Anda di halaman 1dari 67

1 2.

EMULSI
Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt.
S1 Farmasi – Institut Kesehatan Helvetia
2019
Definisi :
2

 Emulsi adalah sediaan yang homogen


mengandung minyak atau lemak, terdispersi
dalam vehikulum, distabilkan dengan emulgator
atau surfaktan yang cocok. (ars prescribendi)

 Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase


terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat
cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang
tidak bercampur. (pengantar bentuk sediaan
farmasi)
3

 Menurut F I ed. III


Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

 Menurut F I ed. IV
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain
dalam bentuk tetesan kecil.
4

Emulsi  Sistem terdispersi mengandung dua zat cair


yang tidak dapat bercampur
• Fase terdispersi 0,1µm - 100µm

• Tidak stabil secara termodinamik, droplet yang

terdispersi cenderung bergabung bersama


KOMPONEN EMULSI
5

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :


1. Komponen dasar.
• Fase terdispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase dalam,  zat
cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair
lain.
• Fase fase pendispersi/ eksternal/ fase kontinu/ fase luar,  zat
cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar emulsi
tersebut.
• Emulgator,  bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.

2. Komponen tambahan,  bahan tambahan yang sering ditambahkan


ke dlm emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Emulsi
6

Fase x

Fase y
A B C D

A : Kedua fase yang tidak bercampur


B : Emulsi dari sebuah fase x yang terdispersi dalam fase y
C : Ketidakstabilan emulsi yang menyebabkan pemisahan
D : Agen pengemulsi menyelimuti permukaan antara fase x dan y
sehingga membentuk suatu emulsi ............ yang stabil
TIPE EMULSI
7

1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A


(minyak dalam air)  emulsi yang terdiri atas
butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
kedalam air. Minyak sebagai fase internal & air
sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air
dalam minyak)  emulsi yang terdiri atas
butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam
minyak. Air sebagai fase internal & minyak
sebagai fase eksternal.
8

Emulsi di mana minyak adalah fase terdispersi dan air sebagai fase
pendispersi disebut emulsi M/A atau O/W

- fase external : air


- jlhnya lebih dari 45% dari total berat vol.
- emulsifier : hidrofilik
- Aplikasi : pemberian oral dan kosmetik (yg mudah dicuci)
9

Emulsi di mana air adalah fase terdispersi dan dan minyak


sebagai fase pendispersi disebut emulsi A/M atau W/O

-fase external : minyak


- jlhnya lebih dari 45% dari total berat vol.
- emulsifier : lipofilik
-Aplikasi : kosmetik terutama untuk kulit kering
Tujuan Pemakaian Emulsi
10

Tujuan pemakaian emulsi adalah:


1. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umumnya
emulsi tipe O/W.
2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun
W/O, tergantung pada banyak faktor, misalnya sifat zat nya atau
efek terapi yangdikehendaki.
3. Mendapat sediaan yang stabil.
4. Memperlambat efek obat karena ukuran sangat kecil.
5. Menutup rasa minyak.
6. Memperbaiki penampilan karena merupakan campuran yg
homogen.
DIFFERENCE BETWEEN O/W AND W/O EMULSIONS

Oil in water emulsion (o/w) Water in oil emulsion (w/o)


They are non greasy and easily
11 They are greasy and not water
removable from the skin surface washable
They are used externally to provide They are used externally to prevent
cooling effect e.g. vanishing cream evaporation of moisture from the surface
of skin e.g. Cold cream
Water soluble drugs are more quickly Oil soluble drugs are more quickly
released from o/w emulsions released from w/o emulsions

They are preferred for formulations They are preferred for formulations
meant for internal use as bitter taste of meant for external use like creams.
oils can be masked.

O/W emulsions give a positive W/O emulsions do not give a positive


conductivity test as water is the conductivity test as oil is the external
external phase which is a good phase which is a poor conductor of
conductor of electricity. electricity.
Cara Penentuan Tipe Emulsi :
12

1. Tes pengenceran = drop dilution test


Berdasarkan pengenceran fase luar emulsi dilakukan
dengan cara :
meneteskan air atau minyak pada sejumlah tertentu
emulsi.
- bila emulsi dapat diencerkan dengan air
(tetap homogen)  tipe emulsi adalah m/a.

- bila emulsi dapat diencerkan dengan minyak


(tetap homogen)  tipe emulsi adalah a/m.
13
14

2. Tes kelarutan zat warna = Dye Solubility Test


Berdasarkan kelarutan zat warna dalam air atau minyak
(fase pendispers).

Dilakukan dengan cara:


meneteskan larutan zat warna pada sejumlah tertentu
emulsi.
 bila larutan zat warna dalam air, ditambahkan pada
suatu emulsi dan didapat :
warna yg homogen  tipe emulsi minyak dalam air (m/a).

warna yg heterogen  tipe emulsi air dalam minyak (a/m).


Uji Kelarutan Zat warna
Prinsip: metilen blue larut dalam air
15

Jika fase eksternal tampak biru


akibat pewarna yang melarut di
dalamnya maka  emulsi m/a, tetapi
jika gumpalan tersebar tampak biru
dan fase eksternal tanpa warna maka
 emulsi a/m
Prinsip: sudan III larut dalam minyak
Jika fase eksternal tampak merah
akibat pewarna yang melarut di
dalamnya maka  emulsi a/m,
tetapi jika gumpalan tersebar
tampak merah dan fase eksternal
tanpa warna maka  emulsi m/a
16

3. Tes Konduktivitas / Conductivity Test


Berdasarkan sifat air yg dapat menghantarkan
aliran listrik. Test ini akan lebih sensitif bila
ditambah sedikit NaCl.
dilakukan dengan cara :
- dibuat suatu rangkaian listrik, media penghantar arus
digunakan emulsi yang ingin diketahui tipenya.
- adanya arus akan ditunjukkan dengan menyalanya
lampu yg dipasang pada rangkaian tersebut.
17

 Bila emulsi dapat menghantarkan listrik  lampu


menyala  fase luar emulsi adalah air  tipe
emulsi adalah minyak dalam air (m/a)
 Bila emulsi tidak dapat menghantarkan aliran
listrik  lampu tidak menyala  fase luar emulsi
adalah minyak  tipe emulsi air dalam minyak
(a/m).
 Perlu diperhatikan emulsi dengan emulgator
ionik dapat memberi reaksi positif.
Conductivity Test
prinsip dasar bahwa air  konduktor listrik yang baik
18

Dalam tes ini. Sebuah perakitan terdiri dari sepasang elektroda


dihubungkan ke lampu dan dicelupkan ke dalam emulsi.
Jika emulsi m/a lampu akan menyala terang
PEMBENTUKAN DAN PEMECAHAN DROPLET
CAIRAN TERDISPERSI
19

I
OOO
OOO
II
OO

Cairan bulk mula-mula Droplet (tetes-tetes= globule)

Proses I : Menaikkan energi bebas permukaan


Proses II : Mengurangi energi bebas permukaan
Proses ini adalah konstan dan terus sampai
fasa bulk terbentuk kembali
20

4. Tes Flouresensi / Flourescence test


Berdasarkan sifat beberapa minyak yang berflouresensi
pada sinar ultraviolet.
dilakukan dengan cara :
- emulsi yang ingin diketahui tipenya disinari dengan sinar
ultraviolet.
- bila fluoresensi merata di seluruh bagian  tipe emulsi
adalah air dalam minyak (a/m).
- bila fluoresensi bintik-bintik  tipe emulsi adalah
minyak dalam air (m/a).
Sifat-sifat bahan pengemulsi yang
diinginkan:
 Mengandung surfaktan untuk menurunkan
tegangan permukaan
 Cepat diabsopsi di sekeliling droplet
terdispersi untuk mencegah koalesensi
 Menambah viskositas emulsi
 Efektif dalam konsentrasi rendah

21
Emulsifying agents
Product Source and composition Use
Cetyl alcohol Lipophilic thickening agent and
stabilizer for o/w lotions and
ointments.
Glyceryl mono Lipophilic thickening agent and
stearate stabilizer for o/w lotions and
ointments.
Methyl Series of methyl esters of Hydrophilic thickening agent
cellulose cellulose and stabilizer for o/w emulsions
weak w/o emulsions.

Sodium Sodium salt of the carboxy Hydrophilic thickening agent


carboxcymethy methyl esters of cellulose and stabilizer for o/w emulsions ,
l cellulose
Stearic acid A mixture of solid acids Lipophilic thickening agent and
from fats, chiefly stearic stabilizer for o/w lotions and
and palmitic ointments. Forms a true
emulsifier when reacted
22 with
23
24
25
26
27
BAHAN PENGEMULSI DAN TIPE EMULSI
HLB
28
0–3 => Bahan-bahan antibusa
4–6 => Pengemulsi a/m
7–9 => Bahan-bahan pembasah
8 – 18 => Pengemulsi m/a
13 – 15 => Detergen
10 – 18 => Bahan-bahan penglarut (Solubilizing agent)
 Semakin hidrofilik surfaktan, semakin tinggi HLB ( > 10)
 Surfaktan HLB 1 – 10 dianggap lipofilik

 Pengemulsi lebih hidrofilik kelarutan dalam air tinggi,


membentuk emulsi m/a
 Pengemulsi lipofilik kelarutan dalam air rendah, membentuk
emulsi a/m.
Alat pembuatan Emulsi
29

 Persiapan dapat dilakukan dalam


-. SKALA KECIL : lumpang dan alu dapat
digunakan namun efisiensinya lebih
terbatas, oleh karena itu, mixer elektrik
yang kecil dapat digunakan untuk
menghindari terjeratnya udara yang
banyak ke dalam emulsi
-. SKALA BESAR diperlukan stirer mekanis
untuk menghasilkan emulsi yang stabil
PEMBUATAN EMULSI
30

1. Pemilihan Bahan Pengemulsi


a. Sistem HLB : HLB < 8 membentuk emulsi a/ m
HLB > 8 membentuk emulsi m/ a
b. Campuran bahan pengemulsi
- Untuk mendapatkan HLB yang diinginkan.
-Untuk menambah stabilitas dan kepaduan dari antarmuka
- Untuk mempengaruhi konsistensi dan rasa dari produk
Cth: gom arab+tragakan dan camp surfaktan nonionik HLB tinggi
dan rendah
2. Pembuatan Skala Kecil
Mortir dan stamfer selalu dipakai untuk emulsi yang distabilkan
dengan film multimolekul (mis: akasia, tragakan, agar) pada
antarmuka.
Ada 3 metode:
a. Metode gom basah
b. Metode gom kering
31 c. Metode Botol Forbes

Metode gom basah


Bahan pengemulsi dimasukkan ke dalam lumpang
dan dispersikan dalam air untuk membentuk
mucilago. Minyak ditambahkan dalam jumlah
sedikit demi sedikit dengan penggerusan kontinu,
setiap bagian minyak diemulsikan sebelum
penambahan selanjutnya
Metode gom kering
Gom ditambahkan ke dalam minyak untuk
membentuk emulsi primer, kemudian diencerkan
dengan fase pendispersi/ eksternal
Metode Botol Forbes
32

 Metode ini cocok untuk pembuatan emulsi yang


berisi minyak – minyak menguap dan mempunyai
viskositas rendah.
 Caranya, serbuk gom dimasukkan ke botol kering,
tambah 2 bagian air dan dikocok kuat dalam
keadaan botol tertutup rapat. Tambahkan minyak
dan air secara bergantian sedikit demi sedikit
sambil terus dikocok setiap kali dilakukan
penambahan air dan minyak. Metode ini kurang
cocok untuk minyak kental karena viskositasnya
yang terlalu tinggi sehingga sulit untuk dikocok
dan dicampur dengan gom dalam botol.
Preparing external used emulsion
 Emulsions meant for external application such as creams, lotions
33
and liniments contain in their formula waxy solids which require
melting before mixing.
 Such emulsions may be prepared by melting the oily components

separately at 60 0C.
 Similarly in another vessel, the aqueous components are mixed

and are warmed gently to 60 0C.


 The aqueous phase is then added to the oily phase at the same
temperature and stirred until cold.
34

Metode lain Untuk bahan-bahan pengemulsi sintetik


terutama tipe ionik.
Komponen dipisahkan dalam dua fase, yaitu yang
larut dalam minyak dan yang larut dalam air.
Masing-masing dipanaskan ±60-70°C. Apabila
larutan sudah sempurna, dua fase dicampur dan
diaduk sampai dingin
Yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan emulsi
35

 Stabilitas bahan aktif


 Stabilitas eksipien
 Tampilan visual
 Warna
 Bau
 Viskositas
 Kehilangan air dan menguapnya komponen
pembawa
 Konsentrasi emulsifier
 Urutan penambahan bahan
 Distribusi ukuran partikel dari fase terdispersi
 pH
36  Suhu emulsifikasi
 Jenis peralatan
 Metode dan laju pendinginan
 Tekstur, rasa (kekerasan, berpasir, berminyak,
kelengketan, penyebaran)
 Kontaminasi mikroba / sterilitas (dalam wadah
yang belum dibuka dan dalam kondisi
penggunaan)
 pelepasan/ bioavailabilitas (penyerapan
perkutan)
 Distribusi fase(homogenitas / fase pemisahan)
Emulsi stabil jika :
 Tetesan fase terdispersi dapat mempertahankan
karakter awalnya dan masih tetap terdistribusi
secara homogen ke seluruh fase selama usia guna
sediaan
 Tidak boleh ada perubahan fase atau kontaminasi
mikroba selama penyimpanan
 Harus mempertahankan penampilan, bau warna
dan konsistensinya
 Ketidakstabilan kimia cenderung menyebabkan
ketidakstabilan fisika
37
 Ketengikan minyak nabati karena teroksidasi
 Depolimerisasi pengemulsi makromolekul akibat
hidrolisis atau penguraian karena mikroba.
 Dapat diatasi dengan penambahan antioksidan dan
pengawet
 Interaksi bahan aktif – eksipien atau antara sesama
eksipien atau dengan bhn pengemulsi  emulsi
pecah

38
KETIDAKSTABILAN EMULSI

39

1. Creaming : Pemisahan emulsi akibat perubahan


densitas antara fase terdispersi dengan pendispersi, di
mana agregat bergerak naik ke permukaan emulsi.
2. Sedimentasi : Pemisahan emulsi akibat pengaruh gaya
gravitasi sehingga partikel berukuran besar cenderung
turun dan mengendap di bagian bawah emulsi.

Kedua ketidakstabilan ini bersifat reversibel sehingga


dapat didispersi kembali dengan pengocokan.

Untuk mencegahnya, densitas antara fase terdispersi


dan pendispersi harus dipilih yang sedekat mungkin.
KETIDAKSTABILAN EMULSI

40

3. Agregasi atau flokulasi : Penggabungan partikel akibat


adanya gaya elektrostatis atau zeta potensial. Droplet
pada penggabungan ini belum melebur menjadi satu
sehingga masih dapat didispersikan kembali dengan
pengocokan, namun agregasi merupakan tahap awal
yang mengarah pada terjadinya koalesens.

4. Koalesens: Droplet- droplet yang mendekat dan


bergabung membentuk partikel yang lebih besar.
Untuk menstabilkan kembali keadaan ini, tidak dapat
dilakukan dengan pengocokan namun membutuhkan
pengemulsi tambahan dan pemrosesan kembali.
KETIDAKSTABILAN EMULSI

41

5. Inversi : Peristiwa di mana terjadi perubahan fase eksternal


menjadi fase internal atau sebaliknya. Inversi fase dapat
terjadi akibat jumlah fase terdispersi dan pendispersi yang
tidak sesuai, perubahan suhu yang ekstrim serta
penambahan bahan yang tidak tepat.
Ketidakstabilan ini tidak dapat dikembalikan dengan
pengocokan.
Emulsi m/a yang menggunakan Na. Stearat sebagai
pengemulsi, dapat diinversikan dengan penambahan
CaCl2, oleh karena Ca Stearat yang terbentuk adalah
suatu pengemulsi lipofilik dan cenderung membentuk
emulsi a/m.
42
Laju creaming atau sedimentasi dapat dikurangi dengan:
43
1. Viskositas fase luar ditingkatkan
2. Ukuran partikel globul dikurangi
Lebih besar ukuran globul lebih banyak lagi creaming
tersebut
3. Mengurangi perbedaan densitas antara fasa terdispersi
dan medium dispersi
Meningkatkan densitas fase minyak : dg penambahan
bahan yang larut dlm minyak spt bromoform atau CCl4
(tdk utk produk obat) atau minyak brominasi
(bermutu pangan)
44

(Kecepatan creaming)
45

Grav tinggi  kec creaming tinggi


46
PENGGABUNGAN DROPLET
47

Dispersi Agregasi Koalesens


 Perbedaan berat jenis antara kedua fase.
Perbedaan yang minimum adalah √.
 Kohesi fase terdispersi, sifat kohesi yang
minimum adalah √
 Temperatur luar yang ekstrim. Temperatur
luar yang tinggi atau rendah adalah X

48
 Viskositas fase kontinyu. Viskositas yang
tinggi adalah √
 Muatan fase terdispersi. Muatan yang
sama dan seragam adalah √
 Distribusi ukuran butiran fase terdispersi.
Ukuran yang kecil dan seragam adalah √
 Tegangan interfasial antara kedua fase.
Makin rendah nilainya maka √

49
 Misalkan suatu emulsi m/a yang
mengandung minyak mineral dengan BJ 0,9
didispersikan dlm fase air yang mempunyai
BJ 1,05. Jika partikel-partikel minyak
mempunyai d rata 5μm atau 5 x 10-4 cm,
fase external mempunyai viskositas 0,5
poise (0,5 dyne atau 0,5 g.cm/det2) dan g
981 cm/det 2. berapakah kecepatan
creaming emulsi ini dalam cm/hari serta ke
arah mana kah creaming tersebut?

50
51

 V = (5x10-4)2 x (0,90 – 1,05) x 981


18 x 0,5
 = -4,1 x 10 -6 cm/det
52

 V atau kecepatan pengkriman = (–) maka laju


creaming ke arah atas
 - v = 4,1 x 10 -6 cm/det x 86400 det/hari
 = 0,35 cm /hari
 Emulsi dimaksudkan untuk penggunaan oral biasanya
dikemas dalam wadah yg tertutup baik dan kedap udara
 Produk peka thd cahaya yang dikemas dalam botol coklat
 Untuk emulsi kental, botol mulut lebar harus digunakan.
 Label pada emulsi harus menyebutkan produk ini harus
dikocok lebih dahulu
 Penggunaan utk obat luar harus jelas menyebutkan pada
label “untuk pemakaian luar”

53
 Hal ini diperlukan untuk menjaga emulsi dari
mikroorganisme agar tdk berkembang biak
dengan mudah dalam sistem emulsi dengan
kadar air tinggi, terutama jika mengandung
karbohidrat, protein atau bahan steroid
 Kontaminasi akibat mikroorganisme dapat
mengakibatkan masalah seperti perubahan
warna, bau, produksi gas, hidrolisis,
perubahan pH dan akhirnya memecah emulsi.
Oleh karena itu pada sistem emulsi perlu
ditambahkan pengawet. 54
Secara fisik
Nonirritant, maupun kimia Seharusnya
tdk sensitif kompatibel tidak Harus stabil
dan tidak dengan bahan memberikan dan efektif thd
beracun lain dari emulsi rasa, warna berbagai ph
dan dengan atau bau ke dan suhu.
wadah yang produk.
diusulkan
produk

Harus memiliki Pengawet selektif Sebaiknya


spektrum yang harus memiliki memiliki
luas terhadap kelarutan air yang aktivitas
aktivitas tinggi dan koefisien bakterisida
berbagai bakteri, partisi minyak / air daripada
ragi dan jamur. rendah. bakteriostatik.
55
ester • Metil paraben
parahydroxybenzoate • Propil paraben
• asam askorbat
asam-asam organik
• asam benzoat
• asetat phenylmercuric
mercurials organik
• nitrat phenylmercuric
senyawa amonium
• setrimid
kuarterner
derivatif kresol • seperti chlorocresol

• natrium benzoat
agen lain-lain
• phenoxyethanol 56
 Perubahan oksidatif seperti tengik dan busuk
karena oksigen atmosfer dan efek enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme terlihat pada
emulsi yang mengandung sayuran dan
minyak mineral dan lemak hewani.
 Antioksidan dapat digunakan untuk
mencegah perubahan yang terjadi karena
oksigen atmosfer.

57
tidak beracun, nonirritant,
efektif pada konsentrasi rendah di bawah kondisi
yang diharapkan pada penyimpanan dan
penggunaan

larut dalam mediumnya dan stabil.

bila digunakan pada pembuatan obat oral harus


tidak berbau dan berasa.

antioksidan umum meliputi alkil gallate seperti


etil, propil gallate atau dodesil, hidroksianisol
terbutilasi (BHA), butylated hydroxytoluene (BHT)
58
Melibatkan penentuan stabilitas pada
 kondisi penyimpanan jangka panjang,
 kondisi penyimpanan dipercepat,
 freezing and thawing conditions.
 Stress condition yang diterapkan dalam rangka untuk
mempercepat pengujian stabilitas dengan mempercepat
ketidakstabilan emulsi meliputi:
 Gaya sentrifugal, gaya agitasi, penyimpanan dan suhu
Parameter fisik berikut dievaluasi untuk menilai efek dari
salah satu kondisi stres di atas:
 Pemisahan fasa
 Viskositas
 Sifat elektroforesis
 Ukuran partikel dan jumlah partikel
59
 Kondisi stres yang digunakan untuk mengevaluasi
stabilitas emulsi :
1 Aging dan suhu
- siklus antara dua temperatur ( 4 dan 45 ° C )
- Pada suhu tinggi : mempercepat laju koalesensi dan
creaming yang diikuti dengan perubahan viskositas
suhu tinggi emulsi tipis
suhu kamaremulsi tebal

- Pembekuan lebih merusak emulsi daripada pemanasan


Karena, kelarutan pengemulsi lebih sensitif terhadap
pembekuan dari pemanasan .
60
 2. Sentrifugasi :
Sentrifugasi pada 3750 rpm selama 5 jam = efek
gravitasi selama satu tahun .
3. Agitasi :
Parameter fisik berikut
dievaluasi untuk menilai efek dari salah satu
kondisi stres di atas :
a. pemisahan fase
b. viskositas
c. sifat elektroforesis
d. ukuran partikel dan jumlah partikel
61
EMULSI GANDA
62

 Emulsi ganda sistem kompleks (emulsi dalam emulsi)


 droplet dari fase terdispersinya mengandung droplet
terdispersi yang lebih kecil.
 Ada 3 fase dg tipe umum :
W/O/W (air dalam minyak dalam air)
O/W/O (minyak dalam air dalam minyak).
 Kegunaan utama sistem emulsi ganda adalah
membatasi dan melindungi sistem untuk pelepasan
terkendali dari zat aktif
Emulsi m/a

Emulsi m/ a / m

63
Surfaktan Lipofilik (larut-minyak, HLB
64

rendah) untuk menstabilkan emulsi a/m
 Surfaktan hidrofilik (larut dalam air, tinggi
HLB) utk menstabilkan emulsi m /a
65

 Pembuatan emulsi ganda:


Fase air + fase minyak, mengandung
surfaktan lipofilik  emulsi a/m 
dituangkan ke dalam larutan II mgdg
surfaktan hidrofilik pencampuran emulsi
ganda a/ m / a
Jenis beberapa emulsi: a /m /a, m /a /m
Manfaat Emulsi Ganda
 industri makanan : tipe W/O/W dapat meningkatkan
66 masalah kelarutan, bahan larut dan tidak larut
minyak, mampu melindungi reservoir cairan untuk
molekul yang sensitif terhadap aktivitas lingkungan
luar, seperti oksidasi, cahaya, dan enzim.
 Industri kosmetik : pembuatan berbasis air akan
memberikan sensasi nyaman serta bersifat mudah
dicuci dengan air.
 Industri farmasetika : meningkatkan efek kemoterapi
dari obat antikanker, imobilisasi obat, pengobatan
overdosis obat, dan melindungi insulin dari degradasi
enzimatik.
 Industri bahan bakar : alternative bentuk bahan
bakar mesin diesel.
 Industri agrikultur : sebagai sistem lepas lambat
untuk penyubur dan pestisida.
67
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai