Pungky Nur Khayati (H3515031) Rachma Oktora I (H3515033)
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2017 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejumlah tumbuhan dapat dikategorikan sebagai tumbuhan langka karena pemanenan secara langsung dari alam. Tumbuhan tersebut dieksploitasi secara berlebihan karena meningkatnya permintaan bahan obat. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab kepunahan tumbuhan tersebut. Tumbuhan inggu termasuk kategori tumbuhan langka yang perlu dilestarikan. Tumbuhan ini banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan kejang, demam, penenang, keguguran dan peluruh keringat. Tumbuhan ini pada umumnya diperbanyak secara konvensional melalui perbanyakan vegetatif (stek) karena pada ketinggian kurang dari 1 000 m dari permukaan laut (dpl) tidak dapat berbunga sehingga tidak bisa diperbanyak secara generatif (biji) Inggu (Ruta graveolens L.) sinonim R. angustifolia L. merupakan salah satu tanaman obat langka di Indonesia. Tanaman ini termasuk ke dalam famili Rutaceae yang banyak digunakan sebagai obat. Sebagai obat tradisional di Indonesia, inggu sering digunakan sebagai obat demam, kejang, penenang, dan peluruh keringat, antiinflamasi dan antikanker serta berpotensi sebagai antioksidan Inggu mengandung berbagai senyawa kimia, di antaranya flavonoid, furocoumarins, furoquinolines, acridone alkaloid, dan minyak atsiri. Tumbuhan ini pada umumnya diperbanyak secara konvensional melalui perbanyakan vegetatif (stek) karena pada ketinggian kurang dari 1 000 m dari permukaan laut (dpl) tidak dapat berbunga sehingga tidak bisa diperbanyak secara generatif (biji). B. Rumusan Masalah 1. Apa saja karakterisik dari tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers)? 2. Bagaimana budidaya tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers)? 3. Apa saja kandungan yang terdapat pada tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers)? 4. Apa saja manfaat dari tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers)? 5. Bagaimana pengolahan pascapanen untuk tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers)?)? C. Tujuan 1. Mengetahui karakterisik tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers). 2. Mengetahui budidaya tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers). 3. Mengetahui kandungan yang terdapat pada tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers). 4. Mengetahui manfaat dari tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers). 5. Mengetahui pengolahan pascapanen tanaman Inggu (Ruta Angastifolia [L] Pers). BAB II PEMBAHASAN A. Karakteristik Tanaman Inggu Tanaman Ruta angastifolia atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obt untuk berbagai macam penyakit. Organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradsional adalah daunnya. Cara pengolahan daun sebelum menjadi ramuan obat berbagai macam, namun yang paling sederhana adalah menggunakan daun langsung dengan menghancurkannya dan menempelkan pada tembpat yang sakit. Cara lain adalah dengan merebut beberapa lehai daun Inggu sampai air mrenjadi setengahnya lalu diminum secara rutin. Penyakit yang dipercaya dapat diatasi dengan ramuan daun Inggu meliputi penyakit gigi, semam, kejang pada anak, nyeri ulu hati, merangsang haid, kecegukan, sakit kepala dan bisul. Tanaman Inggu memiliki ciri herba bertahun, lebat didasarnya, tinggi 0,3- 1,5 meter, daun menyusun susunan spiral, 2-3 bertakup menyirip, membundar telur sungsang, lonjong-bundar telur sungsang dibarisan luar, 4-15 cm X 2-9 cm, ruas pokok bundar telur sungsang-melanset sampai agak lonjong sekitar 8-15cm X 1,5- 3,5 mm, beringgitan, kelenjar tembus pandang, berbau kuat, daun dibagian bawah bertangkai pendek, perbungaan terbatas, terminal atau dihelaian diatas ketiak, sering menkombinasi kedalam gedung, daung gagang melanset, kurang luas atau tidak luas dari pada dahan yang tersubten, kelenjar biasanya berbulu halus, bunga 4 (-5)-merous, daun kelopak mendelta-bundar telur, 2-3 mm X 1-2 mm meruncing terbenam (subacute), kelenjar berbulu halus, daun mahkota lonjong, panjang 7-10 mm, berjumbai dengan bulu getar selebar daun mahlkota, kapsul gundul, ruas melancip. Di asia tenggara hanya dikenal untuk dikutivasi. Inggu merupakan perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 1,5 m. Tumbuhan ini sering ditanam di kebun pada daerah pegunungan sampai ketinggian 1 000 m dpl. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki kelembaban yang tinggi. Inggu dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit antara lain demam, influenza, batuk, radang paru, ayan (epilepsi), hepatitis, kejang pada anak, kecikukan, cacingan, histeri (hysteria), nyeri ulu hati, nyeri dada, hernia, bisul, haid tidak teratur, radang kulit bernanah, memar akibat benturan benda keras, gigitan ular berbisa dan serangga dan keracunan obat atau racun Seluruh bagian tumbuhan inggu dapat digunakan baik dalam bentuk segar atau yang telah dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur tidak langsung di bawah sinar matahari. Untuk pemakaian luar, tanaman segar digiling atau diremas-remas, lalu dibubuhkan pada bagian tubuh yang sakit seperti pengobatan pada sakit kepala, kejang pada anak, ketombe, sakit telinga, sakit gigi, bisul, memar, dan rematik. Tanaman dapat menyebabkan warna kulit menjadi merah, membengkak atau timbul lepuh jika digunakan terlalu banyak. Minyak atsirinya juga dapat digunakan sebagai minyak gosok untuk menghilangkan rasa nyeri pada bagian tubuh yang sakit. Tanaman inggu umumnya diperbanyak secara konvensional melalui perbanyakan vegetatif (stek) karena sulit diperbanyak secara generatif (biji). Tanaman ini mudah diperbanyak dengan stek batang ukuran 20 25 cm dan waktu tanam dilakukan pada awal musim hujan. Perbanyakan secara generatif maupun vegetatif menghasilkan jumlah bibit sedikit dalam kurun waktu yang lama dan rentan terserang hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, kultur in vitro merupakan teknik perbanyakan non konvensional yang dapat menghasilkan jumlah bibit yang banyak dalam waktu relatif singkat serta bebas patogen (Yenisbar, 2013). B. Budidaya Tanaman Inggu 1. Pengolahan tanah Tanah harus dicangkul dengan kedalaman yang cukup, kemudian dibersihkan dari tanaman-tanaman pengganggu. Sisa tanaman-tanaman yang tidak berguna bisa dijaikan pupuk hijau. Selanjutnya dibentuk larikan-larikan atau lubang-lubang tanaman dan biarkan lahan tersebut sementara waktu. 2. Pemilihan bibit Jenis bibit tanaman inggu harus dipilih yang sesuai dan termasuk bibit yang unggul, biasanya merupakan bibit hasil penyemaian sendiri atau hasil pembelian dari pembibitan. 3. Pemindahan tanaman ke tempat atau lingkungan yang sesuai. 4. Penyiraman Biasanya dilakukan 2 kali sehari sampai bibit tanaman itu tampak tumbuh dengan baik dan kuat, selanjutnya dilakukan sehari 1 kali apabila masih diperlukan. 5. Penyiangan tanaman. Penyiangan tanaman-tanmaan liar atau gulma perlu dilakukan, yaitu dengan tujuan agar tidak mengganggu pertumuhan tanaman utama. 6. Kandungan Tanaman Inggu Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman inggu antara lain minyak atsiri dan senyawa fenol. Berdasarkan kandungan senyawa tersebut diatas, sehingga tanaman inggu dipercaya memiliki sifat dan khasiat antara lain antipireti, analgesik, antitoksik, karminatif, membuyarkan bekuan darah, pereda kejang, peluruh haid, abortivum, pembersih darah, stimulan pada sistem saraf dan kandungan, dan antihelmin (Nunung Sulistyani). Kandungan kimia lain yang terdapat dalam inggu adalah furokumarin, akridon alkaloid, kuinolon, terpenoid, saponin, flavonoid, tanin,dan kumarin. Flavonoid diketahui memiliki aktivitas antibakteri pada strain Staphylococcus aureusdan Streptococcus mutans dengan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) 100 g/mL dan 50g/mL.Flavonoid utama pada inggu adalahrutin dan kuersetin, keduanya memiliki aktivitas antibakteri. Rutin memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Klebsiella pneumonia, kuersetin memiliki aktivitas antibakteri terhadap methicillinresistant Staphylococcusaureus (MRSA), methicillin sensitive Staphylococcus aureus(MSSA), vancomycin-resistantenterococci (VRE), nilai MIC-nya berkisar 13-128 mg/mL Terpenoid memiliki aktivitas sebagai senyawa antibakteri. Kandungan terpenoid dalam isolat E18 memiliki MIC160 g/mL terhadap Staphylococcus aureus dan 200 g/mL terhadap Escherichia coli(Salni et al., 2011). Alkaloid dari Ruta angustifolia [L.]Pers juga diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Esherichia coli. Rutindan kuersetin merupakan golongan senyawa flavonoid yang dapat larut dalam senyawa yang bersifat polar. 7. Manfaat Tanaman Inggu Tanaman ini rasanya pedas, agak pahit, dingin, berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik), obat sakit gigi, penghiang nyeri (analgesik), anti-radang, penawar racun (antitoksik), peluruh kentut (karminatif), membuyarakan bekuan darah, pereda kejang, peluruh haid (emenanog), abortivum, pembersihdarah, stimulan pada sistem saraf dan kandungan (uterus), antelmentik. Seluruh herba dapat digunakan baik dalam bentuk segar atau yang telah dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur memakai naungan. Herba ini dapat mengatasi demam, influenza, batuk, radang paru, kejang pada anak, ayan, kecikutan (singgultus, hiccup), kolik, menghilangkan nyeri seperti nyeri pada ulu hati, dada, dan hermia. Pemanfaatan daun inggu beserta tangkai : a. Mengobati Demam. Cuci bersih setengah genggam herba inggu segar lalu rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa dua perempat gelas. Setelah dingin, saring, lalu minum 3 kali sehari bersama 1 sendok makan madu, masing-masing tigaperempat gelas ramuan.
b. Mengobati Eksim dan Gudik.
Cuci bersih 20 helai daun inggu, 1 jari kunyit, dan 1 sendok teh beras. Tumbuk semua bahan sampai halus, tambahkan sedikit air sehingga membentuk adonan. Gosokkan adonan secara merata pada kulit yang terkena eksim atau gudik. c. Mengobati Kejang-kejang. Cuci bersih 15-20gr daun inggu segar, potong kecil-kecil, lalu rebus dengan 2 gelas sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring, lalu minum 2 kali sehari, masing-masing setengah gelas. d. Mengobati Sakit Gigi. Cuci bersih 3 helai daun inggu segar lalu tumbuk sampai halus. Masukkan hasil tumbukan ke gigi yang berlubang lalu tutup dengan kapas. e. Mengobati Sakit Lever. Cuci bersih 7 helai daun inggu segar lalu rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1,5 gelas. Setelah dingin, saring, lalu bagi menjadi 2 bagian yang sama. Minum air rebusan 2 kali sehari bersama 1 sendok teh gula batu, masing-masing tigaperempat gelas. f. Minyak essensialnya dapat digunkan untuk pembuatan parfum dan kosmetik. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dalam pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagi berikut :: 1. Tanaman Inggu memiliki ciri herba bertahun. 2. Inggu merupakan perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 1,5 m. 3. Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman inggu antara lain furokumarin, akridon alkaloid, kuinolon, terpenoid, saponin, flavonoid, tanin,dan kumarin. 4. Tanaman Inggu berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik), obat sakit gigi, penghiang nyeri (analgesik), anti-radang, penawar racun (antitoksik), peluruh kentut (karminatif), membuyarakan bekuan darah, pereda kejang, peluruh haid (emenanog), abortivum, pembersihdarah, stimulan pada sistem saraf dan kandungan (uterus), antelmentik. B. Saran Berdasarkan, uraian diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya kita harus tetp melestarikan tanaman inggu ini karena tanaman inggu termasuk jenis tanaman langka sehinga patut untuk dilestarikan. DAFTAR PUSTAKA
Sitti, F. 2014. Pengaruh Auksin IBA dan NAA terhadap Induksi Perakaran Inggu In Vitro. J. Littri 20(3):122-129.
Windy, T. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Ekstrak Etanol Batang Inggu pada Mencit yang Diinfeksi. Skrisi.
Yenisbar. 2013. Multiplikasi Tunas Tanaman Inggu (Ruta angustifolia) secara in
vitro dengan Penambahan Benzyladenin. J. Kesehatan dan Lingkungan 1(1):6-11.