Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FITOFARMAKA
TUGAS 4
Pembuatan Produk Bahan Alam Kapsul Ektrak Kencur
(Kaempferia galanga L.)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK 3

KELAS: D

1. Sri Rahayu (202010410311083)


2. Nabil Sufyan Atsauri (202010410311122)
3. Rizky Maulidia Sutrisno P (202010410311131)
4. Ananda Rahmah A.S (202010410311141)
5. Yusrif Juliansyah (202010410311293)

DOSEN PEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, M. Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M. Farm.
apt. Dita Ayu Winata, M. Farm.
apt. Rikatlala’ Shorea, M. Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri Obat Tradisional pada saat ini berkembang cukup pesat.
Peningkatan produksi antara lain disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan jumlah
industrinya. Investasi di bidang industri obat tradisional sangat menjanjikan
keuntungan dan masih dikembangkan mengingat potensinya sebagai salah satu
unsur pelayanan kesehatan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang farmasi, maka mendorong dibuatnya formulasi yang tepat
untuk mengolah bahan alam tadi menjadi bentuk sediaan yang acceptable atau
mudah diterima oleh masyarakat, salah satunya adalah kapsul. Kapsul merupakan
salah satu sediaan padat farmasi berupa cangkang yang berisikan zat aktif di
dalamnya. Sediaan padat farmasi ini memiliki beberapa kelebihan seperti tidak
berbau, hambar, tampilan bervariasi dan menarik, serta mudah ditelan
menjadikannya berada pada urutan pertama dalam pengembangan obat. Di
industri farmasi kapsul memiliki 2 bentuk sediaan, yaitu kapsul cangkang keras
dan kapsul cangkang lunak.
Kencur merupakan tanaman herbal yang umum digunakan sebagai ramuan
obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga banyak petani di
Indonesia yang membudidayakan ini. Kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan dalam jumlah besar, salah satunya adalah rimpang kencur atau
rizoma. Ekstrak kencur terbukti memliki banyak sekali manfaat, antara lain sakit
kepala, keseleo, menghilangkan lelah, radang, lambung, batuk, memperlancar
haid, radang telinga anak, darah kotor, mata pegal, diare, dan masuk angin.

1.2 Tujuan

Mahasiswa memahami mengetahui cara pembuatan sediaan kapsul ekstrak


kencur serta pemanfaatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kencur
Kaempferia galanga (K. galanga) atau yang dikenal sebagai "kencur"
di Indonesia digunakan sebagai salah satu bahan makanan. Diperkirakan
berasal dari daerah asia tropika yang kemudian menyebar kemana-mana dan
sampai di Indonesia sebagai tanaman budidaya (Yoanna & Yovita, 2000).
Kaempferia galanga atau kencur merupakan salah satu jenis dalam famili
Zingiberaceae merupakan salah satu jenis tanaman obat penting bagi masyarakat
Asia termasuk Indonesia. Tanaman ini sering dijadikan pasta karena dipercaya
dapat mengatasi kelelahan. Berdasarkan hasil review dalam jurnal Putu Nita
(2020), secara tradisonal tanaman ini sering digunakan untuk pengobatan diare,
migrain dan meningkatkan energi, dan mengatasi kelelahan. Rimpang kencur
selama ini digunakan oleh untuk menghilangkan sakit gigi, sakit perut,
pembengkakan pada otot dan rematik.

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Phanerogamae
Division : Spermatophyta
Sub Division : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Order : Scitaminales
Family : Zingiberaceae Gambar 2.1 Kencur (Tri S, 2021)
Genus : Kaempferia
Species : Kaempferia galanga L.
(Shetu et al, 2018)

2.1.2 Morfologi
Kencur (Kaempferia galanga) termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae dan
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah
paling lunak dan tidak berserat. Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur
di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu
banyak air. Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada
musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup
sinar matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka.
Pada morfologi kencur memiliki batang berbentuk basal yang memiliki
ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur
memiliki daun berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir. Daunnya
berwarna merah kecoklatan. Bentuk dari daun kencur menjorong ada yang
menjorong lebar dan ada juga yang berbentuk bundar, untuk ukurannya daun
kencur memiliki panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, dengan ujung daun runcing
pangkai berkeluk dan tepi daun rata. Untuk permukaan daun bagian atas tidak
mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki bulu yang halus.
Kemudian untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar antara
3-10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm
yang memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari 2-3
lembar dengan susunan yang saling berhadapan (Haryudin 2016).
Kencur mempunyai bunga yang tunggal yang berbentuk seperti terompet
dengan panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning
yang memiliki panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak
keunguan. Kemudian untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah
mahkota bunga 4-12 buah dengan warna yang dominan yaitu warna putih. Kencur
memiliki perbedaan dengan family yang lainnya pada bagian daun yang
menjalar dipermukaan tanah, dengan batang kencur yang pendek dan serabut
akar yang memiliki warna coklat agak kekuningan. Adapun untuk rimpangnya
memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang tumpul dengan
warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna coklat
yang mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti
daging yang tidak berserat (Megantara et al, 2016).
Untuk pemerian simplisia rimpang kencur menurut Farmakope Herbal
Indonesia edisi II (2011) berupa irisan rimpang, pipih, bentuk hampir bulat
sampai jorong atau tidak beraturan, bagian tepi berombak dan berkeriput, kasar,
bagian tengah tampak pembatas yang tegas antara korteks dan stele, korteks
sempit, berserat halus; warna cokelat hingga cokelat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecokelatan, bau khas dan rasa pedas.

2.1.3 Kandungan Kimia


Komponen utama yang terkandung dalam Kaempferia galanga antara
lain ethyl-p-methoxycinnamate (31.77%), methylcinnamate (23.23%), carvone
(11.13%), eucalyptol (9.59%) dan pentadecane (6.41%), ethyl cinnamate (23,2%),
1,8-cineole (11,5%), transcinnamaldehyde (5,3%), dan borneol (5,2%) (Liu et al.,
2014). Ekstrak kencur dilaporkan memiliki efek antinflamasi, analgetik,
antidiare, antibakteri, sedatif, sitotoksik, insektisidal, antihelmint, dan
antioksidan.
Secara etnobotani Kaempferia galanga digunakan sebagai obat
ekspektorat, karminatif, obat batuk, rematik, dan anti kanker, kolera,
vasorelaksasi, anti mikroba, antioksidan, anti alergi penyembuhan luka. Dan pada
bioaktivitasnya membuktikan aktivitas K. galanga sebagai anti kanker, anti
oksidan, anti inflamasi, analgesik dan anti bakteri (Marina S, 2019).
Rajendra et al. (2011) menyatakan bahwa rizoma Kaempferia galanga yang
diekstak dengan menggunakan petroleum mengandung sterols, triterpenoids dan
resins: sedangkan jika diekstrak dengan menggunakan kloroform akan
diperoleh, sterols, triterpenoids, flavanoids dan resins. Sedangkan jika
diekstrak dengan menggunakan metanol akan diperoleh steroids,
triterpenoids, alkaloids, flavanoids, carbohydrates, resins dan protein. Dan jika
diekstrak menggunakan air akan diperoleh saponins, carbohydrates dan protein.

2.2 Ektraksi dan Ekstrak


Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Farmakope Indonesia
ed. 6, 2020).
Berdasarkan konsistensinya ekstrak dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Ekstrak cair: ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Liquida)
2. Semi solid : ekstrak kental (Extracta Spissa)
3. Kering : ekstrak kering (Extracta Sicca)
Dalam parameter standar umum ekstrak tumbuhan dari Depkes RI 2000
disebutkan bahwa faktor yang berpengaruh pada mutu ekstrak adalah:
1. Faktor Biologi Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal tumbuhan obat,
dipandang secara khusus dari segi biologi yaitu identitas jenis, lokasi tumbuhan
asal, periode pemanenan, penyimpanan bahan, umur tumbuhan dan bagian
yang digunakan.
2. Faktor Kimia Mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal tumbuhan obat,
dipandang secara khusus dari kandungan kimia, yaitu :
a. Faktor internal, seperti jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi
kualitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif.
b. Faktor eksternal, seperti metode ekstraksi perbandingan ukuran alat
ekstraksi, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat,
ukuran kekerasan, dan kekeringan bahan.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi
perlu ditentukan terlebih dahulu (Mukhriani, 2014).

2.3 Senyawa Marker


Senyawa marker merupakan satu atau lebih senyawa yang secara alami
terdapat dalam bahan tumbuhan dengan atau tanpa memiliki aktivitas
farmakologi dan dipilih untuk tujuan kontrol kualitas oleh peneliti atau pabrik.
Penentuan kadar senyawa marker dalam ekstrak diperlukan untuk menjamin
senyawa-senyawa tersebut konsisten terukur pada setiap perlakuan. Medicines
Agency (EMEA) mengidentifikasi senyawa marker adalah suatu konstituen atau
kelompok konstituen pada suatu produk OT yang digunakan untuk tujuan quality
control tanpa memperhatikan apakah dia memiliki aktivitas terapeutik atau tidak
(Rahmawati, 2013).
Untuk memenuhi syarat ini, zat atau senyawa tersebut tidak dimiliki
oleh simplisia tanaman lain (Sutrisno, 1986). Adapun syarat-syarat senyawa
marker adalah bersifat khas, mempunyai struktur kimia yang jelas, dapat
diukur kadarnya dengan metode analisis yang biasa digunakan, bersifat stabil,
tersedia dan dapat diisolasi dengan berbagai pelarut (Purnomo, 2008). Senyawa
marker dapat digolongkan menjadi tiga golongan, meliputi senyawa aktif,
penanda analitik dan penanda negatif. Senyawa aktif adalah senyawa yang
diketahui aktivitas farmakologi dan khasiatnya. Penanda analitik adalah senyawa
yang dipilih untuk determinasi secara kuantitatif, senyawa ini membant
identifikasi positif dari bahan tanaman atau ekstrak tumbuhan untuk tujuan
standarisasi. Penanda negatif adalah senyawa yang mempunyai sifat alergi atau
toksik atau mengganggu bioavailabilitasnya (Patterson, 2006).

2.4 Etil p-Metoksisinamat (EPMS)

Gambar 2.2 Etil p-Metoksisinamat


EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung
cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus
karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam
ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi
kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Ekstrasi
EPMS dari kencur menggunakan suhu yang kurang dari titik lelehnya yaitu 48 –
50C.
Etil-p-metoksisinamat memiliki berbagai aktivitas farmakologis diantaranya
sebagai antijamur (Omar et al., 2014), antibakteri (Lakshmanan et al., 2011),
dan antikanker (Ekowati et al., 2010). Sebagai komponen mayor, etil-p
metoksisinamat dapat digunakan sebagai prekursor awal dalam mensintesis
senyawa turunan asam sinamat lainnya seperti asam p-metoksisinamat. Di
alam turunan sinamat terdapat dalam bentuk ester atau glikosidanya. Etil p-
metoksisinamat terdapat di alam dalam bentuk ester berwujud padatan kristal
berwarna putih kekuningan dan mempunyai bau khas aromatis yang sangat kuat
(Fahmi, 1991).

2.5 Kapsul
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu
macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang
kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa
kapsul gelatin lunak atau keras. Bagaimana pun, gelatin mempunyai beberapa
kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi
lembab atau bila disimpan dalam larutan berair (Ansel, 2014).
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000). Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar
yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0
dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan
kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter (Depkes RI, 2020).
Kapsul gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tutup dan induk. Kapsul
cangkang keras biasanya terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif tinggi.
Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi gelatin dari campuran kulit atau
tulang sering digunakan. Kapsul cangkang keras dapat juga dibuat dari pati atau
bahan lain yang sesuai. Kapsul cangkang keras dapat juga mengandung zat warna
atau zat warna dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida,
bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya bahan-
bahan ini mengandung air antara 10% dan 15% (Depkes RI, 2020).
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
1. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2. Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
3. Lebih enak dipandang
4. Mudah ditelan
5. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lainke dalam kapsul yang lebih besar.
(Anonim, 2012).
Kerugian sediaan kapsul, antara lain:
1. Tidak dapat dibagi
2. Tidak dapat diberikan untuk balita
3. Tidak dapat digunakan untuk zat yang higroskopis
4. Tidak dapat digunakan untuk zat yang berinteraksi dengan cangkang kapsul
5. Tidak dapat digunakan untuk bahan yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan (Anonim, 2012).
Selain mempunyai kelebihan-kelebihan seperti keindahan, kemudahan
pemakaian dan kemudahan dibawa, kapsul telah menjadi bentuk takaran obat
yang popular karena memberikan penyalutan obat yang halus, licin, mudah ditelan
dan tidak memiliki rasa, terutama menguntungkan untuk obat-obat yang
mempunyai rasa dan bau yang tidak enak. Kapsul secara ekonomis diproduksi
dalam jumlah besar dengan aneka warna, dan biasanya memudahkan penyiapan
obat didalamnya, karena hanya sedikit bahan pengisi dan tekanan yang diperlukan
untuk pemampatan bahan, seperti pada tablet (Lachman, dkk., 1994).

2.6 Bahan Tambahan


2.6.1 Cab-o-sil
Sinonim : Aerosil; cao-os-sil M-%P; colloidal silica fumed silica; fumed
silicon dioxide; hochdisperses; silicum dioxid; SAS; silica colloidalis anhydrica;
silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon dioxide fumed;
synthetic amorphous silica.
Pemerian : Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic dengan
ukuran partikel 15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih kebirubiruan, terang, tidak
berbau, tidak berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
Rumus Kimia: SiO2 (BM = 60.08)
Fungsi : Adsorbant; anticacking agent; emulsion; stabilizier; glidant;
suspending agent; tablet disintergrant
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan larut asam
kecuali hydrofluoric acid. Larut dalam larutan alkali hidroksida panas.
Membentuk dispersi koloidal dalam air
Penggunaan Cab-O-Sil: Aerosol= 0,5-2,0%; Emulsion stabilizier= 1,0- 5,0%;
Glidant= 0,1-1,0%; Suspending dan thickening agent= 2,0-10,0%
pH : 3,5-4,0
Ukuran partikel: 7-16 nm
(HPE Ed. 6., 2009. Hal. 185)

2.6.2 Avicell
Sinonim : Avicel pH; cellets; celax; cellulose gel; hellulosum
microcristallium; celphere; ceolus KG; crystalline cellulose; emcocel; fibrocel;
parmacel; tabulose; vivapur.
Rumus Kimia: (C6H10O5) (BM=36.000)
Fungsi : Adsorbent; suspending agent; tablet dan capsule diluent; tablet
disintegrant
Kelarutan : Mudah larut dalam 5% w/v larutan NaOH, praktis tidak larut
dalam air, asam terlarut, dan sebagian besar pelarut organik
pH : 5,0-7,5
Titik Lebur : 260-270°C
Distribusi Partikel: 20-200 μm
Kompatibilitas: Avicel inkompatible dengan agen oksidator kuat
(HPE Ed. 6., 2009.Hal. 129)
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Deskripsi
1. Timbang ekstrak rimpang kencur sesuai yang diinginkan.
2. Timbnag avicel dan cab-o-sil dengan perbandingan 1:3.
3. Masukkan avicel dan cab-o-sil ke dalam mortir dan gerus ad homogen.
4. Tambahkan ekstrak rimpang kencur ke dalam mortir dan gerus ad
homogen.
5. Bagi serbuk secara visual menjadi beberapa bagian dan masukkan ke
dalam cangkang kapsul.

3.2 Bagan Alir


Timbang ekstrak sebanyak 15mg/kapsul

Timbang avicel dan cab-o-sil

Masukan avicel dan cab-o-sil kadalam


mortir dan gerus

Masukan ektrak kencur dan gerus sampai homogen

Bagi secara visual menjadi beberapa bagian

Masukan ke dalam cangkang kapsul

Tutup dan bersihkan cangkang kapsul


BAB IV
HASIL

4.1 Kasus
Supervisor RnD yang bkerja pada industri obat tradisional yang
memproduksi produk OT, sedang melakukan pengembangan formulasi produk
kapsul dengan bahan ekstrak Kaempferia galanga dengan senyawa marker aktif
EPMS. Komposisi bahan aktif yang dibuat mengandung senyawa EPMS sebanyak
15 mg/kapsul dengan bobot 200 mg/kapsul. Hasil penetapan kadar EPMS pada
ekstrak Kaempferia galanga diperoleh kadar 46,4 %b/b. Bahan tambahan yang
akan ditambahkan adalah Avicel dan Cab-o-sil dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan
1:2. Jumlah produk yang akan diproduksi masing-masing sebanyak 100 kapsul.

4.2 Perhitungan
Bobot kapsul = 200 mg/kapsul

= 200 mg/kapsul x 100 kapsul = 20000 mg ~ 20 g

100 %
Ekstrak kencur = x 15 mg=32 , 33 mg/kapsul
46 , 4 %

= 32,33 mg/kapsul x 100 kapsul = 3233 mg ~ 3,233 g

Bahan tambahan = 200 mg – 32,33 mg = 167,67 mg/kapsul

= 20 g – 3,233 g = 16,767 g

a) Avicel : Cab-O-Sil (1:1)


1
Avicel = x 167 , 67 mg=83 , 84 mg/kapsul
2
= 83,84 mg/kapsul x 100 kapsul = 8384 mg ~ 8,384 g
1
Cab-O-Sil = x 167 , 67 mg=83 , 84 mg/kapsul
2
= 83,84 mg/kapsul x 100 kapsul = 8384 mg ~ 8,384 g
b) Avicel : Cab-O-Sil (2:1)
2
Avicel = x 167 ,67 mg=111, 78 mg/kapsul
3
= 111,78 mg/kapsul x 100 kapsul = 11178 mg ~ 11,178 g
1
Cab-O-Sil = x 167 ,67 mg=55 , 89 mg/kapsul
3
= 55 , 89mg/kapsul x 100 kapsul = 5589 mg ~ 5,589 g
c) Avicel : Cab-O-Sil (1:2)
1
Avicel = x 167 ,67 mg=55 , 89 mg/kapsul
3
= 55 , 89mg/kapsul x 100 kapsul = 5589 mg ~ 5,589 g
2
Cab-O-Sil = x 167 ,67 mg=111, 78 mg/kapsul
3
= 111,78 mg/kapsul x 100 kapsul = 11178 mg ~ 11,178 g
BAB V
PEMBAHASAN

Sediaan kapsul dapat diartikan sebagai campuran homogen dua atau lebih
bahan obat yang telah dihaluskan. Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri
dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Umumnya kapsul
keras (hard capsul) berisi bahan obat yang kering dan kapsul lunak (soft capsul)
berisi bahan obat berupa cairan obat (Ansel, 2014).
Pada proses produksi ini, seorang supervisor RnD hendak melakukan
penembangan formulasi produk kapsul dengan bahan ekstrak kencur (Kaempferia
galanga) dengan senyawa marker aktif EPMS. Sediaan kapsul merupakan salah
satu alternatif pengobatan yang mudah dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu
kekurangan dari penggunaan obat-obatan yang berasal dari ekstrak memiliki rasa
dan bau yang kurang enak sehingga penggunaan cangkang kapsul untuk
menutupi rasa dan bau dari ektraks yang kurang akseptabel.
Proses pembuatannya diawali dengaan menghitung kebutuhan bahan aktif
dan bahan tambahan untuk 100 kapsul. Kapsul yang akan dibuat mengandung
senyawa marker EPMS sebanyak 15 mg.dengan bobot kapsul 200mg. Hasil
penetapan kadar EPMS pada ekstrak diperoleh kadar EPMS sebanyak 46,4 %b/b.
Bahan tambahan yang digunakan adalah Avicel dan Cab-O-Sil dengan 3
perbandingan, yaitu 1:1, 2:1, dan 1:2. Avicel merupakan bahan tambahan yang
memiliki peran sebagai pengisi dan pengikat. Avicel dapat memenuhi cangkang
kasul dikarenakan ia dapat menyebanyakn volominus. Dan Cab-O-Sil adalah
eksipien yang memiliki beberapa fungsi seperti meningkatkan sifat alir,
kompaktibilitas, dan mencegah perlekatan (Cabot Corp, 2015). Tujuan dari
penambahan Cab-O-Sil yaitu untuk memperbaiki aliran serbuk pada proses
pembuatan karena karakter partikelnya yang kecil. Berikut rincian bobot bahan
tambahan yang digunakan:
Avicel : Cab-O-Sil (1:1) Avicel : Cab-O-Sil (2:1) Avicel : Cab-O-Sil (1:2)
1 Kapsul: 1 Kapsul: 1 Kapsul:
83,84 mg : 83,84 mg 111,78 mg : 55,89 mg 55,89 mg : 111,78 mg
100 Kapsul 100 Kapsul 100 Kapsul
8,384 g : 8,384 g 11,178 g : 5,589 g 5,589 g : 11,178 g
Pembuatan kapsul dilakukan dengan menimbang ekstrak rimpang kencur
serta bahan tambahan dengan perbandingan yang diinginkan. Kemudian
mencampurkan Avicel dan Cab-O-Sil hingga halus dan homogen. Selanjutnya
ditambahkan ekstrak rimpang kencur dan dicampur hingga halus dan homogen.
Dan campuran serbuk tadi dimasukkan ke dalam cangkang kapsulnya.
BAB VI
KESIMPULAN

Pembuatan kapsul ekstrak kencur (Kaempferia galanga) dengan senyawa


marker EPMS untuk satu kapsul dibutuhkan ekstrak kencur sebanyak 32,33
mg/kapsul dan untuk 100 kapsul sebanyak 3,233 g. Kebutuhan bahan tambahan
Avicel: Cab-O-sil untuk 100 kapsul dengan 3 perbandingan, yaitu 1:1 (8,384 g :
8,384 g), 2:1 (11,178 g: 5,589 g), dan 2:1 (5,589 g:11,178 g).
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation: 129,185.
Ansel, H. C.. 2014. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi , diterjemahkan oleh
Ibrahim, F., Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat
Asli Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI, 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Fareza M. Salman, dkk. 2017. Transformasi Etil-P-Metoksisinamat Menjadi
Asam P-Metoksisinamat Dari Kencur (Kaempheria galanga L.) Beserta Uji
Aktivitas Antibakterinya. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, Vol. 13
(2017), No. 2: 176-190.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Marina Silalahi. 2019. Kencur (Kaempfreia galanga) dan Bioaktivitasnya. Jurnal
Pendidikan Informatika dan Sains Vol 8 No. 1: 127-142.
Megantara, S. et al. (2016) ‘KARAKTERISTIK MORFOLOGI BUNGA
KENCUR (Kaempferia galanga L.)’, Buletin Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat, 19(2), pp. 109–116.
Nurmala Sara. 2017. Uji Toksisitas Akut Senyawa Etil P-Metoksisinamat yang
Diisolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L). Fitofarmaka,Vol.7,
No.2, Desember 2017: 30-33.
Putu Nita Cahyawati. 2020. Efek Analgetik dan Antiinflamasi Kaempfreria
galanga (Kencur). WICASANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, Vol.
4 No. 1: 15-19.
Setyawan Eko, dkk. 2012. Optimasi Yield Etil P Metoksisinamat pada Ekstraksi
Oleoresin Kencur (Kaempferia galanga) menggunakan Pelarut Etanol.
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol. 1 No. 2 Desember 2021: 31-38.
Soleh, Sandra Megantara. 2019. Karakteristik Morfologi Tanaman Kencur
(Kaempferia galanga L.) dan Aktivitas Farmakologi. Farmaka Vol. 17 No.
2: 256-262.

Anda mungkin juga menyukai