TUGAS 2
Penentuan Parameter Non Spesifik Mutu Ekstrak (Kaempferia galanga L.)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK : 2
KELAS : D
Dian Andini Huda Putri (201810410311163)
Al Intan Widianti (201810410311171)
Rendra Setiawan Djodi (201810410311174)
Risqi Setiyanto (201810410311180)
Yustika Faradhiba (201810410311290)
Dhea Aulia Putri (201810410311294)
DOSEN PEMBIMBING :
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia sudah mengenal obat dari jaman dahulu, khususnya obat yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring meningkatnya pengetahuan jenis penyakit,
semakin meningkat juga pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan untuk obat-
obatan. Namun demikian, sering terjadi pemanfaatan ini dilakukan secara berlebihan
sehingga populasinya di alam semakin menurun. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies
tumbuhan yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat (Abdiyani, 2008).
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman herbal yang memiliki khasiat
obat yang hidup didaerah tropis dan subtropis. Pemanfaatan kencur baik pada kalangan
industri maupun rumah tangga bukan hanya digunakan sebagai obat namun bisa juga
sebagai makanan, minuman yang kaya akan manfaat bagi kesehatan. Pada negara
berkembang seperti Indonesia penggunaan bahan baku herbal kini lebih sering
digunakan karena memiliki harga yang lebih murah serta banyak tumbuh didaerah
tropis sediaan herbal juga pada dasarnya dianggap lebih aman, lebih efektif, dan
memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan kimia pada sediaan
obat (Megantara et al., 2016).
Obat Herbal seperti kencur memiliki kegunaan yang sudah dikenal dikalangan
masyarakat baik digunakan sebagai salah satu bumbu masak, ataupun sebagai
pengobatan, biasanya kencur dikenal sebagai obat untuk mengobati berbegai masalah
kesehatan diantaranya mengobati batuk, mual, bengkak bisul maupun sebagai anti
toksin seperti keracunan. Selain itu juga terdapat manfaat lain dari kencur yang apabila
dicampurkan dengan bahan lain seperti minyak kelapa yang dapat meredekan kaki yang
keseleo. Kencur sendiri apabila sudah diolah menjadi minuman seperti beras kencur
dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah dan menghilangkan masuk angina hal
ini dikarenakan didalam kencur terdapat beberapa senyawa seperti minyak atsiri,
saponin, flavonoid, polifenol yang diketahui memiliki banyak manfaat (Megantara et
al., 2016).
Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin,
oleoresin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak,
protein,
kalsium, fosfor dan besi. Zat warna kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai pewarna
untuk makanan manusia dan ternak. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari
ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol.
Teknologi budidaya yang mengikuti anjuran, dengan mengacu kepada penerapan SPO
yang tepat, produksi rimpang kunyit segar mencapai 11 ton/ha, dengan kadar kurkumin
8–11% (Rahardjo & Rostiana, 2005).
Karakterisasi ekstrak terdiri dari dua proses yaitu parameter spesifik dan
nonspesifik. Parameter spesifik merupakan aspek analisis kimia secara kualitatif
maupun kuantitatif terhadap kadar senyawa aktif yang berkaitan dengan aktivitas
farmakologis dari suatu ekstrak. Parameter ini terdiri dari uji makroskopik dan
mikroskopik, penentuan kadar sari larut dalam etanol dan larut dalam air. Sedangkan
parameter nonspesifik adalah analisis secara fisik, kimia, dan mikrobiologi yang
berkaitan dengan keamanan dan stabilitas suatu ekstrak. Parameter ini terdiri dari
penetapan susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, bobot
jenis, sisa pelarut, cemaran mikroba dan kapang, serta cemaran logam dalam ekstrak
(Marpaung et al., 2020).
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan praktik control kualitas bahan baku
obat tradisional (ekstrak kering) yang meliputi aspek parameter spesifik dan non
spesifik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Order : Scaminales
Gambar 1. 1 Kencur (Kaemferia galanga L.)
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
(Cahyawati, 2020)
Kencur (Kaemferia galanga L.) memiliki batang berbentuk basal yang memiliki
ukuran kurang lebih 20 cm yang tumbuh dalam rumpun. Kemudian kencur memiliki
daun berwarna hijau berbentuk tunggal yang pinggir daunnya berwarna merah
kecoklatan. Bentuk dari daun kencur menjorong ada yang menjorong lebar dan ada juga
yang berbentuk bundar, untuk ukurannya daun kencur memiliki panjang 7-15 cm, lebar
2-8 cm, dengan ujung daun runcing pangkai berkeluk dan tepi daun rata. Untuk
permukaan daun bagian atas tidak mempunyai bulu tetapi pada bagian bawah memiliki
bulu yang halus. Kemudian untuk tangkai daun sedikit pendek memiliki ukuran berkisar
antara 3- 10 cm yang terbenam didalam tanah, mempunyai panjang berkisar 2-4 cm
yang memiliki warna putih. Jumlah daun pada kencur tidak lebih dari 2-3 lembar
dengan susunan yang saling berhadapan (Megantara et al., 2016).
Kencur mempunyai bunga yang tunggal yang berbentuk seperti terompet dengan
panjang bunga 3-5 cm. Kencur mempunyai benang sari berwarna kuning yang memiliki
panjang 4 mm, untuk putik kencur memiliki warna putih agak keunguan. Kemudian
untuk bunganya tersusun setengah duduk dengan jumlah mahkota bunga 4-12 buah
dengan warna yang dominan yaitu warna putih. Kencur memiliki perbedaan dengan
family yang lainnya pada bagian daun yang menjalar dipermukaan tanah, dengan batang
kencur yang pendek dan serabut akar yang memiliki warna coklat agak kekuningan.
Adapun untuk rimpangnya memiliki ukuran yang pendek berbentuk seperti jari yang
tumpul dengan warna coklat lalu pada bagian kulit rimpang kemcur memiliki warna
coklat yang mengkilat, dengan bau khas yang dikeluarkan oleh rimpang kencur.
Kemudian pada bagian dalam kencur memiliki warna putih dengan tekstur seperti
daging yang tidak berserat (Megantara et al., 2016).
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman Indonesia yang
memiliki khasiat obat. Bahan herbal yang memiliki khasiat obat dianggap lebih aman,
lebih efektif, dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan
kimia. Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa kencur memiliki aktivitas seperti
Antijamur, Antiinflamasi, dan Antibakteri. Terdapat senyawa yang terkandung didalam
kencur hasil isolasi diantaranya Ethyl Cinnamate 65,98 %, Ethyl p-methoxycinnamate
23,65%, (+)-3-Carene 3,42%, Beta-Pinene 2,09%, Camphene 1,67%, Hexadecane
1,61%, Alpha-Pinene 0,71%, Myrcene 0,50%, 1-Limonene 0,37%. (Megantara & Soleh,
2019).
Rimpang atau rhizoma tanaman ini mengandung pati, mineral, gom, minyak atsiri
berupa sineol, asam metil kanil, penta dekan, etil aster, asam sinamik, borneol, kamfena,
paracumarin, asam anisik dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Sedangkan
hasil skrining fitokimia ekstrak rimpang kencur adalah Alkaloid, Flavonoid, Polifenol,
Tanin, Monoterpen, Seskuiterpen, Steroid (Suryati, 2015).
2.4 Ekstraksi
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang
digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai.
Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu kamar (Dwi Puspitasari
& Proyogo, Lean Syam, 2017).
Salah satu unsur dalam maserasi adalah pengadukan. Pada alat maserasi orbital
shaker pengadukan memiliki satuan rpm (kecepatan putar). Selain itu, unsur lain yang
berperan dalam proses maserasi ini adalah waktu. Diharapkan semakin lama sejumlah
simplisia dimaserasi maka ekstrak yang didapat semakin banyak. Namun demikian
waktu tetap perlu dibatasi, karena apabila terlalu lama simplisia tersebut akan
ditumbuhi mikroorganisme (Damarini, 2011).
Ultrasonik merupakan metode ekstraksi non termal yang efektif dan efisien. Efek
mekanik dari gelombang ultrasonik yang ditimbulkan akan meningkatkan penetrasi
dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel dan
meningkatkan transfer massa. Ultrasonik memiliki kemampuan yang lebih cepat dan
lebih sempurna dalam proses ekstraksi dibandingkan dengan metode maserasi dan
soxhlet. Efek mekanis yang ditimbulkan oleh gelombang ultrasonik dapat
meningkatkan kemampuan penetrasi pelarut ke dalam sel bahan sehingga
meningkatkan jumlah komponen sel yang berdifusi ke dalam pelarut.
2.5 Pelarut
Senyawa kimia dari tanaman yang berbeda-beda dapat disari dengan pelarut umum
(air, ethanol, eter, benzena, eter minyak bumi). Pelarut menembus dinding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut.
Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar. Pemilihan pelarut sangat penting dalam proses ekstraksi
sehingga bahan berkhasiat yang akan ditarik dapat tersari sempurna. Ethanol biasanya
digunakan
untuk mengestraksi senyawa-senyawa aktif yang bersifat antioksidan dan antibakteri
pada suatu bahan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa pelarut ethanol lebih
baik dari pada air, metanol maupun pelarut lain dalam mengesktraksi senyawa
antioksidan maupun antibakteri (Suryati, 2015).
2.6 Standarisasi
Parameter- parameter standar ekstrak terdiri dari parameter spesifik dan parameter
non spesifik. Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan
aspek kuantitatif kadar senyawa kima yang bertanggung jawab langsung terhadap
aktivitas farmakologis tertentu. Penentuan parameter non spesifik ekstrak yaitu
penentuan aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan
konsumen dan stabilitas (Khorani, 2013).
Parameter non spesifik ekstrak menurut buku “Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat”(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000), meliputi :
1. Bobot jenis
Parameter bobot jenis adalah masa per satuan volume yang diukur pada suhu
kamar tertentu (250C) yang menggunakan alat khusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuannya adalah memberikan batasan tentang besarnya masa persatuan volume
yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang
masih dapat dituang, bobot jenis juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan
kontaminasi.
Bobot jenis : (W3-W1) / (W2-W1)
W1 : bobot piknometer kosong
W2 : bobot piknomete + aquadest
W3 : bobot piknometer + ekstrak
2. Kadar air
Parameter kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada didalam
bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan.
Kadar air = volume air x BJ air / bobot simplisia x 100%
3. Kadar abu
Parameter kadar abu adalah bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa
organik dan turunanya terdestruksi dan menguap. Sehingga tingga unsur mineral
dan anorganik, yang memberikan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Parameter
kadar abu ini terkait dengan kemurnian dan kontaminasi suatu ekstrak.
Kadar abu total = bobot abu / bobot simplisia x 100%
Kadar abu tidak larut asam = bobot abu tidak larut asam / bobot simplisia
x 100%
Kadar abu larut = (bobot abu total – bobot abu tidak larut air) / bobot
simplisa x 100%
Nilai: maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi.
PROSEDUR KERJA
Dinginkan ekstrak dan botol timbang dalam eksikator hingga suhu kamar
2) Berat Jenis
Prinsip: Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (250C) yang
ditentukan dengan alat khusus piknometer atau lainnya.
Prosedur:
Tara botol timbang + tutup
Atur suhu piknometer yang telah berisi ekstrak hingga suhu 25°C
buang kelebihan ekstrak cair dan timbang
Berat jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer pada suhu 25°C
3) Kadar Air
Prinsip: Pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan, dilakukan
dengan cara titrasi, destilasi atau gravimetri.
Prosedur:
4) Kadar Abu
Prinsip: Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap. Sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganik.
Prosedur:
a. Penetapan kadar abu total
a. Cara Destilasi
Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan
Atur pH antara 3.0 dan 4.0 dengan asam asetat 1 N atau amonium
hidroksida 6 N menggunakan indikator kertas pH, encerkan air
hingga 40 mL, kocok
b. Larutan Uji
Gunakan sejumlah za uji, dalam g, yang dihitung dengan rumus: 2.0/1000 L
Masukkan sejumlah zat yang telah ditimbang ke dalam krus yang membasahi,
dan pijarkan dengan hati-hati pada suhu rendah hingga mengarang
Pada bagian yang telah mengarang tambahkan 2 mL asan nitrat P dan 5 tetes
asam sulfat P, panaskan hati-hati hingga asap putih tidak terbentuk lagi
Masukkan kedalam tiap tabung yang masing-masing berisi larutan baku dan
larutan uji, tambahkan 10 mL hidrogen sulfida LP yang dibuat segar, campur,
diamkan selama 5 menit dan amati permukaan dari atas pada dasar putih;
warna yang terjadi pada larutan uji tidak lebih gelap dari larutan baku
8) Cemaran Mikroba
Prinsip: identifikasi adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis.
Prosedur:
disiapkan 5 buah tabung yang telah diisi dengan 9 mL pengencer PDF
(pepton dilution fluid)
Dibuat pengenceran selanjutnnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan
Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 15-20 mL media PCA (45 + 1o)
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji kontrol (blanko)
Pada satu cawan hanya diisi 1 mL pengencer dan media agar dan pada cawan
lain diisi dengan pengencer dan media
Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37° C selama
24-48 jam dengan posisi terbalik
Andriyani, D., Utami, P. I., & Dhiani, B. A. (2010). Penetapan Kadar Tanin Daun
Rambutan (Nephelium lappaceum. L) Secara SpektrofotometrI Ultraviolet Visibel.
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia),
7(02).
Damarini, M. R. (2011). Pengaruh Lama Proses Dan Kecepatan Putar Pada Maserasi
Daging Buah Asam Jawa (Tamarindus Indica L.). 2–87.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (2000). Parameter Standar Umum
Ekstrak Tanaman Obat. In Departemen Kesehatan RI. (Vol. 1, pp. 10–11).
Dwi Puspitasari, A., & Proyogo, Lean Syam. (2017). Kadar Fenolik Total Ekstrak
Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura). Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta, 1–8.
Handayani, P. A., & Nurcahyanti, H. (2014). Ekstraksi minyak atsiri daun zodia
(Evodia suaveolens) dengan metode maserasi dan distilasi air. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan, 3(1), 1–7.
Marpaung, M. P., Septiyani, A., Farmasi, F., & Bangsa, U. K. (2020). PENENTUAN
PARAMETER SPESIFIK DAN NONSPESIFIK EKSTRAK KENTAL. 3(2), 58–67.
Rahardjo, M., & Rostiana, O. (2005). Budidaya Tanaman Kunyit. Bogor (ID) :
Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatika, 11, 3–7.
Rita Dwi Ratnani, I. H., & Yance Anas & Khilyat. (2015). 2) 1) 2). 147–155.