Anda di halaman 1dari 2

Tugas ipa Tanggal 4-10-2021

Kelompok : Junior,Aris,Danial,Haichal

Nama Tumbuhan : Andong Merah

Asal : ustronesia, Asia Tenggara dan Oseania.

KETERANGAN :
Andong merah mempunyai nama ilmiah Cordyline fruticosa. Nampaknya
klasifikasi tanaman ini cukup ruwet sehingga ia mempunyai begitu banyak nama
ilmiah lain. Sinonim nama ilmiah ini adalah Convallaria fruticosa, Asparagus
terminalis, Aletris chinensis, Dracaena ferrea, Cordyline terminalis, Dracaena
terminalis, dan Terminalis fructicosa. Tumbuhan ini sempat dianggap sebagai
anggota Liliaceae (jenis bakung), sebelumnya juga masuk ke dalam kelompok
Dracaena, atau Laxmanniaceae, atau Agaveceae, tetapi sekarang ia telah
dimasukkan ke dalam kelompok Asparagaceae. Genus Cordyline sendiri terdiri
dari paling tidak 15 spesies, dengan bentuk yang cukup bervariasi.

Karena tanaman ini tersebar luas mulai Asia Tenggara, Melanesia, Australia,
Kepulauan di Samudera Hindia, hingga Polinesia, maka ia mempunyai banyak
sekali nama atau sebuatan. Nama lain cabbage palm, good luck plant, ti plant,
sabang, jijuang, mak pu mak mia, dracena, bloddracena, hanjuang, daun dasi,
kayu urip, handwang, endong, linjuwang, bakjuang, renjuang, laklak, sawang,
anjiluwang, anderuwang, litik, idahan, ti kouka, ai buru, dan cana la india.

Tanaman andong adalah tanaman bahan obat yang sering digunakan sebagai
pembatas lahan, sawah atau kebun, tanaman hias, tanaman untuk kuburan.
Tetapi ternyata, tahukah anda bahwa manfaat tanaman andong sebagai obat
berbagai penyakit ternyata sangat banyak

Nama Tumbuhan : Croton Codiaeum

Asal : Indonesia, Malaysia, Australia, dan pulau-pulau Samudra


Keterangan :
Monika Andreastuti Kusumaningrum, Aziz Purwantoro, Rudi Hari Murti, dalam penelitian
berjudul “Keragaman Molekuler Puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. Ex A.Juss) dengan
Penanda RAPD” yang dimuat dalam journal. ugm.ac.id, menyebutkan tanaman puring adalah
tanaman hias yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman puring juga memiliki manfaat sebagai
tanaman berkhasiat obat, bahkan dapat menyerap unsur timah hitam yang berasal dari sisa
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor (2,05 mg/lt).
Sejak puluhan tahun silam tanaman puring digunakan sebagai obat traditional di daerah Pasifik
Selatan (kepulauan Fiji, Hawaii, dan Papua Nugini), seperti dapat dibaca di buku World Health
Organization – Western Pacific Region, Medicinal Plants in Papua New Guinea  (app.who.int).
Puring juga sejak lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional di beberapa daerah di
Bangladesh. Puring dimanfaatkan untuk mengatasi demam, flu, penyakit kulit, diare, yang
disebabkan oleh entamoeba histolyca, hingga penyakit menular seksual (gonore dan sifilis).
Situs Useful Tropical Plants, tropical.theferns.info, menyebutkan daun puring memiliki khasiat
aborsi, antiamoeba, antibakteri, antikanker, antijamur, antioksidan, memperlancar menstruasi,
pencahar, dan sedatif.
Rebusan daunnya digunakan dalam pengobatan diare. Jus daunnya digunakan untuk
merangsang aliran menstruasi. Getah daunnya untuk mengobati gigitan ular. Getah daunnya,
dicampur dengan santan, digunakan dalam pengobatan sifilis. Daun muda, dicampur
dengan Pandanus macroieacceretia, santan dan getah akar Areca catechu, digunakan dalam
pengobatan gonore.
Cairan hijau dari rebusan daun digunakan sebagai obat demam. Getah dari daun atau kulit kayu
digunakan untuk mengobati luka dan infeksi jamur.

Rebusan akar digunakan dalam pengobatan lambung. Akarnya, dicampur dengan buah pinang
(Areca catechu) dimanfaatkan sebagai obat sakit perut dan obat sementara  sakit gigi.
Penelitian telah menunjukkan daun dan tunas puring kaya akan alkaloid, cardiac glycoside,
saponin, tanin, cardenolides, flavonoid, steroid, dan phyllates.

Skrining fitokimia dari enam kultivar menunjukkan konstituen bioaktif yang termasuk alkaloid,
antrakuinon, flavonoid, terpen, steroid, fenol, saponin, tanin, phlobatannin, dan cardenolide,
yang menunjukkan khasiat sebagai antibakteri, antiamoeba, dan antijamur.

Dalam sebuah studi, dari 55 tanaman obat tradisional di Kamerun, hanya ekstrak daun spesies
ini yang menunjukkan aktivitas antiamoeba yang lebih jelas daripada pengobatan konvensional
metronidazole, yang banyak diresepkan di beberapa negara termasuk Indonesia.
Sebuah penelitian menunjukkan lateks memiliki aktivitas moluskisidal, mematikan bagi siput air
tawar.

Pemerian Botani
Mengutip dari Wikipedia, puring adalah kerabat jauh singkong dan kastuba. Ciri yang sama
adalah batangnya menghasilkan getah berwarna putih, pekat dan lengket, yang merupakan ciri
khas suku Euphorbiaceae. Nama ilmiahnya Codiaeum variegatum, (L.) A.Juss. Buku keluaran
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan nama binomialnya Codiaeum variegatum (L.)
Blume.
Dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini dikenal dengan nama garden croton, variegated croton,
atau cukup croton.

Nama Tumbuhan : Rhododendron

Asal : Nepal
Keterangan :
Rhododendron adalah tanaman berbunga yang berkayu yang memiliki keanekaragaman variasi
yang menakjubkan, baik perawakan maupun bunganya. Rhododendron memiliki bentuk dan
warna bunga yang indah, daun dan kebiasaan pertumbuhannya yang
menarik. Rhododendron memiliki perawakan dari yang berukuran kecil yang tumbuh di
permukaan tanah berukuran 10 cm sampai dengan yang berukuran besar berupa pohon yang
tingginya bisa mencapai 12 m. Rhododendron hampir sama terkenalnya dengan tanaman
anggrek, terutama untuk kalangan pembuat taman, ahli Botani, dan para pencinta tanaman
hias. Rhododendron termasuk ke dalam suku Ericaceae. Nama Rhododendron berasal dari
bahasa Yunani Kuno, yaitu rhodon berarti rose dan dendron berarti
pohon. Rhododendron pertama kali ditemukan oleh seorang ahli botani kebangsaan Francis yang
bernama Charles l’Ecluse pada abad ke 16.
Marga Rhododendron sebagian besar tumbuh di lereng lembah yang sangat dalam di bagian
timur Himalaya dan tenggara Tibet, di pegunungan kepulauan yang membentang antara daratan
utama Asia dan Australia, Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nugini, dan Filipina. Marga ini
juga tersebar jauh ke belahan bumi utara; tumbuh di Jepang, bagian utara barat laut Amerika,
Pegunungan Appalachian, dan di Kaukasus.
Marga Rhododendron kurang lebih memiliki 1.000 jenis. Marga ini terbagi ke dalam delapan
subgenera, namun ada empat yang lebih utama, yaitu subgenus Hymenanthes yang tumbuh selalu
hijau (evergreen) mempunyai daun besar namun tidak bersisik.
Subgenus Rhododendron memiliki daun bersisik dan berukuran lebih kecil, biasanya selalu
hijau, tetapi kadang-kadang semi-gugur. Subgenus Pentanthera merupakan Azalea yang gugur
daun. Subgenus Tsutsusi, yaitu Azalea yang selalu hijau atau tidak gugur daun.
Di Indonesia Rhododendron kurang lebih ada 200 jenis yang tumbuh dan tersebar dari mulai
Sumatra sampai ke Papua dan beberapa jenis merupakan tanaman endemik Indonesia. Pulau
Kalimantan dan Papua merupakan hotspot pertumbuhan Rhododendron di Indonesia, khususnya
dari grup Vireya.
Kebun Raya Cibodas saat ini telah memiliki koleksi Rhododendron sebanyak 14 jenis. 7 jenis
merupakan Rhododendron asal Indonesia, yaitu Rhododendron glabrifilum dari Papua Barat, R.
javanicum dari Jawa Barat, R. macgregoriae dari Papua Barat, R. multicolor dari Bengkulu, R.
rarilepidotum dari Bengkulu, R. sessilifolium dari Sumatra Utara, dan R. zoelleri dari Papua
Barat, dan 7 jenis lainnya berasal dari luar negeri.
Azalea dan Rhododendron memiliki beberapa perbedaan, yaitu kebanyakan Azalea
menggugurkan daun (deciduous), namun Rhododendron biasanya selalu hijau (evergreen).
Azalea mempunyai bunga berbentuk corong, sedangkankan bunga Rhododendron biasanya
memiliki bunga berbentuk bel. Azalea memiliki struktur seperti rambut yang tumbuh di bawah
permukaan daun, sedangkan Rhododendron seringnya bersisik atau berupa titik titik yang
tumbuh di bawah permukaan daun. Azalea memiliki 5 benang sari
sedangkan Rhododendron memiliki paling tidak 10 benang sari.
Rhododendron mulai ditanam di taman-taman sejak pertengahan abad ke 16. Tanaman ini
memiliki kebiasan tumbuh yang bervariasi dari tumbuh berbetuk seperti bola atau membulat,
tumbuh menyebar ke samping, menjuntai, sampai dengan yang tumbuh lurus ke atas atau
vertikal.
Dalam dunia pertamanan, Rhododendron ditanam baik secara individual maupun secara
berkelompok (gruping), bisa ditanam di kebun ataupun di pot-pot. Sistem penanaman
campuran (gruping) yang memiliki aneka warna bunga bisa menjadikan
tanaman Rhododendron terlihat semakin indah. Rhododendron juga memiliki bentuk, warna,
tekstur, dan ukuran daun yang bervariasi, hal ini sangat memungkinkan untuk dibentuk beraneka
ragam bentuk agar menjadi lebih menarik dan indah. Rhododendron ditanam di taman-taman
untuk keindahan taman ataupun di pot-pot untuk hiasan. Rhododendron ditanam di halaman
ataupun di pot dapat dibentuk dengan cara pemangkasan (pruning) dan pembentukan, sesuai
dengan keinginan untuk menghasilkan penampilan menjadi indah dan aestetik. Dalam jumlah
pohon yang banyak, tanaman Rhododendron bisa dijadikan sebagai pagar yang menarik dan
indah. Biasanya kalau dijadikan pagar digunakan untuk pembatas taman. Selain itu tanaman
Rhododendron juga bisa ditanam di tepi dinding-dinding untuk mengiasinya yang tumbuh secara
vertikal.
Habitat tumbuh tanaman Rhododendron mulai dari kawasan dataran rendah (marine) sampai
dengan kawasan alpin, bahkan di India ada jenis-jenis tertentu yang tumbuh pada ketinggian
5.000 m dpl.
Pada umumnya Rhododendron dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang mendukung,
antara lain, PH tanah 4.5 – 6.0, tanah berdrainase baik dengan kandungan bahan organik yang
tinggi. Untuk pertumbuhan yang lebih baik, pemupukan perlu dilakukan terutama setelah
pembungaan, menggunakan pupuk-pupuk yang lambat terurai (slow-release), hindari
pemupukan waktu musim kemarau. Pemeliharaan dengan cara pemangkasan cabang-
cabang (pruning) pada cabang yang sudah mati atau rusak juga perlu dilakukan agar bentuk
perawakan terjaga dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai