas saring menyelimuti chamber Lempeng KLT Silica gel GF 254


Diberi batas eluasi pada
Chamber + tutup + kertas saring lempeng KLT (batas atas : 0,5
cm, batas bawah : 0,5 cm)
Ditambah fase gerak :asam asetat 15%
sebanyak 20 ml (@sisi=10 ml) Lempeng KLT yang telah diberi
batas
Ditotolkan ekstrak etanol : 1
Chamber + tutup + kertas saring + fase gerak kapiler dan 3 kapiler.
Ditunggu hingga jenuh (ditandai dengan
seluruh kertas saring tercelup oleh eluen) Lempeng KLT + totolan

Chamber siap pakai


Dimasukkan

Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi

Hasil eluasi

Dilewatkan pada uap amonia, lihat pada sinar UV 365 nm

Hasil positif jika ada warna kuning yang cepat pudar,


dibawah UV 365 nm berflouresensi

10. Skema Uji Buih

Tabung reaksi I : 3 ml air Tabung reaksi II : 3 ml air Tabung reaksi II : 3 ml air


+ ekstrak etanol 1 ml + etanol 70% 1 ml + serbuk saponin ml

Dikocock bersama selama 30


detik, diamkan 30 detik

Positif jika terbentuk buih setinggi 3 cm (seperti pada


pembanding saponin)
11. Skema uji adanya Tanin dengan penambahan Gelatin 1%, Asam gelatin dan Etanol
70%S

Tabung reaksi I : 1 ml Tabung reaksi II : 1 ml Tabung reaksi II : 1 ml


esktrak etanol + 3 ml ekstrak etanol + 3 m ekstrak etanol + 3 ml
etanol 70% gelatin garam gelatin

didiamkan

Positif jika terjadi endapan / larutan keruh pada tabung


yang diberikan gelatin dan garam gelatin

12. Skema Uji adanya Tanin dengan penambahan FeCl3

A B

Ekstrak Ekstrak etanol


etanol + FeCl3
Bandingkan A dengan B. Positif jika
pada B terbentuk warna hijau biru
III. PUSTAKA
Windono, Tri. 1996. Petunjuk Praktikum Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya. Surabaya: Penerbit Ubaya

Anda mungkin juga menyukai