Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosella


(Hibiscus sabdariffa)

Oleh :

YOGA MUCHTAR

3212161014

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis karena terletak di daerah


khatulistiwa dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari
yang sampai di permukaan bumi dibedakan menjadi sinar ultraviolet A
panjang gelombang 320-400 nm, ultraviolet B panjang gelombang 290-
320nm dan ultraviolet C panjang gelombang 200-290 nm, ketiga jenis sinar
ultraviolet tersebut memiliki efek terhadap kulit.
Di Indonesia banyak jenis tumbuhan termasuk bunga yang
sebenarnya memiliki banyak manfaat, salah satunya bunga rosella. Rosella
(Hibiscus sabdariffa) adalah tanaman tropis jenis perdu dengan tinggi 3-5
meter yang dapat tumbuh disegala jenis tanah tanpa harus ada perlakuan
secara khusus dalam pengairan dan pemupukan serta mengeluarkan bunga
hampir sepanjang tahun. Rosella merupakan tanaman semusim yang tumbuh
tegak bercabang yang berbatang bulat dan berkayu. Daunnya tunggal,
berbentuk bulat, bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu
kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga rosella bersifat hermaprodit
sehingga mampu menyerbukan sendiri.
Rosella yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi sangat
direkomendasikan sebagai bahan untuk dikonsumsi. Semakin pekat warna
merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin asam dan
kandungan antosianin (antioksidan) semakin tinggi. Antosianin disini
berperan menjaga kerusakan sel akibat penyerapan sinar ultraviolet berlebih.
Bunga rosella memiliki kandungan kimia alami seperti protein,
kalsium, magnesium, kalium, besi, asam askorbat, beta carotene, omega 3,
asam amino, gossy peptin, anthocyanin, dan glucoside hibiscin. Selain itu,
bunga rosella mengandung vitamin A dan C. Selain itu, bunga rosella
mengurangi efek alkohol pada tubuh, mencegah pembentukan batu ginjal,
serta memperlambat pertumbuhan jamur, bakteri dan parasit. Bunga rosella
memiliki khasiat detoksifikasi (menetralkan racun), sehingga menghambat
tumbuhnya sel kanker. Selain itu, Kandungan antioksidan yang tinggi mampu
menangkal radikal bebas penyebab kanker. Sementara itu, gossy peptin
anthocyanin dan glucoside hibiscin yang dikandungnya dapat memperlancar
peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, dan meningkatkan kinerja
usus.
Kadar antioksidan yang tinggi pada kelopak Rosella dapat
menghambat radikal bebas. kadar antioksidan yang terkandung dalam
kelopak kering Rosella jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis
kucing dan bunga knop. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga
Rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin. Antosianin
merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak
bunga Rosella, dan bersifat antioksidan.
Antioksidan adalah zat yang mampu memperlambat proses oksidasi,
yaitu reaksi kimia yang berupa pengikatan oksigen dan pelepasan hidrogen.
Proses ini bisa terjadi di mana saja, termasuk di dalam tubuh kita. Proses
oksidasi sebenarnya penting untuk metabolisme tubuh. Namun, jika molekul
yang dihasilkan jumlahnya berlebihan, misalnya akibat pengaruh gaya hidup
tidak sehat (merokok, stres, banyak mengonsumsi obat, polusi, radiasi, dan
sebagainya), maka proses itu justru dapat merusak kesehatan. Di antaranya
merusak sel yang mengoksidasi DNA, sehingga dapat berakibat mutasi gen
dan menimbulkan kanker.
Yang penting diketahui, tidak semua zat antioksidan sama jenis dan
fungsinya. Ada sekitar 10.000 senyawa kimia dalam berbagai jenis bahan
makanan yang berperan sebagai antioksidan, termasuk zat nutrisi penting,
seperti vitamin dan mineral. Namun, meski berbeda-beda, semuanya
memiliki kemampuan memusnahkan substansi radikal-radikal bebas yang
dapat mencederai sel-sel dalam tubuh dan berkontribusi pada timbulnya
berbagai penyakit, termasuk kanker.
Cahaya UV dapat memacu pembentukan sejumlah senyawa reaktif
atau radikal bebas pada kulit sehingga senyawa dengan kemampuan
antioksidan dapat mengurangi efek yang merugikan dari radikal bebas.
1.2. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang yang telah ada, maka rumusan
permasalahan dari penelitian ini mencangkup sebagai berikut :

1. Apakah dalam kelopak bunga rosella mengandung antioksidan yang


tinggi?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan dari ekstrak kelopak bunga rosella?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Membuktikan bahwa dalam kelopak bunga rosella mengandung
antioksidan yang tinggi.
2. Mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak kelopak bunga rosella

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menjadi dasar ilmiah penggunaan tanaman rosella sebagai obat tradisional

khususnya sebagai antioksidan.

2. Menambah informasi tentang sumber antioksidan alami dari tumbuhan

yang ada di Indonesia.

1.5. Metodologi Penelitian


Adapun metode penelitian sebagai berikut :
1. Studi literatur
2. Preparasi sampel
3. Determinasi
4. Ekstraksi
5. Penentuan aktivitas antioksidan, meliputi :
a. Penentuan penangkal radikal bebas DPPH
b. Penentuan antioksidan dengan metode spektrofotometer UV VIS

1.6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli
2015 dan bertempat di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Tumbuhan Bunga Rosella


Rosella (Hibiscus sabdariffa) mulai dikenal di Indonesia sejak tahun
1922.Tanaman ini dapat tumbuh subur terutama pada musim hujan. Saat ini
bunga Rosella menjadi begitu popular dikarenakan hampir seluruh bagian
tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobataan.
Rosella (Hibiscus sabdariffa) mempunyai beragam manfaat antara
lain sebagai antikanker, antihipertensi, antidiabetes, antikolesterol dan
antiplasmodik, dan antibakteri.

Gambar 2.1 : bunga Rosella

Taksonomi bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) diklasifikasikan


sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L.
Varietas : Hibicus sabdariffa var. sabdariffa L.
Hibiscus sabdariffa var. ultissima Wester

Tanaman rosella berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 3-5
m. Ketika masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak
dewasa dan masih berbunga, batangnya berwarna cokelat kemerahan. Batang
berbentuk silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada
batang melekat daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk
bulat telur dengan pertulangan menjari dan tepi meringgit. Ujung daun ada
yang runcing atau bercangap. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun
dapat mencapai 6-15 cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya
berupa akar tunggang (Widyanto dan Nelistya, 2008).
Ukuran rosella agak berbeda untuk setiap daerah. Sebagai contoh
rosella dari Cirebon atau Surabaya umumnya berukuran agak lebih kecil
dibandingkan rosella dari Bogor, Sukabumi, atau Cipanas yang umumnya
berukuran besar. Dalam hal warna pun demikian. Ada yang merah muda, merah
tua, merah kecoklatan, dan merah kehitaman. Bahkan, di Surabaya (Jawa Timur)
ada rosella yang kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil (Widyanto
dan Nelistya, 2008).
Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella
membuatnya populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin
dalam bunga rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A,C,D,B1, dan B2. bahkan,
kandungan vitamin C-nya (asam askorbat) diketahui 3 kali lebih banyak dari
anggur hitam, 9 kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5
kali dari jambu biji. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan penting.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kandungan antioksidan pada teh
rosella sebanyak 1,7 mmol/prolox. Jumlah tersebut lebih tinggi daripada
jumlah pada kumis kucing (Widyanto dan Nelistya, 2008).
Kelopak kering bisa dimanfaatkan untuk membuat teh, jeli, selai, es
krim, serbat, mentega, pai, saus, taart, dan makanan pencuci mulut lainnya. Pada
pembuatan jeli rosella tidak perlu ditambahkan pektin untuk memperbaiki tekstur
karena kelopak sudah mengandung pektin 3,19 %. Bunga rosella juga dapat
dijadikan bahan baku selai, warnanya yang merah menyala, menghasilkan selai
yang menyehatkan dan berwarna cantik (Sutomo, 2009).
2.2. Senyawa Kimia Kelopak Rosella
Kelopak rosella mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino
termasuk ariginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel
tubuh. Tiap 100 gram kelopak bunga rosella mengandung 260-280 mg
vitamin C (hidayat, 2008).
Kandungan penting lain yang terdapat dalam kelopak bunga rosella
adalah pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan. Flavonoid rosella yang terdiri dari flavonols dan pigmen
antosianin. Pigmen antosianin ini membentuk warna ungu kemerahan
menarik dikelopak rosella. Antosianin diyakini sebagai antioksidan yang
diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif (Mardah et al,
2009).
Antosianin terbagi atas tiga kelompok yaitu antosianidin, aglikon
dan glukosida. Antosianidin yang merupakan inti aglikon dari antosianin
menyebabkan terbentuknya warna merah, biru dan kuning pada sayuran dan
buah-buahan. Antosianidin dengan struktur orto hidroksifenil pada cincin beta
dapat menginduksi apoptosis (kematian sel). Elphinidin merupakan
antosianidin dengan dua gugus orto-dihidroksifenol yang dapat menginduksi
produksi hidrogen peroksida pada sel leukimia manusia.
Kestabilan antosianin didalam makanan tergnatung pada banyak
faktor. Proses pemanasan merupakan faktor terbesar yang menyebabkan
kerusakan antosianin. Proses pemanasan terbaik untuk mencegah kerusakan
antosianin adalah pengolahan dengan suhu yang tinggi tetapi dalam jangka
waktu yang pendek (Astawan dan Kasih, 2008).
Antosianin merupakan molekul yang tidak stabil warna ungu, merah
atau biru yang pada antosianin dapat berubah karena beberapa faktor antara
lain yaitu faktor suhu, pH, oksigen, penambahan gula, asam, dan adanya ion
logam. Antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air, yang
terakumulasi sel epidermis buah-buahan pada akar dan daun (Tensiska et al,
2007).

2.3. Manfaat Bunga Rosella


Di Indonesia, belum banyak masyarakat yang memanfaatkan tanaman
rosella. Sementara di negara lain, rosella sudah banyak dimanfaatkan sejak
lama. Sebenarnya seluruh bagian tanaman, mulai buah, kelopak bunga,
mahkota bunga, dan daunnya dapat dimakan. Tanaman ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan salad, minuman, sari buah, asinan, selai, pudding,
dan sup.
Rosella segar mengandung sangat tinggi vitamin C, selain itu Rosella
juga kaya akan mineral seperti kalsium, phosphor, potassium dan zat besi yang
sangat penting untuk tubuh.
Kelopak bunga Rosella memiliki khasiat tersebut karena memiliki
kandungan bahan aktif, antara lain flavonoid, fenol atau polifenol, asam sitrat,
saponin, tannin, anti oksidan seperti gossypeptin, anthocyanin, glucide
hibiscin. Flavoid berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme,
karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan
hidrogen. Fenol atau polifenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara
mengubah protein sel dan merusak membran plasma bakteri. Tanin bekerja
dengan cara berikatan dengan adhesin mikroba, menghambat produksi enzim
oleh mikroba, substrat deprivasi, berikatan dengan dinding sel,
menghancurkan membran, kompleksasi ion logam. Saponin merupakan
senyawa yang secara alami mengandung glikosida dan bersifat seperti
sabun.Saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan
cara berinteraksi dengan membrane sterol. Efek utama saponin adalah adanya
pelepasan protein dan enzim dari dalam sel.
Kelopak rosella mengandung antioksidan yang dapat menghambat
terakumulasinya radikal bebas penyebab pengakit kronis, seperti kerusakan
ginjal, diabetes, jantung koroner, dan kanker (darah). Antioksidan juga dapat
mencegah penuaan dini. Dalam hal ini, salah satu zat aktif yang berperan
adalah antosianin.
Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan
tanaman rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan.
Pemanfaatan tanaman rosella ini berkaitan dengan fungsinya sebagai
antiseptik, demulcent (menetralisir asam lambung), digestif (melancarkan
pencernaan diuretik, onthemintic (anticacing), refrigerant (efek pendinginan),
serta mengobati kanker, batuk, sakit maag, kembung perut, dan mencegah
penyakit hati (Mardiah, dkk., 2009).
Tanaman Herbal Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) yang mulanya
berasal dari Afrika dan Timur Tengah, memiliki khasiat utama sebagai
antioksidan pencegah pengapuran tulang, penuaan dini, memperlambat
menopause dan mengurangi dampak negatif nikotin. Herbal Rosella banyak
mengandung Kalsium, Vitamin C, D, B-1, B-2, Magnesium, omega-3, beta
karotin dan 18 asam amino essensial untuk tubuh diantaranya lysine dan
arginin. Tiap 100 gram kelopak rosella segar mengandung 260-280 miligram
vitamin C, vitamin B1 dan B2. Kandungan vitamin C yang ada, 3 kali lipat
anggur hitam, 9 kali lipat dari jeruk sitrus, 10 kali lipat lebih besar dari buah
belimbing (Wikipedi4, 2008).
Kelopak bunga misalnya, bisa dimakan sebagai salad. Juga bisa diolah
sebagai penyedap kue. Selain itu sering dipakai dalam pembuatan jeli,minuman,
salad, sari buah, sirup, selai, sup, saus, asinan, puding. Juga bisa untuk memberi
warna merah dan rasa pada teh hijau, serta dapat dipanggang dan dipakai sebagai
pengganti kopi instan (Budihardjo, 2009).
2.4. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu
atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut
dapat diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti
khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah
terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid
(Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu
antioksidan alami merupakan antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan
antioksidan buatan (sintetik) merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil
sintesa reaksi kimia (Kochhar dan Rossell, 1990).
Aktivitas antioksidan yang berasal dari makanan di dalam tubuh,
sangat tergantung pada ketersediaan hayatinya. Pada Tabel 1 disajikan
beberapa macam bahan pangan yang merupakan sumber antioksidan zat gizi.
Tabel 1. Sumber antioksidan pada bahan pangan
Jenis Antioksidan Contoh Bahan Pangan

Vitamin A dan Karotenoid Mentega, margarin, buah-buahan


berwarna kuning, sayur-sayuran hijau
Vitamin E Biji bunga matahari, biji-bijian yang
mengandung kadar minyak tinggi,
kacang-kacangan, susu dan hasil
olahannya
Vitamin C (Asam Askorbat) Buah-buahan (jeruk, kiwi, dan lain-lain),
sayur-sayuran (sebagian rusak selama
pemasakan), kentang
Vitamin B2 (Riboflavin) Susu, produk hasil olahan susu, daging,
ikan, telur, serealia utuh, kacang-kacangan
Seng (Zn) Bahan pangan hewani : daging, udang,
ikan, susu dan hasil olahannya
Tembaga (Cu) Hati, udang, biji-bijian, serealia (kadar
dalam makanan tergantung pada
konsentrasi Cu dalam tanah)
Selenium (Se) Serealia, daging, ikan (kadar dalam
makanan tergantung pada konsentrasi Se
dalam tanah)
Protein Ovalbumin dalam telur, gliadin dalam
gandum

Bahan pangan mengandung senyawa-senyawa yang tidak dikategorikan


sebagai zat gizi, tetapi mempunyai aktivitas antioksidan. Pada Tabel 2 ada
beberapa contoh senyawa antioksidan non-gizi yang terdapat dalam bahan
pangan sebagai berikut :
Tabel 2. Senyawa antioksidan dalam bahan pangan
Jenis Antioksidan Contoh Bahan Pangan
Biogenik amin Antioksidan berdasarkan fungsi amin
dan fenol, contohnya dalam keju
Senyawa Fenol :
- Tirosol, hidroksitirosol Minyak olive
- Vanilin, asam vanilat Panili
- Timol Minyak atsiri dari thyme
- Karpakrol Minyak thyme
- Gingerol Minyak jahe
- Zingeron Jahe
Senyawa Polifenol :
- Flavonoid Efektivitas sebagai antioksidan
tergantung pada jumlah dan posisi OH,
senyawa polifenol banyak terdapat
dalam sayur-sayuran daun
- Flavon, flavonol
- Heterosida flavonoat
- Kalkon auron
- Biflavonoid
Tanin :
- Asam galat, asam Elagat Banyak terdapat dalam teh, sayuran dan
buah-buahan
- Proatosianidol
Komponen tetrapirolik :
- Klorofil Antioksidan sinar, banyak terdapat
dalam sayur-sayuran (hijau) dan
ganggang
- Virofeofitin

2.4. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan slah satu cara pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen tersebut.
Komponen yang dipisahkan dengan ekstraksi dapat berupa padatan dari suatu
sistem campuran padat-cair, berupa cairan dari suatu sistem campuran cait-
cair (Suyitno et al. 1989).
Pemisahan atau pengambilan komponen dari bahan sumbernya pada
dasarnya dpat dilakukan dengan penekanan atau pengempaan, pemanasan dan
menggunakan pelarut. Ekstraksi dengan pengempaan atau pemanasan dikenal
dengan cara mekanis. Ekstraksi mekanis hanya dapat dilakukan untuk
pemisahan komponen dalam sistem campuran padat-cair (suyitno et al, 1989).
Ekstraksi dengan pengempaan, tekanan yang diberikan selama
pengempaan akan mendorong cairan terpisah dan keluar dari sistem
campuran padat-cair. Tekanan yang diberikan terhadap campuran padat-cair
akan menimbulkan beda tekanan antara cairan dalam bahan dan campuran
dalam suatu wadah dengan tekanan diluar campuran atau diluar wadah. Beda
tekanan akan mengakibatkan cairan terekstrak. Jumlah ekstrak yang
dihasilkan dengan ekstraksi menggunakan penekanan atau pengempaan ,
dipengaruhi beberapa faktor antara lain besar kecilnya hancuran bahan, waktu
yang disediakan pada saat tekanan maksimum, besarnya tekanan yang
diberikan, kekentalan yang diekstrak, cara pengempaan yang dilakukan
(Suyitno et al, 1989).
Ekstraksi menggunakan pelarut berdasarkan sifat kelarutan dari
komponen didalam pelarut yang digunakan. Komponen yang larut dapat
berbentuk padat maupun cair, dipisahkan dari benda padat atau cair. Ekstraksi
padat cair, komponen yang dipisahkan berasal dari benda padat. Komponen
yang diekstraksi dapat berupa protein, vitamin, minyak atsiri, zat warna, dan
sebagainya yang berasal dari bahan. Ekstraksi bertujuan untuk mengambil
komponen yang larut dalam pelarut, maka perlu dilakukan pemilihan pelarut
yang selektif, yaitu pelarut yang dapat melarutkan komponen yang akan
diambil atau dipisahkan.
Ekstraksi menggunakan pelarut air komponen lain yang ikut
terekstrak tidak dapat dihindarka, akibatnya komponen yang terekstrak bukan
merupakan komponen yang murni. Pelarut yang dipilih harus memiliki
viskositas yang cukup rendah sehingga mudah disikulasikan. Semakin lama
proses ekstraksi berlangsung konsentrasi komponen yang terlarut dalam
pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi makin menurun.
Kecepatan ekstraksi menunjukkan kecepatan perpindahan solut dari satu fase
kefase yang lain. Ekstraksi tergantung dari beberapa faktor antara lain yaitu
ukuran partikel, jenis zat pelarut, suhu dan pengadukan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan Penelitian


3.1.1. Alat
1. Gelas pyrex
2. Botol kaca transparan
3. Mikropipet
4. Blender
5. Spatula
6. Vortex
7. Saringan
8. Rotari evaporator
9. Spektrofotometer Milton Roy
10. Timbangan analitik
3.1.2. Bahan
1. Kelopak bunga rosella
2. Etanol 96%
3. 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPP) 93 µM

3.2. Prosedur Kerja


a. Persiapan sampel
1. Kelopak bunga rosella di cuci, di potong-potong menjadi lebih kecil,
lalu dihaluskan dengan cara diblender.
b. Ekstraksi sampel
1. Ekstraksi kelopak bunga rosella menggunakan pelarut etanol 96%.
2. Masukkan 50 gram kelopak bunga rosella kedalam erlenmeyer lalu
ditambahkan pelarut 150 mL hingga sampel terendam semuanya.
3. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam kemudian disaring.
4. Filtrat diuapkan untuk menghilangkan pelarutnya menggunakan rotasi
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kelopak bunga rosella.
c. Penentuan Aktivitas Antioksidan
1. Sebanyak 0,1 mL ekstrak ditambahkan dengan 1,5 mL larutan 1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) 93 µM dalam etanol dan divortekx
selama 2 menit. Berubahnya warna larutan dari kuning ke biru
menunjukkan efisiensi penangkal radikal bebas.
2. Pada 5 menit terakhir menjelang 30 menit inkubasi, absorbansi diukur
pada 517 nm dengan menggunkan spektrofotometer UV-Vis. Aktifitas
penangkapan radikal bebas dihitung sebagai persentase berkurangnya
warna DPPH dengan menggunakan persamaan :
Absorbansi sampel
Aktivitas penangkal radikal bebas (%) = 1− × 10
Absorbansi kontrol

Kelopak bunga rosella

Cuci dan potong kecil-kecil

Haluskan dengan diblender

Pulp kelopak rosella

Masukkan ke dalam erlenmeyer

+ 150 Ml etanol 96 %

Ekstraksi selama 2 jam

saring

Residu Filtrat

3.3. Diagram Alir Uapkan

Ekstrak kelopak bunga rosella

+1,5 mL larutan 1,1-difenil-2-


pikrilhidrazil (DPPH) 93 µM dalam
etanol dan divortekx selama 2 menit

Pada 5 menit terakhir menjelang 30


menit inkubasi, absorbansi diukur pada
517 nm dengan menggunkan
spektrofotometer UV-Vis.

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Armala, M. M., 2009, Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir
(Cosmos caudatus H. B. K.) dan Profil KLT, Skripsi, 39, Fakultas Farmasi
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, N.S., dan Mohammad, N.S., 2009,
Antioxidant Activity of Methanol Extract of Ferula Assafoetida and Its
Essential Oil Composition, Grasas Aceites, 60(4), 405-412.

Koleva, I.I., van Beek, T.A., Linssen, J.P.H., de Groot, A., dan Evstatieva, L.N.,
2002, Screening of Plant Extracts For Antioxidant Activity: A Comparative
Study on Three Testing Methods, Phytochemical Analysis, 13, 8-17.

Rosella from http://id.wikipedia.org/wiki/Rosela 15 november 2014

Penelitian rosella from http://www.naturindonesia.com/bunga-rosela/penelitian-


rosela.html, 15 november 2014

LAMPIRAN

ANGGARAN DANA

Anggaran Bahan Penelitian

N NAMA BAHAN JUMLAH HARGA HARGA (Rp)


O SATUAN (Rp)
1. Tanaman bunga 5 buah 20.000 100.000
rosella
2. Etanol 96% 1L 299.000 299.000
3. Larutan 1,1-difenil- 1/2 L 200.000 200.000
2-pikrilhidrazil
(DPPH) 93 µM

Jumlah 599.000

Anggaran Lain

NO URAIAN BIAYA (Rp)


1. Penelururan pustaka 100.000
2. Proposal 100.000
Jumlah 200.000

Rekapitulasi Anggaran

NO URAIAN BIAYA (Rp)


1. Anggaran bahan 599.000
2. Anggaran lain 200.000
Jumlah 799.000

RENCANA KERJA

Tahun
Uraian 2015
Februari Maret April Mei Juni Juli
Studi literatur
Bimbingan
Proposal
Penelitian
Seminar
Sidang

Anda mungkin juga menyukai