Anda di halaman 1dari 7

Rosela

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rosela

Hibiscus sabdariffa

Bunga rosela (Hibiscus sabdariffa.)

Taksonomi

Divisi Tracheophyta

Upadivisi Spermatophytina

Klad Angiospermae

Klad mesangiosperms

Klad eudicots

Klad core eudicots


Klad superrosids

Klad rosids

Klad malvids

Ordo Malvales

Famili Malvaceae

Upafamili Malvoideae

Tribus Hibisceae

Genus Hibiscus

Spesies Hibiscus sabdariffa


Linnaeus, 1753

Rosela,[1][2] asam kumbang, asam susur,[3] asam paya atau rosella (Hibiscus
sabdariffa) adalah spesies bunga yang berasal dari benua Afrika. Mulanya bunga
yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah itu diseduh sebagai
minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di musim panas. Di negeri
asalnya, Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang
terkandung dalam kelopak rosela, sementara di Jamaika, dibuat salad buah yang
dimakan mentah. Adakalanya juga dimakan dengan kacang tumbuk atau direbus
sebagai pengisi kue sesudah dimasak dengan gula. Di Mesir, rosela diminum dingin
pada musim panas dan diminum panas saat musim dingin. Di Sudan, menjadi
minuman keseharian dengan campuran garam, merica, dan tetes tebu. Minuman itu
juga menghilangkan efek mabuk dan mencegah batuk. Tak jarang, rosela juga
dimanfaatkan untuk diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan gula rendah kalori
seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga rosela juga dapat dijadikan
campuran minuman kopi.

Penamaan[sunting | sunting sumber]


Artikel ini mengandung karakter Asia
Timur (Hanzi, Kanji, Katakana, Hiragana, Hangeul, Hanja dan Chu Nom).
Tanpa sokongan karakter multibahasa, Anda mungkin melihat tanda tanya, kotak, atau
lambang selain dari karakter yang dimaksud.
Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama rosela atau rosella sedangkan di
Australia, rosela ini dikenal sebagai rosella atau buah rosella (rosella fruit). Di
belahan dunia lain rosela dikenal dengan cannabinus hibiscus juga dikenal
sebagai meśta / meshta di India, Tengamora di Assam, Gongura dalam
bahasa Telugu, Pundi di Kannada, LalChatni atau Kutrum di Mithila, Mathipuli di Ker
ala, dagu baung di Myanmar, krajeab (กระเจียบ๊ )
di Thailand, bissap di Senegal, Guinea Bissau, Mali, Burkina
Faso, Ghana, Benin, Niger, Kongo dan Perancis, dah atau dah bleni di bagian lain
dari Mali, wonjo di Gambia, zobo di barat Nigeria, Zoborodo di Nigeria Utara, Chaye-
Torosh di Iran, karkade (‫ )كركديه‬oleh bangsa Arab seperti di Mesir, Arab Saudi,
dan Sudan, omutete di Namibia, sorrel di Karibia dan di Amerika Latin, Flor de
Jamaica di Meksiko, Saril di Panama, rosela, rosella, roselle, asam paya atau asam
susur di Malaysia.[3] Bangsa Cina menyebutnya dengan 洛神花 (Luo Shen Hua).
Di Zambia dalam bahasa ciBemba tanaman disebut lumanda, katolo dalam
bahasa kiKaonde, atau Wusi dalam bahasa chiLunda.

Produksi[sunting | sunting sumber]


Cina dan Thailand merupakan produsen terbesar yang mengendalikan sebagian dari
pasokan dunia.[4] Thailand berani berinvestasi dalam memproduksi rosela dan
produk rosela mereka adalah termasuk ke dalam produk yang berkualitas unggul.
Sedangkan produk rosela di China tampaknya agak kurang unggul, kurang
terkontrol, kurang handal dan terpercaya dibandingkan dengan Thailand. [4] Namun
produksi rosela terbaik berasal dari Sudan, tetapi dengan kuantitas yang masih
rendah dan pengolahan produk yang buruk menghambat kualitas sehingga masih
kurang maksimal. Rosela juga diproduksi secara umum
di Meksiko, Mesir, Senegal, Tanzania, Mali dan Jamaika yang juga termasuk dalam
pemasok penting, tetapi akan tetapi produksi tersebut masih dikonsumsi oleh
penduduk dalam negeri.[4]
Di anak benua India khususnya di wilayah Delta Sungai Gangga, rosela banyak
dibudidayakan sebagai serat nabati. Rosela oleh masyarakat lokal disebut Meśta di
wilayah tersebut (atau meshta, karakter 'ś' menunjukkan suara sh/sy seperti pada
kata she dalam bahasa Inggris dan syukur dalam bahasa Indonesia). Sebagian
besar produksi serat yang dihasilkan dari rosella dikonsumsi secara lokal. Namun
serat (serta stek atau puntung) dari tanaman rosella memiliki permintaan besar di
berbagai serat alami dalam dunia industri.
Rosela atau asam paya[3] merupakan tanaman yang relatif baru dalam dunia industri
di Malaysia. Rosela diperkenalkan pada awal 1990-an dan penanaman komersial
pertama kali dipromosikan pada tahun 1993 oleh Departemen Pertanian
di Terengganu. Areal yang ditanami adalah sekitar 12,8 ha (30 hektaree) pada tahun
1993, tetapi dapat terus meningkat menjadi 506 ha pada (1.000 hektaree) pada
tahun 2000. Areal yang ditanami sekarang kurang dari 150 ha (400 hektare) per
tahun, di Malaysia umumnya rosela ditanam dengan dua varietas
utama. Terengganu adalah wilayah yang pertama dan dipersiapkan untuk menjadi
produsen terbesar di Malaysia, tetapi produksi rosela sekarang telah menyebar ke
wilayah-wilayah lain di Malaysia. Walaupun luas lahan semakin berkurang selama
satu dekade terakhir atau lebih, rosela menjadi semakin dikenal oleh masyarakat
luas sebagai minuman kesehatan yang penting di Malaysia. Untuk sebagian kecil,
rosela juga diolah menjadi acar manis, jeli dan juga selai.

Khasiat[sunting | sunting sumber]


Khasiat rosela antara lain untuk menurunkan asam urat, Hipertensi, Diabetes
mellitus, memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan Tubuh, menghambat
sel kanker, mencegah sariawan dan panas dalam, menambah vitalitas, meredakan
batuk, mencegah flu, antioksidan, antihipertensi, antikanker, antidepresi, antibiotik,
aprodisiak, diuretik (peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi
alkohol.
Pemanfaatan kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh pakar
kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai negara di dunia.
Kelopak bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat penting yang diperlukan oleh
tubuh, seperti vitamin C, vitamin A, protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam
amino, termasuk arginina dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel
tubuh.
Secara tradisional, ekstrak kelopak rosela berkhasiat sebagai antibiotik, aprodisiak
(meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang air kecil), pelarut,
sedativ (penenang), dan tonik. Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Chung
San Medical University di Taiwan, Chau-Jong Wang, konsumsi rosela digunakan
sebagai salah satu cara baru untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Flora ini
terbukti secara klinis mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding
pembuluh darah. Tidak hanya itu, rosela juga memiliki potensi untuk mengurangi
kadar kolesterol jahat yang disebut LDL dan lemak dalam tubuh. Hal ini
menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet bagi
penderita kegemukan (obesitas), melancarkan peredaran darah, menurunkan
demam umum, melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan
untuk melancarkan buang air besar.
Ditinjau menurut sudut pandang medis modern (kedokteran), mengonsumsi olahan
kelopak bunga rosela secara teratur menunjukkan kesetaraan hasil dengan
pengobatan modern (farmakologis) pada beberapa penyakit berikut ini:
Sebagai Terapi Hipertensi[sunting | sunting sumber]
Pemberian ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6
miligram anthocyanin setiap hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan
darah yang hampir sama dengan pemberian captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar
tersebut dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air (Herrera-Arellano,
2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2 % dan tekanan
diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama 12 hari pada 31
penderita hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Asam Urat dan Kesehatan Ginjal[sunting | sunting sumber]
Tingginya kadar asam urat, kalsium dan natrium dalam darah secara mekanisme
normal tubuh akan dikurangi dengan membuang kelebihan unsur tersebut
melalui ginjal. Jika kondisi demikian dibiarkan berlangsung lama akan memberatkan
kerja ginjal sebagai penyaring darah dalam tubuh. Kondisi ini dapat memicu
kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan
penurunan kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalsium, natrium, dan fosfat dalam urin
pada 36 pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari (Kirdpon,
1994).
Khasiat Lebih jauh[sunting | sunting sumber]
Rosela diketahui memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi
sebagai antioksidan sebanyak 23,10 mg dalam setiap gram bobot kering kelopak
rosela. Sejumlah antioksidan yang dikandung rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali
lebih tinggi dibanding bubuk kumis kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah
Nur Faridah MSi, periset Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian
Bogor, menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang dimiliki oleh kelopak rosela
terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang mampu
memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit degeneratif (akibat proses
penuaan) seperti jantung koroner, kanker, diabetes melitus, dan katarak.
Peneliti Faculty of Agriculture, Kagoshima University, De-Xing Hou menemukan
adanya kandungan delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside,
antosianin pada rosela yang ampuh mengatasi kanker darah alias leukeimia. Cara
kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya kehilangan membran mitokondrial
dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika molekul mengandung
elektron seperti guanin DNA terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi.
Kerusakan DNA memicu oksidasi LDL, kolesterol, dan lipid yang berujung pada
penyakit ganas seperti kanker dan jantung koroner. Namun, antioksidan yang
dikandung rosela meredam aksi radikal bebas yang menyerang molekul tubuh yang
mengandung elektron. Secara singkat, adanya mekanisme tersebut menjelaskan
bagaimana antioksidan yang terdapat dalam kelopak rosela menghambat
pertumbuhan sel kanker dan kejadian penyakit jantung koroner.
Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, rosela juga terbukti dapat menurunkan
kadar trigliserida dan LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian terhadap efek kerabat
bunga sepatu itu terhadap kegemukan juga dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG
dari Department of Nutrition, Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut
Sayago rosela mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak.
Kendati demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela mencapai 3,14 sehingga
perlu diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap maag, karena kemungkinan
memiliki efek merugikan.

Pengolahan dan Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]


Minuman yang terbuat dari bunga rosela

Kesalahan dalam pengolahan dan penyimpanan akan berpengaruh terhadap


efektivitas kandungan zat dalam rosela. Tentu saja hal tersebut mampu menurunkan
kemanfaatan terhadap tubuh dan efek dari mengonsumsi rosela seperti yang kita
harapkan tidak muncul. Kerusakan yang berdampak pada hilangnya manfaat
kandungan zat aktif dalam rosela sebenarnya sangat mudah untuk dikenali. Rosela
yang telah hilang kemanfaatannya dikenali melalui warna dari seduhan kelopak
rosela. Tidak adanya warna merah anggur khas rosela dalam seduhannya
menunjukkan antosianin (zat aktif dalam rosela, red.) telah terdegradasi dan
khasiatnya pun sudah tidak ada lagi. Hal ini terjadi pada hasil olahan rosela yang
berbentuk sirup dalam botol kaca bening yang terkena sinar matahari langsung.
Teh[sunting | sunting sumber]
Untuk mendapatkan khasiat terbaik dalam kelopak rosela sebenarnya tidak sulit.
Untuk mendapatkan teh rosela, bunga yang sudah dipetik, dijemur di bawah terik
matahari selama 1-2 hari agar memudahkan pemisahan lidah kelopak dengan
bijinya. Kemudian cuci air bersih dan jemur kembali selama 3-5 hari. Remas
kelopaknya, jika mudah menjadi bubuk artinya kadar air telah mencapai 4-5%.
Seduh 2-3 g teh rosela dengan air mendidih hingga larut dan air berubah menjadi
kemerahan. Untuk diet, penderita batuk, atau diabetes gunakan gula rendah kalori
seperti gula jagung. Atau setelah dipisahkan dari bijinya, bunga segar rosela yang
telah dicuci dapat langsung diseduh dengan air panas.
Di Afrika, khususnya di Sahel, rosela umumnya digunakan untuk membuat teh
manis herbal yang biasa dijual di jalanan. Bunga-bunga kering dapat ditemukan di
pasar-pasar setempat. Teh Rosella juga cukup mudah dijumpai di Italia, di mana
tanaman ini menyebar pada dekade pertama abad ke-20 sebagai produk khas
dari koloni Italia. Di Trinidad dan Tobago di mana banyak diproduksi bir, di sini
memproduksi Shandy Sorrel yaitu minuman teh dikombinasikan dengan bir.
Di Thailand, Rosella diminum sebagai teh, diyakini juga mengurangi kolesterol. Hal
ini juga dapat dibuat menjadi anggur, rosella biasanya ditemukan dalam teh herbal
yang dijual di pasaran, khususnya teh yang diiklankan sebagai berry-flavored,
karena rosella bisa memberikan warna merah cerah untuk makanan dan minuman.
Selai[sunting | sunting sumber]
Di Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung
dalam kelopak rosela. Rosela juga bisa dibuat salad buah yang dimakan mentah.
Dapat juga dikonsumsi dengan kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue
sesudah dimasak dengan gula. Kerap bisap-sebutan rosela di Senegal disuguhkan
sebagai minuman tradisional saat natal. Caranya, kelopak rosela dicampur irisan
jahe dan gula lalu ditaruh pada teko tembikar. Setelah itu dididihkan dan diamkan
semalam. Disajikan dengan menambahkan es dan rum, ‘Jus’ itu berasa, beraroma,
dan berwarna mirip minuman anggur.
Sayuran[sunting | sunting sumber]
Dalam masakan Andhra,[5] cannabinus Hibiscus atau rosella disebut dengan
nama Gongura yang secara luas digunakan sebagai masakan. Daun rosella diolah
dengan cara dikukus bersama dengan lentil [6] dan dikonsumsi
sebagai Dal [7] atau bubur. Masakan tersebut juga dicampur dengan rempah-
rempah dan dibuat menjadi Pacchadi.
Obat[sunting | sunting sumber]
Banyak bagian dari tanaman juga diklaim memiliki nilai herbal dalam hal obat-
obatan. Mereka telah digunakan untuk tujuan pengobatan seperti Meksiko melalui
Afrika, dan juga dari India hingga menyebar ke Thailand. Rosella dikaitkan dengan
obat tradisional dan dipercaya bisa mengobati beberapa penyakit
seperti hipertensi dan infeksi saluran kemih.
Tepung Non Terigu[sunting | sunting sumber]
Kelopak Bunga Rosela dapat dijadikan tepung non terigu dengan bantuan sinar
matahari selama 4 hari.[butuh rujukan]

Fitokimia (senyawa pada tumbuhan)[sunting | sunting sumber]


Tanaman ini mengandung antosianin, asam protosatekuat, asam askorbat, ekstrak
saliks,[8] glikosida cardiac, flavonoid, saponin, alkaloid, sardenoleda,[9] anthocyanins
delphinidin-3-O-sambubioside, cyanidin-3-O-sambubioside,[10] Rosella kering
mengandung flavonoid gossypetin, hibiscetine dan sabdaretine. Pigmen utama yang
sebelumnya dilaporkan sebagai hibiscin telah diidentifikasi sebagai daphniphylline.
Sejumlah kecil myrtillin (delphinidin 3-monoglucoside), Chrysanthenin (cyanidin 3-
monoglucoside), dan delphinidin juga terdapat pada tanaman ini.

Anda mungkin juga menyukai