Anda di halaman 1dari 8

TANAMAN OBAT DAUN UNGU

Graptophyllum Pictum (L.) Griff.

TUGAS FITOFARMAKA

RACHMATIA FITRI FADILLAH


2048201041

PRODI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAJI SUMATRA UTARA
2023
TANAMAN OBAT
GRAPTOPHYLLUM PICTUM (L.) Griff.

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya hayati. Hal ini
dibuktikan dengan beragamnya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai khasiat untuk
pengobatan serta kaya akan kandungan metabolit sekunder. Tumbuhan yang
berkhasiat untuk pengobatan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat secara
turun temurun. Salah satunya adalah daun ungu yang digunakan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat di Jawa Barat, Maluku, dan Papua. Secara empiris
daun ungu digunakan untuk mengobati luka, pembengkakan liver, batu empedu,
serta mengobati batuk (Umami, et al., 2021).
Handeuleum (Sunda), daun ungu (Jawa) atau baulas (Papua)
(Graptophyllum pictum (L.) Griff), merupakan salah satu tanaman obat yang
dipelihara sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Namun, tanaman ini belum
dibubidayakan, padahal secara tradisional masyarakat telah menggunakan secara
turun temurun, bahkan telah banyak paket penelitian yang dilakukan untuk
mengembangkan tanaman ini. Kandungan bahan aktif Grapthophyllum pictum,
ternyata dapat dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit wasir, melancarkan buang
air seni, melancarkan haid, dan rematik; menghaluskan kulit (skin softener); batu
empedu, hepatitis, usus besar dan penyakit lainnya (Syamsuhidayat, et al., 1991).
Nama lokal dari Graptophyllum pictum yaitu pudding hitam, daun wungu
Klasifikasi-klasifikasi
 Kerajaan : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Bangsa : Scorpulariales
 Keluarga : Acanthaceae
 Marga : Graptophylum
 Jenis : Graptophyllum pictum (L.) Griff
Daun wungu
Daun wungu merupakan salah satu tanaman obat yang berasal dari papua,
yang ditemukan juga di Jawa, Ternate, dan Maluku. Daun wungu tumbuh di
daerah dataran rendah sampai ketinggia 1.250 meter diatas permukaan laut, serta
di tempat-tempat terbuka beriklim kering dan lembab. Dari hasil eksplorasi yang
dilakukan di Manokwari, Papua Barat, masyarakat mengenal daun ungu untuk
mengatasi wasir dengan cara ditumbuk dan diminum air rebusnya
(Bermawie, et al., 2006).
Menurut Khumaida et al., (2008), dari hasil eksplorasi ke Pengalengan
Jawa Barat, Jayapura-Papua, dan Maluku, ditemukan beberapa daun ungu dengan
penampilan pola warna daun yang berbeda, yakni,
1) daun dengan warna ungu
2) warna hijau dengan corak putih di tengah
3) warna hijau dengan corak putih di pinggir
4) warna hijau corak putih di pinggir batang berwarna coklat
5) berwarna ungu dengan corak putih di tengah

1. Botani
Daun wungu (Graptophyllum pictum L. Griff) merupakan tumbuhan perdu.
Tingginya dapat mencapai 2 m. tumbuhan ini memiliki batang berkayu, beruas,
permukaan licin, ungu kehijauan. Daun tumbuhan ini termasuk ke dalam daun
tunggal, tata letak berhadapan, berbentuk bulat telur, ujung daun runcing, pangkal
meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilat, Panjang
15-25 cm, lebar 15-11 cm, bewarna ungu ataupun ungu tua, bunga berbentu
majemuk, terletak di ujung batang, pangkal kelopak berlekatan, bagian ujung
berbagi lima, berwawna ungu, benang sari empat, melekat pada mahkota bunga,
tangkai sari ungu, kepala sari ungu kehitaman, putik berbentuk tabung, ujung
bunga bertajuk lima, buah berbentuk kotak, lonjong, berwarna ungu kecoklatan.
Biji berbentuk bulat, berwarna putih, dan akar tunggang berwarna coklat muda
(Suryaku, 2017). Daun ungu memiliki nama atau sebutan yang berbeda-beda di
setiap daerah di Indonesia, yaitu daun wungu (Jawa), pudin (Sumatera), temen
(Bali), kadi-kadi (Ternate), dan dongo-dongo (Tidore) (Ayuningtyas, 2017).

2. Kandungan
Batang daun tumbuhan wungu mengandung kalsium oksalat, asam formiat,
dan lemak. Daun berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), mempercepat
pemasakan bisul, pencahar ringan (laksatif), dan pelembut kulit sedangkan
bungannya berkhasiat sebagai pelancar haid. BPOM (2014), menyatakan bahwa
daun ungu mengandung alcohol, pectin, dan asam formiat. Kandungan minyak
atsiri tidak kurang dari 0,4%, dan flavonoid 0,4%; dengan bahan aktif penanda
dari golongan triterpenoid, yakni vomifoliol.
Kesehatan Republik Indonesia telah melakukan penelitian terhadap kandungan
senyawa aktif yang terdapat pada daun wungu yakni golongan flavonoid (4,5,7-
trihidroksi flavonol, 4,4-dihidroksi flavon, 3,4,7-trihidroksi flavon, dan luteolin-
7glukosida). Selain itu, terdapat kandungan senyawa lain pada daun wungu
berupa alkaloid non-toksik, saponin, tannin galat, antosianin, dan asam-asam
fenolat (asam protokatekuat, asam p-hidroksi benzoate, assam kafeat, asam p-
kumarat, asam vanilat, asam singirat, dan asam ferulat.
Kandungan kimia yang terkandung didalam daun wungu (graptophyllum
pictum.) yaitu flavonoid, tanin, alkaloid, steroid, saponin, glikosida. Kandungan
yang komplek dan beragam dari daun wungu ini menyebabkan memiliki fungsi
sebagai daya antibakteri (kusumaningsih, 2015).
1. Flavonoid
Flavonoid termasuk kedalam senyawa polifenol yang berfungsi
sebagai senyawa antibakteri dengan cara membentuk senyawa
kompleks terhadap protein ekstrak seluler yang menggangu membran
sel bakteri. Flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon, yang memiliki beberapa bentuk
kombinasi glikosida dalam satu tumbuhan (Suryaku, 2017).

2. Tanin
Tanin merupakan senyawa yang termasuk ke dalam polifenol,
memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan
karboksil. Senyawa tannin terdiri dari dua jenis yaitu tannin
terhidrolisis (Suryaku, 2017).

3. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna yang bersifat optik
aktif. Alkaloid berbentuk kristal, selain itu alkaloid dapat berupa cairan
(misalnya nikotin) pada suhu kamar. Alkoloid dapat ditemukan pada
ranting kayu, kulit kayu, daun dan biji dari tumbuh-tumbuhan. Kadar
alkaloid dapat mencapai 10-15% (Ayuningtyas, 2017).
4. Steroid
Steroid merupakan senywa yang sangat penting dalam bidang
medis. Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia
obat-obatan antara lain adalah esterogen, progestin, glokokortiokid,
serta kardenolida (Ayuningtyas, 2017).

5. Saponin merupakan senyawa yang banyak terdapat pada tumbuhan.


Senyawa ini bersifat mirip dengan sabun dan mudah membentuk busa.
Saponin memiliki efek antibakteri dan antijamur dapat terganggu
dengan cara adanya gugus monosakarida dan turunannya
(Suryaku, 2017).
3. Manfaat
Daun wungu banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai obat ambeien atau
wasi, sembelit, peluruh kencing, pelancar haid, obat bisul, dan beberapa kondisi
seperti anti-jamur, anti-inflamasi, dan anti-plak. Selain itu, daun wungu juga dapat
digunakan untuk pengobatan terhadap luka, bengkak, borok, bisul penyakit kulit,
dan secara eksperimental ekstrak daun wungu berperan menghambat
pembengkakan dan menurunkan permeabilitas membran (Fauzi, 2016). Daun
wungu (Graptophyllum pictum) mempunyai khasiat sebagai obat sembelit,
peluruh kencing, pelancar haid, obat bisul dan obat wasir (Wahyuningtyas, 2008).

4. Kultur Teknis

(1.) Syarat tumbuh


a. Tanah:
 Tanah, pupuk kandang
 plItanah berkisar
 Dapat tumbuh diketinggian 1.250 mdpl
b. Iklim:
 Tumbuh pada tempat-tempat terbuka yang banyak terkena sinar matahari,
dengan iklim kerng atau lembab.

(2.) Bahan Tanaman


Tanaman ini sangat mudah ditanam, karena mampu hidup di segala cuaca dan
lokasi baik didataran rendah maupun dataran tinggi dan mudah penanaman
medianya yang dimana menggunakan tanah, pasir/sekam/serbuk kayu, dan pupuk
kandang
Caranya adalah sebagai berikut:
 Menyiapkan bibit tanaman ungu yang bisa dibeli pada penjual tanaman.
 Untuk cara menanam di pot campurkan tanah, pasir/sekam/serbuk kayu, dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1
 Untuk menanam di kebun pastikan agar tanah tidak liat dan tercampur
banyak pasir. Dengan pencampuran tanah kebun, pasir/sekam/serbuk gergaji
dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:2.
 Siram media tanam terlebih dahulu agar tetap lembab, kemudian pindahkan
bibit ke dalam pot. Jaga supaya akar tanaman tidak rusak.
 Seperti biasa lakukan penyiraman setiap hari, serta cek dibawah daun
biasanya terdapat pengganggu daun ungu yaitu ulat dan siput, yang suka
memakan daunnya.
(3.) Persiapan Lahan
 Tanah dibersihkan dan dicangkul sedalam -+ 30 cm.
 Tanah dibuat bedengan/guludan dengan tinggi 20 - 30 cm, lebar 1 1,5 m. Jarak
antara bedengan selebar 40 - 50 cm.
 Buat lubang tanam I minggu sebelum waktu tanam dengan ukuran 30 x 30 x
30 cm dengan jarak tanam 60 x 40 cm dan diber pupuk kandang dengan dosis
30 ton/ha ‡ 0,75 kg/tanaman.

(4.) Penanaman
 Penanaman dilakukan pada pagi hari kemudian disiram
 Benih berumur 1 bulan siap ditanam ke dalam lubang tanam
 Setelah penanaman, guludan disiram sampai betul-betul basah.

(5.) Hama
Hama yang sering menyerang tanaman daun ungu diantaranya adalah ulat
pemakan daun, ulat (Doleschallia bisaltide), Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae),
Saissetia nelgecta (Hemiptera: Coccidae), dan Orthezia insignis (Hemiptera :
Ortheziidae), dan Aphis gossypi (Hemmiptera: Aphididae). Diantara serangga-
serangga tersebut ulat D. bisaltide merupakan hama utama pada tanaman daun
ungu. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara bakar populasi ulat,
menanam tanaman pengusir ulat, memelihara unggas dan menggunakan peptisida
organic.

(6.) Pemeliharaan
A. Pemupukan
 Tanah kebun /pupuk kandang/pasir/serkam/serbuk kayu diberikan dengan
perbandingan (1:1:1)
 Untuk pencampuran dilakukan dengan perbandingan (2:1:2) Aturan
 Lalu dilakukan stek pada batang daun ungu

C. Pengairan
Pengairan/penyiraman dilakukan setiap hari apabila tidak turn hujan dan
disesuaikan dengan kondis lapangan.

(7.) Panen
Panen dilakukan dengan memangkas batang nya sekitar 1 meter dari
permukaan tanah lalu dipisahkan lalu untuk penanaman dilakukan ada stek batang
daun ungu dan pada media yang sudah di sediakan tanpa harus di sungkup, daun
ungu selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari, jika matahari panas dari pagi
sampai sore bisa kering dalam tiga hari, untuk menghasilkan 1kg tanaman
membutuhkan 5 kg daun segar.

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas, M. 2017. Uji Aktivitas Antijamur Fraksi N-Heksan, Etil Asetat Dan
Air Dari Ekstrak Etanolik Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff)
Terhadap Candida albicans Atcc 10231 (Doctoral Dissertation, Universitas
Setia Budi Surakarta).
Bermawie, N.; N.N. Kristina dan H. Nurhayati. 2006. Jamu used for women’s
helath care in Indonesia. Proceedings Women’s Healths & Asian
Traditional Medicine Conference & Exhibition. 28-30 July. Putra Wordl
Trade Centre, Kuala Lumpur, Malaysia. P. 45-54.
BPOM, 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. 1 : 77-79
Fauzi, D. 2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum pictum
L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.Skripsi.
Fakultas Teknobologi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.
Khumaida, N., N.N. Kristina, D. Sartiami dan T. L. Mardiningsih. 2008.
Peningkatan keragaman genetik tanaman obat handeuleum
(Graptophyllum pictum L. Griff.) melalui induksi mutasi untuk perakitan
varietas baru produksi tinggi dan tahan hama utama. Laboran Hasil
Penelitian Kerjasama Penelitian KKP3T. IPB-Litbang Reptan.
Kusumaningsih, W., Mamahit, A. A., & Bashiruddin, J. (2015). Pengaruh latihan
brandt daroff dan modifikasi manuver Epley pada vertigo posisi
paroksismal jinak, 45(1), 43–52.
Suryaku, N. I. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksan, Etil Asetat dan
Air Dari Ekstrak Etanolik Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff)
Terhadap Staphylococcus aureus Atcc 25923 (Doctoral Dissertation,
Universitas Setia Budi Surakarta).
Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 305-
306, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan
Pengenmbangan Kesehatan, Jakarta.
Umami, Z., Muti'ah, R., & Annisa, R. 2021. Aktivitas Antitusif Kombinasi
Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum) Dan Daun
Ungu (Graptophyllum pictum) Pada Marmut (Cavia porcellus). Majalah
Kesehatan FKUB, 7(4), 212-219.
Wahyuningtyas, E. (2008). Pengaruh Ekstrak Graptophyllum pictum Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Gigi Tiruan Resin Akrilik.
Indonesian Journal of Dentistry 15 (3), 187-191.

Anda mungkin juga menyukai