PRAKTIKUM
“Pengenalan Tanaman Berkhasiat Obat”
Oleh:
NURDIANSYAH
NIM. 2003018013
diyakini bahwa dengan menggunakan obat alami akan meminimalkan efek samping
dan rempah-rempah berkasiat obat (Umar, 2006). Sekitar 60% penduduk dunia
Menurut perkiraan WHO, lebih dari 80% penduduk di negara-negara yang sedang
dengan penyediaan benih tanaman yang sehat dalam jumlah mencukupi. Oleh karena
itu penyediaan benih tanaman yang efisien sangat diperlukan agar ketersediaan bahan
baku tetap terjamin (Chandana, 2014). Beberapa tanaman obat seperti bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) sebagai obat anti kolesterol. Tanaman bawang
dayak memiliki hampir semua kandungan fitokimia, antara lain alkaloid, glikosida,
flavonoid, fenolik dan steroid. Umbinya bermanfaat sebagai disuria, radang usus,
tanin dalam bawang dayak memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Sharon et al,
kunyit terdiri dari akar, rimpang, batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga dan
kuntum bunga. Kunyit digunakan dalam berbagai bidang seperti kesehatan, kuliner
antiseptic, antiiritansia, anoreksia, obat luka dan gangguan hati (Winarsih, dkk,
2012). selain itu kunyit juga memiliki khasiat sebagai antipiretik (Kusumaningrum,
2008). Kunyit (Curcuma domestica Val) mengandung senyawa kurkumin yang dapat
tubuh pada keadaan demam (Fahryl dkk, 2019). Sirih merupakan salah satu jenis
famili Peperaceae, tumbuh merambat dan menjalar dengan tinggi mencapai 5-15 m
tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Bagian dari tumbuhan sirih (Pipper
batle L.) seperti akar, biji, dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling
xanthorhiza Roxb) adalah salah satu tumbuhan obat keluarga Zingiberaceae yang
banyak tumbuh dan digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di Indonesia
(Sidik et al. 1992; Prana 2008). Tumbuhan temulawak secara empiris banyak
digunakan sebagai obat tunggal maupun campuran. Terdapat lebih dari dari 50 resep
temulawak sebagai tumbuhan obat telah lama diakui, terutama dikalangan masyarakat
Jawa. Rimpang temulawak merupakan bahan pembuatan obat tradisional yang paling
atau bahan obat tradisional akan menjadi tumpuan harapan bagi pengembangan obat
tradisional Indonesia sebagai sediaan fitoterapi yang kegunaan dan keamanan dapat
1.2 Tujuan
Bawang dayak (Eluetherine palmifolia (L.) Merr) adalah salah satu jenis
tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan. Tanaman ini banyak ditemukan di daerah
sebagai obat tradisional. Bagian yang dapat dimanfaatkan pada tanamaan ini adalah
umbinya. Nama lain dari bawang dayak antara lain Eleutherine american, Eleutherine
Di Indonesia, tanaman ini juga dikenal dengan nama bawang merah, bawang hantu,
bawang dayak dan bawang arab. Secara morfologi, tanaman bawang dayak dicirikan
dengan daun tunggal berbentuk pita dan berwarna hijau, ujung dan pangkal daun
runcing dengan tepi daun rata, bunga majemuk dalam tandan terletak diujung
(terminalis) dan monochlasial, biseksual dan aktinomorf, periantium terdiri atas enam
kepala berwarna putih, saling lepas dengan panjang lebih kurang 5 mm, terletak
dalam 2 lingkaran, benang sari berjumah 2 atau 3 dengan warna kepala sari kuning,
putik berwarna putih kekuningan berjumlah 3 dan berbentuk jarum dengan panjang
lebih kurang 4 mm, kelopak terdiri atas 2 daun kelopak berwarna hijau kekuningan,
ruang bakal buah beruang 3, akar serabut berwarna coklat muda (Heyne, 1987).
Dalam ilmu toksonomi, berikut adalah klasifikasi dari bawang dayak (Eluetherine
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobinota
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus :
Eleutherine
Sumber: https://mediaindonesia.com/nusantara/145709/bawang-dayak-memiliki-
sejumlah-khasiat.
Tanaman ini banyak terdapat di daerah pegunungan antara 600 sampai 1500 m
musim, dan dalam waktu 2 hingga 3 bulan sudah dapat dipanen. Kandungan kimia
bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang telah dilaporkan adalah tanin,
elevasi (ketinggian tempat). Faktor iklim yang menjadi syarat tumbuh bawang dayak
terdiri dari suhu, kelembaban, dan curah hujan. Bawang dayak dapat tumbuh optimal
di daerah dengan ketinggian 600-1300 mdpl. Suhu atmosfer yang tinggi akan
mempercepat pertumbuhan tanaman dan respirasi, akan tetapi juga dapat merugikan
Bawang dayak dapat tumbuh di daerah dengan suhu yang cocok antara 18-
35°C. Daerah Kutai Kartanegara secara umum dikenal sebagai wilayah yang beriklim
tropis basah dengan curah hujan berkisar antara 2012 - 4285 mm/tahun dengan
udara cukup tinggi berkisar antara 82,3%, temperatur rata-rata 26,6 derajat celcius
(KIPPK, 2005).
Tanah adalah salah satu faktor produksi, karena merupakan media tumbuh.
Selain berfungsi sebagai tempat berdirinya tanaman, tanah juga berfungsi sebagai
gudang zat-zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman yang tumbuh di atasnya. Menurut
Yusuf (2009), bawang dayak tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus.
Hampir pada berbagai jenis tanah, bawang dayak dapat beradaptasi secara optimal.
Tanah yang gembur dan subur serta kaya akan humus sangat baik untuk pertumbuhan
bawang dayak. Selain itu, tanah yang kaya akan bahan organik dapat memberikan
unsur hara bagi tanaman. Aerasi dan draenasi tanah juga harus baik, sehingga tanah
memiliki kapasitas mengikat air yang tinggi (Yusuf, 2009). Sebagai media untuk
alami yang diperoleh dari batuan induk dan materi organik yang terurai dan yang
dihancurkan. Empat dasar komponen tanah yang penting adalah mineral, bahan
organik, air dan udara (Hausenbuiller, 1978). Dua hal yang penting dari tanah adalah
tekstur dan struktur. Tekstur didefinisikan sebagai proporsi jumlah pasir, debu, dan
menjadi bergerombol dalam bentuk agregat. Tekstur dan struktur menentukan ruang
pori tanah (Hausenbuiller, 1978). Tekstur tanah yang baik untuk pertumbuhan
bawang dayak adalah tekstur lempung, lempung berpasir dan lempung berdebu. 11 11
Bawang dayak tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 5,5 sedangkan pH
yang optimal untuk pertumbuhan bawang dayak adalah 7,5. Bawang dayak untuk
tumbuh dan berproduksi optimal tidak memerlukan jenis tanah dan iklim khusus,
pertumbuhannya. Tanah yang dikehendaki oleh bawang dayak pada umumnya sama
dengan yang dikehendaki oleh tanaman herba yaitu tanah yang gembur. Tanah-tanah
berat masih dapat ditanami bawang dayak dengan pengerjaan tanah lebih sering
selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik (Data
Center, 2014).
tanaman obat multifungsi sangat besar. Penggunaannya sebagai bahan tambahan pada
masakan juga semakin popular. Namun demikian, penelitian tentang umbi bawang
antimikroba. Secara empiris, umbi bawang dayak dikenal memiliki khasiat untuk
mengatasi bisul atau penyakit kulit. Cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan
parutan umbi bawang dayak pada daerah yang luka (Galingging, 2009). Secara
sakit kuning, batuk, mencret berdarah, sakit perut, disentri, radang poros usus, kanker
colon, kanker payudara, perangsang muntah, dan obat bisul. Daunnya berkhasiat
2.2 Kunyit
Kunyit merupakan tanaman asli dari daerah Asia Tenggara yang tumbuh di
daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dibudidayakan di berbagai negara benua
Asia seperti Cina, Taiwan, Nepal, India, Bangladesh, Sri Lanka, negara-negara Asia
Tenggara hingga Nigeria, Australia, dan negara-negara Amerika Latin (Rathaur et al,
2012; Yadav dan Tarun, 2017). Tanaman kunyit dapat tumbuh mulai dari daerah
dataran rendah dengan ketinggian minimal 240 mdpl hingga daerah dataran tinggi
dengan ketinggan maksimal 2000 mdpl, dengan pertumbuhan terbaik dicapai pada
daerah yang memiliki suhu optimum 20-30°C, serta curah hujan 2000-4000
mm/tahun. Selain itu, dengan jarak tanam yang teratur dan tidak berdekatan dengan
tanaman lain akan menghasilkan rimpang dengan kualitas yang baik, kuantitas yang
banyak, dan ukuran rimpang yang besar (Kurniawan et al., 2016; Yadav dan Tarun,
2017).
a. Batang
Batangnya merupakan batang semu tidak bercabang yang terbentuk dari pelepah
daun-daunnya dengan bentuk bulat, serta berwarna hijau keunguan (Nagpal dan
Setiap cabang pelepah daun dari tanaman kunyit hanya memiliki daun tunggal
dengan warna hijau pucat, bertulang menyirip, dan bertangkai. Memiliki daun yang
berbentuk lanset lebar dengan tepi rata, serta ujung daun yang lancip. Bunganya
berbentuk kerucut dengan kelopak silindris berwarna kemerahan dan pangkal bunga
berwarna putih (Nagpal dan Sood, 2013; Yadav dan Tarun, 2017).
c. Rimpang
Rimpang merupakan bagian utama dari tanaman kunyit. Memiliki warna kulit
luar jingga kecoklatan dan daging rimpangnya berwarna jingga cerah. Berbentuk
bulat panjang beruas dengan diameter rata-rata 3 cm serta panjang 5-6 cm. Setiap
ruasnya dapat menumbuhkan tunas yang akan berkembang menjadi tanaman kunyit
Kunyit (Curcuma longa) mempunyai sinonim, yaitu Curcuma domestica (Daily et al.,
2016). Menurut Bagchi (2012), taksonomi tanaman kunyit (Curcuma longa) sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Sumber: https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-70947406/ketahui-
khasiat-kunyit-yang-kaya-manfaat-untuk-mengobati-berbagai-penyakit.
2.2.2 Syarat Tumbuh
1. Iklim
Kondisi yang cocok bagi pertumbuhan tanaman kunyit adalah tempat tempat
dengan intensitas cahaya yang penuh atau sedang, sehingga tanaman kunyit sangat
cocok di budidayakan pada tempat terbuka atau sedikit naungan. Kondisi ini penting
untuk proses fotosintesis pada daun, hasil fotosintesis akan disimpan dalam rimpang /
umbi. Itu sebabnya jika kunyit ditaman pada daerah yang kurang cahaya ( teduh )
maka pertumbuhan daun akan lebih lebat tetapi sedikit sekali umbinya. Iklim yang
baik untuk budidaya kunyit adalah daerah yang memiliki curah hujan 1.000 - 4.000
mm / tahun. Apabila kunyit ditanam pada daerah dengan curah hujan < dari 1.000
mm / tahun maka diperlukan sistem perairan yang harus tersedia dan ditata dengan
baik. Sebaiknya menanamnya pada awal musim penghujan. Budidaya kunyit bisa di
2. Media tanam
Kunyit sangat baik ditanam pada tanah yang gembur atau tanah berpasir
( banyak mengandung pasir ), sehingga tanah yang dicangkul dengan baik akan
meng- hasilkan umbi yang berlimpah. Kondisi tanah yang gembur atau tanah berpasir
memudahkan umbi untuk berkembang. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah
ringan dengan bahan organik yang tinggi - tanah lempung berpasir yang terbebas dari
Tumbuhan kunyit bisa tumbuh baik pada dataran rendah ( < 240 m dari
perlukaan laut ) sampai dataran tinggi ( > 2.000 m dari permukaan laut ). Jumlah
produksi optimal sekitar 12 ton per-ha yang bisa diperoleh jika ditanam pada
(http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/77974/Budidaya-Tanaman-Kunyit/)
populer. Kunyit umumnya di masyarakat terdapat 2 macam yaitu kunyit kuning dan
kunyit putih. Keduanya memiliki aroma yang khas. Ukuran kunyit putih lebih kecil
jika dibandingkan dengan kunyit kuning. Kunyit kuning digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan lulur Jawa. Lulur membuat sel-sel kulit mati terangkat sehingga
kulit menjadi bersih dan mulus. Kunyit juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan
infeksi kulit seperti eksim. Selain sebagai lulur, kunyit juga merupakan salah satu
bahan dasar minuman tradisional jamu. Agar memiliki kulit yang sehat luar dan
dalam, minum air kunyit secara teratur. Kunyit (Curcuma domestica Val.) dipercaya
jerawat, dan lain-lain. Selain itu, telah berhasil digunakan dalam pengobatan penyakit
Alzheimer dan gangguan jantung (Ahmed dkk.,2010). Sifat antioksidan kunyit telah
diterima secara luas sebagai salah satu rempah-rempah dengan aktivitas antioksidan
tertinggi (Wojdyło dkk., 2007). Aktivitas antioksidan dari kunyit dapat digunakan
golongan fenol yang berpotensi sebagai antioksidan alami (Hall, 2001). Secara
farmakologi bahan aktif kunyit, kurkumin telah banyak diteliti sebagai anti inflamasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna
hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan bulir, warna
kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan (Damayanti dkk, 2006).
Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih
menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing,
pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun
warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau
hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih
yang subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk,
2006).
Sumber: https://sipindo.id/article/yuk-mengenal-ragam-keluarga-sirih-1
Syarat tumbuh tanaman sirih hijau (Piper betle L.) pada dasarnya hidup subur
dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan
cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Tanaman sirih hijau menyukai tempat
yang terbuka atau sedikit terlindung, tumbuh merambat dan dapat diperbanyak
dengan setek batang yang sudah agak tua yang terdiri dari 4-6 ruas (Ni’mah, 2012).
4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen
Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu
senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih
kuat dibandingkan fenol. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau (Piper betle
L.) disebabkan adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri.
kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya antibektri lima
kali lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus. Estragol mempunyai sifat
sifat sebagai antiseptik, anti peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu
semu (Adzkiya, 2006; Nurcholis, 2006). Batang semu berasal dari pelepah- pelepah
daun yang saling menutup membentuk batang (Adiwijaya, 2010). Berdasarkan tata
nama (sistematika) tumbuhan, temulawak termasuk ke dalam kingdom: Plantae,
(Rukmana, 1995). Tanaman ini merupakan salah satu tumbuhan Indonesia yang
banyak digunakan untuk obat atau bahan obat karena temulawak merupakan
komponeen penyusun hampir setiap jeniis obat tradisional yang dibuat di Indonesia,
baik sebagai simplisia tunggal atau merupakan salah satu ramuan (Moelyono, 2007).
hanya ditemukan di enam provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa
Temulawak juga dapat tumbuh pada lahan yang sudah sering dimanfaatkan, dimana
temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah
berkapur, berpasir, agak berpasir, maupun tanah-tanah berat yang berliat (Nurcholis,
2006). Sistem perakaran tanaman ini termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat
dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak
beraturan (Rukmana, 1995). Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang
kuat, berwarna hijau gelap (Adzkiya, 2006). Tiap rumpun tanaman terdiri dari
beberapa anakan, dan tiap tanaman memiliki 2 – 9 helai daun (Rukmana, 1995). Daun
temulawak berbentuk panjang dan lebar. Setiap helaian daun dihubungkan dengan
pelepah dan tangkai daun yang agak panjang (Yuniarti, 2008). Panjang daun 31 – 84
cm dan lebar 10 – 18 cm, berwarna hijau tua atau coklat keunguan dengan garis-garis
coklat dibagian tulang daunnya dan pada bagian ibu tulang daun berwarna ungu,
panjang tangkai termasuk helaian daun sekitar 43 – 80 cm (Adzkiya, 2006; Nurcholis,
1. Tanah
Tamulawak dapat tumbuh pada berbagai tipe atau jenis tanah (Rukmana,
1995). Menurut Adzkiya (2006), temulawak tumbuh baik di lahan-lahan yang teduh
dan terlindung dari sinar matahari. Di habitat alami, rumpun tanaman ini tumbuh
subur di bawah naungan pohon bamboo dan jati. Namun, temulawak juga dapat
tumbuh di tempat yang terik seperti di tanah tegalan. Secara alami tanaman ini
tumbuh pada tanah ringan, berkapur, agak berpasir, sampai liat keras. Tanah yang
subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak mudah menggenang dan
temulawak yang tinggi. Rukmana (1995) mengatakan, jenis tanah yang ideal untuk
yang bertekstur liat dapat dipilih untuk lokasi kebun temulawak, asalkan tanah
2. Iklim
cuaca di daerah beriklim tropis (Adzkiya, 2006; Nurcholis, 2006).Kondisi iklim yang
rendah sampai ketinggian 750 m dpl, dengan suhu udaranya antara 19°- 30°C (Afifah
& Tim Lentera, 2003). Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000 –
pewarna, bahan pangan, obat tradisional, memelihara kesehatan dan juga sebagai
bahan obat seperti kurang nafsu makan, sembelit, ambeien, jerawat, diare, obat
penyakit ginjal dan hati, obat pegal linu, reumatik, radang sendi, dan dalam bentuk
segar, rebusan, seduhan maupun serbuk digunakan untuk mengobati sariawan dan
Aceh dikenal dengan nama kunyit ketumbu, rimpangnya digunakan dalam ramuan
untuk penambah darah, atau untuk mengatasi malaria, rimpang temulawak juga
digunakan etnis Sakai di Bengkalis, Riau untuk penambah nafsu makan. Di Sunda
dan Jawa untuk mengobati sakit kuning dan pencernaan. Masyarakat Bali
penguat daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Pengobatan temulawak sebagai
artikel ilmiah untuk mendapatkan informasi studi yang telah dilakukan sebelumnya
dan membuat ringkasan dari hasil studi tersebut mengenai bawang dayak, kunyit,
Dalam penelitian Ririn Puspadewi dengan judul khasiat umbi bawang dayak
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) sebagai herbal antimikroba kulit, ditinjau dari
kandungan kimianya, potensi umbi bawang dayak sebagai tanaman obat multifungsi
sangat besar. Penggunaannya sebagai bahan tambahan pada masakan juga semakin
popular. Namun demikian, penelitian tentang umbi bawang dayak belum banyak
kuning, batuk, mencret berdarah, sakit perut, disentri, perangsang muntah, dan obat
bisul. Daunnya berkhasiat sebagai obat bagi wanita yang nifas (Galingging, 2009).
Berdasarkan sifat fisiologi yang istimewa dari tanaman inilah kemudian dilakukan
penelitian yang bersifat kajian terhadap aktivitas antimikroba umbi bawang dayak
tubuh yang bersifat opportunistik dan banyak ditemukan pada kulit dan selaput
mukosa. Pada keadaan kulit normal, bakteri ditemukan bersifat non patogen, namun
bila berada pada kondisi bebas dan tidak ada persaingan, maka populasinya dapat
dermatofitosis. Jenis kapang ini dapat mencerna keratin kulit sehingga infeksi akibat
kapang dapat menyerang lapisan – lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai
dengan stratum basalis dan kuku, walaupun jarang menyerang rambut (Mutschler,
1991). Proses penelitian meliputi tahap - tahap sebagai berikut : penyiapan simplisia,
mikroba yang hidup di kulit dengan baik. KHM untuk Staphylococcus aureus adalah
mm yang berpotensi sama dengan tetrasiklin HCl pada konsentrasi 0,06%, dengan
berpotensi hampir sama dengan ketokonazol pada konsentrasi 0,2%, dengan diameter
banyak terdapat di benua Asia yang secara ekstensif dipakai sebagai zat pewarna dan
pengharum makanan. Dalam bentuk serbuk yang dikenal sebagai turmerik “turmeric”
juga banyak digunakan untuk bahan obat. Pada zaman agama Hindu mulai
berkembang, yaitu pada buku tua „Ayurvedic‟ juga dituliskan bahwa kunyit tercatat
sebagai aromatika, stimulan, dan sebagai sumber zat warna merah tua. Turmerik yang
untuk keseleo dan pembekakan yang diakibatkan oleh luka. Dan akhir-akhir ini
secara tradisional di India turmerik telah digunakan untuk melawan penyakit yang
diabetes dan penyakit hepatik, reumatik dan sinusitis. Literatur juga memperlihatkan
dapat memberikan hasil yang lebih baik. Peneliti lainnya melaporkan pemberian
kurkumin 120 mg/hari secara oral selama 7 hari pada 18 pasien penderita arthritis
lambung kelinci yang berguna untuk melindungi lapisan mukosa lambung terhadap
pemberian secara oral adalah 100 mg/kg berat badan per hari selama 6 hari.
mempunyai aktivitas farmakologi yang kuat serta bervariasi dan mempunyai efek
Dalam penelitian Novita Carolia dengan judul Potensi Ekstrak Daun Sirih
Hijau (Piper betle L.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris, Acne Vulgaris adalah
kondisi inflamasi umum pada unit pilosebaseus yang sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda, Setiap orang pernah mengalami penyakit ini sehingga dianggap
sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Pada seorang gadisAcne vulgaris
dapat terjadi premenarke. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang.
Namun kadang-kadang pada wanita dapat menetap sampai usia 30 tahun. Meskipun
pada pria umumnya Acne vulgaris lebih cepat berkurang, namun justru gejala Acne
vulgaris yang berat terjadi pada pria. Penyebab Acne vulgaris sangat banyak
(multifaktorial) antara lain faktor genetik, faktor bangsa ras, faktor makanan, faktor
iklim, faktor kebersihan faktor penggunaan kosmetik, faktor kejiwaan atau kelelahan.
Penderita biasanya mengeluh adanya ruam kulit berupa komedo,pustula, nodus, atau
kista dan dapat disertai rasa gatal. Infeksi dapat disebabkan oleh Propionilbacterium
Acnes yang berperan dalam iritasi epitel folikel dan mempermudah terjadinya Acne
obat topikal, obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut. Antibiotika
topikal maupun sistemik dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel yang
berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat
tradisional di Indonesia akhir-akhir ini meningkat, bahkan beberapa bahan alam telah
diproduksi secara fabrikasi dalam skala besar. Penggunaan obat tradisional dinilai
memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan
kimia, disamping itu harganya lebih terjangkau. Bagian dari tumbuhan sirih (Pipper
batle L.) seperti akar, biji, dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang paling
adalah saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak astari. Senyawa saponin dapat
bekerja sebagai antimikroba. Senyawa ini akan mersak membran sitoplasma dan
protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Daun sirih
mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak astari 1-4,2%, air, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, yodium, gula dan pati. Fenol
alam yang terkandung dalam minyak astari memiliki daya antiseptik 5 kali lebih kuat
dibandingkan fenol biasa (Bakterisid dan Fungisid) tetapi tidak sporasid, Acne
Vulgaris adalah peradangan kronis yang terjadi pada kelenjar pilosebasea. Etiologi
dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun telah dipastikan bahwa
pilosebasea, koloni bakteri Propionibacterium acne, dan timbul proses inflamasi yang
telah membuktikan bahwa ekstrak daun sirih memiliki manfaat sebagai antibakteri
karena didalamnya terdapat kandungan fenol dan turunannya, terutama tanin,
flavonoid, dan saponin yang diketahui sebagai antibakteri. Dapat disimpulkan dalam
penelitian Novita Carolia dengan judul Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle
L.) sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris bahwa ekstrak daun sirih hijau () memiliki
adalah salah satu tumbuhan obat keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh dan
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di Indonesia (Sidik et al. 1992; Prana
2008). Tumbuhan temulawak secara empiris banyak digunakan sebagai obat tunggal
maupun campuran. Terdapat lebih dari dari 50 resep obat tradisional menggunakan
temulawak (Achmad et al. 2007). Eksistensi temulawak sebagai tumbuhan obat telah
bahan pembuatan obat tradisional yang paling utama. Kasiat temulawak sebagai
pengobatan penyakit. Temulawak sebagai obat atau bahan obat tradisional akan
et al. 1992). Pengujian khasiat rimpang temulawak dapat diketahui melalui bukti
empiris melalui pengujian secara in vitro, pengujian praklinis kepada binatang dan uji
klinis terhadap manusia (BPOM 2004). Secara empiris rimpang temulawak diketahui
memiliki banyak manfaat salah satunya potensi sebagai antioksidan (WHO 1999).
aktivitas tiga jenis kurkuminoid yang diperkirakan terdapat dalam temulawak. Jadi,
diduga ada zat lain selain ketiga kurkuminoid tersebut yang mempunyai efek
Pada Tabel 2 terlihat bahwa ekstrak temulawak nilai IC50 sebesar 87,01 ppm. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah DPPH. Menurut Rosiyani (2010)
aktivitas antioksidan metode DPPH dipengaruhi oleh komponen aktif dalam ekstrak
temulawak. Komponen aktif tersebut bertindak sebagai oksidan dan radikal diubah
menjadi bentuk yang stabil melalui mekanisme transfer elektron. Gugus reaktif pada
tunggal yang menyebabkan peluruhan warna DPPH dari ungu menjadi kuning.
Semakin banyak elektron yang disumbangkan, maka warna ungu akan semakin
temulawak. DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dalam larutan berair atau
larutan metanol dan mempunyai serapan yang kuat pada panjang gelombang 517 nm.
ppm tergolong aktif sehingga berpotensi sebagai antioksidan alami yang baik. Pada
5.1 Kesimpulan
obat atau dikenal dengan nama biofarmaka adalah jenis-jenis tanaman yang memiliki
fungsi dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan atau pun
zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak memiliki kandungan
zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek resultan atau sinergi dari berbagai zat
yang mempunyai efek mengobati. Dan jenis-jenis tanaman yang digunakan untuk
pengobatan penyakit tertentu diantaranya seperti bawang dayak, kunyit, sirih dan
temulawak.
DAFTAR PUSTAKA
Carolia. N. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai Alternatif
Damayanti, E., Ma'ruf, W. F., & Wijayanti, I. 2014. Efektivitas Kunyit (Curcuma
Fahryl, N., & Carolia, N. 2019. Kunyit (Curcuma domestica Val) sebagai Terapi
Halaman 2-4.
Pustaka Utama.
ASI (MP-ASI) pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa Kemuning Kecamatan
Negeri Semarang).
Puspadewi, R. 2013. khasiat umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)
Muhammadiyah Semarang.
Verma, A.R., Vijayakumar, M., Mathela, C.S., Rao, C.V., (2009). In vitro and in vivo
Winarsih, W., Wientarsih, I., & Sutardi, L. N. 2012. Aktivitas Salep Ekstrak Rimpang
250.
TUGAS MATA KULIAH
BIOTEKNOLOGI TANAMAN OBAT
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Ellok Dwi Sulichantini, M.Si
PRAKTIKUM
“Jenis-Jenis Bahan Sterilisasi”
Oleh:
NURDIANSYAH
NIM. 2003018013
BAHAN-BAHAN STERILISASI
Nama Bahan Konsentrasi
No Jenis Manfaat Cara Penggunaan
Bahan Aktif Anjuran
1. Disinfektan
Alkohol ethyl Antiseptik larutan 60% Dituang pada kassa steril
70% alcohol 70% dan dan 90% atau kapas dan oleskan
sterilisasi alkohol pada alat lab. Bisa juga
alat-alat dicampur 10 - untuk penyemprotan
medis 40% air murni ruangan dan perlatan
Alkohol ethyl Antiseptik larutan 60% Dituang pada kassa steril
95% alcohol 95% dan untuk dan 90% atau kapas dan oleskan
kompres alkohol pada alat lab. Bisa juga
dicampur 10 - untuk penyemprotan
40% air murni ruangan dan perlatan
Bayclin NaClO Larutan Tuangkan 1 Semprotkan pada
5,25% pemutih tutup botol ke permukaan yang sering
pakaian dan dalam 1 liter digunakan, lap
disinfektan air permukaan yang sudah
disemprot
So Klin NaClO Larutan Tuangkan 1 Semprotkan pada
Pemutih 5,25% pemutih tutup botol ke permukaan yang sering
pakaian dan dalam 1 liter digunakan, lap
disinfektan air permukaan yang sudah
disemprot
Proclin NaClO Larutan Tuangkan 1 Semprotkan pada
5,25% pemutih tutup botol ke permukaan yang sering
pakaian dan dalam 1 liter digunakan, lap
disinfektan air permukaan yang sudah
disemprot
Vanish Hydrogen Larutan Tuangkan 1 Semprotkan pada
Peroxide pemutih tutup botol ke permukaan yang sering
5%. pakaian dan dalam 1 liter digunakan, lap
disinfektan air permukaan yang sudah
disemprot
Chlorine Sodium Larutan Untuk Semprotkan pada
bleach Hypochlorite pemutih disinfektan 30 permukaan yang sering
5.25% pakaian dan ml/1 liter air digunakan, lap
disinfektan permukaan yang sudah
disemprot
2. Pembersih
lantai
Wipol Pine oil Pembersih Tuangkan 2 Basahi kain pel dengan
(2.5%) lantai dan tutup botol ke larutan pembersih lantai,
efektif dalam 1 liter lalu peras dan bersihkan
membunuh air semua lantai di ruangan
kuman rumah dengain kain pel.
Prostex Hydrochloric Pembersih Tuangkan 2 Basahi kain pel dengan
acid 8.5%, lantai dan tutup botol ke larutan pembersih lantai,
non-ionic efektif dalam 1 liter lalu peras dan bersihkan
surfactant. membunuh air semua lantai di ruangan
kuman rumah dengain kain pel.
SOS Benzalkoniu Pembersih Tuangkan 25 Basahi kain pel dengan
lantai m Chloride lantai anti ml ke dalam larutan pembersih lantai,
1% bacterial 2,5 liter air lalu peras dan bersihkan
semua lantai di ruangan
rumah dengain kain pel
Super 2,5% Pembersih Campurkan 30 Basahi kain pel dengan
Pell (SLES, NI) lantai anti ml ke dalam 3 larutan pembersih lantai,
bacterial liter air lalu peras dan bersihkan
semua lantai di ruangan
rumah dengain kain pel
So Klin Benzalkoniu Pembersih Campurkan 30 Basahi kain pel dengan
Lantai m Chloride lantai anti ml ke dalam 3 larutan pembersih lantai,
1.5% bacterial liter air lalu peras dan bersihkan
semua lantai di ruangan
rumah dengain kain pel
3. Pembersih
peralatan
Rinso 22% Natrium Penghilang Larutkan 1 sdt Gunakan membersihkan
Alkilbenzena noda dan ke mangkok semua bekas lemak pada
Sulfonate, 10% lemak pada berisi 1/2 gelas peralatan makan dan
Natrium Fosfat, peralatan air masak.
30% Natrium
Karbonat
Sunlight 15% (natrium Penghilang Larutkan 1 sdt Gunakan membersihkan
alkil benzena noda dan ke mangkok semua bekas lemak pada
sulfonat, lemak pada berisi 1/2 gelas peralatan makan dan
natrium lauril peralatan air masak.
eter sulfat).
Daia linear Penghilang Larutkan 1 sdt Gunakan membersihkan
alkylbenzen noda dan ke mangkok semua bekas lemak pada
e sulfonate lemak pada berisi 1/2 gelas peralatan makan dan
(LAS) peralatan Air masak.
Sabun Alkyl Penghilang Larutkan 1 sdt Gunakan membersihkan
cream benzene noda dan ke mangkok semua bekas lemak pada
ekonomi Sulfonate lemak pada berisi ½ gelas peralatan makan dan
peralatan Air masak.
Mama 21% (LAS Penghilang Tuang ½ sdt Gunakan membersihkan
lemon Na, SLES, noda dan ke mangkok semua bekas lemak pada
SLS, lemak pada berisi 1 gelas peralatan makan dan
CAPB) peralatan Air masak.
4. Antiseptik
Dettol Chloroxylenol Perlindungan Larutkan 1 Tuangkan larutan pada
4.8 % w/v dari penyakit tutup penuh kapas kemudian
disebabkan dengan 420 ml diusapkan
kuman Air
Povidone Povidone Antiseptik Gunakan 5- Pastikan permukaan kulit
iodine Iodine 10% dan 10% cairan telah bersih. Gunakan
mencegah obat, 10% saat Betadine secukupnya di
infeksi. menggunakan permukaan kulit
salep
Odex chlorhexidine Antiseptik Gunakan 5- Pastikan permukaan kulit
liquid gluconat dan 10% cairan telah bersih. Gunakan
7.5%dan mencegah obat, 10% saat Betadine secukupnya di
cetrimide infeksi. menggunakan permukaan kulit
15% salep
Antiseptik Ethyl Antiseptik Tuangkan ke Gosokkan secara merata
Gel Gea Alcohol pembersih telapak tangan pada seluruh bagian
70% tangan (1 kali tekan tangan sampai kering
tanpa bilas bagian pump)
Betadine Povidone Antiseptik Gunakan 5- Pastikan permukaan kulit
Iodine 10% dan 10% cairan telah bersih. Gunakan
mencegah obat, 10% saat Betadine secukupnya di
infeksi. menggunakan permukaan kulit
salep
5. Fungsida
Antracol Propineb 70% Pengendalian Dosis 2,5 – 6 Disemprotkan ke seluruh
70 WP jamur dan gr/ 1 liter air bagian tanaman atau di
penyakit siramkan ke tanah pada
tanaman bagian pangkal batang.
Interval 4-7 hari sekali
Mantracol Propineb 70% Pengendalian Dosis 2,5 – 6 Disemprotkan ke seluruh
70 WP jamur dan gr/ 1 liter air bagian tanaman atau di
penyakit siramkan ke tanah pada
tanaman bagian pangkal batang.
Interval 4-7 hari sekali
Trivia Fluopikoli Pengendalian Dosis 2,5 – 6 Disemprotkan ke seluruh
73 WP 6%, Propineb penyakit gr/ 1 liter air bagian tanaman atau di
67% tanaman siramkan ke tanah pada
bagian pangkal batang.
Interval 4-7 hari sekali
Dense Metil tiofanat Pengendalian Dosis 0,5 – 3 Disemprotkan ke seluruh
520 SC 520 g/l penyakit ml/ 1 liter air bagian tanaman atau di
tanaman siramkan ke tanah pada
bagian pangkal batang.
Interval 4-7 hari sekali
Score Difekonazol Pengendalian Dosis 0,25 – 1 Semprotkan pada bagian
250 EC 250 ec/gr penyakit ml/liter tanaman yang terserang
tanaman penyakit dengan interval
tertentu
6. Bakterisida
Agrept Streptomisin Pengendalian Dosis 2 – 2,5 Penyemprotan dengan
20 WP sulfat 20% penyakit layu gr/liter volume tinggi saat gejala
bakteri pada muncul. Interval
tanaman penyemprotan seminggu
sekali sebanyak 7 kali
Plantom Streptomycin Pengendalian Dosis 1 gram/ Penyemprotan dengan
ycin 100 6.87% penyakit layu liter air volume tinggi saat gejala
Gram dan hawar muncul. Interval
daun penyemprotan seminggu
sekali sebanyak 7 kali
Nordox Tembaga Pengendalian 2 sachet @100 Diaplikasikan sejak awal
56WP Oksida 56% penyakit layu gr dicampur tanam setiap kali
(setara Cu bakteri pada 50 kg pupuk pemupukan (2 – 3 hari)
50%) tanaman urea atau NPK sekali.
III. PEMBAHASAN
IV. PENUTUP
Armila, N. K. P., Bustami, M. U., & Basri, Z. (2014). Sterilisasi dan Induksi Kalus
Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) Lokal Palu secara In Vitro. E-Journal
Agrotekbis, 2(2), 129–137. https://www.neliti.com/publications/244741/sterilisasi-
dan-induksi-kalus- bawang-merah-allium-ascalonicum-l-lokal-palu-secar
BBPPMPTPH. (2020). Sterilisasi Alat Untuk Pengujian Kesehatan Benih (p. 1).
http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/index.php/berita/524
Fitriani, Y., Wijana, G., & Darmawati, I. A. P. (2019). Teknik Sterilisasi dan Efektivitas
2,4- D Terhadap Pembentukan Kalus Eksplan Daun Nilam (Pogostemon cablin
Benth) In Vitro. J. Agric. Sci. and Biotechnol, 8(1), 41–52.
Rahmadi, A., Wicaksana, N., Nurhadi, B., Suminar, E., Pakki, S. R. T., & Mubarok, S.
(2020). Optimasi Teknik Sterilisasi dan Induksi Tunas Tanaman Durian (Durio
zibethinus Murr) ‘Kamajaya’ Lokal Cimahi Secara in vitro. Jurnal Kultivasi,
19(1), 1083–1088. https://doi.org/10.24198/kultivasi.v19i1.2455
TUGAS MATA KULIAH
BIOTEKNOLOGI TANAMAN OBAT
Dosen Pengampu: Dr. Ir. Ellok Dwi Sulichantini, M.Si
PRAKTIKUM
“Pembuatan Media Tanam”
Oleh:
NURDIANSYAH
NIM. 2003018013
disusun dalam suatu media dasar. Dikenal ada beberapa media dasar yang umumnya
Skoog), Knudson, VW (Vacin dan Went), B5 dan WPM (Woody Plant Medium).
Masing-masing media dasar tersebut mengandung hara makro, hara mikro (dalam
bentuk garam inorganik) dan vitamin. Selain hara makro, hara mikro dan vitamin,
untuk membuat media tanam kultur juga ditambahkan sukrosa (gula) sebagai sumber
karbon sebanyak 2% (20 gram perliter) hingga 3% (30 gram per liter); pemadat
media, dapat berupa bioagar (6-7 gram per liter), gellan-gum (2-2,25 gram per liter),
atau dapat juga digunakan agar-agar bubuk komersial (untuk puding) yang berwarna
putih (7-8 gram per liter). Senyawa organik alami seperti tomat, air kelapa dan pisang
Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
tingkat keberhasilan paebanyakan tanaman secara invitro, dalam hal ini adalah kultur
jaringan. Berbagai formulasi atau komposisi media tanam telah banyak ditemukan
Peranan media kultur berhubungan dengan penyediaan unsure hara dan energi serta
zat-zat lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bahan eksplan di
dalam botol kultur sehingga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kultur jaringan
Melihat peranan penting dari media kultur, maka melaui praktikum ini dilakukan
pembuatan media kultur secar baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ada.
Dalam praktikum kali ini akan dilakukan pembuatan media MS dan Media
dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh disekitar kita, seperti agar-
agar komersil, gula pasir, air bersih, buah tomat masak, buah pisang ambon mentah
6.2 Tujuan
Kultur jaringan dalam arti luas berarti menumbuhkan tanaman secara in vitro
dari semua bagian tanaman yang dapat berupa sel tunggal, jaringan dan organ dalam
kondisi aseptik. (Torres, 1989). Metodologi in vitro merupakan salah satu teknik
penting yang baru dikenal potensinya dalam membantu pemulia tanaman mencapai
jauh tentang keadaan suatu spesies tanaman. Kultur in vitro juga memberikan
1. Kultur kalus, adalah kultur dari kumpulan sel yang diproduksi dari eksplan yang
2. Kultur sel, adalah pengkulturan sel pada media cair di dalam bejana .
3. Kultur organ, adalah kultur aseptik dalam media nutrisi dari ovari, akar, embryo dan
organ lainya.
4. Kultur meristem dan morfogenesis, adalah Kultur aseptik dari tunas meristem atau
5. Kultur protoplas, adalah Isolasi kultur aseptik dari sel atau jaringan tanaman.
Dalam kultur jaringan, media merupakan bagian yang sangat penting dan
ialah media yang mengandung nutrien makro dan mikro dalam kadar dan
perbandingan tertentu serta sumber tenaga (umumnya digunakan sukrosa). Sering kali
juga mengandung satu atau dua macam vitamin dan zat perangsang pertumbuhan.
Banyak formulasi media yang ada, masing-masing berbeda dalam hal kuantitas
diformulasikan oleh Toshio Murashige dan di publikasi oleh Murashige dan Skoog
pada tahun 1962. Formulasi dasar MS dapat digunakan untuk sejumlah besar spesies
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula,
dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoclave. Hormon yang ditambahkan dalam media sebagai zat perangsang
pembelahan dan pembesaran sel, sedangkan sitokinin memiliki dua peran yaitu
sebagai perangsang pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat eksplan, dan
Selain hormon dan nutrisi, juga ditambahkan zat organik yaitu sukrosa yang
digunakan sebagai sumber energi utama dan tiamin adalah tambahan vitamin yang
oksidan dan inositol yang meskipun tidak essensial tetapi dapat merangsang
mengacu pada keobjektifan dan ketersediaan hasil penelitian. Hampir seluruh bagian
dari tanaman dapat diinduksi untuk memproduksi kalus dan kultur suspensi.
(Gamborg dan Jerri 1981 dalam Thorpe, 1981). Karena kesesuaian suatu bagian
Medium yang dikembangkan oleh Murashige and Skoog (MS) untuk kultur
jaringan tembakau digunakan secara luas untuk kultivasi kalus pada agar, demikian
juga pada kultur suspensi sel dalam medium cair. Keistimewaan medium MS adalah
tumbuhan. Umumnya kadar hara anorganiknya lebih rendah dari pada dalam medium
MS, suatu kondisi yang seringkali lebih baik bagi sel spesies tertentu. Baik medium
Banyak sel tidak memerlukan tambahan senyawa organik seperti asam amino,
kasein hidrolisat, ekstrak ragi atau air kelapa. Masih banyak medium lain yang dapat
dan B5ternyata baik untuk kultur sel tunggal (protoplas), dan medium M51
merupakan medium paling cocok untuk memulai dan memelihara terutama kultur
Alat: Gelas ukur, kompor, panci dandang, panci, pengaduk, botol-botol kultur
Bahan: Agar-agar bubuk, gula pasir, air kelapa muda, air bersih siap minum,
Dokumentasikan bahan dan alat yang anda gunakan dengan kamera dan video.
dan video.
Gunakan botol-botol kaca yang tahan panas seperti botol selai, botol saus
tomat, atau botol sirup. Siapkan botol sebanyak 10-15 buah. Cuci bersih botol
dengan menggunakan detergen, dan bilas sampai bersih. Selanjutnya kukus dalam
7. Letakkan panci di atas kompor, aduk agar larutan tercampur dengan baik. Masak di
8. Tuang larutan yang telah mendidih ke dalam botol-botol yang sudah disterilisasi
9. Tutup botol yang berisi media dengan aluminium foil/plastik selanjutnya ikat erat
11. Keluarkan media, tutup kembali tutup botol dengan plastik wrap.
17 Juli 2021
dengan media agar-agar, tidak ditemukan adanya kontaminasi baik pada media. Hal
ini dikarenakan dalam pembuatan media tanam, alat-alat yang digunakan telah
sumber nutrisi yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan
kondisi yang aseptis dalam melakukan semua prosedur secara in vitro. Membuat dan
pekerjaan in vitro, karena di lingkungan sekitar kita terdapat banyak spora bakteri dan
fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh aliran udara
yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan pada
media, alat gelas dan alat-alat lain sebelum pekerjaan in vitro dilakukan. Juga perlu
untuk mengerjakan semua pekerjaan di dalam ruang bersih yang dirancang dan
1. Apa manfaat juice tomat, juice pisang dan air kelapa yang ditambahkan
tersebut.
Manfaat juice tomat, juice pisang dan air kelapa senyawa tersebut berperan
dan organ tanaman menuju arah diferensiasi tertentu. Senyawa-senyawa lain yang
memiliki fungsi seperti hormon dan diproduksi secara eksogen adalah Zat Pengatur
Tumbuh atau hormon sintetik (Pierik, 1987). Selain hormon sintetik, bahan alami
seperti air kelapa, pisang dan juice tomat ditambahkan dalam media. Penggunaan dari
hormon sintetik dan bahan alami dapat ditambahkan dalam media secara terpisah,
dalam jus pisang adalah Pisang mengandung 6 gram glukosa, 4 gram fluktosa dan 7
Penambahan pisang dalam media kultur biasanya dalam bentuk bubur pisang.
pengaruh positif terhadap pertumbuhan tinggi plantlet, jumlah daun, luas daun,
jumlah akar, panjang akar, dan jumlah tunas anakan. Namun Bubur buah empat
kultivar pisang lainnya (Tanduk, Barangan, Raja, serta Kepok), juga dapat digunakan
sebagai suplemen nutrisi dalam medium dasar, tapi hasilnya tidak sebaik pada bubur
pisang Ambon. (Mei, 1999) melaporkan bahwa konsentrasi 100-125 g/l bubur pisang
Kandungan dalam air kelapa Air kelapa merupakan senyawa organik yang
mengandung 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin gluoksida, zeatin ribosida, kadar K dan
lemak, Ca dan P (Yunita, 2011). Zeatin, zeatin gluoksida, zeatin ribosida merupakan
ZPT yang dapat meningkatkan pembelahan sel dan perpanjangan sel. Asam amino,
gula dan vitamin dapat meningkatkan metabolisme sel dan berperan sebagai energi,
algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit
unsur Ca, Mg, K, dan Na (Debergh, 1982 dalam Gunawan, 1992). Keuntungan dari
1) Agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100° sehingga
dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang
stabil.
(1987) kandungan gula dalam media kultur pada umumnya berkisar antara 2 – 4 %,
3%. Penambahan larutan gula dan agar memiliki keguanaan sebagai sumber energi
dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan
tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman
penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak
terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir.
Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain
sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media.
Harus ditunggu dulu sampai suhu autoklaf mencapai 0ºC atau tekanan 0 psi. - Setelah
dikeluarkan dari autoklaf, media ditaruh di ruang media. Digunakan paling cepat satu
masih ada dalam media) untuk tumbuh dalam kurun waktu tersebut, sehingga dapat
dalamnya.
Kontaminasi pada media dan eksplan terjadi karena adanya jamur ataupun
bakteri yang tidak mati pada saat sterilisasi media maupun yang masuk dalam media
pada saat proses penanaman, atau saat pemeliharaan. Pada media atau eksplan yang
terkontaminasi oleh jamur maka akan terdapat jamur yang berwarna putih yang akan
terus tumbuh menutupi botol kultur. Ketika jamur tumbuh pada media atau eksplan
pada embrio. Terjadinya kontaminasi hampir merata terdapat pada setiap perlakuan
media. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri pada media menunjukan ciri-ciri
diantaranya media menjadi berwarna lebih keruh atau berwarna kecoklatan dan media
11.1 Kesimpulan
dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat bergantung pada media yang
digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media
pertumbuhan tanaman seperti unsur hara makro, unsur hara mikro, karbohidrat,
alamiah, arang aktif dan bahan pemadat. Dalam praktikum ini digunakan tambahan
jus tomat, jus pisang, dan air kelapa dalam pembuatan media tanam kultur jaringan
perkembangan sel, jaringan dan organ tanaman menuju arah diferensiasi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
http://citraheldaanggia.blogspot.com/2016/11/laporan-pembuatan-media-ms-
Murashige, T dan F. Skoog 1962. A Revised Medium for Rapid Growth dan
https://wawaorchid.com/2009/05/11/penambahan-pisang-dalam-media-kultur-
Nijhoff publishers.
Wetter, L.R. and Constabel, F. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. Bandung:
ITB Press.
Wills, Rhh., Lee. T.H, Graham., D, Mcglasso,W.B. & Hall. E.G, 1981. Postharvest.
Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air Kelapa, dan Rootone- F
PRAKTIKUM
“Perbanyakan Tanaman Dengan Tekhnik Kultur Jaringan”
Oleh:
NURDIANSYAH
NIM. 2003018013
A. Latar Belakang
umumnya akan menghasilkan tanaman yang lebih cepat tumbuh. Dapat tumbuhnya
bagian terkecil dari tumbuhan menjadi individu baru karena tumbuhan memiliki sifat
mampu untuk tumbuh menjadi tanaman yang sempurna bila disekitar lingkungan
tersebut sesuai. Sifat tumbuhan inilah yang kemudian mencetuskan suatu metode
Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji anggrek dengan tujuan untuk
mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari anggrek tidak
berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman. Penggunaan kultur
jaringan mempunyai kelebihan, yaitu mampu memproduksi bibit yang seragam dalam
jumlah banyak dan dalam waktu yang relatifr singkat. Kultur jaringan adalah suatu
metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok
tanaman utuh kembali. Konsep awal dari kultur jarngan adalah diketahuinya
kemempuan totipotensi dari sel tumbuhan. Totipotensi sel (Total Genetic Potential),
artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak
diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Lingkungan aseptic sebagai salah
satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur jaringan perlu diterapkan dengan
sungguh-sungguh. Kultur jaringan sering dijadikan salah satu solusi sebagai metode
perbanyakan tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode penyimpanan
plasma nutfah yang tidak membutuhkan tempat yang besar. Keberhasilan dari kultur
jaringan sangat bergantung dari ketepatan konsentrasi nutrisi yang berada di dalam
media kultur. Ketepatan konsentrasi ini menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi
mengalami keracunan unsur hara. Sehingga, pembuatan larutan stock dan sterilisasi
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik aseptik dan induksi kalus dari eksplan
tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah tanaman sayuran umbi yang
banyak nama panggilan seperti orang manado menyebutnya lasuna moputi, orang
Makasar menyebut lasuna kebo dan orang Jawa menyebutnya bawang (Wibowo,
2007). Masyarakat pada umumnya hanya memanfaatkan bagian umbi saja, utamanya
hanya sebagai bumbu dapur. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa bawang
berbagai penyakit (Samadi, 2000). Klasifikasi Bawang Putih Menurut Samadi (2000)
sistematika tanaman bawang putih adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi
Morfologi bawang putih terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan umbi.
1. Akar
dan menyebar disekitar permukaan tanah sampai pada kedalaman 10 cm. Bawang
putih memiliki akar serabut dan terbentuk di pangkal bawah batang sebenarnya
(discus). Akar tersebut tertanam dalam tanah sebagai alat untuk menyerap air dan
unsur hara dari tanah. Sistem perakaran bawang putih menyebar ke segala arah,
namun tidak terlalu dalam sehingga tidak tahan pada kondisi tanah yang kering
(Samadi, 2000).
2. Batang
Batang bawang putih merupakan batang semu dan berbentuk cakram. Batang tersebut
terletak pada bagian dasar atau pangkal umbi yang terbentuk dari pusat tajuk yang
(Samadi, 2000).
3. Daun
Daun tanaman bawang putih memiliki ciri morfologis yaitu berbentuk pita,
pipih, lebar dan berukuran kecil serta melipat ke arah dalam sehingga membentuk
sudut pada pangkalnya. Satu tanaman bawang putih biasanya memiliki 8-11 helai
daun. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dengan kelopak daun yang
tipis, kuat, dan membungkus kelopak daun yang yang lebih muda (Samadi, 2000).
4. Bunga
Tanaman bawang putih dapat berbunga namun hanya pada varietas tertentu
saja. Bunga bawang putih berupa bunga majemuk yang berbentuk bulat seperti bola,
menyerupai umbi bawang. Bunga yang tumbuh dapat menghasilkan biji. Umumnya
pada sebagian besar varietas, tangkai bunga tidak tumbuh keluar melainkan hanya
sebagian bunga saja yang tampak keluar bahkan tidak sedikitpun bagian bunga yang
keluar karena sudah gagal sewaktu masih berupa tunas (Wibowo, 2007). Pembungaan
pada bawang putih dapat mengganggu perkembangan umbi dan tidak memiliki nilai
ekonomi sehingga biasanya para petani akan membuangnya. Pada bagian tangkai
bunga terbentuk umbi kecil yang menyebabkan pembengkakan sehingga umbi terlihat
(Rukmana, 1995).
5. Umbi
terbungkus oleh selaput tipis yang sebenarnya merupakan pelepah daun sehingga
tampak seperti umbi yang berukuran besar (Rukmana, 1995). Ukuran dan jumlah
siung bawang putih bergantung pada varietasnya. Umbi bawang putih berbentuk
bulat dan agak lonjong. Siung bawang putih tumbuh dari ketiak daun, kecuali ketiak
daun paling luar. Jumlah siung untuk setiap umbi berbeda tergantung pada
varietasnya. Bawang putih varietas lokal biasanya pada setiap umbinya tersusun 15-
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril
ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam
kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori yang digunakan adalah teori
totipotensi yang ditulis oleh Schleiden dan Schwann, yang menyatakan bahwa teori
dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang
secara normal melalui biji atau spora (Yuniastuti, 2008). Teknik kultur jaringan
kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu
teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti
"di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi.
Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena
seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua
organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis
Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari tanaman, yaitu:
dalam sel.
Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang
organ baru.
1. Perbanyakan massal
4. Mudah ditransportasi
2. Tumbuhan hibrida
Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan
tersendiri. Kultur jaringan (tissue culture) sampai saat ini digunakan sebagai suatu
istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang
umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro yang
3. Sterilisasi eksplan,
4. Inokulasi eksplan,
5. Aklimatisasi, dan
1. Kultur biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau
seedling.
menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian
eksplannya.
media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan
menggunakan sel atau agregat sel sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan
pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding
somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun
interspesifik).
6. Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman,
membutuhkan nutrisi. Nutrisi ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang,
antara satu dengan yang lain. Nutrisi diambil tumbuhan dari dalam tanah dan udara.
Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat-
zat organic (C, H, O, dan N) dan garam anorganik (Fe2+. Ca2+, dan lain-lain).
tumbuhan dalam konsentrasi yang relatif banyak (sebagai unsur hara utama), yaitu C,
mineral yang diperlukan tumbuhan dalam konsentrasi yang relatif sedikit (unsur hara
pelengkap), yaitu Mn, Mo, Zn, Cu, B, Cl. Makronutrien dan mikronutrien ini
merupakan unsur essensial, karena kehadirannya tidak dapat digantikan oleh unsur
lain. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah
tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Media merupakan faktor penentu
tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan
biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga
dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Juli 2021 pukul 09.00 WITA s/d selesai di
1. Pinset
2. Gunting
3. Lilin
4. Korek Api
5. Koran
6. Alkohol 70%
9. Aquades
10. Detergen
C. Cara Kerja
2. kupas kulit bawang putih, cuci bersih bawang putih pada air mengalir dan
4. Ambil pinset yang di rendam aquades dan bakar pada lilin agar pinset tetap
steril
5. Buka plastic penutup gelas media, dan bakar permukaan gelas media pada
lilin
berisi media
7. Tanam ekplan bawang putih pada gelas sebanyak 2 eksplan dalam satu gelas
media
20 Juli 2021
1 Bawang Putih √
2 Bawang Putih √
3 Bawang Putih √
4 Bawang Putih √
5 Bawang Putih √
6 Bawang Putih √
7 Bawang Putih √
8 Bawang Putih √
9 Bawang Putih √
10 Bawang Putih √
21 Juli 2021
1 Bawang Putih √
2 Bawang Putih √
3 Bawang Putih √
4 Bawang Putih √
5 Bawang Putih √
6 Bawang Putih √
7 Bawang Putih √
8 Bawang Putih √
9 Bawang Putih √
10 Bawang Putih √
22 Juli 2021
1 Bawang Putih √
2 Bawang Putih √
3 Bawang Putih √
4 Bawang Putih √
5 Bawang Putih √
6 Bawang Putih √
7 Bawang Putih √
8 Bawang Putih √
9 Bawang Putih √
10 Bawang Putih √
23 Juli 2021
1 Bawang Putih √
2 Bawang Putih √
3 Bawang Putih √
4 Bawang Putih √
5 Bawang Putih √
6 Bawang Putih √
7 Bawang Putih √
8 Bawang Putih √
9 Bawang Putih √
10 Bawang Putih √
24 Juli 2021
1 Bawang Putih √
2 Bawang Putih √
3 Bawang Putih √
4 Bawang Putih √
5 Bawang Putih √
6 Bawang Putih √
7 Bawang Putih √
8 Bawang Putih √
9 Bawang Putih √
10 Bawang Putih √
V. PEMBAHASAN
kontaminasi, baik itu dari bakteri maupun dari jamur. Penyebab terjadinya
praktikan yang tidak hati-hati, tidak teliti, dan kurang steril pada saat penanam,
sehingga bakteri dan spora jamur yang menempel pada baju, tangan, udara bahkan
lingkungan sekitar sporanya masuk ke dalam media. Bakteri dan spora jamur dapat
tumbuh dengan baik pada media kultur jaringan karena mengandung nutrisi baik
ditandai adanya perubahan warna pada media menjadi hitam dan putih serta muncul
serabut-serabut seperti jamur atau kapang (Idrianto, 2002). Selain disebabkan oleh
praktikan, penyebab yang lainnya yaitu bagian dari tanaman yang digunakan. Proses
sterilisasi yang terlalu singkat ataupun terlalu lama. Bawang putih yang disterilisasi
yang berkembang pada bawang putih tersebut kemungkinan masih hidup. Sedangkan
proses strerilisasi yang terlalu lama mengakibatkan jaringan tanaman menjadi mati
2. Terdapat berbagai macam media kultur jaringan beserta eksplan yang sesuai
dengan media tersebut, tetapi pada umumnya semua jenis media harus
tanaman baru.
Gadjahmada, Yogyakarta.
Samadi, B. dan Cahyono, B., 2005. Bawang Merah Intensifikasi Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.
Santoso, U. Dan F. Nursandi. 2004. Kultur jaringan tanaman. Malang : UMM Pers.