KELOMPOK 1
4. Golongan Alkaloid
Ekstrak kloroform yang sudah mengalami prose tahap I
Silica gel GF 254 (fase diam) yang sudah diaktifkan pada 105ºC
selama 30 menit
Toluene-Etil asetat-Dietilamin (7 : 2 : 1) 10 ml dan Etil asetat-
Metanol-Air (100 : 13,5 : 10) 10 ml sebagai fase gerak
Pereaksi Dragendorf sebagai penampak noda
6. Golongan Antrakinon
Ekstrak kloroform yang sudah mengalami proses tahap I
Silica gel GF 254 (fase diam)
N-propanol-Etil asetat-Air (40 : 40 : 30) 10 ml sebagai fase
gerak
Pereaksi larutan 5% KOH dalam methanol sebagai penampak
noda.
8. Golongan Saponin
Ekstrak etanol 70% yang sudah mengalami prose tahap I
Silicagel GF 254 sebagai fase diam
Kloroform-Metano-Air (64 : 50 : 10) 10 ml sebagai fase gerak
Pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat yang dipanaskan pada 100ºC
selama 5-10 menit sebagai penampak noda.
1) Timbangan gram
2) Erlenmeyer
3) Beaker glass
4) Gelas ukur
5) Pengaduk
6) Alat refluks (pendingin
bola, corong gelas,
kapas, kaki tiga, kasa
asbes, water bath)
7) Kertas saring
8) Lempeng KLT
9) Alat kromatogram
10) Chamber kromatografi
11) Kaca arloji
12) Vial
13) Botol warna coklat
14) Aluminium foil
15) Tali
16) Pipa kapiler
17) Papan tetes
18) Pipet tetes
19) Tabung reaksi
20) Waterbath
III. 3 METODE KERJA
a. EKSTRAKSI
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Simplisia serbuk A ditimbang sebanyak 10 gram, masukkan ke dalam
Erlenmeyer, tambahkan 100 ml n-heksan dan batu didih secukupnya.
3. Siapkan tangas air dan pasangkan Erlenmeyer dengan kondensor.
4. Refluks serbuk simplisia A dengan n-heksan selama 1-2 jam.
5. Saring ekstrak dengan corong.
6. Hasil saringan berupa fase heksan ditambahkan n-heksan ditambahkan Na 2SO4
eksikatus, biarkan selama semalam, kemudian disaring, dan hasil saringannya
dipekatkan menjadi ekstrak heksan lalu dimasukkan ke dalam vial. Ampas sisa
diangin-anginkan hingga sisa pelarutnya hilang.
7. Ampas kering yang pelarutnya telah hilang, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 100 ml CHCl3 dan batu didihnya.
8. Refluks serbuk simplisia A dengan CHCl3 selama 1-2 jam.
9. Saring ekstrak dengan corong.
10. Hasil saringan berupa fase CHCl3 ditambahkan CHCl3 ditambahkan Na2SO4
eksikatus, biarkan selama semalam, kemudian disaring, dan hasil saringannya
dipekatkan menjadi ekstrak heksan lalu dimasukkan ke dalam vial. Ampas sisa
diangin-anginkan hingga sisa pelarutnya hilang.
11. Ampas kering yang pelarutnya telah hilang, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
tambahkan 100 ml etanol 70% dan batu didihnya.
12. Refluks serbuk simplisia A dengan etanol 70% selama 1-2 jam.
13. Saring ekstrak dengan corong.
14. Hasil saringan berupa fase etanol dipekatkan menjadi ekstrak etanol, masukkan
ke dalam vial. Ampas sisa ekstraksi dibuang.
b. IDENTIFIKASI
Ekstrak n-heksan
1. Ambil ekstrak n-heksan yang telah dimasukkan dalam vial.
2. Siapkan pipa kapiler dan lempeng KLT Silica Gel GF 254.
3. Siapkan fase gerak sebanyak – ml :
a. Untuk identifikasi adanya minyak atsiri : toluene-etil asetat (93:7)
b. Untuk identifikasi adanya terpenoid bebas : heksan-etil asetat (1:1) atau
kloroform-metanol (10:1)
4. Masukkan eluen (fase gerak) ke dalam chamber yang bagian dalamnya telah
diselubungi kertas saring, tunggu hingga jenuh.
5. Beri tanda pada lempeng KLT (1,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas)
6. Totolkan ekstrak pada lempeng KLT sebanyak 2 totolan. Totolan pertama
terdiri atas 1 kapiler, sedangkan totolan kedua terdiri atas 3 kapiler.
7. Masukkan lempeng KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber, eluasi.
8. Hasil eluasi dilihat dengan penambak noda :
a. Untuk identifikasi adanya minyak atsiri : pereaksi anisaldehid-H2SO4
pekat, dipanaskan 110°C selama 5-10 menit (warna biru, hijau, merah,
coklat)
b. Untuk identifikasi adanya terpenoid bebas : pereaksi antimon (III) klorida
dalam kloroform, dipanaskan 100°C selama 10 menit (warna merah ungu
atau biru)
9. Identifikasi apakah simplisia A mengandung minyak atsiri, dan terpenoid
bebas atau tidak.
Ekstrak CHCl3
1. Ambil ekstrak CHCl3 yang telah dimasukkan dalam vial.
2. Siapkan pipa kapiler dan lempeng KLT Silica Gel GF 254.
3. Siapkan fase gerak sebanyak – ml :
a. Untuk identifikasi adanya alkaloid : toluene-etil asetat-dietilamin (7:2:1)
atau etil asetat-metanol-air (100:13,5:10)
b. Untuk identifikasi adanya flavonoid bebas : kloroform- etil asetat (60:40)
c. Untuk identifikasi adanya antrakinon : n-propanol-etil asetat-air
(40:40:30)
4. Masukkan eluen (fase gerak) ke dalam chamber yang bagian dalamnya telah
diselubungi kertas saring, tunggu hingga jenuh.
5. Beri tanda pada lempeng KLT (1,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas)
6. Totolkan ekstrak pada lempeng KLT sebanyak 2 totolan. Totolan pertama
terdiri atas 1 kapiler, sedangkan totolan kedua terdiri atas 3 kapiler.
7. Masukkan lempeng KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber, eluasi.
8. Hasil eluasi dilihat dengan penambak noda :
a. Untuk identifikasi adanya alkaloid : pereaksi dragendorf (jingga-coklat),
UV 254 nm (memadamkan fluoresensi), UV 366 nm (berfluoresensi biru
atau kuning)
b. Untuk identifikasi adanya flavonoid bebas : uap ammonia (kuning yang
cepat pudar), UV 254 nm (memadamkan fluoresensi), UV 366 nm
(berfluoresensi biru atau kuning atau hijau)
c. Untuk identifikasi adanya antrakinon : larutan 5% KOH dalam methanol,
amati pada sinar tampak (merah) dan UV 366 nm (fluoresensi merah)
9. Identifikasi apakah simplisia A mengandung alkaloid, flavonoid bebas dan
antrakinon atau tidak.
Ekstrak etanol
1. Ambil ekstrak etanol yang telah dimasukkan dalam vial.
2. Siapkan pipa kapiler dan lempeng KLT Silica Gel GF 254 (untuk
identifikasinya adanya saponin dan glikosida jantung) dan lempeng selulosa
(untuk identifikasi adanya glikosida flavonoid).
3. Siapkan fase gerak sebanyak – ml :
a. Untuk identifikasi adanya glikosida jantung : etil asetat-metanol-air
(81:11:8)
b. Untuk identifikasi adanya saponin : kloroform-metanol-air (64:50:10)
c. Untuk identifikasi adanya glikosida flavonoid : asam asetat 15%
4. Masukkan eluen (fase gerak) ke dalam chamber yang bagian dalamnya telah
diselubungi kertas saring, tunggu hingga jenuh.
5. Beri tanda pada lempeng KLT (1,5 cm dari bawah dan 0,5 cm dari atas)
6. Totolkan ekstrak pada lempeng KLT sebanyak 2 totolan. Totolan pertama
terdiri atas 1 kapiler, sedangkan totolan kedua terdiri atas 3 kapiler.
7. Masukkan lempeng KLT yang telah ditotolkan ke dalam chamber, eluasi.
8. Hasil eluasi dilihat dengan penambak noda :
a. Untuk identifikasi adanya glikosida jantung : pereaksi Raymond = m-
dinitrobenzene dan alkali (warna merah, merah-jingga, violet)
b. Untuk identifikasi adanya saponin : pereaksi anisaldehid-H 2SO4 pekat,
dipanaskan 110°C selama 5-10 menit (warna biru atau biru violet kadang
kekuningan)
c. Untuk identifikasi adanya glikosida flavonoid : uap ammonia (noda
berwarna kuning yang cepat kuning memudar) kemudian dilihat pada
sinar 366 nm (berfluoresensi)
9. Uji tambahan :
Uji Buih (Uji Golongan Saponin)
a. Siapkan 3 tabung reaksi
b. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml ekstrak etanol + 3 ml air, Tabung
reaksi 2 diisi dengan 1 ml etanol 70% + 3 ml air, dan Tabung reaksi 3
diisi standar saponin + 3 ml air.
c. Ketiga tabung dikocok searah secara bersamaan selama 30 detik,
kemudian diamkan selama 30 menit.
d. Uji positif (adanya saponin) jika terdapat buih 3 cm.
1. Skema ekstraksi
Serbuk simplisia A
Direfluks dengan 50 ml n-heksan 1-2 jam
Disaring dengan corong Buchner
Ekstrak etanol
2. Skema Identifikasi adanya Minyak Atsiri
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
Chamber + tutup
Chamber + lempeng
KLT
Dieluasi
Hasil eluasi
didiamkan
A B