Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KULIAH LAPANGAN FITOKIMIA

Oleh :
Nama : Eliningsih
NIM : B1A016081
Kelas :A

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
PEMBAHASAN

Obat tradisional dari bahan alam dapat menjadi salah satu alternatif
pengobatan apalagi di tengah situasi perekonomian di mana salah satu
konsekuensinya adalah tinggi harga obat sintetik. Meskipun banyak senyawa kimia
organik sintetik telah tersedia untuk penggunaan pengobatan berbagai penyakit,
tetapi sangatlah penting untuk mencari alternatif obat baru yang memungkinkan
efektivitas pengobatan yang lebih baik dan diharapkan mempunyai efek samping
minimal, salah satunya obat yang diekstrak dari tumbuhan (Nurulita et al., 2008).
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Tanaman obat
dewasa ini mulai semakin banyak dijual dan digunakan sebagai tanaman hias
oleh para penjual tanaman hias. Tanaman obat tidak hanya memiliki khasiat
sebagai bahan obat-obatan tradisional, namun tanaman tersebut juga memiliki
batang, daun, bunga, dan buah yang indah sehingga dapat digunakan sebagai
elemen lunak pada taman rumah (Nurulita et al., 2008). Beberapa jenis tanaman
yang digunakan sebagai obat antara lain:

1. Sirih merah (Piper crocatum)

Gambar 1. Sirih merah (Piper crocatum)


Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu jenis tanaman hias, yang
kini berubah menjadi tanaman obat sejak diperkenalkan oleh Bambang Sudewo-
produsen tanaman obat di Blunyahrejo (Duryatmo, 2005). Klasifikasi lengkap dari
tanaman ini adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monochlamydeae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper crocatum
Sirih merah merupakan tanaman merambat, yang tumbuh hingga mencapai
ketinggian 10 kaki atau lebih, mudah tumbuh didaerah tropis (khususnya daerah
lembab), dan perkembangbiakannya dengan stek. Permukaan atas daun ini berwarna
hijau gelap berpadu dengan tulang daun merah kepekatan, sedangkan permukaan
bawah daun berwarna merah keunguan. Sirih merah secara empiris telah terbukti
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain diabetes melitus, penyakit yang
disembuhkan dengan sirih merah antara lain hipertensi, leukemia, dan kanker
payudara (Duryatmo, 2005).
Sirih merah banyak ditemui di Indonesia sebagai tanaman obat-obatan. Hal
ini dikarenakan sirih merah memiliki sifat antijamur yang merupakan komponen
yang dibutuhkan untuk memperhambat bakteri patogen. Daun sirih merah
mergandung senyawa fitokimia yakni minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin dan
flavonoid. Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah
hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, karvakrol, eugenol, p-simen, sineol, kariofilen,
kadimen estragol, terpenena, dan fenil propanoid (Nisa et al., 2014).
2. Kol Banda (Pisonia alba)

Gambar 2. Kol Banda (Pisonia alba)


Kol banda merupakan tumbuhan perdu atau pohon kecil tahunan dengan
tinggi mencapai 5-7 meter yang diperkirakan berasal dari Asia dan Papua. Tumbuhan
ini tersebar di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yaitu
5-1.000 meter di atas permukaan laut. Kol banda tumbuh di lahan terbuka dengan
sinar matahari penuh sepanjang hari dan media tanah yang memiliki cukup
kandungan air (Suhono & Tim LIPI, 2010).
Kol banda telah tersebar luas di Indonesia dan juga di luar Indonesia. Namun,
kol banda dikenal dengan berbagai macam nama lokal tanaman yang berbeda-beda.
Tanaman ini dikenal dengan nama cabbage tree dan lettuce tree di wilayah Inggris,
kol banda sendiri merupakan nama lokal untuk wilayah Melayu, kol bandang untuk
wilayah Sunda dan Jawa, serta buring dan kayu bulan atau kayu wulan untuk wilayah
Minahasa. Tanaman ini juga dikenal dengan nama safe di pulau Roti, hale di Flores,
motong di pulau Solor, sayur bulan di Timor, aifuiro di Seram, talang di Banda, hate
bula di Halmahera, hate bulan di Ternate, dan kendu di Bufor dan Papua. (Suhono &
Tim LIPI, 2010). Klasifikasi lengkap dari tanaman ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Caryopyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Pisonia
Spesies : Pisonia alba
Kol banda sering menjadi daya tarik masyarakat karena keindahan daunnya
yang lebar dan berwarna kuning kehijauan serta tumbuh merumpun. Daun kol banda
mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, polifenol,
glikosida, dan steroid yang memberikan efek farmakologis antara lain antioksidan,
analgesik, antiinflamasi, antikarsinogenik, diuretik, antidiabetik, antibakteri, dan
antifungi. Namun, pemanfaatan tanaman kol banda hingga saat ini masih sebatas
sebagai perindang dan penyejuk lingkungan serta sebagai bahan dalam proses
pengolahan pangan, sedangkan pemanfaatan sebagai obat tradisional masih sangat
jarang.
3. Gandarusa (Justicia gendarusa)

Gambar 3. Gandarusa (Justicia gendarusa)


Gandarusa (Justicia gendarussa) memiliki nama daerah: besi-besi (Aceh),
gandarusa (Melayu), handarusa (Sunda), gandarusa tetean, trus (Jawa), ghandarusa
(Madura), gandarisa (Bima), puli (Ternate) (Dalimartha, 2001). Klasifikasi lengkap
dari tanaman ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Justicia
Spesies : Justicia gendarussa Burm .
Gandarusa merupakan tanaman perdu yang tumbuh tegak. Tinggi rata-rata
berkisar 1 hingga 1,5 meter dan maksimum dapat mencapai 2 meter. Pada umumnya
ditanam sebagai pagar hidup atau tumbuh liar di hutan, tanggul sungai atau
dipelihara sebagai tanaman obat. Di Jawa tumbuh pada ketinggian 1-500 m di atas
permukaan laut. Percabangan banyak, dimulai dari dekat pangkal batang. Cabang-
cabang yang masih muda berwarna ungu gelap, dan bila sudah tua warnanya menjadi
coklat mengkilat (2,10). Daun tunggal berbentuk lanset, pangkal batang bentuk baji
dengan ujung lancip. Tepi daun agak menggulung keluar. Helaian daun seperti kulit
tipis dengan tekstur mulus, tidak berbulu, dan bertepi rata. Letaknya saling
berhadapan. Daun berwarna hijau gelap berukuran: panjang 5-20 cm, lebar 1-3,5 cm
ujung daun meruncing, pangkal berbentuk biji bertangkai pendek antara 5-7,5 mm
(Sastroamidjojo, 1997).
Kandungan Kimia Tanaman ini mengandung senyawa steroid atau
triterpenoid, tanin, kalium, flavonoid, justisin, minyak atsiri, saponin dan alkaloid
yang sedikit beracun. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tanaman ini
memiliki khasiat bagi tubuh, yaitu menyembuhkan arhritis, nyeri otot, sakit kepala,
antifertilitas (Sastroamidjojo, 1997).
4. Ekor kucing (Acalypha hispida)

Gambar 4. Ekor kucing (Acalypha hispida)


Tanaman ekor kucing (Acalypha hispida) merupakan tanaman asli Hindia
barat, umumnya ditanam sebagai tanaman hias di halaman atau taman. Berupa
tanaman perdu, tahunan, tinggi 2-3 m, tumbuh tegak, batang bulat, percabangan
simpodial, permukaan kasar, dan berwarna coklat kehijauan. Daun tunggal,
bertangkai panjang, letak berseling, helaian daun bentuknya bulat telur atau lonjong,
ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, permukaan mengkilat, panjang 12-20
cm, lebar 6-16 cm, berwarna hijau muda. Bunga berkelamin tunggal dalam satu
pohon, bunga betina berkumpul dalam karangan berbentuk bulir yang keluar dari
ketiak daun, bentuknya bulat panjang, beruntai ke bawah, berdiameter 1-1,5 cm,
panjang 20-50 cm, berwarna merah. Buahnya bulat, kecil dan berwarna putih kotor
(Dalimartha, 1991). Klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Acalypha
Spesies : Acalypha hispida
Tanaman Acalypha hispida mengandung beberapa senyawa kimia
diantaranya tanin, flavonoid, saponin, minyak atsiri, acalyphin dan bahan lain seperti
Gallic acid, Corilagin, Geraniin, Quercetin 3-O-rutinoside, dan Kaempferol 3-O-
rutinoside. Bagian yang dapat digunakan untuk pengobatan adalah daun dan bunga.
Daun ekor kucing berkhasiat sebagai penutup luka dan peluruh air seni, obat bercak
putih dikulit karena kehilangan pigmen (vitiligo), disentri, batuk darah (hemoptitis),
luka berdarah, dan sariawan. Sedangkan bunganya dapat dijadikan sebagai obat
disentri, radang usus, perdarahan, seperti berak darah, muntah darah, mimisan, luka
bakar, dan tukak di kaki (Dalimartha,1991).
5. Karuk (Piper sarmentosum)

Gambar 5. Karuk (Piper sarmentosum)


Piper sarmentosum disebut juga karuk (Sunda), cabean (Jawa), kadok
(Melayu), atau variegatum (Inggris). Karakter morfologi tanaman ini lebih dekat
dengan Piper betle atau sirih dan perawakannya mirip seperti Piper longum
(Chaitong et al., 2006). Klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper sarmentosum
Tanaman karuk telah dikenal oleh masyarakat Indonesia, dan banyak ditanam
di pekarangan rumah. Tumbuhan ini termasuk salah satu suku Piperaceae yang
sampai sekarang belum banyak diteliti orang, khususnya di Indonesia. Beberapa
bagian negara di Asia, tumbuhan ini telah dikenal sebagai tumbuhan berkhasiat obat,
di antaranya air rebusan tumbuhan ini digunakan untuk mengobati sakit gigi, asma,
batuk, nyeri tulang, dan infeksi jamur serta untuk membersihkan vagina. Awal
mulanya alasan penggunaan tumbuhan ini hanya berdasarkan pengalaman secara
turun temurun. Setelah dilakukan penelitian, dilaporkan bahwa ekstrak tumbuhan
Piper sarmentosum memiliki aktivitas antimikroba, efek hipoglycemic,
menghilangkan nyeri otot. Dalam pengobatan tradisional di Indonesia daun karuk
telah digunakan untuk mengurangi rasa sakit, batuk dan asma. Dapat pula digunakan
sebagai obatsakit gigi (akarnya), dan anti panas. Kandungan kimia daun karuk
diantaranya adalahsaponin, polifenol, flavonoid dan minyak atsiri (Virgianti et al.,
2017).
6. Dandang gendis (Clinacanthus nutans)

Gambar 6. Dandang gendis (Clinacanthus nutans)


Dandang gendis (Clinacanthus nutans Lindau) termasuk dalam famili
Anthaceae yang merupakan tanaman perdu yang tumbuh di Asian Tenggara.
Tanaman dandang gendis ini dapat tumbuh di tempat yang cukup mendapat sinar
matahari. Ciri fisik tanaman ini mempunyai bentuk batang tegak dengan tinggi
kurang lebih 2 meter, beruas dan berwarna hijau. Panjang daun berkisar 8-12 cm
sedangkan lebar 4-5 cm berbentuk menyirip dan berwarna hijau (Arullapan et al.,
2014).. Tanaman dandang gendis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
SubClassis : Asteridae
Ordo : Lamiales
Familia : Anthaceae
Genus : Clinacanthus
Species : Clinacanthus nutans (Burn.f.)Lindau
Dandang gendis merupakan salah satu tumbuhan obat tradisional yang lazim
digunakan masyarakat sebagai antidiabetes dan antimalaria. Kemampuan ekstrak
daun dandang gendis sebagai obat alami dikarenakan terdapat kandungan senyawa
bioaktif di dalamnya. Dandang gendis yang termasuk ke dalam famili Acanthaceae
memiliki banyak kandungan kimia seperti alkaloid, flavonoid, dan terpenoid
(Suharty, 1984).
7. Cincau Hijau (Cyclea Barbata)

Gambar 7. Cincau Hijau (Cyclea Barbata)


Cyclea Barbata Miers tumbuh besar di India , Myanmar, Indonesia, China,
Thailand, pulau-pulau di paparan Sunda dan Pulau Jawa. Tumbuhan ini tumbuh di
hutan, termasuk hutan jati dan hutan bambu, di padang rumput dengan vegetasi
semak belukar, kadang di derah berbatu kapur, dikultivasi dan hidup di daerah
dataran tinggi (De Padua et al., 1999).
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Familia : Menispermaceae
Genus : Cyclea
Species : Cyclea barbata
Cincau Hijau berasal dari Asia Tenggara, termasuk tanaman rambat dari
famili sirawan-sirawanan (Menispermae), sering ditemukan tumbuh sebagai tanaman
liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah. Tumbuh
subur di tanah yang gembur dengan pH 5,5-6,5 ,lingkungan yang teduh, lembab dan
berair tanah dangkal. Tanaman ini berkembang subur di dataran di bawah ketinggian
± 800 m di atas permukaan laut. Cara pengembangbiakan tanaman rambat ini bisa
dilakukan dengan cara generatif yaitu dengan biji, bisa pula dengan cara vegetatif
yaitu dengan stek batang maupun tunas akarnya. Masyarakat Jawa Tengah sebagian
besar memilih untuk menanam tanaman tersebut karena terbilang mudah untuk
dirawat pada daerah tersebut. Daun cincau hijau merupakan salah satu tanaman yang
digemari masyarakat karena kegunaannya yang dapat dikonsumsi dan diolah dengan
mudah (De Padua et al., 1999).
Cincau hijau merupakan tanaman obat yang dapat dikonsumsi dalam bentuk
pangan fungsional, seperti makanan pencuci mulut dan healthy snack. Secara
tradisional tanaman ini digunakan sebagai obat penurun panas, obat radang lambung,
menghilangkan rasa mual, hingga penurun darah tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak air cincau dapat menurunkan sel kanker. Bahkan
ekstrak dari akar cincau mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Mardiah et al.,
2007). Secara umum kandungan daun cincau hijau adalah karbohidrat, lemak, protein
dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid serta mineral- mineral dan
vitamin-vitamin, di antaranya kalsium, fosfor dan vitamin A serta vitamin B28 (De
Padua et al., 1999).
8. Kayu Rapat (Parameria laevigata)

Gambar 8. Kayu Rapat (Parameria laevigata)


Menurut Dalimartha (1991), tanaman kayu rapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Parameria
Spesies : Parameria laevigata (Juss.) Moldenke
Kayu rapat (Parameria laevigata) disebut juga dengan, akar gerip putih,
gakeman mayit (lampung), kayu rapet (sunda), kayu rapet (jawa), gembor (jawa),
ragen (jawa), medaksi (madura), kayu Rapat (Melayu), Dugtong Ahas (Filipina) dan
chang jie zhu (Cina). Tanaman ini banyak tumbuh liar di hutan dan tempat lain yang
bertanah tandus dan cukup mendapatkan sinar matahari. Semak menjalar, panjang
kurang lebih 4 meter. Tumbuh liar di hutan pada dataran rendah samapai 1200 dpl,
Batangnya membelit, bulat, berkayu, berambut, cokelat. Daunnya tunggal, lanset,
berhadapan, pangkal dan daun meruncing, daun muda berwarna hijau kemerahan
setelah tua berwarna hijau, berhadapan, pertulangan menyirip, panjang 5-12 cm,
lebar 2-5 cm, bertangkai panjang 2-4 cm. Bunga berbentuk malai, majemuk, mahkota
bentuk corong, panjang 2-2,5 cm, warna putih. Berbunga pada bulan juni-oktober.
Buah dengan polong, panjang 15-45 cm, ujung lancip, berisi 4-10 biji, berbuah bulan
oktober desember. Bijinya bulat, warna cokelat kehitaman. Akarnya tunggang,
berwarna coklat. Sebagai semak menjalar, kayu rapat atau kayu rapet baik dipelihara
sebagai tanaman hias (Handayani, 2003).
Kulit, kayu dan akar Parameria laevigata mengandung flavonoida dan
polifenol, daunnya juga mengandung saponin dan Tanin. Kulit kayu Parameria
laevigata berkhasiat sebagai obat rahim nyeri sehabis bersalin, disentri, koreng-
koreng dan luka-luka. Untuk obat rahim nyeri sehabis bersalin dipakai 15 gram kulit
kayu Parameria laevigata, dicuci, direbus dengan 3 gelas air selama 25 menit, setelah
diangkat disaring. Hasil saringan diminum 2x sama banyak pagi dan sore. Juga
berkhasiat sebagai stomakik, antipiretik, dan desinfektan (Handayani, 2003).

9. Sambang colok (Aerva sanguinolenta)


Gambar 9. Sambang colok (Aerva sanguinolenta)
Sambang colok (Aerva sanguinolenta ) dikenal juga dengan Ki sambang
(Sunda), Sambang colok (Jawa), Rebha et raedhan (Madura) (Sudarman, 1975).
Klasifikasi tanaman sambaing colok menurut Backer & Bakhuizen (1965) adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Carryophyllales
Familia : Amaranthaceae
Genus : Aerva
Species : Aerva sanguinolenta (L.) Bl.
Sambang colok biasa umbuh liar di halaman dan di ladang-ladang sampai
setinggi kira-kira 1000 m dari permukaan laut. Terdapat di Afrika, Malaysia, Cina
bagian selatan, Filipina, Taiwan bagian selatan dan Indonesia. Di Indonesia
penyebarannya terdapat di daerah Jawa dan Madura. Banyak ditanam di halaman-
halaman sebagai tanaman hias (Restanti, 1992).
Kandungan yang terdapat dalam daun sambang colok yaitu senyawa alkaloid,
minyak atsiri, dan flavonoid . Daun sambang colok dalam pengobatan biasa
digunakan sebagai obat haid kurang teratur, obat untuk menghilangkan rasa nyeri
haid, obat kencing kurang lancar, obat kencing nanah, obat kurang darah, obat
keputihan, obat cacing dan obat radang rahim (Restanti, 1992).
10. Bawang Sabrang (Eleutherine americana)
Gambar 10. Bawang Sabrang (Eleutherine americana)
Menurut Yusuf (2009) klasifikasi bawang sabrang yaitu:
Kingdom : Plantae
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine americana Merr.
Bawang sabrang mempunyai banyak spesies yang tersebar di daerah tropis
yang ada di dunia. Bawang sabrang dengan spesies Eleutherine Americana Merr.
dapat tumbuh di Cina, Indonesia, dan Africa Selatan. Selain itu, beberapa penelitian
mengindikasikan keluarga bawang dayak dari spesies Eleutherine plicata tersebar
luas di sekitar daerah Amazon (Couto et al., 2016).
Bawang sabrang memiliki ciri-ciri yang dapat membedakannya dari
tumbuhan lain yaitu daun berwarna hijau dan berbentuk seperti pedang serta
mempunyai tulang daun sejajar dengan tepi daun licin. Bawang sabrang memiliki
umbi berbentuk lonjong, bulat telur, dan berwarna merah. Bunga bawang dayak
bercirikan tunggal, berwarna putih, serta mempunyai kelopak bunga berjumlah 6
buah (Yusni, 2008).
Umbi bawang sabrang terdapat kandungan kimia yang berupa senyawa aktif.
Kandungan senyawa aktif yang ada pada bawang sabrang selanjutnya disebut
sebagai metabolit sekunder. Kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam
bawang sabrang berasal dari golongan naftokuinon dan turunannya seperti
eleutherine, eleuhterinon, eleutherol, dan elecanin. Menurut penelitian yang
dilakukan, kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada umbi bawang sabrang
yaitu alkaloid, fenolik, glikosida, steroid, flavonoid, dan tanin (Hidayah et al., 2015).
Bawang sabrang memiliki manfaat yaitu sebagai antimicrobial. Bawang
sabrang memiliki senyawa bioaktif berupa eleutherine yang terletak pada umbi
bawang sabrang. Senyawa eleutherine yang terdapat pada umbi bawang sabrang,
dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Selain itu bawang sabrang dapat digunakan sebagai antidiabetes. Khasiat bawang
sabrang sebagai antidiabetes disebabkan karena pada umbi bawang sabrang
mengandung senyawa eleutherinosida yang dapat menghambat aktivitas enzim
maltase. Kandungan allicin pada bawang sabrang juga dipercaya dapat menurunkan
tekanan darah dan mengurangi kekentalan darah (Hidayah et al., 2015).
11. Puring (Codiaeum variegatum)

Gambar 11. Puring (Codiaeum variegatum)


Klasifikasi tanaman puring adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Codiaeum
Spesies : Codiaeum variegatum
Puring adalah tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap
unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka yaitu 2,05
mgr/liter. Selain sebagai tanaman penyerap polutan, puring yang dikenal juga dengan
nama Croton digunakan sebagai tanaman hias karena keindahan keragaman corak
dan warnanya. Warna daun bermacam-macam, seperti hijau, kuning, orange, merah,
dan ungu dengan corak daun bintik-bintik atau garis. Umumnya, semakin tua umur
tanaman, warna daun semakin menonjol, bahkan dalam satu tanaman memiliki dua
atau tiga warna. Bentuk daun puring juga bervariasi, ada yang berbentuk huruf Z,
burung walet, ekor ayam, dasi, keriting spiral, dan anting-anting (Kadir, 2008).
Kelebihan tanaman puring tidak hanya terlihat dari tampilannya saja.
Tanaman puring ternyata juga kaya akan manfaat kesehatan. Kandungan alkaloids,
flavonoid, dan saponins yang dimiliki daun tanaman puring membuatnya dapat
digunakan sebagai tanaman herbal. Sejumlah gangguan kesehatan, seperti kesulitan
buang air besar, diare, demam, dan penyakit sifilis dapat disembuhkan oleh tanaman
puring (Kadir, 2008).
12. Landep (Barleria prionitis)

Gambar 12. Landep (Barleria prionitis)


Klasifikasi tanaman landep (Barleria prionitis L.) adalah:
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Acanthaceae
Genus : Barleria
Spesies : Barleria prionitis L.
Nama daerah tanaman landep yaitu kembang landep (Sunda), landep (Jawa
Tengah), landhep (Madura), di Sumatera disebut bunga landak (Melayu). Landep
merupakan tanaman perdu atau semak tinggi 1,5 m, batang berkayu segi empat
tumpul, da un berwarna hijau tunggal berhadapan, bentuk elips sampai lanset,
pangkal dan ujung runcing panjang 2-18 cm, lebar 20-65 mm, pertulangan menyirip.
Bunga tunggal berhadapan di ketiak daun, daun pelindung berbagi dua, bentuk
lanset, ujung seperti duri panjang 1-2 cm, kelopak ± 1,5 cm, benang sari dua, tangkai
putik bentuk jarum, mahkota bertaju lima, bentuk elips memanjang, warna bunga
kuning. Buah kotak. Bentuk bulat telur, pipih, ujung agak lancip, keras, warna hijau.
Biji bulat telur, pipih, mengkilat seperti beludru, warna coklat. Akar tunggang, bulat,
warna coklat kotor (Backer & Bakhuizen, 1965).
Tanaman landep bisa tumbuh dengan baik dan subur pada lingkungan yang
beriklim kering. Tanaman landep yang merupakan jenis tanaman liar ini ternyata
juga memiliki banyak kegunaan khususnya dalam pengobatan penyakit secara alami
karena dalam daun landep mengandung banyak bahan kimia yang bisa digunakan.
Beberapa kandungan kimia yang terdapat dalam daun landep ini diantaranya adalah
flavonoida, saponin, tanin, garam kalium, polifenol dan juga silikat dengan rasa
pahit. Khasiat daun landep untuk pengobatan adalah mengobati rematik, ancok dan
kurap. Selain itu, daun landep juga dapat mencegah terjadinya kerusakan gigi.
Manfaat lain yang diperoleh dari daun landep yaitu mengobati demam, sakit perut,
perut busung, cacingan, dan juga dijadikan sebagai peluruh air kencing. Oleh karena
itu, banyak orang yang memanfaatkan daun landep sebagai salah satu obat herbal
yang tentu sudah teruji khasiatnya (Backer & Bakhuizen, 1965).
13. Sambang Darah (Excoecaria cochinchinensis)

Gambar 13. Sambang Darah (Excoecaria cochinchinensis)


Klasifikasi tanaman sambang darah yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Excoecaria
Spesies : Excoecaria cochinchinensis
Tanaman sambang darah adalah tanaman semak perdu yang sering kita
jumpai berada di sekitar kita. Tanaman sambang darah ini biasanya dapat di temukan
di pekarangan rumah, ladang, tepi hutan dan tempat lainnya. Nama latin tanaman
sambang darah adalah Excoecaria Cochinchinensis Lour. Sedangkan dalam bahasa
Inggris tanaman sambang darah mempunyai nama Jungle Fire plant, Chinese croton,
Blindness tree, Buta Buta Menurut sejarah asal usul tanaman sambang darah berasal
dari daerah Asia Tenggara dan China. Persebaran tanaman sambang darah dari
daerah India, Cina Selatan dan Taiwan ke Vietnam, Thailand, Laos, Burma,
Kamboja, Semenanjung Malaysia, Indonesia. Ciri fisik tanaman sambang darah
memiliki daun bagian depan berwarna hijau sedangkan bagian belakang daun
berwarna merah seperti darah. Fungsi dan kegunaan tanaman sambang darah bagi
sebagian masyarakat digunakan sebagai tanaman hiasa karena tanaman ini
mempunyai daun yang berwarna indah (Desmiaty et al., 2008).
Menurut farmakologi Cina, tanaman sambang darah memiliki sifat hangat,
pedas; digunakan sebagai obat gatal, pembunuh parasit, dan dapat pula
menghentikan pendarahan dan membunuh racun. Tanaman sambang darah memiliki
berbagai macam kandungan kimia yang sudah banyak diketahui, misalnya silesterol,
asam behenat, tanin, dan triterpinoid. Walaupun mengandung banyak kandungan
kimia yang bermanfaat bagi tubuh, tetapi nyatanya getah tanaman sambung darah
memiliki senyawa beracun yang berbahaya. Namun jika penggunaannya benar,
tanaman sambung darah memiliki khasiat yang baik bagi tubuh.

14. Taiwan Beauty (Cuphea hyssopifolia)

Gambar 14. Taiwan Beauty (Cuphea hyssopifolia)


Taiwan Beauty (Cuphea hyssopifolia) merupakan tanaman semak yang
berasal dari Amerika. Tanaman bunga Taiwan Beauty ini dapat tumbuh dengan
ketinggian sekitar 30-40 cm. Tanaman Taiwan Beauty ini memiliki daun berukuran
kecil, bertekstur halus, berwarna hijau mengkilap dan tumbuh disepanjang tangkai
tanaman. Bunga taiwan beauty berdiameter sekitar 0,5 cm dengan warna bunga
bervariasi yaitu ungu, putih, kuning dan pink. Bunga ini akan terus mekar sepanjang
tahun, pada awal berbunga, bunga muncul pada bagian ujung tangkai
(Sastroamidjojo, 1997). Klasifikasi Taiwan Beauty yaitu:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Cuphea
Spesies : Cuphea hyssopifolia
Kandungan kimia daun Cuphea hyssopifolia mengandung flavonoida dan
polifenol. Daun Cuphea hyssopifolia berkhasiat sebagai obat rematik. Obat rematik
memakai ± 10 gram daun segar Cuphea hyssopifolia, dicuci dan ditumbuk sampai
lumat, ditambah 1 sendok teh kapur dan dicampur sampai rata. Hasil campuran
ditempelkan pada bagian yang sakit dan dibalut dengan kain bersih (Sastroamidjojo,
1997).
15. Tapak dara (Catharanthus roseus)

Gambar 15. Tapak dara (Catharanthus roseus)


Menurut Watiniasih (2012), klasifikasi dari tanaman tapak dara adalah
sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Spesies : Catharanthus roseus (Linn) G Don.
Tapak dara bisa tumbuh baik mulai daratan rendah sampai ketinggian 800
meter di atas permukaan laut. Pohonnya berupa semak tegak dan tingginya bisa
mencapai 1 meter. Batangnya mengandung getah berwarna putih susu dan berbentuk
bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang, dan berambut
sangat lebat Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, dan diklasifikasikan
berdaun tunggal. Panjang daun sekitar 2 - 6 cm, lebar 1 - 3 cm, dan tangkai daunnya
sangat pendek. Bunga tapak dara muncul dari ketiak daun. Bunga berwarna violet,
merah rosa, putih (var. albus), putih dengan bintik merah (var. ocellatus), ungu,
kuning pucat. Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk
terompet, dan ujungnya melebar. Tepi bunga datar, terdiri dari tajuk bunga berbentuk
bulat telur, dan ujungnya runcing menutup ke kiri. Buah tapak dara berbentuk
silindris, ujung lancip, berbulu, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak
biji (Watiniasih, 2012).
Tapak dara mengandung lebih dari 70 macam alkaloid. Dua jenis alkaloid
yang ditemukan pada daunnya, vinblastine dan vincristine, merupakan anti kanker
aktif yang dapat digunakan pada kemoterapi. Tapak dara juga dapat mengobati
penyakit diabetes mellitus, batu ginjal, hipertensi, hepatitis, demam dan malaria
(Watiniasih, 2012).
DAFTAR REFERENSI

Arullappan, S., Prabu, R., Naadeirmuthu, T. & Clara, C. K.., 2014. In Vitro
Screening of Cytotoxic, Antimicrobial and Antioxidant Activities of
Clinacanthus nutans (Acanthaceae) Leaf Extracts. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 13(9), pp. 1455-1461.
Backer, A. & Bakhuizen, V. B., 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only).
Nederlands: Noordhoff-Groningen.
Chaitong, Udom, Choochote, W., Kamsuk, K., Jitpakdi, A., Pongsri T., Chaiyasit,
Daruna, D. C., Teutum, B. & Pitasawat, B., 2006, Larvasidal Effect of Pepper
Plants on Aedes aegypti (L.) (Diphtera:Culicidae). Journal of Vector Ecologi,
31(1), pp. 138-144.
Couto, C. L. L., Denise, F. C., Moraes, Maria, S., Cartágenes, F. M. M & Amaral, R.
N. G., 2016. Eleutherine bulbous (Mill.). Journal of Medicinal Plants
Research, 10 (21), pp. 286-297.
Dalimartha, S., 1991. Atlas Tumbuhan Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
De Padua, L. S., N., Bunyapraphatsara, R. H. M. & Lemmens, J., 1999. Plant
Resources of South-East Asia. Leiden: Backhuys Publishers.
Desmiaty, Y., Ratih, H., Dewi, M. A. & Agustin, R., 2008. Penentuan Jumlah Tanin
Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang
Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru
Prusia. Ortocarpus. 8, pp. 106-109.
Duryatmo, S., 2005. Dulu hiasan kini obat. Jakarta: Trubus.
Handayani, L., 2003. Tanaman Obat untuk Masa Kehamilan & Pasca Melahirkan.
Jakarta: P.T. Agromedia Pustaka.
Hidayah, A. S., Kiki, M. & Leni, P., 2015. Uji Aktivitas Antioksidan Bawang Dayak
(Eleutherinebulbosa Merr.). Prosiding SpeSIA Unisba, pp. 398-404.
Kadir, A., 2008. Puring. Yogyakarta: Andi Offset.
Mardiah, Hasibunan, S., Rahayu, A. & Ashadi, R. W., 2007. Makanan Anti Kanker.
Jakarta: Kawan pustaka.
Nisa, G. K., Wahyunanto, A. N. & Yusuf, H., 2014. Ekstraksi Daun Sirih Merah
(Piper crocatum) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction (Mae).
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 2(1), pp. 72-78.
Nurulita, Y., Haryanto, D. & Andreanus, A. S., 2008. Penapisan Aktivitas dan
Senyawa Antidiabetes Ekstrak Air Daun Dandang Gendis (Clinacanthus
nutans). Jurnal Natur Indonesia, 10(2), pp. 98-103.
Restanti, A. R., 1992, Skrining Fitokimia dan Pemeriksaan Mikroskopi Daun
Sambang Colok (Aerva sanguinolenta Linn.), Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suharty, N. S., 1984. Isolasi terpenoid dari daun Clinacanthus nutans [Tesis].
Bandung: Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
Suhono, B. & Tim LIPI., 2010. Ensiklopedia Flora jilid 1. Bogor: PT Kharisma
Ilmu.
Sastroamidjojo, A. S., 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Virgianti, D. P., Rochmanah, S. & Resty, R., 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Karuk (Piper sarmentosum Roxb) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Streptococcus pyogenes. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 17(1),
pp. 8-15.
Watiniasih, 2012. Praktek Baik Budidaya Tanaman Tapak Dara (Chatranthus roseus
Linn). Bali: Universitas Udayana.
Yusni, M. A., 2008. Perbedaan Pengaruh Pemberian Fraksi Etanolik Bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia L. Merr.) dengan 5-fluorourasil Terhadap
Penghambatan Pertumbuhan Galur Sel Karsinoma Kolon Galur GT-29 dan
Ekspresi P-53 Mutan. Tesis, Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.
Yusuf, H., 2009. Pengaruh Naungan dan Tekstur Tanah Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Sabrang (Eleutherine Americana Merr.). Skripsi,
Universitas Sumatra Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai