Anda di halaman 1dari 119

Dunia Anak Farmasi

Rabu, 26 Oktober 2011


Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L)TERHADAP BAKTERI Escherichia coli
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami ( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2005). Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah bunga rosella. Bunga rosela mempunyai nama ilmiah Hibiscus Sabdariffa Linn dari famili malvaceae pada awalnya merupakan tumbuhan liar yang tidak diketahui manfaatnya, sekarang merupakan tumbuhan budidaya yang populer dan hampir seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk kebutuhan pengobatan, terutama untuk pengobatan alternatif. Hal ini dikarenakan bunga rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga mempunyai efek antibakteri. Adapun kandungan kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid, flavonoid, triterpen, steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang diduga mempunyai efek sebagai antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan flavonoid mampu menghambat dan membunuh kuman kuman, mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu jenis bakteri Gram negatif yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia adalah Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli biasanya hidup di usus besar, dan membantu membentuk vitamin K di dalam tubuh. Pada kebanyakan kasus bakteri ini

merupakan bakteri penyebab infeksi terutama pada penyakit pada usus besar yang menyebabkan diare.

Berdasarkan hal tersebut diatas dan data empiris dari masyarakat, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah benar, bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli. pada penelitian ini mengunakan metode dist diffuse (cakram).

. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan umum : Mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) terhadap aktivitas bakteri Escherichia coli. 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak bunga Escherichia coli dengan metode cakram. b. Mengetahui kegunaan rosela sebagai tanaman obat tradisional yang bisa dijadikan sebagai obat alternatif pengganti bahan sintetik yang tersedia di apotik. 1.3 Manfaat 1.3.1 Bagi Peneliti Merupakan tambahan pengetahuan dari dunia praktisi yang sangat berharga untuk disesuaikan dengan pengetahuan teoristis yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi mikrobiologi. 1.3.2 Bagi Pelajar Dapat menjadikan pembendaharaan pustaka sebagai informasi yang dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang farmasi, serta sebagai referensi untuk masukan bagi peneliti selanjutnya. 1.3.3 Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknik budidaya dan manfaat bunga rosella sebagai obat tradisional yang dapat digunakan sebagai bahan pengganti obat sintetik, sehingga masyarakat memiliki alternatif dan tidak selalu tergantung pada obat yang tersedia di apotik. rosella hasil budidaya terhadap

Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan bahan alam sebagai sumber obat alternatif, sehingga mendorong masyarakat untuk membudidayakan tanaman rosella dan pada akhirnya dapat menekan pengeluaran yang lebih banyak untuk pembelian obat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ROSELLA Tumbuhan rosella tumbuh liar di pinggir pinggir jalan, perkebunan dan sawah di Indonesia. Warna, bentuk dan ukuran sedikit berbeda disetiap daerah. Bahkan tidak hanya warna, bentuk dan ukurannya namun sebutannya pun satu daerah dan daerah lain berbeda. Misalnya ada yang menyebut rosella kembang gandaria, karena rasa asam-nya mirip buah gandaria dan ada juga yang menyebutnya kembang frambosen karena warnanya mirip dengan buah frambosen. Dalam taksonomi tumbuhan, rosella diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio Sub Divisid Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Malvaceales : Malvaceae : Hibiscus : Hibiscus Sabdariffa Linn

Ada beberapa jenis rosella yang beredar di pasaran. Beberapa jenis itu adalah : 1. Rosella Afrika, jenis ini berwarna kehitaman. 2. Rosella Cranberry. Rosella jenis ini banyak terdapat di Belanda, berwarna merah, kelopaknya menyerupai kotak dan ujung kelopaknya berbentuk oval, tidak seperti rosella yang tumbuh di Indonesia ujung kelopaknya kuncup. 3. Rosella Taiwan. Rosella ini berwarna merah, panjang sekitar 5 cm dan ujung kuncupnya agak merekah. Karena belum tahu khasiatnya, dulu tanaman ini tidak dibudidayakan, namun serat batangnya digunakan untuk bahan pembuat tali dan karung goni. Namun tidak sedikit yang memanfaatkan bunga dan daunnya uuntuk dijadikan lalapan dan sayur. Namun tanaman rosella saat ini dibudidayakan di Indonesia antara lain di Jawa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pohon rosella adalah sejenis perdu yang mudah ditanam. Cara penanamannya dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai. Tanaman rosella berdiri tegak dengan tinggi 0,5-5 m dan mengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Saat muda batang dan daunnya berwarna hijau, namun ketika beranjak dewasa dan berbunga, batangnya akan berubah menjadi coklat kemerahan. Barat, Jawa Tengah,

Batang berbentuk silindris dan kerkayu, memiliki banyak cabang. Pada batang melekat daun yang bersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulaat telur dan berbentuk menjari, tepi bergerigi. Tulang daun berwarna merah, panjang daun dapat mencapai 6- 15 cm dan lebar 5 8 cm. Akar yang menopang batang adalah akar tunggang. Bunga muncul pada ketiak daun. Mahkota bunga berbentuk corong tersusun dari lima helai daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik dan indah. Selain mahkota dan kelopak, bunga juga dilengkapi 8 12 kelopak tambahan. Bunga akan muncul saat rosella berumur 2,5 3 bulan setelah ditanam. Awalnya bunga berwarna merah muda dan belum menyerupai bunga yang sudah matang. Dua minggu kemudian bunga rosella muda berwarna hijau dengan jari jari tipis berwarna merah dan berbentuk bulat kecil. Selama pertumbuhan ini, kelopak akan semakin besar, kaku, menebal, dan warna berubah menjadi merah cerah, terdapat putik dan benang sari. Bunga yang berhasil dibuahi akan menjadi buah. Buah rosella berbentuk kerucut dengan bulu bulu halus menempel di permukaan kulit buah. Buah terbagi menjadi lima bagian. Disetiap ruang terdapat 3 4 biji yang juga berbulu, dan menyerupai bentuk ginjal. Biji yang masih muda berwarna putih sedang jika sudah tua berwarna coklat. Disetiap daerah ukuran rosella selalu berbeda. Misalnya rosella dari Surabaya dipastikan lebih kecil dibandingkan rosella di Bogor, begitu juga dengan warna ada yang berwarna merah muda, merah tua, merah kehitaman dan merah kecoklatan. Bahkan ada juga rosella yang kelopaknya berwarna kuning dan berukuran kecil. Manfaat rosella merah memang sangat menakjubkan, ini terbukti dengan kandungan rosella merah yang banyak mengandung vitamin. Khasiat rosella merah juga dapat dirasakan setalah mengkonsumsinya. Oleh karena itu, semakin banyak orang yang membudidayakan rosella dan mengkonsumsinya. Karena memiliki berbagai kandungan rosella menjadi primadona sebagai tanaman obat tradisional. kandungan vitamin dalam rosella cukup lengkap, yatu vitamin C, A, D, B1, B2 dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak bunga rosella, termasuk arginin dan lignin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, rosella juga mengandung protein dan kalsium. Bahkan, kandungan vitamin C-nya 3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji.

Kandungan omega 3 yang terdapat dalam kelopak bunga rosella bermanfaat untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Asam sitrat dan asam malat memberi sensasi yang menyegarkan ketika kelopak diseduh. Daun dan buah rosella juga mengandung senyawa yang bermanfaat, begitu pula biji rosella yang mengandung protein tinggi. Dari segi kesehatan, rosella mempunyai manfaat untuk mencegah penyakit. Menurut penelitian Ballitas Malang, bunga rosella, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal ( juicy), misalnya rosella merah berguna untuk mencegah penyakit Kanker dan Radang, mengendalikan tekanan darah, melencarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar. Gossy peptin anthocyanin dan glucoside hibiscin yang mempunyai efek diuretik dan choleretik, memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi, meningkatkan kinerja usus serta berfungsi sebagai tonik ( obat kuat). Dari segi penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek antihipertensi, kram otot dan anti infeksi-bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alkohol pada tubuh kita, mencegah pembentukan batu ginjal, dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab demam tinggi. kelopak bunga rosella juga membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat kekentalan darah. Ini terjadi karena asam organik, poly-sakarida dan flavonoid yang terkandung dalam ektrak kelopak bunga rosella sebagaai Farmakologi. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah eklopak bungga rosella mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit.

2.2 SIMPLISIA 2.2.1 Pengertian Simplisia Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebutkan bahan bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisisa sebagai berikut: Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya dalam bentuk yang telah dikeringkan. Berdasarkan hal itu maka simplisisa dibagi menjadi tiga golongan yaitu simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau mineral.

Simplisia nabati : simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiga. Misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah inti sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat zat atau bahan bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya.

Simplisia hewani : simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan berupa zat kimia murni. Contohnya adalah minyak ikan ( Oleum iecoris asselli ) dan madu ( Mel depuratum ).

Simplisia pelican atau mineral : simplisia yang berupa mineral ( pelican ) yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya serbuk seng dan serbuk tembaga. 2.2.2 Cara Pembuatan Simplisia Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan. 1) Pengumpulan bahan baku Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut : a. Biji Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah. b. Buah Pengambilan bunga tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak ( misalnya Piper nigrum ), setelah benar benar masak ( misalnya adas ), atau dengan cara melihat perubahan warna atau bentuk dari buah yang bersangkutan ( misalnya jeruk, asam, dan pepaya ). c. Bunga Pemanenan bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat bunga masih kuncup ( seperti pada Jasminum sambac,melati ), atau saat bunga sudah mulai mekar ( misalnya Rosa sinensis, mawar ). d. Daun atau herba

Panen daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua. 2) Sortasi basah Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Bahan-bahan asing itu seperti tanah, kerikil, rumput dan kotoran lainnya yang harus di buang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah dalah mengurangi jumlah mikroba awal. 3) Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bagian simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan cara dialirkan air ke bahan simplisia. 4) Perajarangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengempakan dan

penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. 5) Pengeringan Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dengan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30C-90C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak lebih dari 60C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30C-45C. Berikut ini faktor yang memepengaruhi pengeringan yaitu : a. Waktu pengeringan.semakin lama dikeringkan akan semakin kering bahan tersebut.

b.

Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya semakin cepat kering, tetapi harus di pertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif di lam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.

c.

Kelembapan udara di sekitarnya dan kelembapan bahan kandungan air dari bahan.

d. Ketebalan bahan yang di keringkan. e. f. Sirkulasi udara. Luas peermukaan bahan.semakin luas permukan bahan, semakin mudah kering. Cara pengeringan bahan bahan tertentu dijelaskan sebagai berikut : 1. Untuk tanaman rendah misalnya lumut, jamur, thallus, agar agar, dan rerumputan laut dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Setelah kering, disimpan dalam kantung kedap udara. 2. Untuk bahan berupa akara, pengeringan dilakukan dengan cara dirajang atau dipotong potong pendek, kemudian dijemur langsung dibawah sinar matahari. Oleh karena akar termasuk bahan keras maka sebaiknya dijemur tanpa pelindung dibawah sinar matahari. 3. Untuk bahan berupa buah seperti jeruk bisa dibelah terlebih dahulu lalu dijemur. Dapat pula buah diperam ( misalnya asam ), baru dijemur. Sementara untuk buah pala ( Myristica fragrans ) atau cabe merah ( Capsicum annuum ) bisa langsung dijemur atau dioven. Syarat pengeringan menggunakan oven adalah panasnya tidak boleh lebih dari 600 C. 4. Untuk bahan berupa bunga hanya diangin anginkan ditempat yang teduh atau jika menggunakan oven maka suhu diatur rendah sekitar 250 350 C. 5. Untuk bahan berupa kulit batang umumnya dibekah terlebih dahulu, diserut, dipecah, kemudian langsung dijemur dibawah sinar matahari. 6. Untuk bahan berupa rimpang harus dirajang dulu untuk memperluas permukaan, kemudian dijemur dibawah sinar matahari tidak langsung ( ditutup kain hitam ). Tujuannya untuk menghindari penguapan yang terlalu cepat yang dapat menurunkan mutu minyak atsiri di dalam bahan. Penjemuran tidak langsung bertujuan untuk menghindari kontak langsung dengan pancaran gelombang UV. 7. Bahan bahan eksudat seperti getah ( opium dan sebagainya ), daging daun lidah buaya, dan biji jarak ( Ricinus communis ) yang akan diambil minyak lemaknya tidak perlu melalui proses pengeringan. 8. Untuk bahan berupa daun atau bunga yang akan diambil minyak atsirinya maka cara pengeringan yang dianjurkan adalah menghindari penguapan terlalu cepat dan proses oksidasi udara. 6) Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi kering adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak di inginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering 7) Pengepakan dan Penyimpanan Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan. Sedangkan penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus. 8) Pemeriksaan mutu Merupakan usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari pengepul tau pedagang simplisia. Simplisia diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyratan Farmakope Indonesia, Materia Media Indonesia.

2.2 EKSTRAKSI 2.2.1 Pengertian Ekstraksi Ekstrasi adalah sediaan yang berupa kering, kental, dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih (Moh. Anief,1987:168). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Metode dasar ekstraksi adalah maserasi, perkolasi dan sokhletasi. Pemilihan metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan memperoleh sari yang diinginkan. (Voigt, 1971) Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). 2.2.2 Macam macam Ekstraksi Ada tiga macam ekstraksi, antara lain :

1. Ekstrak cair adalah sediaan yang berbentuk cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian ekstrak cair. (Voight, 1995:578) 2. Ekstrak kental liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah 30%. Tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dan bahan aktifnya. Selain itu ekstrak kental juga sulit untuk ditimbang. (Voight, 1995:557) 3. Ekstrak kering adalah sediaan berbentuk serbuk yang dibuat dari ekstrak tumbuhan melalui penguapan melalui penguapan bahn pelarutnya. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan berbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak libih dari 5%. Ekstrak kering biasanya diperoleh melalui car perkolasi. Dalam skala kecil digunakan percolator gelas, tetapi dalam skala besar industry, percolator yang digunakan dari batu, porselen atau dari bahan logam atau dari bahan sintesis. (Voight, 1995: 557) 2.2.3 Metode pembuatan ekstrak Dalam pembuatan ekstrak ada dua metode, antara lain : 1. Maserasi Meserasi berasal dari istilah mecaration dari bahasa latin macerace, yang artinya merendam, merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam mentrum sampai meresap dan melunak susunan sel, sehingga zat zat yang mudah larut akan melarut. (Ansel, 1989 : 607). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antar larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung bonzoin, stirak dan lain lain. Kecuali dinyatakan lain, meserasi pada umumnya dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana kemudia dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama lima hari terlindung dari cahaya sambil berulang ulang diaduk-aduk. Setelah lima hari campuran tersebut diserkai, peras, dicuci ampasnya dengan penyari secukupnya hingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Lalu maserat dipisahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan di tempat

sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat diendapkan atau disaring. Kemudian endapan dipisahkan. (Indonesia, 1986:10) 2. Perkolasi Perkolasi berasal dari bahasa latin per artinya melalui dan colore yang artinya merembes, secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana obat yang sudah halus, zat yang larutannya diekstraksi dalam pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui obat dalam suatu kolom. Obat dimampatkan dalam alat ekstraksi yang khusus disebut perkolator, dengan ekstraksi yang telah dikumpulkan disebut perkolat. Kebanyakan ekstraksi obat dikerjakan dengan cara perkolasi. (Ansel, 1989 : 608). Perkolasi (percolare = penetesan) dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder atau kerucut, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori sehingga memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Cairan penyari dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat ke bawah melalui serbuk kasar simplisia tersebut, sehingga cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Melalui penyegaran bahan secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi tertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana, tidak terjadi ekstraksi yang sempurna dari simplisia. Oleh karena akan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan dalam sel dengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui suplai bahan pelarut segar, perbedaan konsentrasi tadi selalu dipertahankan. (Voight, 1995 : 568) 2.2.4 Macam macam penyari Cairan yang dapat digunakan untuk menyari diantaranya air, ester, dan campuran etanol dengan air. (Voight, 1995 : 561). Pemilihan pelarut ekstraksi dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, adanya selektivitas yaitu pelarut hanya melarutkan ekstrak yang diinginkan dan bukan komponen lain dari bahan yang diekstraksi. Kedua, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar. Ketiga, pelarut memiliki kemampuantidak saling bercampur dalam bahan ekstraksi. Keempat, pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen komponen bahan ekstraksi. Selain itu, palarut sedapat mungkin harus murah, tidak beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif, stabil secar kimia dan termis. (Bernasconi, et al. 1995 :179).

2.3 ANTIBAKTERI Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme

dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa) diantaranya adalah enzim transpeptida. Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikroba berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh. Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fungsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lainlain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati. Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa tersebut, jumlah bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bakteriostatik dan bakteriosida. Bakteriostatik adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan. Bakterisida adalah zat antibakteri yang memiliki aktifitas membunuh bakteri. Namun ada beberapa zat antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi.

2.4 PENGUJIAN ANTIBAKTERI Pengujian mikrobiologi memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian. Dalam hal ini mikroorganisme digunakan sebagai penentu konsentrasi komponen tertentu pada campuran kompleks kimia, untuk mendiagnosa penyakit tertentu serta untuk menguji

bahan kimia untuk menentukan potensi mutagenik atau karsinogenik suatu bahan. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat bermacam-macam metode uji antimikroba seperti dijelaskan berikut ini: 1. Metode difusi a. Metode disc diffusion, untuk menentukan aktivitas agen antimikroba. Piringan agen yang berisi antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar. b.Metode E-test, digunakan untuk mengestimasi MIC (minimum inhibitor cocentration), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkan yang menunjukkna kadar agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar. c. Ditch-plate technique, pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang diletakkan pada parit yang digunakan dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimum enam macam) digoreskan kearah parit yang berisi agen antimikroba. d. Cup-plate technique, metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengam mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji. e. Gradient plate technique, pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar secara teoritis bervariasi dari nol hingga maksimal. Media agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian tituangkan kedalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua kemudian dituangkan diatasnya. Plate inkubasi selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal enam macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi kerendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat. 2. Metode dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan dilusi padat (solid dilution). a. Metode dilusi cair, digunakan unutk mengukur MIC atau kadar hambat minimum dan MBC atau kadar bunuh minimum. Cara yabg dilakukan adalah dengan memberi seri pengenseran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagi KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan diikubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KMB. b. Metode dilusi padat, metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat (soil). Keuntungan metode ini adalah suatu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitiana ini bersifat eksperimental dan pengamatan dilakukan pada hari Jumat sampai dengan Rabu. Tanggal 26 Mei 2011 sampai dengan 1 Juni 2011 di laboratorium Mikrobiologi Putra Indonesia Malang. 3.2 Instrumen Penelitian 3.2.1 Alat : 3.2.1.1 Alat Pembuatan Ekstrak 1. Pisau 2. Blender 3. Ayakan 4. Botol coklat 5. Botol infus 6. Selang 7. Klem dan statif 8. Water bath 9. Cawan 10. Erlenmeyer 11. Kapas 12. Batang pengaduk 3.2.1.2 Alat Pembuatan Media 1. Timbangan 2. Sendok tanduk 3. Perkamen 4. Erlenmeyer

5. Kompor 6. Batang pengaduk 7. Autoklaf 8. Cawan petri 9. Benang 10. Kapas 11. Kertas coklat 3.2.1.3 Alat Pengujian Daya Hambat 1. Pipet volum 1 ml 2. Blue tip 3. Beker glass 50 ml 4. Laminar air flow 5. Incubator 3.2.2 Bahan

1. Nutrient broth 2. Suspense bakteri 3. Ekstrak bunga rosella 4. Etanol 70% 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pembuatan media untuk menumbuhkan sampel dan uji aktifitas 1. Ditimbang agar 1 gram, 2. Dilarutkan dengan aquades hingga volumenya 45 ml pada elenmeyer diaduk hingga homogen, 3. Direbus agar yang telah dilarutkan dengan kompor listrik, 4. Pada saat direbus larutan agar tersebut harus selalu diaduk hingga menunjukkan hasil bahwa media tersebut telah medidih, kemudian disisihkan, 3.3.2 Cara Sterilisasi 1. Dibungkus cawan petri sebanyak 3 dengan menggunakan kertas coklat, dengan cara yang benar, 2. Ditutup mulut elenmeyer yang berisikan larutan agar dengan kapas, kemudian dibungkus dengan kertas coklat, setelah itu diikat dengan menggunakan tali, 3. Diletakkan blue tipe secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass ditutup dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian diikat dengan tali,

4.

Diletakkan kertas cakram secukupnya pada beaker glass, kemudian mulut beaker glass ditutup dengan kapas, setelah itu dibungkus dengan kertas coklat, kemudian diikat dengan tali,

5. Semua alat dan bahan yang telah dibungkus dengan kertas coklat tersebut, dimasukkan dalam autoklaf untuk disterilkan secara panas basah, selama 15 menit dengan tekanan 2 atm pada suhu 121C, 3.3.3 Pembuatan ekstrak bunga rosella 1. Dipilih bunga rosella yang masih segar dan muda, 2. Dicuci bunga rosella dengan menggunakan air yang mengalir sambil digosok-gosok bunganya agar benar-benar bersih, 3. Dikeringkan dengan bantuan matahari selama 5 6 hari, 4. Dipilih bunga rosella yang baik, 5. Dibender bunga rosella hingga membentuk serbuk sebanyak 10 gram, 6. Dimasukkan kedalam botol coklat yang tidak tembus cahaya, direndam bunga rosella dengan etanol 70% sebanyak 100 ml, 7. Didiamkan selama kurang lebih tiga hari, 8. Dilakukan perkolasi, 9. Setelah ekstraknya didapat dari hasil perkolasi, saatnya untuk pemekata dengan cara water bath, hingga diperoleh ekstrraknya saja tanpa adanya etanol. 10. Dimasukkan ekstrak bunga rosella kedalam botol kemudian di simpan, 3.3.4 Uji Aktivitas antibakteri ekstrak bunga rosella dengan metode disc diffusion 1. Disiapkan tiga cawan petri steril, kemudian dimasukkan sampel bakteri kedalam cawan petri steril @ 1 ml, sesuai dengan teknik aseptis, 2. Dimasukkan agar encer kedalam cawan petri yang telah berisi sampel, sesuai dengan teknik aseptis, 3. Diputar cawan petri yang telah berisi agar dan sampel membentuk angka 8, agar antara sampel dan media dapat tercampur merata, 4. Ditunggu beberapa menit hingga media menjadi padat, 5. Pada pengujian aktivitas dengan menggunakan metode cakram, maka agar yang telah padat pada cawan petri diberi kertas cakram yang mengandung ekstrak bunga rosella, 6. Dibungkus ketiga cawan petri tersebut dengan menggunakan kertas coklat, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 1 x 24 jam, 7. Diukur zona bening yang terbentuk, kemudian didokumentasikan,

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Ekstrak bunga rosella ( mengunakan metode disc difussi terhadap bakteri Escherichia coli di Inkubasi Selama 1 X 24 Jam No. Ekstrak Bunga Rosella 1 2 3 Cawan I Cawan II Cawan II Luas Zona Bening 3,48 mm 3,65 mm 3,78 mm Gambar

4.2 Analisa Prosedur Pada penelitian ini digunakan bunga rosella karena tanaman ini mempunyai berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Kandungan kimia dari bunga rosella yang diduga sebagai antibakteri adalah flavonoid. Namun, penggunaan bunga rosella di masyarakat hanya

berdasarkan pengalaman turun-temurun dan dari generasi ke generasi. Maka untuk membuktikan khasiat bunga rosella sebagai antibakteri, perlu dilakukan uji secara kimia. Ektraksi bunga rosella yang digunakan sebagai sample penelitian terlebih dahulu dibuat dalam bentuk simplisia. Pembuatan simplisia ini melalui tahap yaitu, tahap pencucian, pengeringan dan pemilihan. Tahap pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurahi mikroba- mikroba yang menempel pada rosella. Pada pengeringan dilakukan pada panas matahari secara langsung selama tiga hari. Dan pemilihan dilakukan untuk memperoleh simplisia yang terlihat bagus dan utuh. Ekstrak bunga rosella diperoleh dengan cara penyarian yang meliputi tahap pengecilan ukuran, pembasahan, penyarian dengan cara perkolasi dan pemekatan. Tahap pengecilan ukuran dilakukan untuk mempermudah proses penyarian. Bunga rosella yang sudah menjadi simplisia di bender dan diayak untuk mendapatkan simplisia dalam bentuk serbuk. Selanjutnya dilakukan pembasahan dengn cara merendam bunga rosella yang telah melalui tahap pengecilan ukuran dalam pelarut etanol 70 % Selama 1 X 24 jam. Pembasahan bunga rosella dimaksudkan untuk memberi kesempatan sebesar besarnya pada cairan penyari agar masuk ke dalam seluruh pori- pori sehingga mempermudah penyarian selanjutnya. Tahap berikutnya adalah tahap penyarian dengan cara perkolasi. Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui bunga rosella yang telah dibasahi selama 1 x 24 jam dan dipindahkan ke dalam wadah yang disebut perkolator. Keuntungan menggunakan cara penyarian ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Mekanisme kerja perkolasi yaitu cairan penyari akan melarutkan zat aktif melalui sel sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Dengan cara perkolasi, aliran cairan penyari meyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Selain itu, ruang diantara poripori akanmembentuk saluran tempat cairan penyari mengalir. Hasil perkolasi selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan penguapan diatas waterbath untuk menguapkan etanol 70 % pada suhu 70% karena pada suhu tersebut merupakan suhu minimal untuk menguapkan etanol 70%. Setelah didapatkan hasil ekstraksi disimpan dalam botol kecil. Bakteri yang digunakan yaitu Eschericia coli karena bersifat invesif dan toksigenik, menimbulkan infeksi pada penderita apabila bakteri tersebut hidup pada usus besar. pengujian aktivitas terhadap bakteri Eschericia coli ini mengunakan media cair.

Nutrien Broth adalah media cair yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri, salah satunya Eschericia coli dan dapat digunakan untuk isolasi bakteri tersebut karena mengandung semua unsur senyawa esensial untuk pertumbuhan. Untuk melakukan langkah selanjutnya, harus dilakukan sterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan, sterilisasi dilakukan secara panas basah dengan menggunaka autoklaf pada tekanan 2 atm selama 15 menit pada suhu 121C, hal ini bertujuan agar alat dan bahan yang akan digunakan terbebas dari mikroba (steril), karena pada pemanasan pada waktu, suhu dan tekanan tersebut semua jenis mikroba dapat dipastikan telah mati, kecuali jenis mikroba tertentu yang dapat hidup pada suhu yang tinggi. Sebelum melakukan praktikum tangan dan meja harus disemprot terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70%, hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya cemaran mikroba, perlakuan tersebut berlaku untuk setiap kali melakukan praktikum setelah dilakukan sterilisasi. Bakteri tersebut kemudian ditumbuhkan dalam media Nutrient Broth. Pada uji aktivitas ekstrak bunga rosella menggunakan metode disc diffusion, karena metode ini lebih efisien jika dibandingkan dengan metode hole plate, dalam arti pada metode tersebut ekstrak rosella tidak akan mengalami tumpah saat diinkubasi, sehingga zona bening yang akan terbentuk nantinya juga akan lebih sempurna. Setelah proses praktikum selesai. Cawan petri dibungkus dengan kertas coklat, ditali dengan benang dan di inkubasi. Dalam proses inkubasi cawan petri dibalik hal ini dikarenakan agar air uapan pada cawan tidak menetes pada media. 4.3 Analisa Hasil Berdasarkan Hasil pengamatan uji antimikroba ekstrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli. Pada tabel menunjukkan efektifitas hambatan yang terjadi bakteri gram negatif. Pada konsentrasi tertentu cawan petri satu, dua dan tiga mampu menghambat 3,48 mm, 3,65mm, 3,78 pada inkubasi 1 x 24 jam. Pada literatur yang ada dikatakan membunuh bakteri apabila zona bening pada cawan petri lebih dari separuh. Sehingga dapat dianalisa bahwa aktivitas ekstrak bunga rosella mampu menghambat bakteri gram negatif, karena hanya menunjukkan sedikit media yang terdapat zona bening. Perbedaan kemampuan menghambat ekstrak bunga rosela terhadap bakteri gram negatif antara cawan petri satu, dua dan tiga mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: banyaknya ekstrak bunga rosella yang ada pada ketiga cawan tersebut mungkin berbeda, tebal media yang terdapat pada ketiga cawan petri tersebut berbeda, sehingga luas permukaannya pun menjadi berbeda dalam arti semakin tebal media dalam cawan petri

semakin membuat bakteri berkembang dengan baik. Selain itu permasalahan yang dihadapi dalam pengujian ini adalah hasil ekstrak yang diperoleh dengn cara perkolasi kurang maksimal. Hal ini disebabkan hasil ekstrak tidak hnya menarik senyawa flavonoid, namun juga msih trcampur oleh senyawa lain yang diduga dapat berfungsi sebagai antibakteri karena peneliti tidak melakukan isolasi pada senyawa flavonoid yang diduga sebagai antibakteri. Sehingga dengan adanya hasil tersebut dapat dikatakan aktivitas ekstrak bunga rosella dalam menghambat bakteri masih tidak kalah jika dibandingkan dengan obat antibakteri yang ada saat ini. Dengan adanya hasil penelitian tersebut seharusnya masyarakat berfikir ulang untuk menggunakan obat sintetik antibakteri, karena penggunaan obat sintetik antibakteri yang berlebihan dapat memicu bakteri resisten terhadap tubuh, padat memicu kerusakan organ tubuh. Oleh karena itu lebih baik menggunakan obat tradisional yaitu ekstrak bunga rosella dalam mengatasi masalah infeksi bakteri. Selain harganya rekatif murah juga tidak menimbulkan efek samping yang berlebih.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 5.1.1 Berdasarkan uji antimikroba menunjukkan bahwa Ekstrak bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) memberi hambatan pertumbuhan mikroba uji bakteri gram negatif.

5.1.2 Dari pengukuran hambatan pertumbuhan bakteri, Ekstrak bunga rosella dapat dianggap mampu mengantikan obat sintetik sebagai antibakteri dengan harga yang relatif murah dan efek samping yang tidak berlebih. 5.2 Saran 5.2.1 Perlu kiranya dalam dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan hewan coba sebagai uji antimikroba dengan konsentrasi yang lebih besar agar pengaruh Ekstrak methanol bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) dapat terlihat lebih nyata. 5.2.2 Perlu kiranya dilakukan uji terhadap aktivitas bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) dengan menggunakan senyawa murni hasil isolasi atau menggunakan ekstrak hasil fraksinasi, sehingga efek manfaat dari ekstrak dapat terlihat lebih nyata

Daftar pustaka Devi, Maria. 2009. Dasyatnya Khasiat Rosella. Cemerlang Publishing. Yogyakarta Ir. Mardiah.Msi, Ir. Sarwani Hasibuan, M.T, Ir. Arifah Rahayu, M.Si., Dr. Ir Reki Wicakono Aswadi. 2009. Budi Daya dan Pengolahan Rosella. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Dra. Herti Maryani, Lusi Kristiana, Apt. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Cara Pembuatan Simplisia. 198. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta: 189-195 Jayanti, Dwi. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tennore) Steen) trhadap pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah Voigt, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. ITB. Bandung Diposkan oleh yulie_dwi6152 di 20.55 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 1 komentar:

1. mahmudha11 Februari 2013 04.10 ternyata iki penelitianmu ta mbak .............. gleteg... hare Balas Muat yang lain... Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Lencana Facebook
Thulit Ahuor

Buat Lencana Anda

Arsip Blog

2013 (1) 2012 (4) 2011 (18) o Oktober (9) Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE... Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE... Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE... Tugas Akhir Mikrobiologi^^ UJI AKTIVITAS ANTIBAKTE... <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}o... <!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}o...

Mengenai Saya

yulie_dwi6152 semua bisa terjadi atas ijin Allah SWT.. tapi Ingat... Kita perlu usaha dan berdoa Lihat profil lengkapku

<!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if ... FLU BURUNG <!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if ... Juni (9)

Pengikut
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Ricky Kurniawan
Senin, 11 Maret 2013
Ringkasan Teknologi Bahan Alam 2

Untuk dapat digunakan sebagai bahan berkhasiat/ obat pada manusia, baik obat ataupun turunan turunannya (ekstrak, tingtur), harus memenuhi persyaratan: Ketaataazasan, stabilitas, kemurnian, sterilitas, batas sisa residu pelarut, dan yang paling penting diperhatikan untuk obat yang berasal dari tanaman adalah pestisida dan nilai batasnya sesuai dengan ketentuan orgaisasi kesehatan didunia. Tahap yang menentukan kualitas meliputi: Pemilihan bahan-bahan (kualitas sering sangat bervariasi bergantung dari lokasi sumber, waktu panen, pengolahan, penyimpanan dan pengemasan), dan prosedur ekstraksi yang dilaksanakan untuk memperoleh ekstrak dari bahan berkasiat. Walaupun pemilihan pelarut untuk ekstraksi merupakan factor penting kualitas obat jadi, pilihan bahan baku alam simplisia adalah yang sangat penting. Simplisia harus diperiksa secara keseluruhan sebelum diekstraksi seperti pemeriksaan dari segi botani, fitopatologi, aspek kimia dan bahan berkhasiat. Peraturan yang paling akhir mensyaratkan agar supaya perbandingan tersebut berada pada rentang yang sempit, tetap dari suatu sediaan terhadap sediaan lain; yang berarti harus diawali dari bahan baku yang sudah distandarisasi. Jika tanaman yang akan diekstraksi berasal dari tanaman liar, maka secara spesifik harus dinyatakan daerah asal, waktu pemanenan, kondisi pengeringan dan kondisi penyimpanan dan pada tahap ekstraksi beberapa batch harus digabungkan agar diperoleh suatu campuran homogen. I. PENGGILINGAN TANAMAN OBAT a. Konsep umum dan tujuan penggilingan Penggilingan atau penghalusan tanaman obat adalah penurunan ukuran atau penghalusan secara mekanik dari bahan tanaman tertentu menjadi unit sangat kecil. Tahap ini merupakan tahap pertama dari pengolahan tanaman obat. Dalam proses penggilingan/penghalusan, homogenitas ukuran partikel merupakan parameter utama karena akan mempengaruhi keseragaman tahapan ekstraksi bahan aktif, yang tergantung pada kecepatan difusi zat aktif dari granul (serbuk) tanaman obat menuju pelarut, waktu kontak, kecepatan pelarut melewati bahan serbuk tanaman obat, dan aspek lainnya. Apabila tidak ada hambatan teknis , misalnya terbentuk musilago (larutan enjadi kental) yang akan menghalangi filtrasi pelarut melalui bahan tanaman, maka lazimnya menurut pengalaman derajat kehalusan serbuk adalah serbuk dengan diameter lebih kurang 0,5 mm. Ukuran ini biasanya cukup sesuai bila menggunakan alat ekstraksi modern, dalam mana biasanya dilakukan ekstraksi berkesinambungan. Untuk ekstraksi bahan tanaman segar, masalah penggilingan sangat terkait dengan masalah stabilitas kimiawi dari bahan aktif yang diekstraksi. Cukup banyak tanaman segar yang saat dilakukan pemerasan untuk mendapat sari perasan mengalami perubahan seperti hidrolisi, oksidas, yang pada umumnya berkaitan dengan pelepasan enzim dari sel tanaman. Sebagian masalah ini masih dapat diatasi dengan penambahan inhibitor enzim spesifik terhadap obat, atau dengan menggunakan bahan yang sebelumnya telah didinginkan pada suhu 250 C. b. Peralatan untuk penggilingan (penghalusan) tanaman obat. Diantara alat penggiling standar yang luas digunakan adalah jenis alat standar yang dikenal dengan nama alat penggiling palu (Hammer Mill). Alat ini merupakan mesin yang kokoh

untuk memecah bongkahan bahan yang rapuh dengan prinsip menggunakan pemalu yang berputar 3600 . Penggiling palu ini terdiri dari suaturotar pada mana terkait 4 pendulum penghancur. Selain itu, ada pula penggiling pisau yang beroperasi dengan cara memotong bahan yang dimasukkan ke dalam ruang penampung, dimana pisau pisau dapat bergerak secara vertical atau horizontal. Penggiling ini sangat sesuai untuk menggiling daun, kulit (cortex) dan akar yang selanjutnya dalam diekstraksi secara maserasi dan perkolasi. Penggiling lain untuk tanaman obat aalah dengan melewatkan bahan melalui sesuatu system yang mempunyai suatu piringan bergeligi yang apat beroperasi baik secara horizontal maupun vertical. Penggiling jenis ini sangat sesuai untuk menggiling biji biji yang keras ataupun bahan yang sebelumnya sudah dipotong. II. EKSTRAKSI TANAMAN OBAT A. Pengertian Ekstraksi adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Didalam proses ekstraksi padat-cair ini, berlangsung 2 proses secara parallel: Pelepasan bahan yang diekstraksi dari sel yang telah rusak dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses difusi. Proses difusi biasanya akan ditingkatkan apabilasel tanaman mengalami perlakuan dengan air, atau pelarut yang mengandung air, yang akan menyebabkan terjadinya pengembangan (swelling) sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas atau pecahnya dinding sel. B Parameter yang mempengaruhi ekstraksi 1. Pengembangan bahan tanaman Alasan utama perlakuan ini adalah: - Untuk mencegah pengembangan/ pembengkakan tanaman di dalam kemasan (wadah proses ekstraksi) tertutup - Untuk menjamin proses pembasahan tanaman yang akan diekstraksi secara merata dan mencegah terbentuknya gelembung udara yang akan menimbulkan pembentukan saluran udara. - Untuk meningkatkan porositas dinding sel, dan hal tersebut akan mempermudah difusi dari zat aktif yang diekstraksi dari sel menuju pelarut atau penetrasi sel oleh pelarut. 2. Difusi, Ukuran partikel, pH, dan temperature. Untuk ekstraksi bahan aktif dari simplisia, pelarut harus berdifusi ke dalam sel dan selanjutnyazat aktif harus cukup larut di dalam pelarut sehingga akan dicapai kesetimbangan solute-solvent. Kecepatan mencapai kesetimbangan umumnya tergantung pada temperature, pH, ukuran partikel, dan gerakan pelarut disekitar partikel. pH biasanya berperan dalam hal yang menyangkut selektivitas, sedangkan temperature dan gerakan cairan disekitar padatan akan mengubah kesetimbangan menuju saturasi pelarut. Derajat kehalusan partikel menjadi kurang bermakna apabila terdapat zat yang bersifat sebagai musilago, karena saat terjadi swelling, hal tersebut akan mencegah pelarut melewati bahan tanaman karena terhalang lapisan musilago 3. Pilihan pelarut ekstraksi Alcohol alifatik sampai dengan 3 atom karbon (propil) atau campurannya dengan air, merupakan pelarut dengan daya ekstraktif terbesar untuk semua bahan alam berbobot molekul rendah seperti Alkaloida, Saponin dan flavonoid. Etanol menurut farmakope merupakan pelarut pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik seperti tingtur, ekstrak cair, kental, dan kering yang masih digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi.

Perbandingan ideal alcohol air untuk ekstraksi dari bagian kayu atau kulit tanaman, akar dan biji berkisar antara: 7:3 atau 8:2 ; dimana perbandingan harus lebih rendah dari 1:1 untuk ekstraksi daun atau bagian hijau tanaman. DEngan perbandingan alcohol: air 1:1; dapat dicegah terjadinya ekstraksi klorofil atau zat bersifat renin dan polimer yang pada umumnya bukan merupakan bagian penting untuk aktivitas ekstrak. Flavonoid dan terpen secara selektif dapat diekstraksi pada pH netral menggunakan etilasetat atau keton alifatik. 4. Alkaloid Sebagai Model Zat Aktif Kebanyakan di dalam tanaman, zat aktif berada dalam bentuk garam dari asam asam organic lemah C. Prosedur Ekstraksi 1. Maserasi Statik dan Dinamik Cara ini sesuai untuk proses jumlah kecil dan skala industry. 2. Ekstraksi Secara Perkolasi Sederhana atau Berkesinambungan Pada Perkolasi sederhana atau berkesinambungan, sasaran proses ini adalah untuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total menggunakan pelarut segar tetapi proses ini memakan waktu (lama) dan mahal karena dibutuhkan sejumlah besar pelarut. Namun demikian, masih dapat diatasi dengan menggunakan lebih dari satu perkolatar dan hasil perkolasi yang masih belum jenuh tersebut digunakan untuk perkolasi unit selanjutnya. Prinsip ini sebenarnya merupakan pendahuluan dari ekstraksi aliran berlawana arah secara kontinu (Continous Counter Current) yang mana tanaman segar berkontak dengan pelarut yang sudah mengandung solute dan pelarut base ditambahkan pada tanaman yang sudah diekstraksi secara parsial. 3. Perkolasi dan Reperkolasi Dalam proses perkolasi, proses difusi yang berlangsung merupakan fungsi dari kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konstanta difusi obat pelarut. Karena simplisia diletakkan dalam bentuk lapisan tebal dalam percolator, pertama tanaman dibasahi dengan pelarut ekstraksi dan dibiarkan membengkak sebelum dimasukkan ke dalam percolator. Simplisia yang sudah dibasahi tersebut dimasukkan ke dalam percolator dengan system pemasokan spiral, sesudah pembentukan lapisan ditutup dengan pelarut. Pada unit percolator besar, pelarut dibuat selalu dalam keadaan mengalir dengan system pompa dan aliran tersebut bergerak dari bawah menuju bagian atas untuk secepatnya mencapai kesetimbangan dan ekstraksi dapat disempurnakan dengan system refluks lemah, di bawah tekanan pada suhu kamar. 4. Ekstraksi Berlawanan Arah (Counter Current) Pada ekstraksi berlawanan arah, simplisia bergerak berlawanan arah dengan pelarut. Simplisia memasuki percolator bertemu dengan pelarut yang sudah diperkaya dan kemudian dipisahkan/ dikeluarkan , bertemu dengan pelarut segar. Ekstraktor kontinu yang banyak digunakan adalah ekstraktor baling baling, pada mana simplisia dan pelarut bergerak berlawanan arah , misalnya pada ekstraktor Carousel dan bentuk U. pada mana bahan ditutup dalam subunit percolator, bergerak dan diekstraksi pada pertemuan pelarut dengan berbagai tingkat kejenuhan. Pada ekstraktor baling baling ditemukan aliran kontinu berlawanan arah secara absolut, pada ekstraktor turbo atau sentrifus dicapai suatu alirankontinu berlawanan arah. Pada ekstraktor kontinu, parameter penting dan kritis adalah simplisia yang akan diekstraksi dan yang paling utama adalah ukuran partikel kecuali untuk ekstraktor yang dilengkapi dengan decanter, dimana umumnya kuantitas pelarut berjumlah besar dan selanjutnya diikuti penyaringan.

III. PEMEKATAN EKSTRAK a. Aspek Umum Sesudah dilakukan ekstraksi simplisia, akan dihasilkan larutan yang mengandung fraksi terlarut. Jika tahap selanjutnya bertujuan untuk mendapat komponen tertentu, lazimnya dilakukan proses pemekatan atau proses ekstraksi cair/cair. Ekstrak tersebut kemungkinan: 1. Dipekatkan secara parsial atatu secara total 2. Dipekatkan secara parsial atau diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai untuk dikonversi menjadi ekstrak yang dimurnikan 3. Dipekatkan secara parsial atatu diekstraksi menggunakan pelarut terpilih untuk isolasi bahan aktif tertentu 4. Diekstraksi langsung tanpa pemekatan, utuk isolasi produk tertentu. b. Peralatan untuk pemekatan ekstrak Di industry, untuk larutan berjumlah besar, salah satu alat konsentrator yang digunakan secara luas, alat yang dikenal dengan nama konsentrator Robert. Konsentrator ini terdiri dari tabung konsentrator yang tersusun secara konsentrik. Tabung dipanaskan dengan uap air panas dari luar, dan larutan yang sedang dipekatkan melewati tabung. Dalam perjalanan melewati tabung, berlangsung evaporasi dan pelarut dipisahkan dari cairan dalam suatu ruang pemisah dan akan melewati suatu pendingin. Konsentrator jenis baru yang banyak digunakan dalam pengolahan bahan alam adlaah konsentrator film menurun, lapis tipis atau plat. Evaporator Lapis Tipis dasarnya terdiri dari suatu batang silinder, dipanaskan dari luar, pada mana suatu rotar berputar. Pada evaporator film, perubahan fasa terjadi pada lapisan sangat tipis caira. Volume larutan terlihat sangat kecil dank arena itu waktu keberadaan dalam alat sangat singkat. Bila beriperasi dalam keadaan vakum yang berarti dibutuhkan temperature evaporasi rendah, dalam hal ini dimungkinkan untuk mengolah produk yang peka terhadap panas. Selain konsentrator film vertical ada pula model horizontal. Perbedaan anatar keduanya ada pada cara pengaturan aliran larutan melalui ruang evaporasi. Pada jenis vertical, kecepatan lewat larutan sebagian diatur oleh daya gravitasi, sedangkan pada jenis horizontal, ketebalan lapis tipis dan waktu tinggal dapat dikendalikan dengan cara mengatur jarak antara sekop rotar dan permukaan silinder yang dipanaskan. Jenis lain evaporasi sesuai untuk menguapkan zat termolabil adalah system pelat, pada mana suatu permukaan kontak panas akan membantu evaporasi. IV. PEMURNIAN EKSTRAK a. Tinjauan Umum Pemurnian ekstrak adalah perlakuan ekstraksi cairan untuk menghilangkan residu simplisia atau bahan yang tidak diperlukan selama proses. Zat inert yang terekstraksi terutama pada proses maserasi panas, sering meningkatkan terjadinya flokulasi atau membentuk endapan pada proses pendinginan sehingga larutan menjadi keruh atau tidak homogeny. Oleh karena sediaan farmasi tidak boleh mengandung partikel padat asing selain ekstrak, maka dalam hal ini harus dilakukan klarifikasi (penyaringan ). Aspek lain pemurnian ekstrak adalah pengurangan jumlah knadungan bakteri pencemar. Hal ini memerlukan penanganan khusus. b. Peralatan untuk Klarifikasi ekstrak 2 jenis alat penyaring untuk klarifikasi ekstrak adalah: 1. Penyarng untuk penyaringan sederhana atau penyaring dengan tekanan dan 2. Separator (pemisah) sentrifugal dan decanter (alat untuk dekantasi).

Alat untuk penyaringan ekstrak biasanya bekerja dengan menggunakan tekanan. Cairan ditekan menggunakan pompa memasuki suatu seri kompartemen penyaring yang sesuai untuk menangani bahan yang akan dihilangkan. Sistem penyaring ini digunakan,bila tidak ada rencana untuk bekerja secara kontinu., bila jumlah partikel tersuspensi kecil dam partikel padat sangat halus. V. PENGERINGAN Aspek Umum dan Deskripsi Peralatan Menurut pengalaman, jika ekstrak kering dibuat secara benar maka ekstrak kering sangat sesuai untuk pembuatan sediaan farmasi. Bila produk terkontaminasi dapat disterilkan dengan penyinaran dengan sinar gamma. Hal ini akan sulit dilakukan pada larutan karena akan terjadi suatu seri reaksi radikal. Ada beberapa macam alat untuk memperoleh ekstrak kering, mulai dari pengering vakum dingin (vaccum freeze dryers) untuk produk yang termolabil sampai alat pengering vakum tradisional. Yang aling luas digunakan saat ini adalah atomizer, dapat digunakan untuk produksi skala kecl dan skala besar. Atomizer menjadi alat pengering pilihan, terutama jika pelarut yang akan diuapkan adalah air. Pengering cabinet bekerja secara tidak kontinu. Pada pengeringan bertekanan, bahan yang dikeringkan biasanya membentuk lapisan pada baki pengering yang disusun dalam lemari pengering atau melekat pada elemen ruang pengering, pada mana cairan pemanasan disirkulasikan. Temperature operasi biasanya berkisar antara 600 C-800 C. Pelarut yang diuapkan dieliminasi secara konveksi. Alat ini hanya bisa digunakan untuk zat yang stabil.

VI. STANDARDISASI EKSTRAK Obat dari tanaman biasanya distandardisasikan berdasarkan 10 hal berikut: 1. Pengujian makro dan mikroskopis untuk identitas 2. Kemungkinan kromatografi tipis untuk pengujian identitas 3. Pemeriksaan zat asing organic dan anorganik. 4. Pennetuan susut pengeringan dan kandungan air 5. Penentuan kadar abu 6. Penentuan serat kasar 7. Penentuan kadar komponen terekstraksi. 8. Penentuan kadar bahan aktif (jika sudah diketahui) 9. Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri pathogen 10. Pemeriksaan residu pestisida Ekstrak Kering Ekstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diingini menurut cara cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan penambahn inert, ada 2 cara yang dapat dilakukan: 1. Ekstrak cair dipekatkan menurut cara/ metode yang diuraikan dalam farmakope, sampai diperoleh ekstrak kental dan kemudian ditimbang. 2. Ekstrak cair diuapkan sampai kering. Jika ekstrak berjumlah kecil, ekstrak digerus dengan bahan penambah. Bila jumlah ekstrak banyak, ekstrak harus digerus sehalus mungkin dan baru dicampur dengan bahan penambah yang sudah diperhitungkan untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.

Menurur Herfendel dan Lauder, ekstrak dan tingtur harus dipandang sebagai satu kesatuan bahan aktif obat yang akan digunakan untuk sediaan farmasi, bukan hanya melihat komponen individual bahan aktif aja. Akibatnya jika terjadi variasi yang sangat besar antara komponen bahan aktif dalam sediaan ekstrak dan tingtur, variasi kandungan bahan aktif harus berada dalam rentang nilai yang sempit VI. STABILISASI DAN STABILITAS Stabilisasi sediaan fitofarmako merupakan paya untuk menjamin kualitas atau stabilitas tetap terjaga. Stabilitas berarti keadaan tidak terganggu/ terurai dari sediaan yang disimpan menurut cara penyimpanan atau cara penyimpanan spesifik dari karena kondisi transportasi Metode stabilisasi. a. Pengeringan Gangguan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi berlangsung dalam keadaan cair sehingga pengeringan sediaan fitofarmaka dan tetap membiarkan sediaan dalam keadaan kering adalah cara praktis yang terbaik. Sisa kelembaban dari ekstrak kering biasanya dibatasi sampai 5 % saja. Kadar kelembaban 3 % ternyata tidak praktis, karena ekstrak cenderung menarik air dari udara lingkungannya. Kesetimbangan residu kelembaban 6-7% akan dicapai ekstrak yang disimpan pada suhu kamar dan kelembaban suhu kamar. Gangguan fisika akan tercapai pada kondisi penyimpanan seperti diatas. Proses kimia seperti reaksi enzimatik terjadi jika kelembaban lebih kurang 10%. Gangguan mikrobiologi biasanya berupa perkembangbiakan bakteri yang ada dalam produk sehingga mencapai nilai batas yang tidak dapat diterima juga sangat tergantung pada kelembaban dalam produk. Ketergantungan pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aw (aw = tekanan uap air diatas substrat, tekanan uap air murni) atau aktivitas air b. Stabilisasi Sediaan Cair Gangguan berikut relative mudah dikenali: Gangguan fisika seperti pembentukan sedimen, perubahan warna dan sebagainya. Gangguan karena pertumbuhan mikroba, dikenal karena terjadinya pembentukan pellicle jamur, terbentuknya kekeruhan atau terbentuknya sedimen, dapat sangat mudah mengganggu penampilan, rasa, dan bau sediaan. Gangguan kimia yang lain seperti penguraian hidrolitik, rasemisasi, oksidasi dan lainnya hanya dapat terdeteksi dengan alat kimia analitik (instrument) dan peeaksi kimia. Alternatif untuk pengawetan sediaan cair adalah menggunakan pengawet sediaan farmasi yang lazim dengan catata: dietilpirokarboksilat sudah tidak diizinkan penggunaannya karena kemungkinan akan membentuk karsinogenik uretan dengan asam amino bebas atau amin dalam substrat. FORMULASI EKSTRAK TANAMAN JADI BENTUK SEDIAAN Sebelum dikembangkan untuk formulasi sediaan farmasi, ekstrak harus dilakukan perlakuan terlebih dahulu seperti menghilangkan lemak (defatting) dan inaktivasi enzim, dimana tujuan utamanya adalah: 1. Menghilangkan bahan tidak aktif berupa minyak dan lemak yang akan menghalangi untk mendapatkan / membuat ekstrak kering dan selanjutnya pembuatan sediaan farmasi berbentuk padat. 2. Menghentikan degradasi enzim bahan berkhasiat Ekstrak tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu ekstrak total dan ekstrak yang dimurnikan. Terminologi total atau ekstrak tradisional menunjukkan ekstrak yang mengandung semua bahan terekstraksi yang diperoleh dengan penarikan menggunakan

suatu pelarut; lazimnya air atau hidroalkohol. Ekstrak yang dimurnikan berarti ekstrak yang tidak mengandung zat zat yang tidak diperlukan dan tidak mempengaruhi aktivitas. Ekstrak yang dimurnikan kemungkinan diperoleh dengan cara menghilangkan zat inert menurut berbagai cara (menghilangkan lemak, dilewatkan melalui resin absorpsi) sesudah ekstraksi primer. Terminologi zat inert terutama digunakan untuk resin, lemak, gula gula, semua bahan yang merupakan penghalang/penghambat utama dalam pembuatan sediaan farmasi, terutama bentuk sediaan padat, karena bersifat higroskopis, lengket, sehingga menimbulkan banyak masalah dalam formulasi.

I. PENGONTROLAN EKSTRAK Masalah pengontrolan ekstrak ada 2 aspek: pengontrolan ekstrak sendiri dan pengontrolan ekstrak sebagai konstituen sediaan farmasi jadi (bentuk sediaan). Jenis pengujian yang dilakukan terhadap ekstrak yang pokok ada 4: 1. Untuk menentukan karakteristik fisik 2. Untuk standardisasi kualitatif 3. untuk pengotor potensial dan jumlah 4. cemaran mikroba total Keempat jenis pengujian ini adalah relevan pada waktu formulasi menjadi bentuk sediaan. Masalah lain yang penting dalam melakukan control suatu ekstrak adalah menentukan kandungan total mikroba aerobic. Walaupun belum ada ketentuan standar, tidak boleh terdapat mikroba pathogen dan jumlah bakteri total adalah103 104 per gram atau per ml. II. BENTUK SEDIAAN Untuk melakukan rasionalisasi dari pengembangan bentuk sediaan dari ekstrak tanaman, perlu pula diperhatikan: lebih baik menyusun suatu formulasi sediaan yang mudah dan sederhana, yang mengandung tiak lebih dari 2 atau 3 ekstrak. Hal lain yang perlu dihindari adalah memasukkan beberapa ekstrak yang menunjukkan jenis aktivitas farmakologi yang sama. Pada umumnya semua bentuk sediaan dapat dibuat dari ekstrak 1. Bentuk sediaan padat seperti tablet, kapsul gelatin keras dan lunak, tablet salut gula, tablet effervescent, tablet hisap, tablet lepas lambat. 2. Bentuk sediaan cair seperti sirup, drop, larutan, atau suspense untuk kapsul gelatin lemak. 3. Bentuk sediaan untuk tujuan penggunaan local seperti krim, salep, gel, koliria, dan supositoria. Formulasi injeksi yang mengandung ekstrak tidak direkomendasikan walaupun digunakan ekstrak dengan kekuatan tinggi karena ekstrak selalu mengandung beraneka produk sekunder yang sifat sifatnya tidak selalu diketahui secara pasti. a. Pembuatan Sediaan Padat Untuk pembuatan sediaan padat umumnya digunakan ekstrak padat dan pada umumnya sediaan padat kering tidak menimbulkan masalah stabilitas, praktis tidak terjadi penguraian karena hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan lain sebagainya. Untuk sediaan yang dimasukkan ke dalam kapsul gelatin keras perlu diperhatikan persyaratan: Granul harus tidak higroskopis dan dapat mengalir bebas dengan baik.

b. Pembuatan Sediaan Cair Esktrak cair, kental maupun kering dapat digunakan untuk membuat sediaan cair, seperti sirup, drop, larutan atau suspense untuk kapsul gelatin lunak. MAsalah utama dalam pengembangan sediaan cair yang mengandung ekstrak adalah masalah kelarutan dari ekstrak, yang harus diencerkan dalam larutan atau dilarutkan kembali jika berbentuk kering di dalam system pelarut sirup atau drop. Stabilitas secara kimia maupun fisik sediaan cair juga dipengaruhi factor factor lain misalnya kemungkinan terjadinya fermentasi dan interferensi dari komponen lain produk akhir. Fenomena fermentasi dapat dikendalikan baik dengan penggunaan alcohol dalam konsentrasi yang tepat atau dengan cara penambahan pengawet yang sesuai. Kemungkinan terjadinya antaraksi secara konstituan lain merupakan sumber lain dari ketidak stabilan c. Pembuatan sediaan untuk tujuan penggunaan local Masalah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sediaan krim yang mengandung ekstrak: 1. Kandungan air yang tinggi dan bila pH tidak dikendalikan dengan baik, dapat menimbulkan hidrolisis, polimerisasi, rasemisasi, dan sebagainya. 2. Masalah stabilitas mikrobiologis Ekstrak yang mengandung senyawa gula dan asam amino dapat memberikan peluang ideal untuk perkembangan mikroba.

TUGAS TEKNOLOGI BAHAN ALAM


RINGKASAN
Nama: Ricky Kurniawan

NPM: 2010210226 Kelas: Senin

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2012 Diposkan oleh Ricky Kurniawan di 08.29 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Tidak ada komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (72) o Mei (3) o April (2) o Maret (17) Memperbaiki Postur Tubuh dengan Pilates Empat Kiat Memulai dan Menjalankan Bisnis Anda Sen... Vitamin B Terbukti Bisa Bantu Penderita Migrain! Waspadai Sakit Kepala Akibat Dehidrasi Hipertensi Kisah Sumana penjual Bunga Makalah penjelasan dan contoh penggunaan BCS Perbedaan FI IV dan USP 35 Mitos dan Fakta tentang Tidur Bersama Anak Enam Aturan Realistis untuk Tidur Nyenyak Solusi untuk 13 Masalah Umum Mengasuh Anak Frustasi dengan Perut Buncit? Minyak atsiri Tetap Bisa Sehat Tanpa Organ Penting Ini Waspada, Sleep Apnea Picu Kematian Mendadak Ringkasan Teknologi Bahan Alam 2 Teknologi Bahan Alam yang Mencakup Fitokimia o Februari (50) 2012 (692)

Mengenai Saya

Ricky Kurniawan Saya Ricky Kurniawan adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara dengan urutannya adalah Desyana Kurniawan sebagai anak pertama, David Kurniawan sebagai anak kedua, saya anak ketiga dan Devyana sebagai anak keempat. Saya dan keluarga saya beragama Buddha dan sering mengikuti perayaan hari hari besar dalam agama Buddha. Saya lahir di Jakarta tanggal 20 Desember 1993. Mulai sekolah di sekolah Cahaya Bunda di Jln Mangga Besar VIII no.5, lalu saat 4 SD saya pindah ke sekolah Budi Mulia. Saat SMP saya pindah sekolah ke sekolah Karunia sampai lulus SMA. Kemudian saya mendaftarkan diri di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dan sekarang sudah semester 5 Lihat profil lengkapku Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Island of Pharmacist
by : Irma Tristanti (http://jazztriiz.blogspot.com/)

Home About Posts RSS Contact

undefined undefined

Sediaan Farmasi Lainnya


Makalah teknologi dan formulasi sediaan steril..... BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prisipnya ini adalah sediaan parenteral, mata, dan irigasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediian mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni menbran kulit dam mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah fisik, kimia, atau mikrobiologis. Produk steril yang paling banyak adalah larutan atau supensi, tetapi bisa juga pellet padat atau juga ditanam pada jaringan. Pengontrolan pada waktu pembuatan untuk mengurangi kontaminas untuk sejumlah kecil produk tertentu dapat tercapai relatif mudah. Jika jumlah prosuk bertambah, masalah kontrol pada waktu pembuatan untuk menghindari kontaminasi menjadi berlipat ganda. Oleh karena itu, preparat produk steril menjadi wawasan khusus dalam proses farmasi. Standar yang ditetapkan, sikap pekerja, dan kontrol proses harus berada dalam tingkatan teratas.

Larutan irigasi sekarang juga harus memiliki standar yang sama dengan larutan parenteral, karena selama pemberian secara irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membran mukosa yang lecet. Oleh karena itu, sifat dan standar yang ada untuk prroduksi larutan parenteral dalam volume besar, pemakaiannya setara dengan larutan irigasi. Zat-zat tersebut juga harus ada dan aktif bila diperluhkan selama waktu dapat digunakannya produk tersebut. Oleh karena itu, zat-zat ini harus dipilih dengan sangat hatihati, dan zat-zat ini harus dipilih dengan sangat hati-hati, dan zat-zat ini harus dievaluasi mengenai pengaruhnya terhadap formulasi keseluruhan. Ulasan yang luas tentang bahan penambah yang digunakan dalam produk parenteral dan cara untuk menyesuaikan pH produk tersebut baru-baru ini tlah dipublikasi, dan harus diacu untuk keterangan yang lenih terperinci.

I.2 Rumusan Masalah Macam-macam sediaan farmasi steril lainnya. Pembuatan,penyimpanan,dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan pada sediaan farmasi lainnya.

I.3 Tujuan Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai macam-macam sediaan steril lainnya saat ini.

I.4 Manfaat Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa farmasi yang mengikuti kuliah teknologi farmasi sediaan steril khususnya sediaan farmasi lainnya yang kami bahas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Istilah Galenika diambil dari nama tabib Yunani,yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat yang berasal dari tumbuhan dan hewan sehingga muncullah ilmu obatobatan yang disebut Ilmu galenika,yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan). Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat adalah sebagai berikut : Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati. Dari simplisia tersebut bahan obat yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah menjadi bentuk sediaan atau preparat. Tujuan dibuatnya sediaan galenik,yaitu: Untuk memisahkan obat-obatan yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat. Membuat sudatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai. Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil pada penyimpanan yang lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik Derajat Kehalusan Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung tersebut disari. Semakin sukar disari,simplisia harus dibuat semakin halus,dan sebaiknya. Konsentrasi atau Kepekatan Beberapa obat yang terkandung atau zat aktif dalam sediaan tersebut harus jelas konsentrasinya agar tidak menimbulkan kesulitan dalam pembuatan. Suhu dan lamanya waktu Suhu dan lamanya waktu penyarian harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak,mudah tersari atau tidak. Bahan penyari dan cara penyarian

Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia. Bentuk-bentuk sediaan galenik 1. 2. Hasil penarikan : extracta,tingtura,decocta atau Infusa. Hasil penyulingan atau pemerasan : aqua aromatika,olea volatilia (minyak mudah menguap), olea pinguia (minyak lemak). 3. Sirop. Ekstractio berasal dari perkataan extrahere,to draw out,menarik sari,yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik,namun khasiatnya tidak berubah. Dalam kefarmasian,istilah ini terutama hanya dipergunakan utnuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan mempergunakan cairan penarik atau pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan disebut menstrum,ampasnya disebut marc atau faeces,sedangkan cairan yang dipisahkan dari ampas tersebut merupakan suatu larutan yang disebut macerate liquid atau colatura. Cairan yang didapat setelah perkolasi disebut perkolasi disebut perkolat,dan zat-zat yang terlarut di dalam cairan penarik tersebut disebut extractive. Tujuan utama ekstraski ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah,agar lebih mudah digunakan (kemudahan absorbs,rasa pemakaian,dll) dan disimpan dibandingkan simplisia asal,dan tujuan pengobatannya lebih terjamin. Karena pada umumnya zat-zat berkhasiat dalam simplisia terdapat dalam keadaaan tercampur,diperlukan cara penarikan dan cairan penarik tertentu (tunggal/campuran), yang kelak dapat menghasilkan bermacam-macam preparat galenik sesuai dengan

pengolahannya,misalnya infusa,decocta,macerate,tincture,resin dan lain-lain. Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan. Suhu penarikan untuk : Maserer/maserasi 5o-25o Digerer/digerasi ..35o-45o Infunder/infudasi 90o-98o Memasak mendidih Dalam beberapa hal,sebelum preparat yang dimaksud dibuat,simplisia perlu diolah terlebih dahulu,misalnya dengan mengawalemakkannya (Strychnin,secale cornutum) atau Suhu

dihilangkan zat pahitnya (lichen Islandicus) atau dengan cara lain, agar zat-zat yang tidak berguna atau merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat berkhasiat. Cara menghilangkan bagian simplisia yang tidak berguna : 1. Dengan memakai bahan pelarut yang tepat yang dalam pelarut itu bahan berkhasitnya mudah larut,sedangkan yang tidak berguna hanya sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut. 2. Dengan menarik atau merendam pada suhu tertentu di mana bahan berkhasiat terbanyak larutnya. 3. Dengan menggunakan jarak waktu penarikan tertentu dimana bahan berkhasiat dari simplisia lebih banyak larutnya,sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut. 4. Dengan memurnikan atau membersihkan dengan cara-cara tertentu,baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia. Cairan cairan penarik Untuk menentukan cairan penarik mana yang dipergunakan,harus diperhitungkan betul-betul dengan memperhatikan beberapa factor,antara lain: 1. 2. Kelarutan zat-zat dalam menstrum. Tidak merusak zat-zat berkhasiat atau akibat-akibat lain yang tidak dikehendaki (perubahan warna,pengendapan,terhidrolisis). 3. 4. Harga yang murah. Jenis preparat ynag akan dibuat. Cairan penarik yang baik adalah yang dapat melarutkan zat-zat yang berkhasiat tertentu,tetapai zat-zat yang tidak berguna tidak terbawa serta. Pada umumnya alkaloid,dammar,oleoresin,dan minyak-minyak memiliki kelarutan yang lebih baik dalam pelarut organic daripada di dalam air,tetapi sebaliknya garam-garam alkaloid,glukosida,zatzat lender, dan sakarida memiliki kelarutan lebih baik dalam air. Macam-macam cairan penarik Air Termasuk pelarut yang murah dan mudah digunakan dengan pemakaian luas. Pada suhu kamar,air adalah pelarut yang baik utnuk berbagai zat,misalnya garam

alkaloid,glukosida,sakarida,asam tumbuh-tumbuhan,zat warna,dan garam-garam mineral. Air hangat atau mendidih mempercepat dan memperbanyak kelarutan zat,kecuali

Condurangin,kalsium hidrat,dan garam-glauber,karena kemungkinan zat-zat yang tertarik akan mengendap (sebagian) jika cairan itu sudah mendingin (suhu kamar).

Keuntungan penarikandengan air adalah bahwa jenis jenis gula,gom,asam tumbuhtumbuhan,garam mineral,dan zat-zat warna akan tertarik atau melarut lebih dahulu dan larutan yang terjadi ini dapat melarutkan zat-zat lain dengan lebih baik dari pada oleh air saja,misalnyadamar-damar pada penarikan Cascara cortex,atau sejumlah alkaloid pada penarikan dengan air. Kekurangan air sebagai pelarut,yaitu karena iar dapat menarik banyak zat,namun banyak di antara zat tersebut yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri,akibatnya simplisia mengembang sedemikian rupa sehingga mempersulit penarikan pada perkolasi.

Etanol Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu,tidak sebanyak air dalam melarutkan berbagai jenis zat; oleh karena itu lebih baik dipakai sebagai cairan penarik untuk sediaan galenik yang mengandung zat berkhasiat tertentu. Umumnya etanol adalah pelarut yang baik untuk alkaloid,glikosida,dammar-damar,dan minyak atsiri,tetapi tidak untuk jenis gom,gula,dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzim-enzim tidak bekerja,termasuk pengairan,serta menghalangi pertumbuhan jamur dan sebagian besar bakteri sehingga di samping sebagai cairan penyari,juga berguna sebagai pengawet. Campuran air-etanol,yaitu hidroalkoholik menstrum,lebih baik dari pada air saja. Beberapa zat berkhasiat memiliki kelaurtan yang hamper sama baiknya dalam air-etanol dan dalam spiritus fort sehingga biaya produksi dengan air-etanol akan lebih murah. Kadar alcohol dalam cairan hidroalkoholik menstrum tergantung pada sifat zat yang akan ditarik; terkadang karena bbeberapa hal,kadarnya lebih kecil dari 3%. Kadang-kadang dalam proses penarikan,masing-masing air dan alcohol dipergunakan lebih dahulu;pertama dengan air,kemudian etanol,atau sebaliknya. Glycerinum Terutama dipergunakan sebagai cairan tambahan pada cairan hidroalkoholik untuk penarikan simplisia yang mengandung zat-zat samak. Glycerin adalah pelarut yang baik untuk tannin dan hasil-hasil oksidasinya; jenis-jenis gom dan albumin juga larut dlam gliserin. Cairan ini tidak atsiri sehingga tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-eksatrak kering,tetapi baik sekali untuk pembuatan fluid gliserata,seperti yang dipergunakan dalam N.F VIII,dengan perbandingan 3 volume air dengan 1 volume gliserin. Eter

Kebanyakan zat dalam simplisia tidak larut dalam cairan ini,tetapi beberapa zat mempunyai kelarutan yang baik,misalnya alkaloid basa,lemak-lemak,dammar,dan minyak atsiri. Karena eter bersifat sangat atsiri,maka di samping memiliki efek farmakologi,cairan ini kurang tepat digunakan sebagai menstrum sediaan galenik cair,baik utnuk pemakaian dalam maupun untuk sediaan yang nantinya disimpan lama. Adakalanya eter yang dipakai dicampur dengan etanol,misalnya Extractum Cubebarum. Solvent Hexane Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar. Merupakan pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan hanya untuk mengawalemakkan simplisia yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan sebelum simplisia tersebut diabuat sediaan galeniknya, misalnya Strychnin,Secale (NF IX). Aseton Juga tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam. Merupakan pelarut yang baik untuk berbagai lemak,minyak atsiri,dan dammar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Pemakaian aseton misalnya pada pembuatan Capsicum Oleoresina (NF IX). Kloroform Tidak dipergunakan untuk sediaan sediaan karena mempunyai efek farmakologi.merupakan pelarut yang baik untuk alkaloid basa,dammar,minyak lemak,dan minyak atsiri. Air kloroform dipergunakan pada pembuatan Extracum Secalis cornuti (Ph.Belanda V).

Metode Penarikan yang sering digunakan MASERASI Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada ssuhu biasanya 15-25 C. Maserasi uga merupakan proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi. Kecuali di nyatakan lain masersi dilakukan dengan cara sebagai berikut: sepuluh bagian simplisia atau campuran simplisia denggan derazat halus yang cocok di masukan ke dalam sebuah bejana,lalu di tuangi 75 bagian cairan penyari, di tutup dan di biarkan selama lima hari terlindung cahaya dam sambil sering di aduk.setelah lima hari cairan tersebut di serkai, dip eras,dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga di peroleh 100 bagian.Lalu maserat dipindah ke dalam bejana yang tertutup dan di biarkan di tempat sejuk,terlindung dari cahaya selama dua hari,Dengan demikian maserat sudah bisa di saring. Kemudianmaserat di suling atau di uapkanpada tekanan rendah dalam suhu tidah lebih dari 50 C hingga konsistensi yang di kehendaki.

Maserat yang di buat di maserasi dengan air segera di panasi pada suhu 90 C, Untuk mengendapkan putih telur, agar sediaan dapat tahan lama. DIGERASI Digerasi adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan caairan penyari pada suhu 35-45 C. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tertentu sering kali beberapa simplisi a menjadi rusak. Dan hilang zat berkhasiat utamanya. Disinilah banyak para ilmuan yang putus asa dalam percobaan mereka yang gagal karena tidak memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari pada metode digerasi tersebut PERKOLASI Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut percolator,yang simplisianya terendam dalam cairan penyaridimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetesscara beraturan keluar sampai memenuhu syarat-syarat yang di tetapkan dalam Farmakope. Kecuali di nyatakan lain, perkolasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sepuluh bagian simplisia atauu campuran simplisia dengan derazat halus yang cocok di basahi dengan 2,5bagian 5 bagian cairan penyari, dimasukan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam Masa dipidahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator sambil tiap kali di tekan dengan hati-hati di tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat cairan penyari,pekolator di tutup, dan di biarkan selama 2 jam. Cairan di biarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, cairan penyari di tambahkan berulang-ulang secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari secukupnya di atas simplisia, hingga di peroleh 80 bagian perkolat. Masa diperas, campurkan cairran perasan ke dalam perkolat, cairan penyari di tambahkan secukupnya hingga di peroleh perkolat 100 bagian.Perkolat di pindahkan ke dalam bejana, ditutup dan di biarkan selama dua hari di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya. Tingtur harus jernih dan ditempatkan dalam botol tertutup baik,diluar pengaruh cahaya dan di simpan di tempat yang sejuk. Secara ekonomisbahan dasar yang di sari dapat dip eras sekuat mungkin dengan perasan hidrolik. Untuk bahan dasar yang mengandung harsa di gunakan cairan penyari etanol 90% v/v, dan umumnya cairan penyari adaalah etanol 70% v/v. Yang penting tingtur yang mengandung harsa dengan cairan penyari etanol 90% v/v adalah Benzoes Tinctura, Myrrhae Tinctura.

II.2 Tingtur (Tinctura) Menurut FI IV,tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam,tetapi bervariasi sesuai dengan masing-maisng standar kecuali dinyatakan lain,tingtur dibuat menggunakan 20% zta berkhasiat dan 10% utnuk zat berkhasiat keras. Maserasi kecuali dinyatakan lain ,dilakukan sebagai berikut : a. masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana,tuangi dengan 75 bagian cairan penyari,tutup,biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,erkai,peras. Cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100bagian. b. pindahkan ke dalam bejana tertutup,biarkan di tempat sejuk dan terlandung dari cahaya selama 2 hari,enap,tuangkan dan saring.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya , di tempat sejuk. Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari etanol 90%. Pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%. Tingtur yang mengandung harsa (damar) adalah mira tincture,asaefoetila tincura,capsici tincture,tingtur menyan. Pembagian Tingtur 1. a. Menurut cara pembuatan Tincture Asli Adalah tincture yang dibuat secara maserasi/perkolasi. b. Tinctur Tidak Asli (Palsu) Adalah tincture yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu. 2. a. Menurut Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari) Tinctur Keras adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat keras. b. Tinctur Lemah Adalah tincture yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras. 3. a. Berdasarkan Cairan Penariknya. Tinctura Aetherea,jika cairan penariknya adalah eter atau campuran eter dengan etanol.contoh: Tinctura Valerianae Aetherea.

b.

Tinctura Vinosa,jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan etanol.contoh: Tinctura Rhei Vinosa (Vinum Rhei)

c.

Tinctura Acida,jika ke dalam etanol yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.

d.

Tinctura Aquosa,jika cairan penarik yang dipakai adalah air . contohnya Tinctura Rhei Aquosa.

e.

Tinctura Composita,adalah tingtur ynag didapatkan jika penarikan yang dilakukan dengan cairan penarik selain etanol,hal ini harus dinyatakan pada nama tincture tsb, misalnya pada campuran simplisia,contoh: Tinctura Chinae Composita. Contoh Sediaan Tingtur Tingtur kina (Chinae Tinctura),Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura),Tingtur gambir (Catechu Tinctura), Tingtur polygala(Polygalae Tinctura), Tingtur ratania(Ratanhiae Tinctura) Tingtur stramonii (Stramonii Tinctura),Tingtur Striknin (Strychni Tinctura),Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura),Tingtur Lobelia (Lobelia Tinctura),Tingtur Mira(Myrrhae Tinctura),dll.

II.3 Ekstrak (Ekstracta) Menurut FE IV,ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,kemudiaan semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi.seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut,pengawet,atau keduanya. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing

monografi,tiap milliliter ekstrak mengandung bahan aktif dari 1g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian beningnya dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan farmakope. Menurut literature lainnya,ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak

kering(siccum),kental(spissum),dan cair(liquidum), yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dan hewani menurut cara yang sesuai diluar pengaruh cahaya matahari langsung.

Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang dipakai adalah air,eter,serta campuran etanol dan air.

Contoh Ekstrak Ekstrak Belladonae,Ekstrak Hiosiami,Ekstark Akar Manis (Glycyrrhizae Succus

Extractum),Ekstrak Timi (Thymi Ekstractum),Ekstrak Striknin (Strychin Extractum),Ekstrak Pule Pandak(Rauwolfiae Extractum),Ektrak Kelembak (Rhei Extractum),dll

II.4 Infus (Infusa) Menurut FI IV,infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 Menit.

Cara Pembuatan Campur simplisia yang memiliki derajat halus sesuai dengan dalam panci dengan air secukupya,panaskan diatas tangas air selama 15menit terhitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel,tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang dikehendaki. Infuse daun sena dan infuse yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infuse daun sena,infuse asam jawa,dan infuse simplisia lain yang mengandung lender tidak boleh diperas. Sebelum dibuat infuse asam jawa dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga diperoleh massa seperti bubur,sedangkan buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat sediaan Infus : 1. Jumlah Simplisia Kecuali dinyatakan lain,infuse yang mengandung bahan tidak berkhasisat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. 2. Derajat Halus Simplisia Yang digunakan untuk infuse harus mempunyai derajat halus sebagai berikut : Serbuk Serbuk 5/8 Serbuk 6/10 Serbuk 10/22 Serbuk 22/60 Serbuk 85/120 Bahan-Bahan Akar manis,daun kumis kucing,daun sirih,daun sena. Dringo,kelembak. Laos,akar valerian,temulawak, jahe. Kulit Kina,akar ipeka,sekale komutum. Daun digitalis.

3.

Banyaknya air ekstra Umumnya untuk membuat sediaan infuse diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali bobot simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang digunakan pada umumnya dalam keadaan kering.

4.

Cara Menyerkai Pada umumnya infuse diserkai selagi panas,kecuali infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infuse daun sena,infuse asam jawa dan infuse simplisia lain yang mengandung lender tdak boleh diperas.

5.

Penambahan bahan-bahan lain Penambahan bahan-bahan lain dimaksudkan untuk menambah kelarutan, untuk menambah kestabilan,dan untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain.

II.5 Air Aromatik (Aqua Aromatica) Menurut FI IV,kecuali dinyatakan lain, air aromatic adalah larutan jernih dan jenuh dalam air dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatic atau bahan mudah menguap lain. Bau dan rasanya mirip dengan obat atau senyawa mudah menguap yang ditambahkan,dan bebas dari bau empirematik dan bau asing lainnya. Air aromatic dapat dibuat secara destilasi atau dibuat dari larutan senyawa aromatic,dengan atau tanpa menggunakan bahan pendispersi. Air aromatic perlu disimpan terlindung cahaya dan panas berlebih. Menurut literatu yang lain,air aromatic adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Di antara air aromatic,ada yang mempunyai daya terapi yang lemah,tetapi terutama digunakan untuk member aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet. Air aromatic harus mempunyai baud an rasa yang menyerupai bahan asal,bebas bau empirematik atau bau lainnya,tidak berwarna,dan tidak berlendir. Cara Pembuatan : 1. Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml etanol 95%. 2. 3. 4. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat. Tambahkan 500 mg talk,kocok,diamkan,saring. Encerkan 1 bagian filtrate dengan 39 bagian air. Air Aromatika yang tertera dalam FI II,ada 3,yaitu : 1. Aqua Foeniculi,adalah larutan jenuh minyak adas dalam air. Aqua Foeniculi dibuat dengan melarutkan 4g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%,tambahkan air sampai 100ml sambil

dikocok kuat-kuat,tambahkan 500mg talk,kocok,diamkan,saring. Encerkan 1 bagian filtrate dalam 39 bagian air. 2. 3. Aqua Menthae Piperitae (Air Permen) adalah larutan jenuh minyak permen dalam air. Aqua Rosae (air mawar) adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air.

II.6 Minyak Lemak Merupakan campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi (Berbobot Molekul (BM) tinggi atau berantai karbon panjang/long chain triglycerides (C16-C22)) dengan gliserin (gliserida asam lemak bersuku tinggi).Disimpan kevuali dinyatakan lain dalam wadah tertutup baik,terisi penuh,dan terlindnung dari cahaya. Syarat-syarat untuk minyak lemak,antara lain : 1. Harus jernih; lemak yang cair harus jernih,begitupun yang padat sesudah dihangatkan (diatas suhu leburnya)tidak boleh berbau tengik. 2. Kecuali dinyatakan lain,harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3,eter dan eter minyak tanah. 3. Harus memnuhi syarat-syarat minyak mineral,minyak harsa dan minyak-minyak asing lainnya,senyawa belerang dan logam berat. Penggunaan minyak lemak : 1. 2. 3. Sebagai zat tambahan. Sebagai pelarut,misalnya sebagai pelarut obat suntik,lotio dan lain-lain. Sebagai antiracun,untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak,lalu segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi jika racun yang larut dalam lemak maka dalam bentuk terlarut absorbs dipercepat. 4. Sebagai obat,misalnya : oleum ricini digunakan sebagai obat pencahar. Minyak lemak dibagi dalam 2 golongan : Minyak-minyak yang dapat mongering,misalnya: oleum lini,dan oleum ricini. Minyak-minyak yang tidak dapat mengering,misalnya: oleum arachidis,oleum

olivarium,oleum sesami. Contoh-contoh minyak Lemak: Minyak Kacang(Oleum Arachidis),Minyak Coklat (Oleum Cacao),Minyak Kelapa (Oleum Cocos),Minyak Ikan (Oleum Iecoris Aselli),Minyak Lini (Oleum Lini),Minyak Zaitun (Oleum Olivae),Minyak jarak(Oleum Ricini).

II.7 Minyak Atsiri

Minyak atsiri juga disebut sebagai minyak menguap atau minyak terbang.Olea Volatililia adalah campuran bahna-bahan berbau keras yang menguap,yang diperoleh baik secara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis. Diperoleh dari tumbuhtumbuhan contohnya daun,bunga,kulit buah,buah,atau dibuat secara sintetis. Sifat sifat minyak atsiri : 1. 2. 3. 4. 5. Mudah menguap Rasa yang tajam Wangi yang khas Tidak larut dalam air,namun larut dalam pelarut organic Minyak atsiri yang segar tidak berwarna,sedikit kuning muda. Contoh-contoh minyak atsiri : Oleum Foenniculi (minyak adas),Oleum Anisi (Minyak Adas manis),Oleum

Caryophylli(minyak cengkeh),Oleum Citri(minyak jeruk),Oleum Aurantii (minyak jeruk manis),Oleum Eucalypti(Minyak kayu putih),Oleum Rosae(Minyak Mawar).

II.8 Sirop Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mnegandung sakarosa.kadar sakarosa (C12H22O11)tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.Disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan di tempat sejuk. Dibuat dengan cara cairan untuk sirop,panaskan,tambahkan gula jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki,buang busa yang terjadi,serkai. Cara memasukkan sirop ke dalam botol : Hal ini penting untuk kestabilan sirop dalam penyimpanan. Supaya awet (tidak berjamur) sebaiknya sirop disimpan dengan cara : 1. Sirop yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering,namun perlu diperhatikn agar pada saat pendinginan tidak terjadi pencemaran hingga dapat terjadi pencemaran. 2. Mengisikan sirop panas-panas ke dalam botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya,lalu sumbat gabus di celup dalam lelehan paraffin solidum yang menyebabkan sirop terlindung dari pengotoran udara luar. 3. Sterilisasi sirop; disini harus diperhitungkan apakah pemanasan 30menit tidak dapat mengakibatkan gula invert. Penetapan kadar sakarosanya

1.

Timbang seksama 25gr sirop dalam labu terukur 100ml,tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan alumunium hidroksida P. Tambahkan larutan timbale(II) subaserat P tetes demi tetes hingga tetes terakhir hingga tidak menimbulkan kekeruhan.

2.

Tambhakan air secukupya hingga 100,0 ml saring,bunag 10ml filtrate pertama. Masukkan 45,0 ml filtrate ke dalam labu terukur 50 ml,tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida P dan 21 bagian volume air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68oC dan 70oC selama 10 menit,dinginkan dengan cepat sehingga suhu 20oC jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.

3.

Ukur rotasi optic larutan yang belum diinversi dan sesudah inverse menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 10oC dan 25oC. Hitung kadar dalam %, C12H22O11 dengan rumus :

C 1 2 t

= Kadar Sakarosa (%) = rotasi optic larutan yang belum diinversi = rotasi optic larutan yang sudah diinversi = suhu pengukuran

Contoh-contoh sediaan sirop : Ferrosi Iodidi Sirupus,Sirupus Simplex (Sirop Gula),Aurantii Sirupi (Sirop Jeruk Manis),Sirupus Thyni (Sirop timi)

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penjabaran maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam sediaan steril lainnya yakni sediaan galenika berdasarkan bentuk terbagi atas tiga bagian yakni 1. 2. Hasil penarikan : extracta,tingtura,decocta atau Infusa. Hasil penyulingan atau pemerasan : aqua aromatika,olea volatilia (minyak mudah menguap), olea pinguia (minyak lemak),dan 3. Sirop.

III.2 Saran Penjelasan pada makalah ini,dimaksudkan untuk memberikan penambahan informasi dalam pemebelajaran terkait sediaan farmasi lainnya galenik,maka di sarankan bagi pembaca agar dapat menambah atau melengkapi informasi anda lewat media pembelajaran lainnya. Diposkan oleh triiztanti di 3:33:00 PM Reaksi: Kelas Tulisan : apoteker, dunia farmasi, info apoteker, info farmasi, makalah, sediaan steril, teknologi dan formulasi obat 0 komentar:

:a: :h:

:b: :i:

:c: :j:

:d: :k:

:e: :l:

:f: :m:

:g: :n: :o: :p:

Poskan Komentar Teman-teman yang baik hati,, Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini. Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas. Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya. Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini. Jangan lupa di follow yahh... ^^ Terimakasih ^^ Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Write all your content here.

terjemahan
Translate Widget by Google

Blog Archive

2013 (68)

o o o

April (3) Maret (2) Januari (63) Jan 23 (2) Jan 22 (9) Sediaan Farmasi Lainnya Sediaan Nasal Obat Tetes Telinga Obat Tetes Mata Pelarut & Pembawa untuk Injeksi Sediaan Infus Pengujian & Evaluasi Obat Suntik Sediaan Obat Suntik Ruangan Produksi Steril Jan 21 (24) Jan 20 (2) Jan 19 (1) Jan 18 (1) Jan 13 (1) Jan 07 (4) Jan 06 (15) Jan 05 (4)

tamu Pharmacist yang ke ...


35169

Jenis Artikel
antibiotik apoteker biofarmasi contoh dunia farmasi farmakodinamika farmakognosi farmakokinetika farmakologi farmakoterapi farmasetika farmasi klinik fitofarmaka formulasi herbal terstandar info apoteker info farmasi inhalasi injeksi intradermal intramuskular intraperitoneal intratekal intrathekal-intraspinal intravena istilah-istilah jamu kamus kapsul kimia medisinal latar belakang makalah narkotika obat asli Indonesia obat bebas obat bebas terbatas obat keras oral penelitian proposal psikotropika racikan sediaan cair sediaan galenik sediaan semi solid sediaan steril simbol obat simplisia spesialis obat subkutan tablet teknologi dan formulasi obat toksikologi topikal

yuk gabung di sini ^^ Silahkan tinggalkan Pesan, Kesan, Kritik maupun Saran ^.^
<a href="http://shout.busuk.org/?pharmacist09=viewfull">View shoutbox</a>

Country

Diberdayakan oleh Blogger. Mau buat buku tamu ini ? Klik di sini [hide]

Copyright Island of Pharmacist 2009.Design By EZwpthemes . Blogger Template by Anshul .

Ekstraksi
Posted by Yakup Label: Ekstraksi Ekstraksi adalah teknik pemisahan untuk mengeluarkan satu komponen campuran dari zat padat atau cair dengan bantuan pelarut.

Ektraksi dibagi menjadi 2 : 1. Ektraksi cair-cair ( Liquid Extraction ) Ektraksi zat cair dengan pelarut zat cair. Digunakan untuk memisahkan 2 zat cair yang saling bercampur dengan menggunakan perarut yang melarutkan salah satu zat dalam campuran itu. 2. Ekstraksi padat-cair ( Solid Extraction / Leaching ) Ekstraksi zat padat dengan pelarut zat cair. Digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya dengan zat padat yang tak dapat larut. Ekstraksi zat padat adalah mengambil zat padat / cair dalam campuran zat padat. Syarat pelarut dalam ekstraksi, dapat melarutkan komponen yang diinginkan tapi tidak dapat bercampur. Bahan yang biasa diekstraksi : 1. Tanaman obat 2. Rempah-rempah 3. Zat organik 4. Biji-bijian 5. Industri obat 6. Sayur mayur Pertimbangan menggunakan Ekstraksi : 1. Tidak mungkin dilakukan dengan destilasi. 2. Bahan sensitif terhadap panas. 3. Bahan bersifat nonfolatil ( tidak menguap ). Penerapan Ektraksi di Industri : 1. Bahan Kimia Contoh : pengolahan air, pencucian asam basa 2. Bahan farmasi, untuk membuat antibiotik, vitamin, dan senyawa polar 3. Bahan makanan Contoh : Asam Laktat dan Flavour 4. Refining, untuk oli dan aromatik Alat-alat ekstraksi skala Laboratorium 1. Corong pisah, untuk ekstraksi cair-cair 2. Soklet, untuk ekstraksi padat-cair Alat ekstraksi skala industri - Ekstraksi cair-cair 1. Ekstraksi semprot 2. Menara piring pervorasi 3. Menara aduk

- Ekstraksi padat-cair 1. Ekstraktor hamparan padat stationer

Posts RSS Comments RSS

Wednesday, May 15, 2013


Home obat obat farmasi obat tradisional obat-obatan lainnya sediaan farmasi o sediaan farmasi o Link-Name-2b o Link-Name-2c o Link-Name-2d macam penyakit o macam penyakit o Link-Name-3b o Link-Name-3c Link-Name-4 PC Games-5 o List Game o Link-Name-5b o Link-Name-5c o Link-Name-5d Link-Name-6 o Link-Name-6a
o o o

Link-Name-6b Link-Name-7 Kata Hati Home Link-Name-1 Link-Name-2 Link-Name-3 Link-Name-4 Link-Name-5 Link-Name-6 Link-Name-7 Link-Name-8 Link-Name-9

it.s me
kan selalu menatap hatimu beibz.... my facebook

Pengunjung
262625

Categories

agama (20) alat kesehatan (11) anak-anak (2) baby (1) bayi (1) berita kesehatan (8) biologi (16) cerita lucu (14) diet sehat (8)

etika (1) farmakognosi (20) farmakologi (33) hidup sehat (12) hukum farmasi (10) keperawatan (40) kesehatan (41) kimia farmasi (27) makanan (3) mikrobiologi (25) obat (35) obat tradisional (32) pediatric (1) Pengetahuan (51) penyakit (58) penyedap masakan (2) psikologis (27) rempah (9) sediaan farmasi (41) seks (13) sex (12) sosial (81) umum (84) zat kimia berbahaya (20)

hihihi...

BUDAYAKAN DAN BIASAKAN KOMENT... Yah Setelah Membaca, !!!.,.,...^_^...

Browse: Home > 2011 > February > Metode Ekstraksi

Rabu, 09 Februari 2011


Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang cocok.

Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat dilakukan dengan cara : 1. Maserasi Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat khasiat yang tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator.

Kelebihan cara maserasi : Alat dan cara yang digunakan sederhana Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

Kelemahan cara maserasi : Banyak pelarut yang terpakai Waktu yang dibutuhkan cukup lama

2.Perkolasi Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.

3. Digestasi Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada suhu 30oC 40oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat pendingin tegak, sehingga penguapan dapat dicegah.

4.Infusa Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 90oC sambil sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.

5.Dekokta Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan

6. Sokletasi Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang

tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.

Cara kerja sokletasi adalah sebagai berikut : Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang diletakkan pada alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara labu destilasi dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas. Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut dalam labu didih menguap dan mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong sampel sampai mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler), pelarut beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke labu didih melalui pipa kapiler.

Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih akan menguap lagi dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai dengan pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok).

Ekstraksi dengan cara sokletasi mempunyai kelebihan antara lain yaitu : 1.Proses ekstraksi simplisia sempurna. 2.Pelarut yang digunakan sedikit. 3.Proses isolasi lebih cepat.

Kelemahan dari cara sokletasi ini, yaitu : 1.Tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang termolabil atau bahan tumbuhan yang peka terhadap suhu. 2.Memerlukan energi listrik.

DAFTAR PUSTAKA Djamal, R., Prinsip-Prinsip bekerja Dalam Bidang Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Padang, 1990. Ansel, H. C., Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi 4, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Penerbit UI press, Jakarta, 1989. Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press, Yogyakarta, 1995.

Related Posts

Awas! Alkohol Bukan untuk Luka Kunyah Lebih Lama Agar Tubuh Langsing PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS) Menopause sokletasi

Label: alat kesehatan, kimia farmasi, sediaan farmasi, umum 0 Comments: Poskan Komentar

confused.....???
bagi tmen2 yang masih kurang mengerti atau mau sharing silahkan d.coment aja langsung ya....atau kirim email ajah ke sin_chronos@yahoo.com..atau lagi..maen kefacebook aQ..thx b.4..hehehehehe..^_^.,

Sin_Chronos http://www.facebook.com/profile.php?id=1714912845 Lihat profil lengkapku

Follow by Email

hihihi

Arsip Blog

2012 (1) 2011 (80) o Desember (2) o November (2) o Oktober (6) o September (19) o Agustus (3) o Juni (10) o April (1) o Maret (24) o Februari (9) Obat Bebas Terbatas Obat bebas sokletasi Metode Ekstraksi Destilasi Batu didih rodamin B

PERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE Terong pipit/ Rimbang Januari (4)

2010 (154)

home

belajar ===>>>

bobo' ah ===>>>

dreamland... ???

my data farmasi Copyright 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha 2

JENIS-JENIS EKSTRAKSI

JENIS-JENIS EKSTRAKSI

A. PENGERTIAN EKSTRAKSI

Proses ekstraksi (Pemisahan) itu sendiri dibagi menjadi bermacam-macam menurut asal dan bahan yang akan dipisah. Secara garis besar, ada dua macam pemisahan. 1. Ekstraksi padat-cair(leaching) adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. 2. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.

Tahap-tahap ekstraksi 1. Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak. Dalam

hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya, yaitu pelarutan ekstrak. 2. 3. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi. Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau dioalh setelah dipekatkan.

Faktor- faktor yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut; 1. Ukuran partikel Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil ukurannya, semakin besar lusa permukaan antara padat dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.

2. Zat pelarut Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental. 3. temperatur Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi. 4. Pengadukan fluida Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut. Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi atau pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut). Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini : 1. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua. 2. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). 3. Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. 4. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila

beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal). 5. Reaktifitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. 6. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah). 7. Kriteria yang lain Pelarut sedapat mungkin harus - murah - tersedia dalam jumlah besar - tidak beracun - tidak dapat terbakar - tidak eksplosif bila bercampur dengan udara - tidak korosif - tidak menyebabkan terbentuknya emulsi - memilliki viskositas yang rendah - stabil secara kimia dan termis. Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas, maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton, hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol.

B. EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)

Leaching ialah ekstraksi padat-cair dengan perantara suatu zat pelarut. Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi, seperti pigmen. Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi menjadi turun. Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: 1. Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut meresap masuk. 2. Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju keluar. 3. Ketiga perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.

Perpindahan massa pada operasi leaching Laju perpindahan massa di dalam rongga-rongga partikel sukar untuk diketahui karena sulitnya menentukan bentuk dari lorong tempat perpindahan terjadi. Tetapi masih mungkin dilakukan untuk menentukan laju perpindahan secara pendekatan dari partikel zat pelarut. Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar terutama dibidang, industri bahan alami dan makanan, misalnya untuk memperoleh bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-organ binatang untuk keperluan farmasi gula dari umbi minyak dari biji-bijian kopi dari biji kopi

Alat-alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu berikut ini biasanya merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap, yang misalnya terdiri atas. Alat untuk pengolahan awal (pengecilan ukuran, pengeringan) bahan ekstraksi. ekstraktor yang sebenarnyaperlengkapan untuk memisahkan (dengan penjernihan atau penyaringan) larutan ekstrak dari rafinat (seringkali menyatu dengan ekstraktor)

peralatan untuk mengisolasi ekstrak atau meningkatkan konsentrasi larutan ekstrak dan memperoleh kembali pelarut (dengan cara penguapan).

1. Ekstraktor padat-cair tak kontinu

Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuah alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya penyumbatan, ekstraktor lain tidak mungkin digunakan. Ekstraktor yang sebenarnya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan di atas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (diatas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan. Pencampuran seringkali dapat disempurnakan atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacam ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus. Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak. Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit. dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi. Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut disitu, mengembunkan dalam sebuah kondenser dan segera mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus-menerus meningkat. dengan metode ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut. Kerugiaanya adalah pemakaian banyak energi karena pelarut harus diuapkan secara terusmenerus.

Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi. dari bak tersebut larutan ekstrak dialirkan kedalam alat penguap vakum (misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali kedalam ekstraktor dalam keadaan dingin.

2.

Ekstraktor padat-cair kontinu

Cara kerja ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang sama. Oleh karena itu dapat diperoleh output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar, ekstraktor semacam itu kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka ragam konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor).

2.1

Ekstraktor keranjang Pada ekstraktor keranjang (keranjang putar = rotary extractor), bahan ekstraksi terus-

menerus dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk jaring (sektor) dari sebuah rotor yang berputar lambat mengelilingi poros vertikal, Bagian bawah sel-sel ditutup oleh sebuah pelat ayak. Selama satu putaran, bahan padat dibasahi dari arah berlawanan oleh pelarut atau larutan ekstrak yang konsentrasinya meningkat, Pelarut atau larutan tersebut dipompa dari sel ke sel dan disiramkan ke atas bahan padat. Akhirnya bahan dikeluarkan dan keseluruhan proses ini berlangsung secara otomatik. 2.2 Ekstraktor sabuk Pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpankan secara kontinu di atas sabuk ayak yang melingkar. di sepanjang sabuk bahan dibasahi oleh pelarut atau larutan ekstrak dengan konsentrasi yang meningkat dan arah aliran berlawanan. Setelah itu bahan dikeluarkan dari ekstraktor.

C. EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemindahan suatu komponen campuran cairan dari suatu larutan ke cairan yang lain (yaitu pelarutnya). Pada suatu campuran dua cairan yang saling larut, salah satu adalah sebagai zat terlarut (solute), dan yang lain adalah sebagai zat pembawanya (diluent). Jika suatu campuran dimurnikan dengan bantuan cairan ketiga, yang disebut dengan zat pelarut (solvent) dan zat pelarutnya tidak mudah larut atau larut sebagian, maka akan terbentuk dua fase lapisan. Kejadian ini menunjukkan bahwa zat pelarut larut bagian dengan zat pembawa atau dengan kedua zat pembawa dan zat terlarutnya pada temperatur tersebut. Lapisan yang kaya-zat pelarut disebut dengan fase ekstrak, dan lapisan yang lain disebut dengan fase rafinat. Setelah kondidi kesetimbangan dicapai, pada analisis akan didapatkan bahwa fase ekstrak terdiri dari zat pelarut yang jenuh dengan acuan terhadap kedua zat terlarut dan zat pembawanya, dan fase rafinat akan terdiri atas zat Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut ( atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan massa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar- haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisahkan. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan pembentukan fasa homogen ikut menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa didalam alat semakin luas. Sama halnya seperti pada ekstraksi padat-cair, alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini eringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yang dihubungkan dibelakangnya (misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut.

Penggunaan ekstraksi cair-cair Ekstraksi, jika dibandingkan dengan distilasi, mempunyai banyak keuntungan, mengingat: 1. Distilasi membutuhkan panas yang besar, misalnya pada larutan dengan relative volatility sangat dekat. 2. Pemisahan pada proses distilasi akan mengalami kesulitan untuk komponen-komponen azeotrop. 3. Komponen-komponen di dalam larutan dapat rusak dalam proses pemanasan. 4. Jika komponen yamg akan dipisahkan mempunyai perbedaan sifat fisika yang kecil Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ektraksi dpakai jika proses distilasi dianggap kurang praktis atau terlalu mahal biaya operasionalnya, atau jika distilasi tidak mampu untuk memisahkannya. Ekstraksi akan lebih praktis dibanding distilasi jika relative volatility (kemampuan mudah berubahnya cairan ke bentuk gas) kedua komponen sangat dekat yaitu antara 1,0 dan 1,2, selain itu, ekstraksi cair-cair mungkin lebih ekonomis daripada distilasi atau steam stripping pada pengolahan limbah cair, jika relative volatility dari larutan terhadap air kurang dari 4. Pada kasus lain, komponen-komponen yang akan dipisahkan mungkin sangat sensitif terhadap panas, seperti antibiotik, atau relative non-volatile, seperti garam-garam mineral, dan ekstraksi cair-cair akan memberikan biaya operasional yang minim untuk pemisahan. Bagaimanapun juga penggunaan distilasi harus dievaluasi secara lebih teliti sebelum memastikan untuk menggunakan ekstraksi cair-cair. Gambar dibawah menunjukkan perbedaan antara proses distilasi dan proses ekstraksi. Proses ektraksi biasanya menyangkut: a)ekstraksi cair-cair, b) mendapatkan pelarut kembali,c) raffinate desollventizing (penghilangan/pengambilan pelarut pada rafinat) Sebuah contoh proses ekstraksi cair-cair dengan biaya yang ekonomis adalah mendapatkan asam asetat dari air dengan menggunakan etil eter atau etil asetat. Pelarut didapatkan kembali dengan distilasi dan rafinat dimurnikan dari pelarutnya dengan distilasi uap. Dalam beberapa hal pelarut yang dipakai mempunyai titi didih yang lebih tinggi daripada larutan.

1. Ekstraktor cair-cair tak kontinu o Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi yang cair dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar dibagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat).

o Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pemisahan adalah tangki yang bagian bawahya runcing ( yang dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya). Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk mengolah bahan dalam jumlah kecil, atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi. Untuk pemisahan yang dapat dipercaya antara fasa berat dari fasa ringan, sedikit-dikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar dibagian bawah tangki ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantaraan alat ukur konduktivitas). Secara optik (dengan bantuan detecktor cahaya batas) atau secara mekanik (dengan pelampung atau benda apung). peralatan ini mudah digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm, yang akan menghentikan aliran keluar dan atau memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu. Agar fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk ke dalam saluran pembuangan air, pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga) di belakang ekstraktor.

Ekstraktor cair-cair kontinu Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana, karena

tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang-kali dicampur dengan pelarut atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisahkan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarut terus-menerus diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu. Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi, di samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah (mixer-settler). Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terus-menerus.

2.1

kolom ekstraksi Serupa seperti yang telah dikenal pada kolom rektifikasi atau sorpsi, dalam sebuah

kolom ekstraksi vertikal bahan ekstraksi cair dan pelarut saling dikontakkan dengan arah aliran yang berlawanan. Dengan bantuan pompa, cairan yang lebih ringan dimasukkan dari bagian bawah, dan cairan yang lebih berat dari bagian atas kolom secara terus-menerus.

Didalam kolom berulangkali terjadi proses yang sama, yaitu pencampuran yang intensif antara kedua cairan agar terjadi perpindahan massa. Peristiwa itu sedapat mungkin diikuti dengan pemisahan yang sempurna dari kedua fasa. Namun didalam kolom, proses ini dan tahap ekstraksi seringkali tidak lagi dapat dibedakan. Bidang batas antara fasa berat dan fasa ringan terdapat pada ujung atas atau ujung bawah kolom (diketahui melalui percobaan). kedudukannya dipertahankan konstan oleh sebuah pengatur tinggi permukaan, yang mengendalikan pembuangan fasa berat.

2.1.1 Kolom semprot (spray column) Pada kolom semprot, fasa ringan hanya didistribusikan satu kali oleh suatu perlengkapan pendistribusi (alat penyemprot) yang berada di ujung bawah kolom. Tetes-tetes yang terbentuk bergelembung menerobos fasa berat dan berkumpul menjadi satu pada ujung atas kolom.

2.1.2 Kolom pelat ayak (reciprocating plate column) Dalam kolom pelat ayak, fasa ringan yang berkumpul dibawah setiap pelat ayak didorong ke atas oleh fasa berat melalui lubang-lubang pelat dan pada saat yang sama terpecah menjadi tetes-tets. Fasa berat akan mengalir melalui pipa penyaur ke pelat dibawahnya.

2.1.3 Kolom benda pengisi (packed column) Konstruksi kolom benda pengisi sama dengan kolom-kolom untuk rektifikasi. Untuk menghasilkan perpindahan massa yang baik, salah satu dari kedua fasa harus dapat membasahi benda pengisi dengan baik.

2.1.4 Kolom denyut (pulsating column) Kolom denyut adalah kolom pelat ayak dan kolom benda pengisi, yang seluruh cairannya dibuat berosilasi terus-menerus dengan bantuan pompa torak atau pompa membran. pompa ini dihubungkan melalui dinding dibagian bawah kolom. Sebagai efek denyut, fasa rinagan terdesak melalui lubang-lubang pelat ayak pada saat torak bergerak maju sehingga fasa ini terdistribusi dengan baik. Pada saat torak bergerak mundur, fasa berat

dihisap ke bawah melalui lubang-lubang tersebut. Oleh karena itu, dibandingkan dengan kolom pelat ayak sederhana, kolom denyut memungkinkan perpindahan masaa yang lebih baik. Cara kerja yang serupa juga dimiliki oleh kolom getar. Dalam kolom ini bukan cairan yang digerak-gerakan, melainkan pelat ayak yang digantungkan pada sebuah batang yang berosilasi.

2.1.5 Kolom rotasi (rotary column) Pada kolom rotasi (kolom cakram putar) di sepanjang kolom terdapat perkakas pengaduk yang mirip cakram. Cakram ini terpasang pada sebuah poros vertikal didalam kolom. kedua cairan yang mengalir dalam arah berlawanan secara silih berganti masuk ke ruang-ruang pencampur (disini kedua cairan tersebut saling dicampurkan oleh cakramcakram yang berputar) dan ruang-ruang pemisahan (disini cairan-cairan dipisahkan kembali). Daerah pencampuran dan daerah pemisahan dalam arah vertikal dibatasi oleh lempenglempeng pemisah atau cakram-cakram pembendung. Pemisahan fasa yang lebih baik yang berarti pencampuran balik yang lebih kecil, dapat dicapai dengan pemasangan lempeng-lempeng pembelok (baffle) dan paking-paing anyaman kawat didalamnya (untuk aglomerasi tetesan), yaitu di antara daerah pencampur yang terletak disebelah dalam dan daerah pemisahan yang berada disebelah luar.

2.2

Perangkat Pencampur-Pemisah Dengan bantuan pompa, bahan ekstraksi cair dan pelarut dialirkan dengan arah

berlawanan ke dalam ekstraktor yang terdiri atas tangki-tangki pengaduk dan pemisah yang dihubungkan secara seri. Perangkat ini kebanyakan hanya sesuai untuk bahan ekstraksi yang tidak cendrung membentuk emulsi dan mempunyai kerapatan yang sangat berbeda dari pelarutnya.

2.3 Ekstraktor sentrifugal Ekstraktor sentrifugal ini memanfaatkan gaya sentrifugal untuk pemisahan fasa. hal ini akan menguntungkan bila pelarut, walaupun memiliki selektivitas yang tinggi, hanya mempunyai perbedaan kerapatan yang sangat kecil dengan bahan ekstraksi.

ekstraksi cair-cair.. ayo gabung di blogku,, banyak ilmu dan hal menarik..
BAB I PENDAHULUAN

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. .(anonim, 2011). Ekstraksi cair-cair adalah pemisahan komponen dari suatu

campuran cair dengan cara pengontakkan dengan cairan lain. (anonim, 2011). Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya. .(anonim, 2011). Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan efisiensi terbatas, maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase. Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH, kompleksasi, pasangan ion, dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali analit dan atau menghilangkan pengganggu.(anonim, 2011). Adapun maksud percobaannya yaitu untuk mengetahuiu dan memahami pemisahan campuran efedrin-phenobrbital secara ekstraksi cair-cair. Tujuan percobaannya yaitu Untuk mengetahui dan menentukan koefisien partisi (Kp) fefdrin dan phenobarbital serta % kadar efedrin yang larut dalam eter secara ekstraksi cair-cair.

Sedangkan prinsip percobaannya yaitu Berdasarkan nilai koefisien partisi (Kp) dan perbandingan campuran dari fase air dan fase eter yang ditambahkan dengan indikator PP dan dititrasi dengan HCl 0,1 N serta diamati perubahan warna yang terjadi.

laboratorium fakultas universitas indonesia

kimia

farmasi farmasi timur makassar

LAPORAN LENGKAP EKSTRAKSI CAIR-CAIR D I S U S U

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum Pada ekstraksi cair cair, komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Pelarut digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam logam. Prose ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan hasil ekstraksi padat dan cair. (anonim, 2011). Ekstraksi cair-cair terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan, (misalnya karena pembentukan aseotrof atau karena kepekaan terhadap panas) atau tidak ekonomis seperti ekstraksi padat cair, ekstrasi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif, bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sempuran mungkin. (anonim, 2011). Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut kedua itu. Perpisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analitik yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi sampel seperti sampel antara dua pelarut yang tidask saling bercampur. Salah satu fasenya berupa air dan fase lainya adalah pelarut organik. Selain itu,ekstraksi pelarut juga digunakan untuk meningkatkan analitik yang ada dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau kuanntifikasinya. Secara umum terdapat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi : 1. Senyawa kimia yang diketahui identifikasinya untuk diekstraksi dari organisme. 2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu misalnya alkaloid, meskipun struktur kimia sebenarnya dari senyawa ini bahkan keberadaanya belum diiketahui. 3. Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional dan biasanya dibuat dengan cara, tradisional Chinese medicine seringkali membutuhkan herba yang didihkan dalam air dan dekuk dalam air diberikan untuk sebagai obat. 4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.(anonim, 2011).

Suatu campuran ephedrine (sebagai garam hidroklorida atau sulfat) dan asam barbiturate merupakan kombinasi obat yang umum digunakan. Ekstrak eter masing-masing dapat ditentukan kadarnya menggunakan cara penetapan yang paling mudah dan sesuai untuk masing-masing zat yang telah dipisahkan. Disini perlu ditetapkan terlebih dahulu koefisien partisi masing-masing zat untuk menentukan jumlah penyari. (tim dosen, 2011).

B. URAIAN BAHAN 1. Eter (FI Edisi III : 66) Nama Resmi Nama Lain RM BM Pemerian : AETHER ANASTHETICUS : Eter anastesi, efoksierana : C4H10O : 74,12 : Cairan transparan,tidak berwarna, bau khas, rasa Manis atau membakar,sangat mudah terbakar. : Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur dengan etanol (95%) P dengan kloroform P, minyak lemak, dan minyak atsiri. Penyimpanan K/P : Dalam wadah tertutup rapat. : Anastesi umum.

elarutan

2. Aquadest (FI Edisi III hal : 96) Nama Resmi Nama Lain RM : AQUA DESTILLATA : Air suling : H2O

BM Pemerian

: 18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.

Kelarutan

: Larut dalam etanol gliser

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat K/P : Zat tambahan, pelarut

3. Asam Klorida (FI Edisi III hal : 53) Nama Resmi Nama Lain RM BM Pemerian : ACIDUM HYDROCHLORIDUM : Asam klorida : HCl : 36,46 : Cairan jernih, tidak berwarna, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian air, berasap dan bau hilang. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat K/P : Zat tambahan

4. Efedrin HCl (FI Edisi III hal : 236) Nama Resmi : EPHEDRIN HYDROCHLORIDUM Nama Lain RM BM Pemerian : Efedrin HCl, Efedrina hidroksida : C10H15No, HCl : 201,70 : hablur putih, tidak berbau, rasa pahit 14 bagian Etanol (95%) P praktis tidak larut dalam eter P. Kelarutan : larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih Kurang dari 14 bagian Etanol (95%) P praktis tidak

Larut dalam eter P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. K/P : Simpatometikum

5. Indikator PP (FI Edisi III hal : 675) Nama Resmi : FENOLFTALEIN Nama Lain RM BM Pemerian : Fenolftalein, Indikator PP : C20H14O4 : 318,33 : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah, tidak bberbau, stabil di udara. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol

Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat K/P : Zat tambahan,indicator

6. Natrium hidroksida (FI Edisi III hal : 412) Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM Nama Lain RM BM Pemerian : Natrium hidroksida : NaOH : 40,00 : Bentuk batang, butiran massa hablur kering,keping, keras, rapuh, dan menunjukan susunan hablur putih. 7. Natrium Klorida (FI Edisi III hal : )

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM Nama Lain RM : Natrium klorida : NaCl

BM Pemerian

: 58,44 : hablur heksahedral tidakk berwarna, serbuk putih Tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan

: Larut dalam 28 bagian air dan dalam 2,7 bagian air Mendidih dan lebih kurang 10 bagian gliserol P, Sukar larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat K/P :Sumber ion klorida dan ion natrium.

8. Phenobarbital (FI Edisi III hal : 481) Nama Resmi : PHENOBARBITALUM Nama Lain RM BM Pemerian : Phenobarbital : C12H12N2O3 : 232,24 : hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa Agak pahit. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida, dan dalam larutan alkali karbonat. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. K/P : Hipnotikum,sedativum.

9. Etanol (FI Edisi III hal : 63) Nama resmi : AETHANOLUM Nama Lain RM BM : Etanol : C2H6O : 46,07

Pemerian Kelarutan

: Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas. : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. K/P : Zat tambahan

BAB III METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan a. Batang pengaduk b. Buret 50 ml c. Corong pisah d. Corong gelas e. Erlenmeyer f. Gelas kimia g. Gelas ukur h. Sendok tanduk i. Pipet tetes j. Statif dan klem k. Timbangan analitik

2. Bahan yang digunakan a. Aquadest b. Asam klorida c. Eter

d. Ephedrine HCl e. Phenobarbitalum f. Indicator pp

g. Kertas perkamen h. Natrium hidroklorida (NaOH) 0,1 N i. Natrium klorida

B. CARA KERJA 1. Pembuatan fase air a. Diukur 100 ml aquadest ditambahkan 50 ml NaOH 0,1 N 20g, dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan 150 ml eter, dikocok hingga homogeny sampai terbentuk 2 fase, yaitu fase air ddan fase eter. b. Dipisahakan antara fase air dan fase eter, fase air diambil sedangkan fase air di buang.

2. Penentuan fase eter dalam menarik ephedrine a. Ditimbang ephedrin sebanyak 200 mg, dimasukkan kedalam Erlenmeyer b. Diambil fase air pada fase I sebanyak 50 ml, di masukkan kedalam Erlenmeyer dan dikocok, kemudian dimasukkan dalam corong pisah. c. Diukur 50 ml eter dimasukkan kedalam corong pisah dan dikocok perlahan sambil dikentutkan. Didiamkan hingga fase air dan fase eter terpisah. d. Fase air diambil dan diuapkan hingga kering, sedangkan fase air dibuang. Fase eter yang telah dikeringkan ditambahkan 15ml aquadest dan indicator PP lalu dititrasi dengan HCl dan diamati perubahan warna. e. Dicatat volume titrasi dan dihitung nilai kp dan % kadar.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

1. Tabel pengamatan

Berat ephedrine HCL

Volume titrasi

Perubahan warna

200 mg

7,9 ml

Pink-bening

2. Perhitungan Dik: N. NaCl BE HCl V. titrasi Co : 0,1 N : 36,5 : 7,9 : 200 mg

Penyelesaian: C2 : N. Vt. BE : 0,1. 7,9. 36,5 : 28,83 mg C1 : C0-C2 : 200-28,83 : 171,17 Kp : : : 0.168 %K : 0,168x100% : 16,8%

3. Reaksi-reaksi NaOH + HCl NaCl + H2O

HCl + NaCl + H2O

NaOH + Cl + H

BAB V PEMBAHASAN

Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi dengan sampel antara 2 pelarut yang tidak saling bercampur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase lain berupa pelarut organic. Dalam percobaan ini digunakan sampel ephedrine HCl, percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemampuuan eter menarik ephedrin HCl dalam fase air. Dengan melakukan pemisahan fase air dan fase eter dalam corong pisah, maka fase air akan berada dibawah dan fase eter dibagian atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis antara air dan eter. Berat jenis air lebih besar yaitu 0,198-1 g/ml. sedangkan berat jenis eter 0,713-0,716 g/ml.

Dari percobaan dapat diketahui nilai koefisien partisi pada ephedrin HCl yang dilakukan melalui pencampuran ephedrin HCl kedalam fase air dan eter, ephedrin yang digunakan sebanyayk 200 mg. yang kemudian diendapkan sampai terjadi pemisahan yang sempurnah. Endapan yang diperoleh dari hasil pengusapan, residunya ditambahn indicator PP dan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 sebelumny ditambahkan 15 ml fase air. Dikocok hingga homogen hingga terjadi pemisahan lalu diuap. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari pink ke bening. Adapaun volume titrasi yang diperoleh adalah 7,9 ml, sehingga diperoleh koefisien partisi ephedrin HCl yaitu 0,168 dan % kadar yaitu 1,68%. Adapun factor-faktor yang mungkin terjadi pada saat praktikum antara lain: 1. Alat dan bahan yang digunakan telah terkontaminasi dengan zat lain 2. Bahan yang akan atau yang harus digunakan tidak sesuai dengan bahan yang digunakan pada saat praktikum 3. Kesalahan pada saat penimbangan dan pengukuran bahan 4. Ketidaktelitian pada saat melihat volume titrasi Fungsi penambahan sampel dalam ekstraksi cair-cair yaitu: 1. Naoh memberi suasana basa 2. Eter untuk mempermudah kelarutan dalam larutan 3. Indicator PP sebagai zat tambah

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Koefisien partisi ephedrin HCl yang diperoleh dari berat ephedrine 200 mg dengan volume titrasi 22 ml dan 0,168 2. % kadar ephedrine HCl adalah 1.68 3. Eter sukar menarik ephedrin HCl dari air karena Ephedrin HCl praktis tidak larut dalam air. 4. Berat jenis air lebih besar yaitu 0,198-1 g/ml. sedangkan eter 0,713-0,716 g/ml.

B. Saran Kami sebagai praktikan mengahrapkan agar alat dan bahan dalam laboratorium lebih diperlengkap dan juga dibersihkan demi kelancaran praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Depkes RI: Jakarta

Anonim, 2011, ekstraksi cair cair, (http://medicafarma.blogspot.com/2008/ 11/ekstraksi.html), diakses 2 januari 2012. Anonim, 2011, ekstraksi cair cair (http://lansida.blogsppot.com/2010/08/ ekstraksi-cair-cair.html), diakses 2 januari 2012. Anonim, 2011, ekstraksi cair-cair (http://www.chem-is-try-org/materikimia/kimia-industri/teknologi- proses/ekstraksi.cair), diakses 2 januari 2012. Tim dosen, 2011,penuntun praktikum analisis instrument Farmasi : Universitas Indonesia Timur.

Ekstraksi Lengkap dg Jenisnya


EKSTRAKSI CAIR-CAIR 1. Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Contoh ekstraksi : pelarutan komponenkomponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik, dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet. Metode sokshlet merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair secara kontinu. Alatnya dinamakan sokshlet (ekstraktor sokshlet) yang digunakan untuk ekstraksi kontinu dari sejumlah kecil bahan Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi: 1. Bahan ekstraksi: Campuran bahan yang akan diekstraksi 2. Pelarut (media ekstraksi): Cairan yang digunakan untuk melangsungkan ekstraksi 3. Ekstrak: Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi 4. Larutan ekstrak: Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak 5. Rafinat (residu ekstraksi): Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya 6. Ekstraktor: Alat ekstraksi 7. Ekstraksi padat-cair: Ekstraksi dari bahan yang padat 8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction): Ekstraksi dari bahan ekstraksi yang cair Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak dalam pelarut. Ekstraksi akan lebih menguntungkan jika dilaksanakan dalam jumlah tahap yang banyak. Setiap tahap menggunakan pelarut yang sedikit. Kerugiannya adalah konsentrasi larutan ekstrak makin lama makin rendah, dan jumlah total pelarut yang dibutuhkan menjadi besar, sehingga untuk mendapatkan pelarut kembali biayanya menjadi mahal. Semakin kecil partikel dari bahan ekstraksi, semakin pendek jalan yang harus ditempuh pada perpindahan massa dengan cara difusi, sehingga semakin rendah tahanannya. Pada ekstraksi bahan padat, tahanan semakin besar jika kapiler-kapiler bahan padat semakin halus dan jika ekstrak semakin terbungkus di dalam sel (misalnya pada bahan-bahan alami). Ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Ekstraksi padat-cair Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi akan terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan di luar bahan padat.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, yaitu: a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin. b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan ekstraksi. c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi. 2) Ekstraksi cair-cair Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ekstraksi cair-cair. 2. Ektraksi Cair Cair Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan konsentrasi pada keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutanyang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapatditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang. Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut. Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven. (a) (b) Gambar 1. (a)Proses ekstraksi cair-cair dan (b) aplikasi ekstraksi cair-cair. Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan saluran keluar di bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat). Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pernisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya). Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk mengolah bahan dalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi. Untuk Pemisahan Yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-sedikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah tangki ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantara alat ukur konduktivitas),secara optik (dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau secara mckanik (dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudah digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm, yang akan menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu.Agar fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut

organik) tidak masuk ke dalam saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga) dibelakang ekstraktor. Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses ini pun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti halnya pada proses ekstraksi padat-cair, ekstraksi caircair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanyadalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti p erformansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluasmungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjaditetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk). Tentu saja pendistribusian initidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagiatau sukar sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain. Kecepatan pembentukan fasa homogen yang diikuti dengan menentukan output sebuah ekstraktor cair-cair. Kuantitas pemisahan persatuan waktu dalam hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat semakin luas. Sama haInya seperti pada ekstraksi padat-cair,alat ekstraksi tak kontinu dan kontinu yang akan dibahas berikut ini seringkali merupakan bagian dari suatu instalasi lengkap. Instalasi tersebut biasanya terdiri atas ekstraktor yang sebenarnya (dengan zone-zone pencampuran dan pemisahan) dan sebuah peralatan yangdihubungkan di belakangnya (misalnya alat penguap, kolom rektifikasi) untuk mengisolasi ekstrak atau memekatkan larutan ekstrak dan mengambil kembali pelarut. Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain: (1) Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi meskipun padakondisi vakum (2) Titik didih komponen-komponen dalam campuran berdekatan (3) Kemudahan menguap (volatility) komponen-komponen hampir sama. Untuk mencapai proses ekstraksi cair-cair yang baik, pelarut yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Martunus & Helwani, 2004;2005): 1. kemampuan tinggi melarutkan komponen zat terlarut di dalam campuran. 2. kemampuan tinggi untuk diambil kembali. 3. perbedaan berat jenis antara ekstrk dan rafinat lebih besar. 4. pelarut dan larutan yang akan diekstraksi harus tidak mudah campur. 5. tidak mudah bereaksi dengan zat yang akan diekstraksi. 6. tidak merusak alat secara korosi. 7. tidak mudah terbakar, tidak beracun dan harganya relatif murah. Berdasarkan sifat diluen dan solven, sistem ekstraksi dibagi menjadi 2 sistem :

a. immiscible extraction, solven (S) dan diluen (D) tidak saling larut. b. partially miscible, solven (S) sedikit larut dalam diluen (D) dan sebaliknya , meskipun demikian, campuran ini heterogen, jika dipisahkan akan terdapat fase diluen dan fase solven. Skema sistem itu : Gambar 2. Skema sistem ekstraksi. Suatu unit ekstraksi, selalu diikuti unit pemungutan solven agar dapat digunakan kembali ( solvent recovery unit), seperti gambar di bawah ini: Gambar 3. Skema unit ekstraksi yang diikuti unit pemungutan solven. Ditinjau dari cara kontak kedua fase, maka ekstraktor dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Kontak kontinyu ( continuous contactor) seperti Rotary Disc Contactor, Packed bed extractor, spray tower. 2. Kontak bertingkat ( stage wise contactor) seperti menara plat/tray, mixer-settler. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4. (a)(b) Spray tower, (c)(d) Baffle-plate coloumn, dan (e) Sieve tray extractor. Menara kontak kontinyu sering disebut menara transfer massa, sedangkan menara platsering disebut menara stage keseimbangan. Oleh karena itu, pada menara kontak kontinyuharus diperhatikan kecepatan perpindahan massa solut dari fase pembawa ke fase pelarut. Tujuan perancangan alat ekstraksi dengan kontak bertingkat adalah menentukan jumlah stage seimbang/ideal/teoritis yang dibutuhkan.Jumlah stage sesungguhnya merupakan rasio stage ideal dengan efisiensi alatnya. Di dalam menganalisis alat ekstraksi, seseorang harus mengetahui dan menentukan : 1. kondisi bahan yang akan dipisahkan (umpan), yaitu kecepatan arus fluida umpan, komposisi. 2. banyak solut yang harus dipisahkan, 3. jenis solven yang akan digunakan, 4. suhu dan tekanan alat, 5. kecepatan arus solven minimum dan kecepatan arus solven operasi, 6. Diameter menara, 7. Jenis alat kontak, 8. Jumlah stage ideal, aktual, dan tinggi menara, 9. Pengaruh panas. Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah: (1) Selektifitas (factor pemisahan = ) = fraksi massa solut dalam ekstrak/fraksimassa diluant dalam ekstrak fraksi massa solut dalam rafinat/fraksimassa diluent dalam rafinat Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga harus lebih besar dari satu. Jika nilai =1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan. (2) Koefisien distribusi K = konsentrasi solut dalam fasa ekstrak, Y konsentrasi solut dalam fasa rafinat, X Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent yangdibutuhkan lebih sedikit. (3) Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan) Pemisahan solute dari solvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehingga diharapkan harga relative volatility dari campuran tersebut cukup tinggi. (4) Densitas Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar agar mudah

terpisah. Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan massa. (5) Tegangan antar muka (interfasia tension) Tegangan antar muka besar menyebabkan penggabungan (coalescence) lebih mudahnamun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih dipentingkansehingga dipilih pelarut yang memiliki tegangan antar muka yang besar. (6) Chemical reactivity Pelarut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponen dalamsystem dan material (bahan konstruksi). (7) Viskositas tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan dan penyimpanan. (8) Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Koefisien distribusi Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk system tri kloro etilenasamasetatair, dan menunjukkan ketergantungannya terhadap konsentrasi. Pada campuran ketigazat ini dianggap bahwa fasa berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah, koefisiendistribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga Y = K.X Y = konsentrasi solute dalam fasa ekstrak X = konsentrasi solute dalam fasa rafinat K = koefisien distribusi Neraca massa dan koefisian perpindahan massa Pada percobaan ini mendemonstrasikan bagaimana kelakuan neraca massa padakolom ekstraksi dan mengukur koefisien perpindahan massa dan variasinya terhadap laju alir dengan fasa air sebagai media kontinu. Symbol dan rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan ditunjukkan sebagai berikut. Untuk system tri kloro etilen-air-asam asetat, Vw = Laju alir air (L/s) Vo = Laju alir TCE (L/s) X = konsentrasi asam asetat dalam fasa organic (kg/L) Y = konsentrasi asam asetat dalam fasa air (kg/L) Indeks 1: pada puncak kolom Indeks 2: pada dasar kolom 1.Neraca Massa Asam asetat yang terekstraksi dari fasa organic (rafinat) = Vo(X1-X2) Asam asetat yang terekstraksi dari fasa air (ekstrak) = Vw(Y1-0) Maka: Vo(X1-X2) = Vw(Y1-0) 2.Efisiensi Ekstraksi Koef mass transfer = laju perpindahan massa/(volume packing X gaya dorong rata-rata) Log rata-rata gaya dorong = (X1 X2)/ ln (X1/X2) X1: gaya dorong pada puncak kolom = X2 0 X2: gaya dorong pada dasar kolom = X1 X1* X1*: konsentrasi asam di dalam fasa organic yang berkesetimbangan dengan konsentrasi Y1 di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini didapatkan dari kurva koefisien distribusi Ada tiga faktor penting yang berpengaruh dalam peningkatan karakteristik hasil dalam ekstraksi cair-cair yaitu (Martunus dkk., 2006; Martunus & Helwani, 2004; 2005; 2006): 1. Perbandingan pelarut-umpan (S/F). Kenaikan jumlah pelarut (S/F) yang digunakan akan meningkatan hasil ekstraksi

tetapi harus ditentukan titik (S/F) yang minimum agar proses ekstraksi menjadi lebih ekonomis. 2. Waktu ekstraksi. Ekstraksi yang efisien adalah maksimumnya pengambilan solut dengan waktu ekstraksi yang lebih cepat. 3. Kecepatan pengadukan. Untuk ekstraksi yang efisien maka pengadukan yang baik adalah yang memberikan hasil ekstraksi maksimum dengan kecepatan pengadukan minimum, sehingga konsumsi energy menjadi minimum. Ekstraktor cair-cair kontinu Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali dicampur dengan pelarut atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisalikan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu.Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi,di samping itu juga digunakan perangkat pencampur-pemisah (mixer settler). Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terus menerus. Senyawa organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam pelarut organik (koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa dengan koefisien campuran rendah antara pelarut organik dan air biasanya memerlukan pelarut organik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan pelarut yang besar ini bisa diatasi dengan ekstraksi kontinyu dimana hanya relative kecil volume pelarut yang dibutuhkan (vogel, 1989 : 156). Teknik ekstraksi cair-cair kontinyu, pelarutnya dapat didaur ulang menjadi campuran yang mengandung air sehingga penyusunnya dapat diekstraksi dengan pelarut lain. (Ralph J. Fessenden, 1993 : 84). Gambar 5. Alat ekstraksi cair-cair kontinyu Gambar 5. menunjukkan alat ekstraksi kontinyu menggunakan pelarut yang lebih encer dari air (ekstraktor yang lain dapat dirancang untuk pelarut yang lebih kental dari air). Larutan yang diekstraksi ditem-patkan pada tabung panjang. Pelarut ditempatkan di labu destilasi, seperti ditunjukkan pada gambar. Ketika pelarut didestilasi, uap hasil kondensasi masuk pada pipa sempit yang ada dalam dasar tabung besar.Ketika pipa sempit itu diisi pelarut, gelembung-gelembung kecil pelarut naik melalui pipa dan keluar sebagai uap air. Ekstraksi senyawa organik di atas dengan air akan keluar kembali pada botol penyulingan, dimana lebih banyak lagi pelarut yang didestilasi. Ekstraksi cair-cair kontinyu ini membutuhkan waktu beberapa jam atau beberapa hari tetapi operator bebas beraktivitas dimana ekstraksi bekerja sendiri. Ketika ekstraksi sudah lengkap, ekstraks organik kering dan komponen organik bebas dari pelarut Semoga Bisa membantu :) Please Follow me in Twitter @Phie_Ly :D and Add my Fb Affni Tya A Vhilya Dont Forget give you coment now ! Thanks :) Diposkan oleh Phie_Ly di 08.23 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Selasa, 14 Agustus 2012

Masih Ekstraksi METODE EKSTRAKSI DAN EVAPORASI DALAM RECOVERY PRODUK http://vhieonendz.blogspot.com/MetodeEkstraksidanContohnya

BAB I PRNDAHULUAN
1.1 Latar belakang Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk baubauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 Apakah pengertian ekstraksi dan syarat bahan yang akan diekstrak serta pelarutnya? Bagaimana prinsip-prinsip ekstraksi? Apakah jenis-jenis ekstraksi dan bagaimana prosesnya? Apakah pengertian dan prinsip kerja evaporasi? Bagaimana pelaksanaan proses evaporasi?

1.3 Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengertian dan jenisjenis sterilisasi, contoh sterilisasi secara kimia, mekanik dan fisika, serta memahami prinsip kerja autoklaf.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekstraksi dan syarat bahan yang akan diekstrak serta pelarutnya Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifatsifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling.

Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan pelarut : a) Selektivitas Pelarat hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponenkomponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahanbahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua. b) Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). c) Kemampuan tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. d) Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal). e) Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. f) Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).

2.2 Prinsip Ekstraksi - Prinsip Maserasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. - Prinsip Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien. - Prinsip Soxhletasi Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang

jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. - Prinsip Refluks Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator. - Prinsip Destilasi Uap Air Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri. - Prinsip Rotavapor Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

2.3 Jenis-jenis ekstraksi dan prosesnya a). Ekstraksi padat-cair - Ekstraksi padat-cair tak kontinu Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan (dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini tidak begitu ekonomis,digunakan misalnya di tempat yang tidak tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk serbuk sangat halus,sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor lain tidak mungkin digunakan. Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaikturunkan, pencampuran seringkali dapat disempurnakan,atau rafinat dapat dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus. Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran pelarut.Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi. Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut di situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut.

Ekstraksi padat-cair kontinyu Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan karena itu dapat diperoleh output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar,ekstraktor semacam itu kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt extractor). b) Ekstraksi cair-cair Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi padat cair. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padatcair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak. saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk).

Ekstraktor cair-cair tak kontinu Dalam hal yang paling sederhana, bahan ekstraksi. Yang cair dicampur berulangkali dengan pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk (sebaiknya dengan

saluran keluar di bagian bawah). Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat). Yang konstruksinya lebih menguntungkan bagi proses pencampuran dan pemisahan adalah tangki yang bagian bawalmya runcing (yang dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip yang tersebar pada seluruh ketinggiannya). Alat tak kontinu yang sederhana seperti itu digunakan misalnya untuk mengolah bahan dalam jurnlah kecil,atau bila hanya sekali-sekali dilakukan ekstraksi. Untuk Pemisahan Yang dapat dipercaya antara fasa berat dan fasa ringan, sedikitsedikitnya diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di bagian bawah tangki ekstraksi. Selain itu penurunan lapisan antar fasa seringkali dikontrol secara elektronik (dengan perantara alat ukur konduktivitas),secara optik (dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau secara mckanik (dengan pelampung atau benda apung). Peralatan ini mudah digabungkan dengan komponen pemblokir dan perlengkapan alarm, yang akan menghentikan aliran keluar dan/atau memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebut melampaui kedudukan tertentu.Agar fasa ringan (yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak masuk ke dalam saluran pembuangan air,pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan dengan memasang bak penampung (bak penyangga) dibelakang ekstraktor. Ekstraktor cair-cair kontinu Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana, karena tidak saja pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa. Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali dicampur dengan pelarut atau larutan ekstrak dalam arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisalikan dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat, sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan secara kontinu.Ekstraktor yang paling sering digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi,di samping itu juga digunakan perangkat pencampurpemisah (mixer settler). Alat-alat ini terutama digunakan bila bahan ekstraksi yang harus dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses sebelumnya secara terus menerus. 2.4 Pengertian dan prinsip kerja evaporasi

Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air yang bertujuan utuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan makanan cair. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa menyebabkan kehilangan zat-zat yang mengandung gizi. Pengurangan volume produk, akan mengakibatkan turunnya biaya pengangkutan. Disamping itu, juga akan meningkatkan efisiensi penyimpanan dan dapat membantu pengawetan, atas dasar berkurangnya jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh microorganisma untuk kehidupannya. Salah satu contoh untuk pengawetan adalah susu kental manis. Prinsip Kerja Evaporasi ( Penguapan ) : Prinsip kerja peralatan evaporator vakum ini berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya titik didih cairan. Pada Anhydro laboratory Vacum Evaporator, keadaan vakum tersebut terutama dihasilkan dari pompa air yang memindahkan uap terkondensasi dan mendinginkan air dari kondensor. Kevakuman yang sebenarnya dalam evaporator ditentukan oleh efisiensi pompa, yang mana hal itu tergantung pada derajat kondensi uap dalam kondensor. Pada kondensi itu sendiri mengambil tempat (berlangsung) sesuai dengan banyaknya semprotan air yang didinginkan ke bagian puncak dari kondensornya. Inilah apa yang dimaksud dengan : kita bisa mengatur suhu didih yang sebenarnya pada alat tersebut.Panas yang dibutuhkan untuk penguapan cairan adalah berasal dari steam yang sudah jenuh. Steam tersebut mengalami pengembunan (dikondensikan) pada tabung, dan bersamaan dengan itu memberikan panasnya untuk penguapan. Steam yang telah diambil panasnya itu disebut juga kondensat, kemudian dipindahkan dari dasar calandria dan ditarik melalui kondensor menuju pompa. Calandria adalah tabung dimana terjadi pergerakan bahan pangan. Bahan cair yang akan ditingkatkan konsentrasinya itu bersirkulasi terus menerus pada alat dalam upaya untuk memperoleh perpindahan/pergerakan yang maksimal didalam calandria. Sirkulasi yang cepat akan mengurangi resiko terjadinya pengendapan pada permukaan tabung, dan dengan cepat membebaskan gelembung-gelembung uap dari bahan cair selama dalam perjalanan melalui evaporator. Pindah Panas Di Dalam Evaporator : Beberapa peralatan penguapan dapat langsung dipanasi dengan api. Api memanasi dinding ketel dan secara konduksi akan memanasi bahan yang terletak di

dalam alat penguap. Akan tetapi umumnya evaporator mempergunakan panas tidak langsung dalam proses penguapannya. Pindah panas didalam alat penguapan diatur oleh persamaan pindah panas untuk pendidihan bahan cair dan dengan persamaan konveksi serta konduksi. Panas yang dihasilkan dari sumber harus dapat mencapai suhu yang sesuai untuk menguapkan bahan. Umumnya medium pembawa panasnya adalah uap yang diperoleh dari boiler atau dari suatu tahapan penguapan dalam alat penguapan lain.Perputaran bahan cair didalam alat penguapan merupakan hal yang penting,sebab perputaran mempengaruhi laju pindah panas dan dengan perputaran bahan yang baik akan meningkatkan laju penguapan. Evaporator Efek Tunggal Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya melalui satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan pindah panas. Evaporator Efek Majemuk Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau lebih dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek majemuk. Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada penggunaan uap yang dihasilkan dari evaporator sebelumnya.Tujuan penggunaan evaporator efek majemuk adalah untuk menghemat panas secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat mengurangi ongkos produksi. Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan penghematan yaitu dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan untuk memberikan panas pada alat penguapan lain dan dengan memadatkan kembali uap tersebut. Apabila dibandingkan antara alat penguapan nefek, kebutuhan uap diperkirakan 1/n kali, dan permukaan pindah panas berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan untuk alat penguapan berefek tunggal, untuk pekerjaan yang sama. Pada evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu : a. Evaporator Pengumpan Muka b. Evaporator Pengumpan Belakang c. Evaporator Pengumpan Sejajar 2.5 Pelaksanaan proses evaporasi Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.

Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan distilasi. Pelaporan Proses Evaporasi : Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia dilakukan dengan peralatan yang namanya evaporator. Perlengkapan peralatan : Evaporator, kondensor, Injeksi uap, perangkap uap, perangkap tetes Proses evaporasi didokumentasikan dalam lembar pelaporan sesuai data : Kerja kondensor, kerja injeksi uap, kerja perangkap uap, kerja perangkap tetes Contoh-contoh Operasi Evaporasi dalam Industri Kimia : -Pemekatan larutan NaOH -Pemekatan larutan KNO3 -Pemekatan larutan NaCL -Pemekatan larutan nira dan lain-lain.

BAB III KESIMPULAN


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Prinsip-prinsip ekstraksi antara lain prinsip maserasi, perkolasi, soxhletasi, refluks, destilasi uap air dan rotavapor. Jenis-jenis ekstraksi yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air yang bertujuan utuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan makanan cair. Prinsip kerja peralatan evaporator vakum ini berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan tekanan akan menyebabkan turunnya titik didih cairan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009, EVAPORASI, http://www.docstoc.com/docs/9319433/Evaporasi, diakses tanggal 15 Oktober 2009 Anonymous, 2009, JENIS-JENIS EKSTRAKSI, http://www.blogpribadi. com/2009/07/jenis-jenis-ekstraksi.html, diakses tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKSI, http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiaindustri/teknologi-proses/ekstraksi/, diakses tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKSI CAIR, http://www.chem-isdiakses try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/, tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKSI PADAT-CAIR, Error! Hyperlink reference not valid., diakses tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, EKSTRAKTOR CAIR-CAIR, Error! Hyperlink reference not valid., diakses tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, KOLOM EKSTRAKSI, Error! Hyperlink reference not valid., diakses tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, PELAKSANAAN PROSES EKSTRAKSI, http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan-prosesekstraksi/, diakses tanggal 15 Oktober 2009 Rahayu, S.S., 2009, PELAKSANAAN PROSES EVAPORASI, http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/pelaksanaan-proses-evaporasi/, diakses tanggal 15 Oktober 2009 Diposkan oleh Phie_Ly di 23.23 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Pemisahan Campuran ~ EKSTRAKSI Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Ekstraksi Bahan Alam
http://vhieonendz.blogspot.com/faktorYangMempengaruhiProsesEkstraksi Sekedar mengingat kembali, istilah ekstraksi yaitu metode untuk memisahkan komponen solut (zat terlarut) dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa pelarut. Ada beberapa alasan mengapa memilih metode ekstraksi, antara lain :

Apabila senyawa yang akan dipisahkan terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai titik didih yang berdekatan. Sensitif terhadap panas Merupakan campuran azeotrop.

Berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut, ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi cair cair, ekstraksi padat-cair dan ekstraksi gas-cair. Ekstraksi padat cair sering disebut dengan pelindian atau leaching. Jika zat terlarut yang tidak dikehendaki akan dihilangkan dari padatan dengan menggunakan air maka proses leaching tersebut dinamakan pencucian. Proses ekstraksi padat cair ini banyak digunakan pada industri bahan makanan, farmasi dan ekstraksi minyak nabati. Beberapa pelarut organik sering digunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah alkohol (etanol), heksan, kloroform dan aseton. Sedang faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi antara lain : 1. Jenis pelarut Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solut yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan obat alam, pelarut etanol, air dan campuran keduanya lebih sering dipilih karena dapat diterima oleh konsumen. 2. Temperatur Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan. 3. Rasio pelarut dan bahan baku Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat. Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga semakin mahal. digunakan maka proses hilirnya akan semakin mahal. 4. Ukuran partikel Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semain kecil. Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi Pelarut yang baik pada proses ekstraksi adalah berdasarkan pada interaksi antara solut-pelarut. Pemilihan pelarut ekstraksi ini dapat dipilih menggunakan : 1. Tabel Robin (Robin Chart)

Tabel Robin menyajikan sistem pemilihan pelarut bagi suatu solut berdasarkan komposisi kimianya. Tabel Robin menyajikakan deviasi negatif, positif, atau netral dari interaksi solut-pelarut terhadap larutan ideal. Deviasi negatif dan netral mengindikasikan interaksi yang bagus diantara kelompok solut dan pelarut, sehingga kelarutan solut dalam pelarut menjadi tinggi. 2. Parameter kelarutan Hildebrand Penggunaan parameter kelarutan dalam pemilihan pelarut adalah berdasar aturan kimia yang telah dikenal yakni like dissolved like. Jika gaya antar molekul antara molekul pelarut dan solute memiliki kekuatan yang mirip, maka pelarut tersebut merupakan pelarut yang baik bagi solut tersebut. 3. Pertimbangan Kriteria Pelarut Selain menggunakan parameter kelarutan Hildebrand atau Tabel Robin, pemilihan pelarut juga dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria pemilihan pelarut seperti : 1. Selektivitas Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni. 2. Kestabilan kimia dan panas Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses hilir. 3. Kecocokan dengan solut Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang terlarut. 4. Viskositas Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat. 5. Recoveri pelarut Guna meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri dan digunakan kembali. 6. Tidak mudah terbakar Untuk kepentingan safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar 7. Tidak beracun Pilih pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja. 8. Murah dan mudah diperoleh Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh. Diposkan oleh Phie_Ly di 20.57 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Blog Teknologi: - Pemisahan Campuran secara Ekstraksi


http://vhionendz.blogspot.com/pengertianekstraksi:

- Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metoda pemisahan berdasarkan kelarutan suatu zat yang tak saling campur. Metoda - metoda ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi,perkolasi serta refluks. Metoda yang digunakan untuk bunga sependong hingga didapat ekstrak adalah metoda sokletasi. Sokletasi ini menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organic yang terdapat dalam bahan alam dalam suhu panas, dimana

sample terpisah dari pelarut, sample hanya dilewati oleh pelarut.Sample yang akan diekstraksi dibagi menjadi 5 bagian dan dibungkus dengan kertas saring. Setiap bungkus sample dilakukan 2 jam atau sampai warna pelarut seperti warna aslinya. Pelarut yang digunakan adalah n-heksan. Saat penggantian bungkus sample tidak dilakukannya penggantian pelarut atau penambahan pelarut. Ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi ini dievaporasi agar didapat ekstrak pekat. Proses evaporasi bertujuan untuk menguapkan pelarut dari ekstrak sehingga didapat ekstrak pekat. Dilakukan dalam keadaan vakum agar tidak ada senyawa yang keluar atau masuk dari evaporator dan juga evaporator ini menggunakan pendingin balik. Ektrak pekat yang diperoleh disimpan dalam vial.
Penyairan secara berkesinambungan, dimana cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi molekul-molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun kedalam klonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi sempurna Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, biasanya dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan like dissolve like. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.Ekstraksi yang dilakukan menggunakan metoda sokletasi, yakni sejennis ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang ulang dan menjaga jumlah pelarut relatif konstan dengan menggunakan alat soklet. Minyak nabati merupakan suatu senyawa trigliserida dengan rantai karbon jenuh maupun tidak jenuh. Minyak nabati umumnya larut dalam pelarut organik, seperti heksan dan benzen. Untuk mendapatkan minyak nabati dari bahagian tumbuhannya, dapat dilakukan dengan metoda sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai. Adapun prinsip sokletasi ini adalah Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat 2 ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi : 1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol 2.Titik didih pelarut rendah. 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan. 4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi. 5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan. 6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar. 7. Ekstraksi sinambung dengan menggunakan alat soklet merupakan suatu prosedur ekstraksi kontituen kimia tumbuhan dari jaringan tumbuhan yang telah dikeringkan. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa senyawa yang diekstraksi.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya. Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena: 1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali. 2. Waktu yang digunakan lebih efisien. 3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi. 4. Pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik. Keunggulan sokletasi : 1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang. 2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit. 3. Proses sokletasi berlangsung cepat. 4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit. 5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik dalam bahan berulang kali. Kelemahan sokletasi : 1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian. 2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya. 3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.

Ekstraksi cair-cair

Ekstaraksi cair-cair digunakan untuk praperlakuan sampel atau clen-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang dapat mengganggu dalam analisis. Secara umum prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar ( heksana, metilbenzen, diklormetan). Analit-analit yang mudah terekstraksi dalam pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan substituen yang bersifat nonpolar atau agak polar. Senyawa-senyawa polar dan juga senyawa yang mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses ekstraksi:


sampel harus mudah didapatkan kembali dari cairan penyari cairan penyari tidak toksik dan tidak mudah terbakar Tidak mau campur antara pelarut dan penyari memiliki perbedaan bobot jenis yang nyata memiliki titik didih yang nyata penyari tidak mengganggu pada analisis selanjutnya tidak menimbulkan buih dan emulsi sewaktu digojok

Masalah dalam ekstraksi pelarut Masalah yang sering dijumpai : terbentuknya emulsi analit terikat kuat pada partikulat analit terserap oleh partikulat yang mungkin ada analit terikat pada senyawa yang BM-nya tinggi kelarutan analit secara bersama-samadalam kedua fase.

Cara pemecahan emulsi : penambahan garam ke dalam fase air pemanasan atau pendinginan corong pisah penyaringan melalui glass-wool penyaringan dengan kertas saring

penambahan sedikit pelarut organik yang berbeda sentrifugasi TUGAS 2

Anda mungkin juga menyukai