Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber tanaman obat
yang secara turun-temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional.
Masyarakat sekarang lebih memilih untuk back to nature walaupun
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin modern. Penggunaan
obat tradisional menjadi pilihan utama karena efek samping obat tradisional
yang relative kecil jika digunakan secara tepat dan tanpa penyalah gunaan
(Krisyanella, 2009).
Al Qur’an mengisyaratkan, bahwa semesta alam adalah lukisan ilmu
pengetahuan agar manusia selalu berfikir dan merenungi atas ciptaan Allah
yang ada di sekitarnya. Allah berfirman dalam surat As-Syuara’ ayat 7-8
sebagai berikut:

ٍ ‫ض َك ْم أَ ْنبَ ْتنَا فِيهَا ِم ْن ُكلِّ َز ْو‬


‫ج َك ِر ٍيم‬ ِ ْ‫أَ َولَ ْم يَ َر ْوا إِلَى اأْل َر‬
Artinya: Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang baik?(7). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
suatu tanda kekuasaan Allah. Dankebanyakan mereka tidak beriman (8)

Ayat lain pada Al Quran surat Yunus ayat 101 sebagai berikut:

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


‫ض ۚ َو َما‬ َّ ‫ا َذا فِي‬NNN‫رُوا َم‬NNNُ‫ل ا ْنظ‬NNN
ِ ‫ َما َوا‬NNN‫الس‬ ِ ُ‫ق‬
َ ُ‫ات َوالنُّ ُذ ُر َع ْن قَ ْو ٍم اَل ي ُْؤ ِمن‬
‫ون‬ ُ َ‫تُ ْغنِي اآْل ي‬
Artinya : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman
Seperti halnya dalam penciptaan manusia dan hewan, Allah telah
menentukan dengan amat detail dan sempurna atas berbagai kandungan/

1
kadar zat yang terdapat dalam setiap macam tanaman. Kandungan
tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk kepentingan kesehatan.
Tanaman sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman
dari kelas Dicotyledonae, keluarga Annonaceae, dan genus Annona. Nama
sirsak berasal dari bahasa Belanda, yakni Zuurzak yang berarti kantong asam
(Ersi, 2011).
Daun sirsak telah digunakan secara tradisional untuk mengobati
berbagai penyakit di seluruh belahan dunia antara lain: radang selaput lendir
karena penyakit asma di Andes Peru, mengobati diabetes serta penenang dan
antikejang di Amozania Peru, meredakan demam di Afrika, mengobati
penyakit liver di Madagaskar, mengobati penyakit malaria di Tago, dan
mengobati cacingan pada anak-anak di Guatemala (Zuhud, 2011).
Senyawa biokatif mempunyai berbagai manfaat. Contohnya, senyawa
flavonoid mempunyai fungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti
mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh (Robinson,
1995).
Penelitian E.T Margawati, 1991 menyimpulkan pemberian ekstrak
daun sirsak, mempunyai efek menghambat pertumbuhan sel kanker mammae
mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak
pada dosis 30 mg dapat menghambat pertumbuhan sel kanker mammae
sebesar 26,474%, yaitu dari 65,580% menjadi 39,106%.
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan
obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan
alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi
prototype senyawa aktif tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus
merupakan uji sederhana tetapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang
banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat
dilakukan di lapangan atau di laboratorium (Iskandar, 2012).
Dengan dilakukannya Skrining Fitokimia, maka akan diketahui
senyawa bioaktif apa saja yang terkandung dalam daun Sirsak yang kemudian
akan dianalisis lebih lanjut terkait manfaatnya bagi manusia, seperti zat

2
flavonoid yang berfungsi sebagai antikanker yang membunuh sel-sel kanker
dan membiarkan sel-sel normal tetap hidup tidak sama dengan kemoterapi
(Iskandar, 2012).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah senyawa bioaktif apa
sajakah yang terkandung pada daun sirsak

1.4. Batasan Masalah


Batasan dari penelitian ini adalah:
1. Diambil daun sirsak (Annona muricata L.)
2. Diambil daun sirsak muda (pucuk) seberat 1 Kg.
3. Parameter yang diteliti adalah skrining fitokimia daun sirsak untuk
senyawa bioaktif alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid.
4. Digunakan Metode Skrining Fitokimia Uji Warna.
5. Daun sirsak (Annona muricata L.) diambil di Merjosari Kota Malang

1.5.Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa
kimia yang terkandung pada daun sirsak.

1.6.Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk masyarakat: Agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang
kandungan fitokimia daun sirsak.
2. Untuk Peneliti selanjutnya : Agar dimanfaatkan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya dan dapat bermanfaat dalam pengembangan sumber
bahan obat.

3
1.5. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya senyawa kimia yang
terkandung pada daun sirsak yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan
triterpenoid.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sirsak

Pohon sirsak (Annona nuricata L.) cukup dikenal terutama buahnya dapat
dibuat berbagai makanan maupun minuman. Jenis ini termasuk dalam suku
Annonaceae yang merupakan suku terbesar, terdiri atas sekitar 120 marga dan
2000 jenis baik berupa pohon perdu maupun merambat. Jenis-jenis Annonaceae
ini tumbuh terbesar di daerah tropik dan subtropik, umumnya mempunyai habitat
dataran rendah. Beberapa jenis dari suku ini selain mempunyai nilai ekonomis
juga berkhasiat sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang umum dimanfaat-
kan sebagai sumber obat-obatan secara langsung maupun sebagai ramuan adalah
bunga, buah, biji, kulit batang dan akar-akar. Pohon sirsak selama ini dapat
dimanfaatkan sebagai obat anti kejang, khususnya berupa rebusan daun
.sedangkan khasiat lainnya belum banyak diketahui (E.T, 1991).

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )


Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisio : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisio : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( Dikotil / berkeping dua )
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata
(Plantamor.com)

2.1.1 Uraian Tanaman

Daun sirsak berbentuk bulat panjang dengan ujung lancip pendek.


Daun tuanya berwarna hijau tua dan daun mudanya berwarna hijau
kekuningan. Daun sirsak tebal dan sedikit kaku dengan urat daun menyirip
atau tegak pada urat daun utama (Ersi, 2011).

5
Sirsak (Annona muricata L.) termasuk tanaman yang dapat tumbuh
dan berbuah sepanjang tahun apabila air tanah mencukupi selama
pertumbuhannya. Menurut beberapa literatur, tanaman sirsak berasal dari
Amerika Tengah. Di Indonesia, tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik
mulai dari daratan rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan
ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Penyebaran hampir merata
disebabkan dengan adanya nama-nama daerah yang berbeda-beda untuk
tanaman sirsak. Tanaman ini memiliki batang utama yang kecil dan
pendek. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan
bagian atas yang halus berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah
daun warnanya lebih tua. (Ersi, 2011).
2.1.2 Kandungan Kimia
Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara
lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa
acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini,
serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang
disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang
bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya. Ekstrak daun sirsak
dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama
lainnya. (Septerina, 2002).
2.1.3 Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologi
Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk
pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak.
Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk
pengobatan demam, diare, antikejang, anti jamur, anti parasit, antimikroba,
sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain. Daun sirsak
berpotensi sebagai antihipertensi, antispasmodik, obat pereda nyeri,
hipoglikemik, antikanker, emetic (menyebabkan muntah), vermifuge
(pembasmi cacing). Daun sirsak juga memiliki efek yang bermanfaat
dalam meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan hormon insulin pada
jaringan pankreas serta melindungi dan menjaga selsel β-pankreas
(Adewole, 2006).

6
Pada daun sirsak ditemukan senyawa acetogenin yang bermanfaat
mengobati berbagai penyakit. Acetogenin berperan serta dalam
melindungi sistem kekebalan tubuh serta mencegah infeksi yang
mematikan (Erlinger, 2004).

Daun sirsak mengandung acetogenin yang mampu melawan 12


jenis sel kanker. Banyaknya manfaat sirsak membuat orang mulai beralih
mengonsumsi suplemen herbal daun sirsak sebagai alternatif pencegahan
dan pengobatan konvensional. Pada daun sirsak, telah ditemukan 18 jenis
annonaceous acetogenin dan telah terbukti secara in vitro bersifat
sitotoksik. Daun sirsak memiliki sifat toksik yang tinggi terhadap sel
kanker ovarium, serviks, dan sel kanker kulit pada dosis rendah.
Acetogenins sering disebut sebagai inhibitor I atau penghambat
pertumbuhan sel kanker paling kuat (Zuhud, 2004).

2.2. Skrining Fitokimia


Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa
organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan yaitu mengenai
struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebarannya secara alamiah serta fungsi biologinya. Tumbuhan
menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik, senyawa kimia ini
bisa berupa metabolit primer maupun metabolit sekunder. Kebanyakan
tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder, metabolit sekunder juga
dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil dari metabolit sekunder
lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer. Berdasarkan asal
biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke dalam tiga kelompok
besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin) alkaloid dan
senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala,2009).

Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit


sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian
mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru
yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis
obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif tertentu. Oleh

7
karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji sederhana tetapi
terandalkan . Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode
reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di
laboratorium (Harborne, 1987).

Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk


mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, krna
pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang
dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti.
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki
persyaratan :
 metodenya sederhana dan cepat

 peralatan yang digunakan sesedikit mungkin

 selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu

 dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa


tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.
Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:
 uji warna

 penentuan kelarutan

 bilangan Rf

 ciri spektrum UV

Namun secara umum penentuan golongan senyawa kimia


dilakukan denga cara uji warna dengan menggunakan pereaksi yang
spesifik karena dirasakan lebih sederhana.
Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus
fungsi digolongkan menjadi :
 Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya berasal dari asam
shikimat

 terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya berasal dari isopentenil


pirofosfat

8
 asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat

 senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin


atau dragendorf

 gula dan turunannya

 makromolekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi

Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan alam


dikelompokkan menjadi :
 Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon

 karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida

 isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid

 senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein, dan


nukleat

Masalah pada skrining fitokimia biasanya adalah kesalahan menafsirkan hasil


analisis pengujian/skrining, seperti :
Reaksi positif palsu adalah hasil pengujian menyatakan ada
(positif), tapi sebenarnya tidak ada (negatif), hal ini bisa disebabkan
kesalahan alat, atau pengaruh senyawa yang memiliki kesamaan sifat
maupun struktur atom yang identik
Reaksi negatif palsu adalah hasil pengujian menyatakan tidak ada
(negatif), tapi sebenarnya ada (positif), hal ini bisa disebabkan kurang
sensitifnya alat, atau karena kadar didalam bahan uji terlalu sedikit, atau
bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak memenuhi syarat, oleh karena itu
senyawa yang tadinya ada hilang/rusak karna reaksi enzimatik maupun
hidrolisis.
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur
Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek
fisiologis kuat terhadap manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam
bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf, menaikkan
tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).

9
Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga
karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap
macam-macam organism sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan
mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam
pengobatan tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif
tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan
hati (Markham, 1988).

Saponin merupakan glikosida yaitu Campuran karbohidrat


sederhana dan aglikon yang terdapat pada bermacam-macam tanaman.
Saponin dibedakan berdasarkan hasil hidrolisisnya menjadi karbohidrat
dan sapogenin. Sedangkan sapogenin terdiri dari dua golongan yaitu
saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin banyak dipelajari
terutama karenakan kandungannya kemungkinan berpengaruh pada nutrisi
Saponin mempunyai efekbiologi terhadap hewan dan manusia. Efek
toksisitas saponin lebih tinggi pada hewan berdarah dingin dari pada
hewan berdarah panas (Rosidah, 2002).

Triterpenoid adalah senyawa metabolit sekunder turunan terpenoid


yang kerangka karbonnya berasaldari enam satuan isoprena (2-metilbuta-
1,3-diene) yaitu kerangka karbon yang dibangun oleh enam satuan C5 dan
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik , yaitu skualena. Senyawa ini
berbentuk siklik atauasiklik dan sering memiliki gugus alkohol,
aldehida,atau asam karboksilat (Widiyati, 2006). Senyawagolongan
triterpenoid menunjukkan aktivitas farmakologi yang signifikan, seperti
antiviral,antibakteri, antiinflamasi, sebagai inhibisi terhadapsintesis
kolesterol dan sebagai antikanker (Nassar etal, 2010), sedang bagi
tumbuhan yang mengandungsenyawa triterpenoid terdapat nilai ekologi
karena senyawa ini bekerja sebagai antifungus, insektisida, antipemangsa,
antibakteri dan antivirus (Widiyati,2006).

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian tentang skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona


Muricata L.) ini merupakan penelitian secara kualitatif.
3.2 Populasi dan Sampel
Diambil daun sirsak (Annona muricata L.) dibagian pucuk hingga
mencapai berat 1 Kg.Daun sirsak (Annona muricata L.) diambil di Merjosari Kota
Malang yang kemudian dilakukan Skrining Fitokimia.

3.3 Waktu dan Tempat


Penelitian tentang “Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona
Muricata L.)” dilakukan pada bulan Juni 2016, di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Laboratorium Genetika jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.4 Instrumen Penelitian


3.4.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Oven 1 buah
Blender 1 buah
Timbangan 1 buah
Tabung reaksi 8 buah
Gelas beaker 2 buah
Gelas arloji 1 buah
Spatula 1 buah
Corong 1 buah
Pipet tetes 1 buah
Pipet ukur 2 buah
Bunsen 1 buah

11
Penjepit tabung 1 buah
Alu mortar 1 buah
Kertas saring Secukupnya
Kantong plastik Secukupnya

3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
Serbuk simplisia daun Sirsak 4,6 gram
Aquades 30 ml
Etanol 100% 5 ml
H2SO4 2-3 tetes
HCl 2N Pekat 5 tetes
HCl 2 tetes
Bubuk Mg 0,2 gram
Kloroform 50 ml
Amoniak 10 ml
Asam sulfat 2N 10 tetes
Asam asetat glasial 10 ml
Pereaksi Mayer 2 tetes
Pereaksi Dragendorff 2 tetes
Pereaksi Wagner 2 tetes

3.5 Prosedur Penelitian


Langkah kerja yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Persiapan Sampel
1. Daun Sirsak diambil di Merjosari Kota Malang.
2. Sampel segar ditimbang dan diperoleh berat sebesar 1 Kg.
3. Dicuci sampel untuk menghilangkan kotoran dan dikeringkan.

12
4. Sampel dikeringkan di oven selama 5 hari dengan suhu 40˚C.
Pengeringan dianggap selesai apabila bahan sudah dapat dipecah atau
patah apabila diremas dengan tangan.
5. Diperoleh daun sirsak kering /simplisia kemudian ditimbang dan
diperoleh berat sampel sebanyak 500 gr.
6. Diblender
7. Simplisia ditumbuk/dihaluskan sehingga diperoleh serbuk simplisia.
8. Ditimbang serbuk simplisia dan diperoleh berat serbuk simplisia 150 gr.
9. Dilakukan skrining fitokimia serbuk simplisia daun sirsak

Skrining fitokimia daun sirsak


1. Analisis senyawa alkaloid
a. Sebanyak 4 g Daun Sirsak (Annona muricata L.) yang telah
dihaluskan, ditambahkan kloroform secukupnya lalu dihaluskan lagi.
b. Ditambah 10 ml amoniak dan 10 ml kloroform.
c. Larutan disaring ke dalam tabung reaksi, fitrat ditambahkan asam
sulfat 2N sebanyak 10 tetes.
d. Filtrat dikocok dengan teratur kemudian dibiarkan beberapa lama
sampai terbentuk dua lapisan.
e. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi.
f. Ketiga larutan ini dianalisis dengan pereaksi mayer, dragendorff dan
wagner.
g. Reaksi dengan pereaksi mayer akan terbentuk endapan putih, dengan
pereaksi dragendroff terbentuk endapan merah jingga dan dengan
pereaksi wagner terbentuk endapan merah kecoklatan. Tebentuknya
endapan dari ketiga pereaksi tersebut menunjukkan bahwa sampel
mengandung alkaloid

2. Analisis senyawa Flavonoid


a. Sebanyak 200 mg Daun Sirsak (Annona muricata L.) yang telah
dihaluskan.
b. Ditambahkan dengan 5 ml etanol dan dipanaskan selama lima menit di

13
dalam tabung reaksi.
c. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl 2N pekat.
d. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan
dengan timbulnya warna merah tua dalam waktu 3 menit.

3. Analisis Saponin
a. Sebanyak 200 mg Daun Sirsak (Annona muricata L.) yang telah
dihaluskan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambah aquades sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan
selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan,
c. Kemudian dikocok kuat-kuat lalu ditambahkan 2 tetes HCl. Apabila
masih terbentuk buih yang stabil, maka sampel positif mengandung
saponin.

4. Analisis Triterpenoid
a. Sebanyak 200 mg Daun Sirsak (Annona muricata L.) yang telah
dihaluskan.
b. Ditambahkan asam asetat glasial sampai sampel terendam semuanya,
dibiarkan selama kira-kira 15 menit.
c. Enam tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah
2-3 tetes H2SO4.
d. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna
menjadi warna kecoklatan atau violet.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona muricata L.)

Hasil yang dihasilkan dari skrining fitokimia Daun Sirsak (Annona


muricata L.) dengan diskrining senyawa fitokimianya yaitu alkaloid, flavonoid,
saponin, dan triterpenoid. Hasil skrining fitokimia tersebut dapat dilihat sebagai
berikut :

4.1.1 Skrining Fitokimia Alkaloid

(a) (b) (c)

Gambar 1. Uji senyawa alkaloid: (a) Pereaksi Dragendorff (b) Pereaksi Mayer
(c) Pereaksi Wagner

Skrining Hasil positif menurut Hasil yang


Kesimpulan
Fitokimia pustaka diperoleh
Terbentuk endapan Terbentuk
merah jingga (Pereaksi endapan merah Positif
Dragend orff) jingga
Terbentuknya endapan Terbentuk
Alkaloid Positif
putih (Pereaksi Mayer) endapan putih
Terbentuknya endapan Terbentuk
merah kecoklatan endapan merah Positif
(Pereaksi Wagner) kecoklatan

15
Hasil dari skrining senyawa alkaloid pada pereaksi dragendorff
yaitu terbentuk endapan warna merah jingga, hasil yang diperoleh dari
pereaksi mayer yaitu terbentuk endapan warna putih sedangkan hasil
yang diperoleh dari pereaksi wagner yaitu terbentuknya endapan warna
merah kecoklatan. Sehingga diketahui bahwa daun sirsak (Annona
muricata L.) mengandung alkaloid.

Tujuan penambahan Amonia berfungsi untuk membasakan dan


pengendapan alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk
garam atapun alkaloid dalam bentuk basa bebas. Kloroform digunakan
dengan tujuan dapat menarik senyawa alkaloid karena alkaloid
mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol, tetapi tidak
larut dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Setelah itu
diberikan pereaksi dragendorf dimana jika terbentuk endapan kuning
jingga berarti terdapat alkaloid atau pereaksi mayer bila terdapat
endapan putih menunjukan adanya alkaloid.

Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah


untuk memacu sistem syaraf, menaikkan tekanan darah, dan melawan
infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).

Menurut Sastroamidjojo (1996), metode ini memiliki


kelemahan yaitu pereaksi-pereaksi tersebut tidak saja dapat
mengendapkan alkaloid tetapi juga dapat mengendapkan beberapa
jenis senyawa antara lain, protein, kumarin, a-piron, hidroksi flavon,
dan tanin. Reaksi tersebut dikenal dengan istilah "falsepositive".

4.1.2 Skrining Fitokimia Flavonoid

16
Gambar 2. Uji senyawa kimia flavonoid

Skrining Hasil positif menurut Hasil yang


Kesimpulan
Fitokimia pustaka diperoleh
Terbentuk warna
Terbentuknya warna
Flavonoid merah tua Positif
merah tua (Magenta)
kehijauan

Dari hasil skrining diketahui bahwa daun sirsak (Annona


muricata L.) positif mengandung senyawa flavonoid. Daun sirsak
(Annona muricata L.) yang digunakan dilarutkan dengan pelarut etanol
kemudian dipanaskan. Pemanasan dilakukan karena sebagian besar
golongan flavonoid dapat larut dalam air panas. Hasil yang diperoleh dari
skrining senyawa flavonoid ini adalah merah tua kehijauan. Hasil yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Robinson (1995),
warna merah yang dihasilkan menandakan adanya flavonoid akibat dari
reduksi oleh asam klorida pekat dan magnesium. Magnesium bereaksi
seperti mendidih ketika dilarutkan dengan HCl dan etanol.

Sesuai dengan Robinson (1995), Efek antioksidan yang terkandung


dalam flavonoid dapat mencegah penyakit-penyakit kronis dan degeneratif
seperti penyakit jantung. Kanker, arthritis, stroke dan penyakit Alzheimer.

4.1.3 Skrining Fitokimia Saponin

17
Gambar 3. Uji senyawa kimia Saponin

Skrining Hasil positif menurut Hasil yang


Kesimpulan
Fitokimia pustaka diperoleh
Terbentuknya warna
Terbentuk hitam
Saponin biru tua atau hitam Positif
kehijauan
kehijauan

Hasil yang diperoleh dari skrining senyawa saponin ini adalah


bahwa daun sirsak (Annona muricata L.) positif mengandung saponin
karena terbentuk warna hitam kehijauan. Senyawa Saponin
mempunyai sifat khusus yang khas yaitu dapat membentuk busa
sehingga sifatnya yang khas ini digunakan untuk uji identifikasi.
Menurut Rosidah (2002), busa yang dihasilkan saponin tidak
terpengaruh oleh asam sehingga setelah ditambah HCl 1% tetap stabil
dan busa tidak akan hilang. Saponin banyak digunakan dalam
kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang
digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo.
Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui ekstraksi .

4.1.4 Skrining Fitokimia Triterpenoid

Gambar 5. Uji senyawa kimia Triterpenoid

18
Skrining Hasil positif menurut Hasil yang
Kesimpulan
Fitokimia pustaka diperoleh
Terbentuk warna
Triterpenoi Terbentuk warna
kecoklatan atau Positif
d kecoklatan
violet

Pada analisis ini diperoleh bahwa daun sirsak (Annona


muricata L.) positif mengandung triterpenoid. Analisis ini didasarkan
pada kemampuan senyawa triterpenoid membentuk warna oleh H2SO4
dalam pelarut asam asetat glasial. Ketika penambahan asam asetat glasial,
terjadi perubahan warna dari warna filtrat yang hijau menjadi coklat
kehijauan, namun setelah penambahan H2SO4 terbentuk warna coklat
kehitaman, dan kental. Widiyati (2006) menyebutkan bahwa fungsi dari
senyawa triterpenoid adalah antibakteri, antijamur, antivirus, dan dapat
digunakan dalam pengobatan dan terapi.

BAB V
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona
muricata L.) maka dapat disimpulkan bahwa daun sirsak mengandung
senyawa bioaktif alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Terbukti
pada Senyawa bioaktif Alkaloid yang direaksikan dengan pereaksi
Dragendorff, Mayer, dan Wagner terjadi endapan berturut-turut merah
jingga, putih, dan endapan merah kecoklatan.

19
4.2. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona muricata L.) khususnya
terkait senyawa bioaktif lainnya, dan juga terkait penelitian kuantitif atau uji
kadar kandungan senyawa bioaktif sehingga akan diperoleh data lanjutan
mengenai hasil Skrining Fitokimia.

DAFTAR PUSTAKA

Adewole SO, Ezkiel A, Martins C. 2006. Morphological changes and


hypoglycemic effects of Annona Muricata Linn. (Annonaceae) leaf
aqueous extract on pancreatic Βcells of streptozotocin-treated diabetic
rats. African Journal of Biomedical Research 9: 173-187 23.
Balittri, Juniaty Towaha. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol.19 No.3.

20
E.T, Margawati. 1991. Pengaruh ekstrak daun sirsak (annona muricata l.)
Terhadap siklus reproduksi pada mencit putih dara. Bul. Penelit Kesehat.
19 (1).
Erlinger, Thomas P. 2004. Wbc count and the risk of cancer mortality in a
national sample of u.s. adults: Results from the second national health
and nutrition examination survey mortality study. Cancer Epidemiology,
Biomarker & Prevention 13:1052.
Ersi, H. 2011. Khasiat dan Manfaat Daun Sirsak dalam Menumpas Kanker.
Jakarta :Tim Elang Media.
Harborne, J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I.
Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press.

Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas


Farmasi Universitas Padjadjaran: Jatinangor.

Krisyanella, Dachriyanus, Marlina. 2009. Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak


Serta Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri dari Daun Karamunting
Rhodomyrtustomentosa (W.Ait ) Hassk. Padang: Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
Leny, S. 2006. Bahan Ajar Metode Fitokimia. Surabaya: Laboratorium Kimia
Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Airlangga.
Markham. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB Press.

Nassar, Zeyad.,& Abdalrahim, Amin MS. 2010. The Pharmacological Properties


of terpenoid from Sandoricum Koetjape.Journal Medcentral, 2010, 1 - 11.

Pasaribu, S. 2009. Uji Bioakivitas Metabolit Sekunder Dari Daun Tumbuhan


Bandotan. Jurnal Kimia Mulawarman.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit


ITB.
Rosidah, Jernih, 2002. Uji Saponin Dalam Lidah Buava, Limbah Buah Mengkudu
Dan Daun Mimba. Temu teknis funsional non peneliti.
Septerina. N. J. 2002. Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak sebagai Insektisida
Rasional terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Paprika Varietas

21
Bell Boy. Dept of Agronomy[online]. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-niken-5226-ekstrak.
(Diakses tanggal: 21 Mei 2016).
Simbala, Herny. E.i., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Obat Sebagai Bahan Aktif  Fitofarmaka. Pacific Journal.
Widiyati, Eni. 2006. Penentuan adanya senyawa triterpenoid dan uji aktifitas
Biologi pada beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat
pedesaan bengkulu .Jurnal gradien, 2, 116-122
Zuhud, E. A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia
Pustaka. Jakarta
http://www.plantamor.com. (Di akses tanggal 21 Mei 2016).

LAMPIRAN

a. Gambar Daun sirsak (Annona muricata L.)

22
b. Gambar Pengamatan
1. Identifikasi senyawa kimia Alkaloid

(a) (b) (c)

(a) Pereaksi Dragendorff (b) Pereaksi Mayer (c) Pereaksi Wagner.

2. Identifikasi senyawa kimia Flavonoid

3. Identifikasi senyawa kimia Saponin

23
4. Identifikasi senyawa kimia Triterpenoid

c. Langkah Kerja
1. Identifikasi senyawa kimia Alkaloid
4 g Serbuk Simplisia

Ditambahkan HCl 0,5 N

24
+ pereaksi Dragendorff + pereaksi Mayer + pereaksi Wagner

↓ Merah Jingga ↓ Putih ↓Merah Kecoklatan

+ alkaloid

2. Identifikasi senyawa kimia Flavonoid


200 mg Serbuk Simplisia

5 ml etanol

HCl 2N pekat.

0,2 g bubuk Mg.

+ Flavonoid
(Merah tua kehijauan)

3. Identifikasi senyawa kimia Saponin


200 mg Serbuk Simplisia

aquades

2 tetes HCl

25
+ Saponin
(hitam kehijauan)

4. Identifikasi senyawa kimia Triterpenoid


200 mg Serbuk Simplisia

Asam asetat glasial

2-3 tetes H2SO4.

+ Triterpenoid
(Kecoklatan atau violet)

26

Anda mungkin juga menyukai