1. Pendahuluan
Untuk mengetahui kandungan kimia suatu tumbuhan secara cepat biasanya
dilakukan dengan metode skrining fitokimia yang meliputi ekstraksi, pemurnian dan
identifikasi. Identifikasi dilakukan dengan cara rekasi warna, reaksi pengendapan dan
KLT.
Kandungan
kimia
tumbuhan
yang
berkhasiat
obat
umumnya
dapat
2. Tujuan Praktikum
- vial
- beaker glass
- gelas ukur
- chamber
- oven
- pipa kapiler
- spektrofotometer UV
- cawan porselen
Bahan :
- simplisia FSerbuk Simplisia F
5 gram
- heksan
- etanol
- kloroform
- NaCl 10%
di + 50 ml pelarut n-heksan
di reflux 1 jam (dihitung mulai menetas)
gelatin 1%
disaring dg corong -buchner
- FeCl3
- pereaksi anisaldehid-H2SO4 p
- pereaksi dragendroff
- pereaksi uap amonia
- aquadem
- Gelatin NaCl
- pereaksi Raymod
- HCl encer
- Na pikrat
- Toluen
Filtrat heksan - serbuk pembanding Saponin
Ampas etil asetat (93:7)
- Kloroform-etil asetat (60:40)
- Heksan- etil asetat (1:1)
- Etil asetat-metanol-air (81:11:8)
- N propanol-etil asetat-air (40:40:30)
dikeringkan (bebas dr n-heksan)
- lempeng
kromatografi silica gel GF 254 dan selulosa
di + Na2SO4
eks semalam
ditambah 5 ml CHCl3
direflux 1 jam
disaring
Masuk vial 1
Skema Kerja
Ampas
Fraksi CHCl3
Ampas
Masuk vial 3
Berikan batasan eluasi pada lempeng batas atas 0,5cm batas bawah 1,5c
Campur komposisi eluen
Masukkan lempeng pada chamber yang berisi eluen dengan posisi tegak di dinding chamber
HCl encer
Erlenmeyer
Identifikasi Saponin
Tabung 1: Ekstrak etanol + air
Kocok 30 detik
Diamkan 30 menit
1
Identifikasi Tanin
Tabung 1: Ekstrak etanol (Kontrol)
Tabung 2: Ekstrak etanol + gelatin
1
Tabung
3: Ekstrak etanol + gelatin NaCl
3
HASIL
1.
Minyak atsiri
Nod
a
ke1
2
3
Jarak
noda
(cm)
1,1
1,9
3
Rf
0,1375
0,2375
0,375
2.
Alkaloid
Nod
a
ke1
Jarak
noda
(cm)
5,5
Rf
0,6875
Ekstrak
etanol
Ekstrak etanol +
FeCl3
3. Flavonid Bebas
Nod
a
ke1
2
Jarak
noda
(cm)
6,5
6,7
Rf
0,8125
0,8375
4. Saponin
Nod
a
ke1
2
Jarak
noda
(cm)
7,9
6,4
Rf
0,9875
0,8
5. Glikosida Flavonoid
Nod
a
ke1
Jarak
noda
(cm)
6,7
Rf
0,8375
6. Glikosida Jantung
Nod
a
ke1
Jarak
noda
(cm)
6,1
7. Tanin
Dengan papan tetes
A ekstrak etanol
Rf
0,7625
8. Saponin
Dengan tabung reaksi
9. Terpenoid Bebas
Hasil : Negatif
10. Antrakinon
Hasil : Negatif
11. Glikosida HCN
Hasil : Negatif
Pembahasan
Skrining fitokimia adalah menapis barang yang ada dalam tumbuhan dimana cara
skrining di bagi menjadi 2 cara yaitu :
1. Reaksi warna dengan pengendapan
2. Cara KLT
Pada praktikum cara yang di gunakan adalah KLT :
Proses skrining di dahului dengan proses ekstraksi yang bertujuan untuk menyari
sari sari dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Setelah itu proses
skrining di lanjutkan dengan fraksinasi untuk memisahkan kandungan senyawa sesuai
dengan fraksinya(non polar, semi polar, polar).
Kromatografi Lapis Tipis
Pada umumnya fase diam digunakan silica gel. Fase diam dapat di kelompokkan
berdasarkan beberapa hal misalnya : berdasarkan sifat kimianya dapat dikelompokkan
dalam senyawa organic dan anorganik. Jika dilihat mekanisme pemisahannya fase diam
dikelompokkan :
a)
b)
c)
d)
Silica gel adalah penjerap yang paling banyak di gunakan dalam KLT. Fase gerak
untuk masing masing senyawa kimia berbeda disesuaikan dengan sifat kepolaran
senyawa dan dapat digunakan dalam bentuk tunggal maupun campuran.
Untuk melihat senyawa tak berwarna pada lempeng, biasanya di gunakan metode
sebagai berikut :
1. Melihat kromatogram di bawah sinar UV (254 atau 365 nm).
a) Pada lapisan berfluororesensi, misalnya silica gel GF 254, bercak
muncul sebagai noda hitam
b) Untuk senyawa berfluororesensi di gunakan lapisan biasa, bercak
terlihat berfluororesensi.
2. Menyemprot dengan pereaksi
berfluororesensi.
yang
menghasilkan
warna
dan
atau
Penampak noda
Cuplikan
simplisia
dikatakan
mengandung
minyak
atsiri
apabila
memberikan noda yang berwarna biru, hijau, merah atau coklat pada sinar tampak.
Beberapa senyawa juga berfluosensi di bawah sinar UV 365 nm.
Setelah disemprot dengan penampak noda (anisaldehid H2SO4 pekat) dan
dipanaskan dengan cara di oven pada suhu 1100C selama 5-10 menit (untuk
meningkatkan energi aktivasi karena proses reaksinya lama) maka dihasilkan noda
yang berwarna biru, merah, ungu, coklat dan hijau, Sehingga dapat disimpulkan
bahwa simplisia ini mengandung Minyak Atsiri.
II.Alkaloid
Alkaloid pada umumnya merupakan senyawa yang bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Biasanya dalam gabungan sebagai
bagian dari system siklik. Alkaloid ada yang beracun ada yang berbentuk Kristal
pada suhu kamar. Hanya sedikit berupa cairan (nikotina). Secara kimia, alkaloid
merupakan suatu golongan heterogen. Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan
Fase gerak
: toluene etil asetat dietilamin (7:2:1) dan etil asetat methanol air
: sari CHCl3
IV.
Identifikasi Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeksi dalam lebih
dari 90 suku tumbuhan (Tschesche dan Wulff,.1973). Saponin mrupakan senyawa
aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan
kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis darah.
Fase diam
: silikagel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)
Fase gerak
: kloroform methanol air (64:50:10)
Penampak noda : pereaksi anisaldehid H2SO4 pekat dipanaskan 1000C selama 5Cuplikan
10 menit.
: sari etanaol 70% (5 10 L)
Fase diam
Fase gerak
Penampak noda
Cuplikan
Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala senyawa baru
ditemukan dan dicirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui
tersebar luas. Senyawa tersebut adalah triterpena pentasiklik - amarin dan
amarin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa ini
dan senyawa kerabatnya terdapat di dalam lapisan malam daun dan dalam buah,
seperti apel dan pir yang mungkin berfungsi sebagai penolak serangga mikroba.
Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Contohnya :
limonin, suatu senyawa pahit yang larut dalam lemak dan terdapat dalam buah
jeruk.
Fase diam
: Silika Gel GF 254 (diaktifkan 105oC selama 30 menit)
Fase gerak
: Heksan etil asetat (1 : 1) dan Kloroform-metanol (10 : 1)
Penampakan noda : Pereaksi antimon (III) klorida dalam kloroform (dipanaskan
pada 100C selama 10 menit).
Cuplikan
: Sari heksan (5-10 L)
VII.
Identifikasi Antrakinon
Antrakinon merupakan salah satu pigmen yang memiliki gugus kromofor yang
terdiri dari dua ikatan rangkap karbon karbon. Antrakinon merupakan kuinon
yang terdiri dari dua ikatan karbon karbon. Antrakinon merupakan kuinon yang
terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol tidak
berwarna, kadang kadang berbentuk dimmer. Untuk memisahkan campuran
antrakuinon dan bentuk tereduksinya, yaitu antron dan diantron yang terdapat
dalam Rhamus dan Cassia, penyerap yang berguna adalah silica gel dicampur
dengan kiselgur G (1:6). Pemisahan antrakuinon yang baik dapat dicapai pada pelat
silikagel asam tartrat memakai penembang kloroform methanol (99 : 1.
Antrakuinon dapat dideteksi pada pelat kromatografi dengan cahaya biasa dan sinar
UV yang menghasilkan bercak berwarna. Dengan menyemprot pelat memakai
larutan KOH 10 % dalam methanol, warna yang semula kuning dan coklat kuning
berubah menjadi merah , ungu, hijau atau lembayung. Secara spektrofotometri,
antrakinon dapat di bedakan dari kelas kuinon lainnya karena mempunyai 4 atau 5
pita serapan di daerah UV dan daerah tampak. Sekurang kurangnya 3 dari pita
serapan tersebut terletak antara 215 dan 300 nm, dan serapan yang lainnya di atas
430 nm.
Fase diam
Fase gerak
Penampak noda
Cuplikan
: sari CHCL3 (5 10 L)
Fase gerak
dinitrobenzen dan alkali) memberi warna merah jingga pada KLT, sehingga dapat
disimpulkan bahwa simplisia tersebut mengandung senyawa glikosida jantung.
IX.
Kesimpulan
Dari berbagai macam identifikasi yang kelompok kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa Simplisia A mengandung :
-
Minyak atsiri
Alkaloid
Glikosida Jantung
Saponin
Glikosida Flavonoid
Daftar Pustaka
Modul Petunjuk praktikum Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Surabaya 1996