Anda di halaman 1dari 19

Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia F dengan Metode

KLT dan Reaksi Warna


Nama anggota kelompok 7 : Erlin Oktavia (112099), Moch. Ade Putra (1120041),
Galuh Windi (1120321), Ajeng Dikna (1120362), Sahla (1120282)

1. Pendahuluan
Untuk mengetahui kandungan kimia suatu tumbuhan secara cepat biasanya
dilakukan dengan metode skrining fitokimia yang meliputi ekstraksi, pemurnian dan
identifikasi. Identifikasi dilakukan dengan cara rekasi warna, reaksi pengendapan dan
KLT.

Kandungan

kimia

tumbuhan

yang

berkhasiat

obat

umumnya

dapat

dikelompokkan menjadi: alkaloid, minyak atsiri, saponin, glikosida, steroid/


triterpenoid, karotenoid, senyawa fenolik yang meliputi flavonoid, antrakinon, asam
fenolat, tannin, xantin, kumarin, dan sebagainya. Oleh karena itu kandungan kimia
tumbuhan obat diidentifikasi berdasarkan ada tidaknya seenyawa di atas. (Metode
Fitokimia, 1987).

Kandungan kimia tersebut mempunyai sifat kepolaran yang berbeda, sehingga


untuk memisahkannya secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu serbuk
tumbuhan harus disari secara berturut-turut dengan pelarut yang berbeda polaritasnya,
dan selanjutnya terhadap hasil penyarian dilakukan identifikasi dengan cara yang
sesuai.

2. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui kandungan-kandungan kimia suatu simplisia dengan


tepat.

Untuk mengidentifikasi adanya suatu kandungan kimia tertentu yang


terdapat dalam suatu simplisia.

Untuk mengetahui cara melakukan skrining dalam fitokimia secara KLT.

3. Alat dan Bahan


Alat :
- statif dan klem
-waterbath
- lem, kertas perkamen
- pendingin balik
- erlenmeyer
- corong
- pipet
- pengaduk
- botol coklat 100 ml 3buah

- vial
- beaker glass
- gelas ukur
- chamber
- oven
- pipa kapiler
- spektrofotometer UV
- cawan porselen

Bahan :
- simplisia FSerbuk Simplisia F
5 gram

- heksan
- etanol

- kloroform
- NaCl 10%
di + 50 ml pelarut n-heksan
di reflux 1 jam (dihitung mulai menetas)
gelatin 1%
disaring dg corong -buchner

- FeCl3
- pereaksi anisaldehid-H2SO4 p
- pereaksi dragendroff
- pereaksi uap amonia
- aquadem
- Gelatin NaCl
- pereaksi Raymod
- HCl encer
- Na pikrat
- Toluen
Filtrat heksan - serbuk pembanding Saponin
Ampas etil asetat (93:7)
- Kloroform-etil asetat (60:40)
- Heksan- etil asetat (1:1)
- Etil asetat-metanol-air (81:11:8)
- N propanol-etil asetat-air (40:40:30)
dikeringkan (bebas dr n-heksan)
- lempeng
kromatografi silica gel GF 254 dan selulosa
di + Na2SO4
eks semalam
ditambah 5 ml CHCl3
direflux 1 jam
disaring

diambil filtrat terpisah dr Na2SO4


dipekatkan
Fraksi Heksan
Filtrat CHCl3

Masuk vial 1

Skema Kerja

Ampas

di + Na2SO4 eks semalam


diambil filtrat terpisah dr Na2SO4
dipekatkan

Dikeringkan (bebas dr CHCl3)


ditambah 50 ml etanol 80%
direflux 1 jam
disaring

Fraksi CHCl3

Cara Menyiapkan Ekstrak Uji


Filtrat etanol
Masuk vial 2

Ampas

LANGSUNG DIPEKATKAN dg penangas air di ruang lab


DIBUANG
Fraksi etanol

Masuk vial 3

Cara Kerja KLT


Siapkan chamber tertutup

Siapkan eluen/fase gerak

Siapkan fase diam

Siapkan fase diam berupa lempeng silica gel GF 254 d

Ambil kompisisi eluen dengan perbandingan tertentu

Berikan batasan eluasi pada lempeng batas atas 0,5cm batas bawah 1,5c
Campur komposisi eluen

Masukkan kertas saring yang mengelilingi dinding chamber

Totolkan masing-masing fase pada lempeng dengan ja

n eluen ke dalam chamber tanpa embasahi sisi atas kertas saring

Masukkan lempeng pada chamber yang berisi eluen dengan posisi tegak di dinding chamber

Tutup chamber, biarkan lempeng terevaluasi sampai batas tanda

Angkat lempeng dan keringkan

Lihat pada sinar UV 254 dan 365 nm

Semprot dengan penampak noda

Lakukan identifikasi masing-masing senyawa

Identifikasi Glikosida HCN


Serbuk F 2gram
+ aqua ad
terendam

HCl encer

Erlenmeyer

Tutup dg kertas saring


ditetesi Na pikrat,
panaskan

Identifikasi Saponin
Tabung 1: Ekstrak etanol + air
Kocok 30 detik

Tabung 2: Saponin + air

Diamkan 30 menit
1

Tabung 3: Etanol + air

Identifikasi Tanin
Tabung 1: Ekstrak etanol (Kontrol)
Tabung 2: Ekstrak etanol + gelatin
1

Tabung
3: Ekstrak etanol + gelatin NaCl
3

HASIL
1.

Minyak atsiri

Nod
a
ke1
2
3

Jarak
noda
(cm)
1,1
1,9
3

Rf

0,1375
0,2375
0,375

2.

Alkaloid
Nod
a
ke1

Jarak
noda
(cm)
5,5

Rf

0,6875

Ekstrak
etanol
Ekstrak etanol +
FeCl3

3. Flavonid Bebas

Nod
a
ke1
2

Jarak
noda
(cm)
6,5
6,7

Rf

0,8125
0,8375

4. Saponin
Nod
a
ke1
2

Jarak
noda
(cm)
7,9
6,4

Rf

0,9875
0,8

5. Glikosida Flavonoid
Nod
a
ke1

Jarak
noda
(cm)
6,7

Rf

0,8375

6. Glikosida Jantung
Nod
a
ke1

Jarak
noda
(cm)
6,1

7. Tanin
Dengan papan tetes
A ekstrak etanol

Rf

0,7625

Amati hasil pada B dan bandingkan dengan A

B:ekstrak etanol + ditetesi FeCl3


Positif : warna
hijau

Dengan tabung reaksi


Menggunakan 3 tabung reaksi :
Tabung A : ekstrak etanol
Tabung B : ekstrak etanol + gelatin
Tabung C : ekstrak etanol + gelatin NaCl

Pada percobaan uji tanin dengan penambahan gelatin hasil


yang didapatkan negatif sehinnga dapat disimpulkan tidak
mengandung tanin.

8. Saponin
Dengan tabung reaksi

Menggunakan 3 tabung reaksi :


Tabung A : ekstrak etanol
Tabung B : ekstrak etanol + air
Tabung C : serbuk pembanding + air

9. Terpenoid Bebas
Hasil : Negatif
10. Antrakinon
Hasil : Negatif
11. Glikosida HCN
Hasil : Negatif

Pembahasan

Skrining fitokimia adalah menapis barang yang ada dalam tumbuhan dimana cara
skrining di bagi menjadi 2 cara yaitu :
1. Reaksi warna dengan pengendapan
2. Cara KLT
Pada praktikum cara yang di gunakan adalah KLT :
Proses skrining di dahului dengan proses ekstraksi yang bertujuan untuk menyari
sari sari dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Setelah itu proses
skrining di lanjutkan dengan fraksinasi untuk memisahkan kandungan senyawa sesuai
dengan fraksinya(non polar, semi polar, polar).
Kromatografi Lapis Tipis
Pada umumnya fase diam digunakan silica gel. Fase diam dapat di kelompokkan
berdasarkan beberapa hal misalnya : berdasarkan sifat kimianya dapat dikelompokkan
dalam senyawa organic dan anorganik. Jika dilihat mekanisme pemisahannya fase diam
dikelompokkan :
a)
b)
c)
d)

Kromotografi serapan (silika gel, alumina, keiselguhr)


Kromotografi partisi ( selulosa, keiselguhr, silica gel )
Kromatografi penukar ion (penukar ion selulosa, resina penukar ion)
Kromatografi gel (sephadex biogel)

Silica gel adalah penjerap yang paling banyak di gunakan dalam KLT. Fase gerak
untuk masing masing senyawa kimia berbeda disesuaikan dengan sifat kepolaran
senyawa dan dapat digunakan dalam bentuk tunggal maupun campuran.
Untuk melihat senyawa tak berwarna pada lempeng, biasanya di gunakan metode
sebagai berikut :
1. Melihat kromatogram di bawah sinar UV (254 atau 365 nm).
a) Pada lapisan berfluororesensi, misalnya silica gel GF 254, bercak
muncul sebagai noda hitam
b) Untuk senyawa berfluororesensi di gunakan lapisan biasa, bercak
terlihat berfluororesensi.
2. Menyemprot dengan pereaksi
berfluororesensi.

yang

menghasilkan

warna

dan

atau

I. Identifikasi Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan zat yang berbentuk cair atau zat padat yang mudah
menguap yang berasal dari tumbuhan atau berbau seperti tumbuhan asalnya.
.minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Bagian utama
terpen dalam minyak atsiri ini yang menyebabkan bau wangi, harum dan bau khas
pada tumbuhan.
Fase Diam
Fase Gerak

: silica gel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)


: Toluen etil asetat (93 : 7)

Penampak noda

: - UV 254 dan 365 nm (tanpa disemprot penampak noda)


-

Pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat (dipanaskan 1100C


selama 5-10menit)

Cuplikan

: Sari Heksan (5-10L)


Suatu

simplisia

dikatakan

mengandung

minyak

atsiri

apabila

memberikan noda yang berwarna biru, hijau, merah atau coklat pada sinar tampak.
Beberapa senyawa juga berfluosensi di bawah sinar UV 365 nm.
Setelah disemprot dengan penampak noda (anisaldehid H2SO4 pekat) dan
dipanaskan dengan cara di oven pada suhu 1100C selama 5-10 menit (untuk
meningkatkan energi aktivasi karena proses reaksinya lama) maka dihasilkan noda
yang berwarna biru, merah, ungu, coklat dan hijau, Sehingga dapat disimpulkan
bahwa simplisia ini mengandung Minyak Atsiri.
II.Alkaloid
Alkaloid pada umumnya merupakan senyawa yang bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Biasanya dalam gabungan sebagai
bagian dari system siklik. Alkaloid ada yang beracun ada yang berbentuk Kristal
pada suhu kamar. Hanya sedikit berupa cairan (nikotina). Secara kimia, alkaloid
merupakan suatu golongan heterogen. Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan

beberapa (misalnya solanina,alkaloid- steroid kentang, solanum tuberosum)


sebaiknya ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoid termodifikasi. Yang
lainnya terutama berupa senyawa aromatik ( contoh : kolkhosina, alkaloid-tropolon
umbi crocus musim gugur) yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai
samping. Fungsi alkaloid dalam tumbuhan masih sangat kabur, meskipun masing
masing senyawa telah dinyatakan terlibat sebagai pengatur tumbuh atau penarik
serangga. Deteksi alkaloid dapat menggunakan KLT.
Fase diam

: silicagel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)

Fase gerak

: toluene etil asetat dietilamin (7:2:1) dan etil asetat methanol air

Penampak noda : UV 254 nm (tanpa penampak noda) memadamkan flouresensi


UV 365 nm (tanpa penampak noda) berfluorosensi biru atau
kuning
Pereaksi dragendrof
Cuplikan

: sari CHCl3

Suatu simplisia dikatakan mengandung alkaloid apabila memberikan noda yang


berwarna coklat atau jingga pada sinar tampak. Warna biasanya tidak stabil.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan dengan pereaksi dragendrof memberi
warna hijau dan kuning pada lempeng KLT, lalu kami berikan sinar UV 254 nm
menghasilkan fluoresensi jingga sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia ini
mengandung Alkaloid.
III.

Identifikasi flavanoid bebas


Flvonoid bebas mudah dideteksi pada kromatogram / dalam larutan. flavanoid
umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavanoid yang mana pun mungkinsaja terdapat dalam 1 tumbuhan dalam
beberapa bentuk kombinasi glikosida. Karena alasan itu, maka dalam menganalisis
biasanya lebih baik memeriksa agliko yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang
telah dihidrolisis sebelum memperlihatkan glikosida yang mungkin terdapat dalam

ekstrak asal.flavanoid terdapat dalam semua tumbuhan semua tumbuhan


berpembuluh. Flavanoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali
di jumpai flavanoid tunggal dalam jaringan tumbuhan.
Fase diam
: silikagel bebas GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)
Fase gerak
: kloroform etil asetat (60:40)
Penampak noda : UV 254 nm memberikan pemadaman fluoresensi (biru gelap)
UV 365 nm memberikan fluoresensi kuning, biru, dan hijau
Pereaksi uap ammonia (warna kuning) yang cepat memudar
Cuplikan
: sari CHCl (5 10 L)
Flavanoid bebas dalam suatu simplisia dapat ditemukan jika hasil KLT yang
diberi pereaksi uap ammonia akan menghasilkan warna kuning yang cepat
memudar.
Pada KLT kami negative warna kuning ketika diberi pereaksi ammonia
sehingga dapat disimpulkan pada simplisia ini tidak mengandung flavonoid bebas.

IV.

Identifikasi Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeksi dalam lebih
dari 90 suku tumbuhan (Tschesche dan Wulff,.1973). Saponin mrupakan senyawa
aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan
kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis darah.
Fase diam
: silikagel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)
Fase gerak
: kloroform methanol air (64:50:10)
Penampak noda : pereaksi anisaldehid H2SO4 pekat dipanaskan 1000C selama 5Cuplikan

10 menit.
: sari etanaol 70% (5 10 L)

Suatu simplisia dikatakan mengandung saponin apabila memberikan noda


berwarna biru atau biru violet kadang-kadang kekuningan. Dan jika pada uji buih
terdapat buih yang konstan minimal 3 cm.
Berdasarkan hasil yang dilakukan dengan pereaksi anisaldehid-H2SO4 pekat
memberikan warna kekuningan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia ini
mengandung senyawa Saponin.
V. Identifikasi Glikosida Flavonoid

Fase diam
Fase gerak
Penampak noda
Cuplikan

: selulosa (diaktifkan 1050C selama 30 menit)


: asam asetat 15%
: pereaksi uap ammonia kemudian dilihat di bawah UV 365 nm
: sari etanol 70% (5-10L)

Suatu simplisia dikatakan mengandung glikosida flavonoid apabila memeberikan


noda berwarna kuning (cepat memudar) dan di bawah UV 365 nm berfluorosensi.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan dengan pereaksi uap amoniak tidak
memberi warna kuning yang cepat memudar pada lempeng KLT, tapi pada UV 365
memberikan nodaberfluoroensi biru, sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia
ini mengandung senyawa glikosida Flavonoid.
VI. Identifikasi Terpenoid Bebas

Banyak triterpena dikenal dalam tumbuhan dan secara berkala senyawa baru
ditemukan dan dicirikan. Sampai saat ini hanya beberapa saja yang diketahui
tersebar luas. Senyawa tersebut adalah triterpena pentasiklik - amarin dan
amarin serta asam turunannya, yaitu asam ursolat dan asam oleanolat. Senyawa ini
dan senyawa kerabatnya terdapat di dalam lapisan malam daun dan dalam buah,
seperti apel dan pir yang mungkin berfungsi sebagai penolak serangga mikroba.
Triterpena tertentu terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Contohnya :
limonin, suatu senyawa pahit yang larut dalam lemak dan terdapat dalam buah
jeruk.
Fase diam
: Silika Gel GF 254 (diaktifkan 105oC selama 30 menit)
Fase gerak
: Heksan etil asetat (1 : 1) dan Kloroform-metanol (10 : 1)
Penampakan noda : Pereaksi antimon (III) klorida dalam kloroform (dipanaskan
pada 100C selama 10 menit).
Cuplikan
: Sari heksan (5-10 L)

suatu sumplisia dikatakan mengandung terpenoid bebas apabila memberikan


noda yang berwarna merah-ungu. Beberapa diantaranya berfluoresensi hijau
dibawah UV 365 nm. Namun dalam praktukum kami tidak ditemukan noda yg
berwarna merah ungu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam simplisia ini
tidak mengandung terpenoid bebas.

VII.

Identifikasi Antrakinon
Antrakinon merupakan salah satu pigmen yang memiliki gugus kromofor yang
terdiri dari dua ikatan rangkap karbon karbon. Antrakinon merupakan kuinon
yang terdiri dari dua ikatan karbon karbon. Antrakinon merupakan kuinon yang
terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in vivo dalam
bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol tidak
berwarna, kadang kadang berbentuk dimmer. Untuk memisahkan campuran
antrakuinon dan bentuk tereduksinya, yaitu antron dan diantron yang terdapat
dalam Rhamus dan Cassia, penyerap yang berguna adalah silica gel dicampur
dengan kiselgur G (1:6). Pemisahan antrakuinon yang baik dapat dicapai pada pelat
silikagel asam tartrat memakai penembang kloroform methanol (99 : 1.
Antrakuinon dapat dideteksi pada pelat kromatografi dengan cahaya biasa dan sinar
UV yang menghasilkan bercak berwarna. Dengan menyemprot pelat memakai
larutan KOH 10 % dalam methanol, warna yang semula kuning dan coklat kuning
berubah menjadi merah , ungu, hijau atau lembayung. Secara spektrofotometri,
antrakinon dapat di bedakan dari kelas kuinon lainnya karena mempunyai 4 atau 5
pita serapan di daerah UV dan daerah tampak. Sekurang kurangnya 3 dari pita
serapan tersebut terletak antara 215 dan 300 nm, dan serapan yang lainnya di atas
430 nm.
Fase diam
Fase gerak
Penampak noda

: silikagel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)


: N - propanpl etil asetat air (40:40:30)
: larutan 5% KOH dalam methanol diamati pada sianar tampak
dan sinar UV 365.

Cuplikan

: sari CHCL3 (5 10 L)

Suatu simplisia dikatakan mengandung antrakuinon apabila memberikan noda


berwarna merah (sinar tampak) dan berfluorosensi merah dibawah UV 365 nm.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan dengan pereaksi 5% KOH dalam
methanol tidak memberikan warna merah pada lempeng KLT, sehingga dapat
disimpulkan bahwa simplisia tersebut tidak mengandung senyawa antrakuinon.
VIII. Identifikasi Glikosida Jantung

Glikosida jantung tergolong steroid dengan inti siklopentanoperhidrofenantren


yang memiliki cincin --lakton tidak jenuh pada C11 dan 1 atau lebih gula terikat
pada C3 (biasanya deoksiheksometilose). Cara yang dipakai bergantung pada
kerumitan struktur glikosida yang terdapat dalam suatu sumber tumbuhan.
Fase diam

: silicagel GF 254 (diaktifkan 1050C selama 30 menit)

Fase gerak

: Etil asetat-methanol-air (81:11:8)

Penampak noda : pereaksi Raymond (m-dinitrobenzen dan alkali)


Cuplikan

: sari etanol 70% (5-10L)

Suatu simplisia dikatakan mengandung glikosida Jantung apabila memberikan


noda berwarna merah, merah-jingga atau violet pada sinar tampak.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan

dengan pereaksi Raymond (m-

dinitrobenzen dan alkali) memberi warna merah jingga pada KLT, sehingga dapat
disimpulkan bahwa simplisia tersebut mengandung senyawa glikosida jantung.

IX.

Identifikasi glikosida HCN


Glikosida HCN direaksikan dengan enzim (emulsion atau prunase) atau
asam encer menghasilkan gas HCN, yang bila bereaksi dengan Na pikrat akan
menghasilkan warna merah karena terbentuk Na isopurpurat. Intensitas perubahan
warna ini berkaitan dengan banyaknya sianogen yang ada.
Pada praktikum yang kami lakukan, kertas saring yang ditetesi Na pikrat
(semula berwarna kuning) lalu dipanaskan di atas waterbath selama 30 menit tidak
terjadi perubahan warna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa simplisia A
tidak mengandung glikosida HCN.

Kertas saring tetap


berwarna kuning

Kesimpulan
Dari berbagai macam identifikasi yang kelompok kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa Simplisia A mengandung :
-

Minyak atsiri

Alkaloid

Glikosida Jantung

Saponin

Glikosida Flavonoid

Daftar Pustaka
Modul Petunjuk praktikum Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Surabaya 1996

Anda mungkin juga menyukai