Anda di halaman 1dari 6

ANDONG MERAH (TI / HANJUNG)

Cordyline fruticose

1. SEJARAH
Andong merah (Cordyline fruticosa L.) merupakan tanaman yang banyak digunakan
sebagai tanaman hias di Indonesia. Tanaman hias ini dari keluarga Asparagaceae, yang
berasal dari austronesia, Asia Tenggara dan Oseania yang secara lokal dikenal sebagai
tanaman andong, pohon ti, atau hanjuang. Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias
daun andong juga dimanfaatkan untuk upacara keagamaan serta campuran ramuan obat
tradisional di berbagai daerah. Klasifikasi dari tanaman daun andong termasuk Kingdom
Plantae, Sub kingdom Viridiplantae, Infra kingdom Streptophyta, Super divisi
Embryophyta, Divisi Tracheophyta, Sub divisi Spermatophyta, Kelas Magnoliopsida,
Super ordo Lilianae Ordo Asparagales, Famili Asparagaceae, Genus Cordyline Comm,
Spesies Cordyline fruticosa (L.) A Chev. Klasifikasi dari tanaman andong
termasuk ke Kingdom Plantae, Sub kingdomViridiplantae, Infra kingdom Streptophyta,
Super divisi Embryophyta Divisi Tracheophyta, Sub divisi Spermatophyta, Kelas
Magnoliopsida Super ordo Lilianae, Ordo Asparagales, Famili Asparagaceae Genus
Cordyline Comm, Spesies Cordyline fruticosa (L.) A Chev.
2. MORFILOGI
Tanaman andong termasuk suku bawang-bawangan biasa yang ditanam sebagai tanaman
hias di pekarangan, atau taman. Andong merah biasa dipakai sebagai pagar atau pembatas
di perkebunan teh. Andong di temukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.900 mdpl
(Gunawan et al., 2013).Andong merah bercirikan perdu tegak dengan tinggi 2-4 m, jarang
bercabang, batangnya bulat, keras, bekas daun rontok berbentuk cincin. Daun tunggal
berwarna hijau, ada pula yang berwarna merah kecoklatan. Letak daunnya tersebar pada
batang, daun berbentuk lanset dengan panjang 20-60 cm dan lebar 5-13 cm. Ujung dan
pangkal daunnya runcing, tepinya rata, pertulangannya menyirip dan tangkai daunnya
berbentuk talang (Dalimartha, 2009). Bunga bermalai besar, muncul dari tengah-tengah
kluster daun. Panjang bunga antara 30-38 cm, melengkung dan bercabang. Bunga andong
merah biasanya berwarna keunguan yang terdiri dari kelopak bunga yang sempit dengan
6 lobus runcing, 6 benang sari dan putikputih dengan 3 ovarium (Dalimartha, 2009).
3. KANDUNGAN SENYAWA
Menurut Dalinartha (2009) menjelaskan bahwa Tanaman andong mengandung beberapa
senyawa kimia diantaranya yaitu saponin, tanin, flavonoid, polifenol dan Steroida.
Saponin adalah deterjen atau glikosida alami yang mempunyai sifat aktif permukaan
yang bersifat amfifilik, mempunyai berat molekul besar dan struktur molekulnya terdiri
dari aglikon steroid atau triterpen yang disebut dengan sapogenin dan glikon yang
mengandung satu atau lebih rantai gula (Sirohi et al, 2014). Kemampuan busa dari
saponin disebabkan oleh kombinasi dari sapogenin yang bersifat hidrofobik (larut dalam
lemak) dan bagian rantai gula yang bersifat hidrofilik (larut dalam air) (Naoumkina et al,
2010; Sirohi et al, 2014). Saponin secara langsung dapat menghambat kolesterol dari usus
atau tidak langsung menghambat penyerapan kembali asam empedu. Saponin memiliki
sifat khas seperti berasa pahit, berbusa dalam air dan beracun bagi binatang berdarah
dingin (Latifah, 2015). Tanin tergolong dalam senyawa polifenol (Desmiaty, 2008).
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder sebagai astringen, anti diare, anti
bakteri dan antioksidan. Uji pada tanin ketika dicampur dengan FeCl3 akan membentuk
warna hijau, warna tersebut muncul akibat terbentuknya senyawa kompleks antara logam
Fe dan tanin. Adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion atau logam dengan atom non
logam sehingga terbentuknya senyawa kompleks (Effendy, 2007).
4. Manfaat
Bahkan di Indonesia, dilansir dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2017 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, daun andong atau
Cordyline fruticosa (Linn) memiliki sebutan yang berbeda di beberapa daerah. Daun
andong merah (Cordyline fruticosa (L) A. Cheval) memilik khasiat sebagai obat yang
bekerja dalam proses penyembuhan luka Sebagai obat kencing berdarah. Mampu
mencegah keguguran serta darah haid yang terlalu banyak. Nyeri lambung dan ulu hati.
TBC (tuberkolosis), Terlambat haid. Mencegah diare, mengatasi nyeri dan demam,
mencegah kulit dari radikal bebas, mencegah obesitas dan kolesterol. Obat disentri, obat
ambeien, obat maag, liver, mengatasi keputihan, melancarkan saluran kemih. Radang
gusi, wasir, diare, serta bekas gigitan hewan berbisa.
5. Manfaat untuk upakara
Di Bali tanaman ini juga digunakan untuk keperluan upacara munar lembur. Satu batang
tanaman ini yang masih berdaun akan dipotong. Pada saatnya nanti, batang tersebut akan
ditancapkan ke tanah agar kelak tumbuh berakar. Dalam upacara munar lembur, hanjuang
memiliki makna sebagai batas juga sebagai simbol bahwa manusia harus senantiasa
berjuang dalam berbagai aspek kehidupan (Yudi Putu Satriadi Ria Andayani Somantri,
2016). Dalam salah satu perbincangan ringan menurut bapak | Nengah Dana dan Dewa
Ketut Suratnaya daun endong yang ditanam sebagai pagar pura secara niskala sudah
menandakan batas. Oleh karena itu Pura yang penyengkernya belum jelas karena belum
diupacarai secara lengkap dapat menggunakan pohon endong. Dalam perayaan tumpek
landep misalnya kita akan melihat rangkaian banten dengan menggunakan daun andong.
Hari suci pemujaan Sang Hyang Pasupati ini sangat akrab dengan penggunaan daun
andong merah yang lebih dominan. Demikian pula andong merah juga digunakan dalam
banten beyakala. Penggunaan pohon endong sebagai pagar pada masa lalu memiliki dua
fungsi yaitu batas secara fisik yang dapat dilihat berupa pagar endong dan pagar niskala
atau benteng pekarangan secara gaib. Banten beyakala secara niskala, untuk
menghilangkan kekuatan-kekuatan buruk Bhutakala serta mengembalikan ke sumbernya
agar tidak mengganggu. Kekuatan buruk atau negatif ini oleh masyarakat Indonesia
sering disebut dengan Bala. Misalnya orang tua jaman dahulu akan berdoa ketika
anaknya kan pergi jauh dengan doa "semoga dijauhkan dari Bala".
6. Daftar Pustaka
Pusparini, G., Desnita, E., & Edrizal. (2018). Pengaruh Ekstrak Daun Andong Merah
(Cordyline fruticosa (L) A. Chev) Terhadap Kecepatan Penutupan Luka Secara Topikal
Pada Mencit Putih (Mus musculus). B-Dent Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Baiturrahmah, 3(1), 59–67. https://doi.org/10.33854/JBDjbd.39
Sahara, S. A., Hazar, S., & Fitrianingsih, S. P. (2021). Kajian Pustaka Aktivitas
Farmakologi Ekstrak Daun Andong Merah (Cordyline fruticosa [L.] A. Cheval).
Prosiding Farmasi, 475-479.
Sri Putri P. (2017). Jurnal Penelitian Agama Tanaman Upacara diantara Tanaman Hias
dikampus Institut Hindu Dharma Negeri Indonesia III (1), 55-63.
Satya W. & Sutama (2020). Article Komunikasi Lingkungan Hidup dan Pelestarian
Tanaman Upakara di Kota Mataram, 51-54.
ANDONG MERAH (TI / HANJUNG)
Cordyline fruticose

1. HISTORY
Red andong (Cordyline fruticosa L.) is a plant that is widely used as an ornamental plant
in Indonesia. This ornamental plant is from the Asparagaceae family, originating from
Austronesia, Southeast Asia and Oceania which is locally known as the andong plant, ti
tree, or hanjuang. Apart from being used as an ornamental plant, the leaves of the
carriage are also used for religious ceremonies as well as a mixture of traditional
medicinal ingredients in various regions. The classification of the Andong leaf plants
includes Kingdom Plantae, Sub kingdom Viridiplantae, Infra kingdom Streptophyta,
Super division Embryophyta, Tracheophyta Division, Sub division Spermatophyta, Class
Magnoliopsida, Super order Lilianae Ordo Asparagales, Family Asparagaceae, Genus
Cordyline Comm, Species Cordyline fruticosa (L. ) A Chev. The classification of the
Andong plant belongs to Kingdom Plantae, Sub-kingdom Viridiplantae, Infra-kingdom
Streptophyta, Super division Tracheophyta Division Embryophyta, Sub-division
Spermatophyta, Class Magnoliopsida Super order Lilianae, Order Asparagales, Family
Asparagaceae Genus Cordyline Comm, Species Cordyline fruticosa (L.) A Chev.
2. MORPHOLOGY
The andong plant belongs to the common onion tribe which is grown as an ornamental
plant in the yard or garden. Andong red is usually used as a fence or barrier in tea
plantations. Andong is found from the lowlands to an altitude of 1,900 meters above sea
level (Gunawan et al., 2013). The red Andong is characterized by upright shrubs with a
height of 2-4 m, rarely branching, the stems are round, hard, ring-shaped traces of fallen
leaves. Single leaf green, some are brownish red. The location of the leaves is spread on
the stem, the leaves are lanceolate in shape with a length of 20-60 cm and a width of 5-13
cm. The tips and bases of the leaves are pointed, the edges are flat, the bones are pinnate
and the petioles are chamfer-shaped (Dalimartha, 2009). Large panicle flowers, emerging
from the center of the leaf cluster. Flower length between 30-38 cm, curved and branched.
Andong red flowers are usually purplish in color consisting of narrow petals with 6
pointed lobes, 6 stamens and white pistils with 3 ovaries (Dalimartha, 2009).
3. COMPOUND CONTENT
According to Dalinartha (2009) explained that the andong plant contains several chemical
compounds including saponins, tannins, flavonoids, polyphenols and steroids. Saponins
are natural detergents or glycosides that have surface-active properties that are
amphiphilic, have a large molecular weight and their molecular structure consists of a
steroid or triterpene aglycone called sapogenin and glycones containing one or more
sugar chains (Sirohi et al, 2014). The foaming ability of saponins is caused by a
combination of hydrophobic (fat-soluble) sapogenins and hydrophilic (water-soluble)
sugar chains (Naoumkina et al, 2010; Sirohi et al, 2014). Saponins can directly inhibit
cholesterol from the intestine or indirectly inhibit the re-absorption of bile acids.
Saponins have distinctive properties such as a bitter taste, foam in water and are toxic to
cold-blooded animals (Latifah, 2015). Tannins are classified as polyphenolic compounds
(Desmiaty, 2008). Tannins are active compounds of secondary metabolites as astringents,
anti-diarrhea, anti-bacterial and antioxidants. Test on tannins when mixed with FeCl3
will form a green color, this color appears due to the formation of complex compounds
between Fe metal and tannins. There is a coordination covalent bond between ions or
metals with non-metal atoms so that complex compounds are formed (Effendy, 2007).
4. BENEFITS
Even in Indonesia, as reported by the Decree of the Minister of Health of the Republic of
Indonesia in 2017 concerning Formulary of Original Indonesian Herbal Medicines,
andong leaves or Cordyline fruticosa (Linn) have different names in several regions. The
leaves of red carriage (Cordyline fruticosa (L) A. Cheval) have medicinal properties that
work in the wound healing process as a remedy for bloody urine. Able to prevent
miscarriage and too much menstrual blood. Stomach and heartburn pain. Tuberculosis
(tuberculosis), Late menstruation. Prevent diarrhea, treat pain and fever, prevent skin
from free radicals, prevent obesity and cholesterol. Medicine for dysentery, medicine for
hemorrhoids, medicine for ulcers, liver, treats leucorrhoea, improves the urinary tract.
Gingivitis, hemorrhoids, diarrhea, and venomous animal bite marks.
5. BENEFITS FOR CEREMONIES
In Bali this plant is also used for munar overtime ceremonies. One stem of this plant that
is still leafy will be cut. In time, the stem will be plugged into the ground so that later it
will grow roots. In the munar overtime ceremony, hanjuang has a meaning as a boundary
as well as a symbol that humans must always struggle in various aspects of life (Yudi
Putu Satriadi Ria Andayani Somantri, 2016). In one of the light conversations according
to Mr. | Nengah Dana and Dewa Ketut Suratnaya, an endong leaf planted as a temple
fence in a nocturnal sense signifies a boundary

Anda mungkin juga menyukai