Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Farmakognosi

Nama : ...............

NIM :..................

Kelas : 22. B1

Tugas : Resume Jurnal Steroid dan Bahan Biologi

1. Review Jurnal Steroid

Judul ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER STEROID DAN TERPENOID


DARI 5 TANAMAN
Volume Vol. 3
Tahun Juli 2021
Penulis Febri Nola, Gita Kurniawati Putri, Lhidya Halizah Malik, Nadia Andriani
Pendahuluan Indonesia kaya akan keanekaragaman flora dan fauna. Sumber keanekaragaman
hayati di Indonesia memegang peranan penting di semua masyarakat. Sebagai negara
dengan budaya yang kental akan pemanfaatan berbagai tanaman tradisional
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, masyarakat terutama di pedesaan
cenderung menggunakan tanaman sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit
(Baud et al., 2014).
Perkembangan obat herbal terus dilakukan melalui pemanfaatan metabolit sekunder
yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obat. Masyarakat yang suka
menggunakan bahan-bahan alami juga mendukung hal tersebut, karena efek
sampingnya lebih rendah dibandingkan obat sintetik (Dewi, 2018). Tumbuhan
menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat racun yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit manusia. Metabolit sekundernya adalah flavonoid,
alkaloid, saponin, tanin, steroid,triterpenoid dan terpenoid. Pada review jurnal ini
akan membahas salah satu metabolit sekunder yaitu steroid dan terpenoid.
Steroid adalah golongan triterpenoid yang mengandung inti siklopentana
perhidrofenantrena, yang terdiri dari tiga cincin sikloheksana dan satu cincin
siklopentana. Steroid memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan
garam, mengendalikan metabolisme dan meningkatkan fungsi organ seksual dan
perbedaan fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin. Steroid pada tanaman telah
menunjukkan efek penurun kolesterol dan anti kanker (Nasrudin, 2017).
Tujuan Tujuan dari mereview jurnal ini yaitu untuk mengumpulkan dan menganalisis isolasi
senyawa metabolit sekunder steroid, terpenoid dan triterpenoid dari beberapa jenis
tanaman.
Metode Review jurnal ini dilakukan dengan metode mencari berbagai jurnal penelitian ilmiah
Penelitian berbahasa Indonesia yang berkaitan dengan isolasi metabolit sekunder dari tanaman
yang mengandung steroid dan terpenoid. Sumber tinjauan literatur ini meliputi studi
pencarian sistematis informasi jurnal berupa google cendikia dengan 15 jurnal yang
direview.
Hasil Penelitian Hasil Penelitian
1. Biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.)
Terbentuk cincin merah kecoklatan, lapisan atas berwarna ungu atau bening dan
lapisan bawah berwarna merah
(+) Triterpenoid
Terbentuk cincin coklat kemerahan
(+) Steroid
2. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Terbentuk cairan seperti minyak, berwarna kuning
(+) Seskuiterpenoid
3. Herba Meniran (Phyllanthus niruri Linn)
Muncul warna coklat kemerahan
(+) Steroid
Muncul warna merah muda
(+) Terpenoid
4. Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L)
Cincin berwarna kecoklatan pada batas dua pelarut
(+) Triterpenoid
Menjadi warna hijau (+) Steroid
5. batang tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli L.)
Berwarna merah atau ungu
(+) Terpenoid Berwarna biru atau hijau (+) Steroid
Kesimpulan Hasil dari pencarian dari beberapa literatur ini dapat disimpulkan bahwa, biji mahoni
(Swietenia mahagonia Jacq.) mengandung steroid dan triterpenoid, rimpang
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mengandung seskuiterpenoid, herba
meniran (Phyllanthus niruri Linn) mengandung steroid, buncis (Phaseolus vulgaris
L.) mengandung steroid dan triterpenoid, dan batang tanaman patah tulang
(Euphorbia tirucalli L.) mengandung steroid dan terpenoid.

Judul SENYAWA STEROID DARI TUMBUHAN Peperomia pellucida DAN UJI


AKTIVITAS FRAKSI TERHADAP Plasmodium falciparum
Volume Vol.2
Tahun Agustus 2017
Penulis Nurhayati Bialangi, Moh. Adam Mustapa, Yuszda K. Salimi, dan Ari Widiantoro
Pendahuluan Secara tradisional herba suruhan (Peperomia pellucida) digunakan sebagai obat
abses, bisul jerawat, penyakit kulit, sakit kepala, mengurangi nyeri pada rematik dan
rematik gout. Hasil analisis proksimat menunjukkan kadar abu, kandungan serat
kasar yang tinggi, sementara kandungan karbohidrat diamati menjadi yang tertinggi.
Hasil skrining fitokimia mengungkapkan adanya alkaloid, kardenolid, steroid,
saponin dan tannin (Yunarto, 2013). Tumbuhan suruhan biasanya tumbuh di celah-
celah batuan basah yang ditemukan dari timur laut ke tenggara Indonesia. Hasil
isolasi metabolit sekunder dari genus Peperomia telah banyak dilaporkan namun dari
spesies pellucida asal Indonesia masih sedikit yang telah dilaporkan yaitu senyawa
pyran yang memiliki aktivitas antibakteri, sehingga perlu dilakukan isolasi senyaswa
metabolit sekunder dari tumbuhan suruhan asal Gorontalo dan menguji aktivitas
senyawa hasil isolasi terhadap Plasmodium falcipartum secara in vitro.
Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu penyakit yang menjadi pusat
perhatian. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2011,
penyakit infeksi dan parasit menjadi penyebab kematian terbesar nomor tiga di dunia
(Singh & Pandeya, 2012). Salah satu tumbuhan yang memiliki potensi sebagai
pengobatan adalah tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida). Genus Peperomia
merupakan genus yang terbesar kedua pada family Piperaceae dan terdiri lebih dari
600 spesies yang terdistribusi secara luas di Indonesia (Susilawati, 2015).
Tujuan untuk mengetahui senyawa steroid dari tumbuhan Peperomia pellucida
Metode Ekstraksi dan isolasi
Penelitian Sampel tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida) dihaluskan dengan blender
sebanyak masing-masing 1 kg. Selanjutnya sampel diekstraksi selama 2 x 24 jam
dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol 96% pada maserator. Ekstrak
pekat metanol yang diperoleh dari hasil maserasi sebanyak 20 g. Isolasi ekstrak
dilakukan dengan metode kromatografi. Pemisahan dan pemurnian menggunakan
kromatografi kolom,
Hasil Penelitian Isolasi senyawa
Hasil pemurnian senyawa diperoleh senyawa 1 dengan massa 15 mg. Hasil TLC
menunjukkan pola noda berwarna cokelat dengan nilai Rf 2,3. Senyawa yang
diperoleh larut sempurna dalam kloroform. Selanjutnya senyawa murni
dikarakterisasi denganj UV, IR, dan NMR.
Kesimpulan Hasil karakterisasi menunjukkan senyawa hasil isolasi merupakan senyawa steroid.
Hasil uji aktivitas antimalaria fraksi n-heksana, etil asetat dan air menunjukkan nilai
IC50 berturut-turut sebesar 12,80 µg/mL, 2,90 µg/mL, dan 10,74 µg/mL. Isolasi
senyawa steroid merupakan yang pertama kali dilaporkan dari tumbuhan Peperomia
pellucida asal Indonesia.

Judul ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA STEROID DARI DAUN


CEMARA NATAL (Cupressus funebris Endl.)
Volume Vol. 18
Tahun April 2017
Penulis Suryelita, Sri Benti Etika ,Nivi Suci Kurnia
Pendahuluan Cupressus funebris Endl.(C. funebris Endl.)dikenal di Indonesia dengan nama
cemara natal. Tanaman ini merupakan salah satu varietas dari genus cemara
(Cupressus) yang keberadaannya tersebar luas.Di Indonesia tanaman ini
dimanfaatkan sebagai tanaman hias, namun di Cina tanaman ini telah digunakan
sebagai salah satu bahan obat tradisional.Bagian buah dan kulit batang
dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak esensial yang berfungsi sebagai
pestisida, antijamur, antiinflamasi dan antibakteri.
Hasil identifikasi pendahuluan (uji fitokimia) yang telah dilakukan terhadap
daun C. funebris Endl.diketahuibahwa daun tersebut positif mengandung
beberapa senyawa metabolit sekunder salah satunya adalah senyawa
steroid.Steroid merupakan senyawa turunan dari hidrokarbon
1,2Siklopentenoperhidrofenantrena.
Steroid merupakan salah satu golongan senyawa yang cukup penting dalam
bidang medis.Lebih dari 150 jenis golongan steroid telah terdaftar sebagai obat.
Steroid dalam dunia medis digunakan sebagai bahan obat dan kontrasepsi,
misalnya: androgen merupakan hormon steroid yang dapat menstimulasi organ
seksual jantan, estrogen dapat menstimulasi organ seksual betina,
adrenokortikonoid dapat mencegah peradangan dan rematik . Senyawa
stigmasterol dapat menurunkan kolesterol darah, menghambat penyerapan
kolesterol usus sehingga dapat menghambat perkembangan kanker usus besar
dan menekan kolesterol hati. Selain senyawa-senyawa steroid tersebut masih
banyak senyawalain yang golongan steroid dimanfaatkan dalam dunia medis.
Tujuan bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi steroid dari daun tanaman
cemara natal (C. funebris Endl)
Metode 1. Ekstraksi
Penelitian Sampel ditimbang sebanyak 4 Kg, kemudian dimaserasi (direndam) dengan 9
liter pelarut metanol. Semua filtrat hasil maserasi dipekatkan (diuapkan
pelarutnya) dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak metanol kental
sebanyak 1,36 Kg.
2. Fraksinasi
Ekstrak pekat metanol difraksinasi menggunakan corong pisah dengan pelarutn-
heksana.Fraksinasi dilakukan sampai ekstrak n-heksana yang digunakan
menunjukkan hasil uji negatif steroid dengan pereaksi LB. Ekstrak fraksi
nheksana yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator.
Ekstrak pekat n-heksana diperoleh sebanyak 103,5 gram.
3. Pemisahan
Ekstrak n-heksana terlebih dahulu dimonitoring dengan kromatografi lapis tipis
(KLT).Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi pemisahan pada
kromatografi kolom sehingga eluen yang digunakan dapat ditentukan
4. Pemurnian dan Uji Kemurnian
Kristal fraksi 5 diuji kemurnianya dengan KLT, dari uji tersebut diketahui kristal
masih ada pengotor. Kristal dicuci dengan pelarut metanol p.a dan n-heksana
p.a. Selanjutnya dilakukan rekristalisasi dengan menggunakan pelarut
kloroform. Kristal murni lalu dilakukan uji LB sebelum dikarakterisasi untuk
memastikan kristal adalah senyawa steroid.
5. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi
Karakterisasi kristal murni dilakukan dengan pereaksi dan alat. Pereaksi yang
digunakan adalah Br2/CCl4, sedangkan alat yang digunakan untuk karakterisasi
adalah melting point, spektrofotometer inframerah, dan spektrofotometer UV-
Vis.
Hasil Penelitian Sampel daun Cupressus funebris Endl.sebanyak 4 Kg dimaserasi dengan pelarut
metanol destilat.Pelarut ini dipilih karena dapat melarutkan hampir semua
senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan, baik yang bersifat polar maupun
non polar.Metanol juga memiliki titik didih relatif rendah yaitu 65°C yang
memudahkan penguapan pada saat memisahkannya dari senyawa ekstrak
Filtrat hasil maserasi kemudian dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak pekat
yang berwarna hijau tua sebanyak 1,36 Kg. Ekstrak pekat kemudian difraksinasi
menggunakan pelarut nheksana lalu masing-masing fraksi dipekatkan, sehingga
diperoleh ekstrak pekat fraksi metanol 1,192 Kg berwarna hijau tua dan ekstrak
pekat fraksi nheksana sebanyak 103,5 gram berwarna hijau kehitaman. Hasil uji
LB dari fraksifraksi tersebut menunjukan bahwa keduanya positif mengandung
steroid.Pada fraksi n-heksana warna hasil uji steroid yang terbentuk lebih tajam
dari fraksi metanol.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Senyawa steroid hasil isolasi dari 4 Kg sampel adalah berupa kristal
berbentuk jarum berwarna putih dengan massa 0,3726 gram.
2. Kadar senyawa steroid dari daun cemara natal (Cupressus funebris Endl.)
adalah 0,01 %w/w.
3. Titik leleh kristal steroid murni hasil isolasi adalah 138,6ºC.
4. Karakterisasi struktur senyawa steroid hasil isolasi dengan pereaksi kimia,
spektrofotometer UV-Vis, dan spektrofotometer inframerah menunjukkan
bahwa senyawa hasil isolasi mengandung gugus OH, gugus metil, dan memiliki
ikatan rangkap yang tidak terkonyugasi.

Judul SENYAWA GOLONGAN STEROID DARI EKSTRAK n-HEKSANA KULIT


BATANG KAYU BITTI (Vitex cofassus) DAN UJI TOKSISITAS TERHADAP
Artemia salina Leach.
Volume Vol. 3
Tahun Desember 2015
Penulis Asriani Ilyas, Iin Novianty & Irmayanti
Pendahuluan Kanker menjadi masalah utama kesehatan baik di negara maju maupun negara
berkembang. Saat ini pengobatan penyakit kanker, sebagian besar menimbulkan
resistensi, menyebabkan efek samping dan biayanya relatif mahal. Upaya eksplorasi
bahan alam sebagai obat kanker merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan
dalam mengembangkan pengobatan alternatif yang lebih murah.
Kayu Bitti (Vitex cofassus ) merupakan salah satu jenis tumbuhan endemik di
Sulawesi atau di beberapa daerah dikenal pula dengan nama gofasa. V. cofassus telah
dimanfaatkan oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai bahan kayu bangunan dan
merupakan jenis kayu unggulan Sulawesi Selatan (Gusmiaty dkk., 2012), namun
eksplorasi V. cofassus untuk dikembangkan sebagai tumbuhan obat masih sangat
jarang. Sejauh ini, belum diketahui senyawa aktif dalam V. cofassus yang berpotensi
sebagai antikanker. Akan tetapi, dari beberapa penelitian membuktikan bahwa
tumbuhan yang berada satu genus dengan V. cofassus telah mempunyai efek
farmakologi sebagai antikanker. Salah satu diantaranya adalah tumbuhan legundi (V.
trifolia). Secara kemotaksonomi, aktivitas kimiawi satu spesies dengan spesies lain
dalam satu genus atau famili pada prinsipnya adalah sama secara kualitatif dan akan
berbeda secara kuantitatif.
Selain itu, afinitas kimiawi dalam satu genus memiliki hubungan kekerabatan
molekul. Berdasarkan data-data ilmiah dari penelitian pada tumbuhan legundi (V.
trifolia), maka peneliti berinisiatif mengisolasi senyawa bioaktif dari kulit batang
kayu bitti (V. cofassus) yang berpotensi sebagai anti kanker. Pada uji toksisitas
ekstrak kulit batang kayu bitti (V. cofassus) diterapkan metode pengujian BSLT
dengan menggunakan Artemia salina karena dianggap memiliki korelasi dengan daya
sitotoksik senyawa-senyawa antikanker, sehingga sering dilakukan untuk skrining
awal pencarian senyawa antikanker.
Tujuan tujuan dari penelitian ini adalah:
(1) untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi senyawa bioaktif antikanker yang
terdapat dalam ekstrak n-heksana kulit batang kayu bitti (V. cofassus) dan
(2) untuk menentukan nilai bioaktivitas senyawa antikanker dari kulit batang kayu
bitti (V. cofassus) terhadap kematian larva Artemia salina Leach.
Metode -Ekstraksi
Penelitian Ekstraksi komponen aktif dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi atau
perendaman.
-Identifikasi
Identifikasi dilakukan dengan uji fitokimia kandungan senyawa aktif dengan uji
reagen dari ekstrak pekat n-heksana kulit kayu bitti dilarutkan dengan sedikit masing-
masing dengan pelarutnya. Kemudian dilakukan uji alkaloid, uji sterol dan triterpen,
uji saponin, dan uji flavonoid.
-Fraksinasi dengan KLT, KKCV dan kromatografi gravitasi
-Pemurnian
-Identifikasi ekstrak kayu Bitti dengan menggunakan spektrofotometer Infra Red (IR)
-Uji Toksisitas
Hasil Penelitian Fraksi hasil KKCV yang menunjukkan adanya tanda-tanda kristal yakni pada fraksi
B dilanjutkan pada kromatografi kolom gravitasi, dengan fase diam silika GF254
7734 dan fase gerak berupa eluen nheksana:etil asetat dengan perbandingan
komposisi sama dengan yang digunakan pada KKCV dan diperoleh 53 fraksi.
Setelah diuapkan, hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada fraksi 10-16 nampak
adanya kristal putih berbentuk jarum. Selanjutnya, kristal tersebut dianalisis KLT dan
nampak bercak noda hanya satu. Untuk memastikan kemurnian kristal tersebut,
dilakukan pengujian KLT tiga sistem eluen. Hasil analisis KLT tiga eluen
menunjukkan hasil satu noda dengan Rf masingmasing: eluen kloroform:n-heksana
Rf = 0,2 ; etil asetat:n-heksana Rf = 0,6, dan etil asetat-kloroform Rf = 0,8. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diperoleh sudah dapat
dikategorikan sebagai senyawa murni. Senyawa murni yang didapatkan yaitu seberat
0,4745 gram. Selanjutnya hasil identifikasi uji warna menunjukkan bahwa senyawa
murni positif bereaksi positif dengan pereaksi Lieberman Burchard yang ditandai
adanya warna biru. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut merupakan salah
satu senyawa golongan steroid. Pada pereaksi Lieberman Burchard, asam asetat
anhidrida dan asam sulfat pekat bereaksi dan menghasilkan warna hijau biru. Reaksi
yang terjadi antara steroid dengan asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus –
OH pada steroid yang akan menghasilkan kompleks asetil steroid.
Kesimpulan Senyawa bioaktif ekstrak n-heksana kulit batang kayu bitti (Vitex cofassus) diperoleh
berupa kristal putih berbentuk jarum seberat 0,4745 gram yang diduga merupakan
senyawa golongan steroid. Nilai LC50 yang diperoleh pada ekstrak n-heksana
sebesar 74,079 µg/mL, pada fraksi sebesar 118,850 µg/mL dan kristal murni sebesar
88,201 µg/mL, sehingga dapat disimpulkan bahwa kulit batang kayu bitti (Vitex
cofassus) bersifat toksik.

Judul ISOLASI SENYAWA STEROID DARI KUKIT AKAR SENGGUGU


(Clerodendrum serratum L.Moon)

Volume Vol. 6
Tahun AGUSTUS 2017
Penulis Nasrudin, Wahyono, Mustofa, dan Ratna Asmah Susidarti
Pendahuluan Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin kerangka dasar
karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam. Perbedaan tersebut
disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang terikat pada cincin dan
terjadinya oksidasi cincin karbonya (Samejo dkk., 2013). Steroid berperan penting
bagi tubuh dalam menjaga keseimbangan garam, mengendalikan metabolisme dan
meningkatkan fungsi organ seksual serta perbedaan fungsi biologis lainnya antara
jenis kelamin. Tubuh manusia memproduksi steroid secara alami yang terlibat dalam
berbagai proses metabolisme. Sebagai contoh steroid dari garam empedu, seperti
garam deoksikolik, asam kholik dan glisin serta konjugat taurin yang berfungsi
memperlancar proses pencernaan (Bhawani dkk., 2011). Sterol tumbuhan yang telah
lama dikenal adalah campesterol, stigmasterol dan β-sitosterol. Sterol ini
menunjukkan efek menurunkan kolesterol dan antikarsinogenik. Efek antiangiogenik
diduga melibatkan aksi senyawa tersebut sebagai antikanker (Choi dkk., 2007).
Stigmasterol dimungkinkan untuk mencegah penyakit kanker tertentu, misalnya
kanker ovarium, prostat, payudara dan kanker usus besar karena mempunyai potensi
antioksidan, hipoglikemik dan mampu menghambat tiroid (Gabay dkk., 2010; Panda
dkk., 2009).
Isolasi senyawa steroid dari tumbuhan ini merupakan upayah dalam mencari senyawa
antioksidan yang dapat memberikan efek hepatoprotektif. Sebagaimana diketahui
bahwa senggugu secara tradisional telah lama digunakan untuk asma, bronkitis,
peluruh air seni, obat batuk dan untuk memperoleh suara yang jernih (Heyne, 1950).
Selain itu, senggugu dilaporkan mengandung beberapa jenis steroid, diantaranya
γsitosterol, β-sitosterol, spinasterol, spinasteril-β-D-glucoporanoside, αspinasterol,
campesterol, cholestanol, cloresterol, 24-etil cholesterol dan stigmasterol (Banerjee
S.K. dkk., 1969; Nair dkk., 1976; Bonsri, 2003; Fan dkk., 2007 dan Singh dkk.,
2012).
Tujuan bertujuan untuk mengisolasi senyawa steroid dari kulit akar senggugu.
Metode -ekstraksi : Serbuk kering kulit akar senggugu sebanyak 3 kg diekstraksi dengan
Penelitian metode maserasi bertingkat mulai n-heksan, etil asetat hingga metanol, masing-
masing selama 3 x 24 jam sambil sesekali diaduk.
-Fraksinasi : Fraksi etil asetat kulit akar senggugu sebanyak 30 gram difraksinasi
menggunakan KCV dengan eluen nheksan, etil asetat dan metanol secara bergradien
untuk menyederhanakan pola noda pada hasil KLT fraksi etil asetat
-Isolasi dan pemurnian
-Identifikasi dan penentuan struktur senyawa
Hasil Penelitian Isolat N1 yang diperoleh berbentuk serbuk putih dengan titik lebur 279-2850C.
Identifikasi isolat berdasarkan data spektra 1H-NMR menunjukkan adanya
signalsignal proton yang khas pada kerangka
dasar karbon senyawa steroid.
Spektra 13C-NMR menunjukkan adanya signal C-3 pada δC 71,27 ppm yang
mengikat gugus hidroksil, memperlihatkan pergeseran kimia yang lebih tinggi
dibandingkan karbon lainnya pada cincin A kerangka dasar steroid.
Analisis data spektra proton dan karbon antara senyawa pembanding dan senyawa
isolat N1 membuktikan bahwa keduanya merupakan senyawa steroid, meskipun
diduga kuat jenisnya berbeda. Hal ini karena beragamnya variasi struktur senyawa
steroid dari bahan alam.
Kesimpulan Senyawa steroid yang dapat diisolasi dari kulit akar senggugu asal imogiri
Yogyakarta merupakan jenis steroid baru yang dilaporkan dari tumbuhan ini adalah
Stigmast-7-en-3β-ol. Untuk mengetahui efek farmakologi senyawa tersebut sehingga
bisa dimanfaatkan dalam pengobatan, selanjutnya perlu dilakukan pengembangan uji
aktivitas senyawa yang sesuai.

2. Review Jurnal Bahan Biologi


Judul UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.
Merill) MELALUI PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI DALAM MENGATASI
KELANGKAAN PANGAN
Volume Vol. 3 No. 2 September 2019
Tahun 2019
Penulis Edi Tando dan Muh. Afif Juradi
Pendahuluan TanamanKedelai (Glycine max L. Merill) di Indonesia ialahkomoditas strategis
ketiga setelah padi dan jagung, karena setiap hari dikonsumsi hampir sebagian
masyarakat dengan tingkat konsumsi rata - rata 8,12 kg/kapita/tahun (Sudaryanto dan
Swastika, 2007). Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat saat ini menjadi
tantangan besar bagi usaha penyediaan pangan dunia. Badan pangan dunia atau FAO,
memperkirakan akan terjadi kelangkaan pangan dunia pada tahun 2050.
Tanaman produk bioteknologi telah banyak diperdagangkan di pasar. Tanaman hasil
rekayasa genetika tersebut menyerupai tanaman asalnya, tetapi memiliki sifat – sifat
tertentu yang menyebabkan tanaman tersebut lebih baik. Tanaman produk
bioteknologi yang telah disetujui untuk pangan merupakan tanaman yang direkayasa
untuk memiliki sifat seperti : (1) ketahanan terhadap hama dan penyakit, (2)
ketahanan terhadap herbisida, (3) perubahan kandungan nutrisi dan (4) peningkatan
dayasimpan (Manuhara, 2006)
Tujuan Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang upaya
peningkatan kualitas tanaman kedelai (Glycine max L. Merill) melalui pemanfaatan
bioteknologi dalam mengatasi kelangkaan pangan.
Metode Rekayasa Genetik pada Tanaman Kedelai
Penelitian
Hasil Penelitian 1. Ekstraksi DNA : Ekstraksi DNA atau isolasi DNA target merupakan prosedur
umum dalammemisahkan dan mengumpulkan DNA untuk analisis rekayasa genetika,
forensik, bioinformatika, komputasi, analisis asal-usul dan antropologi. Prinsip dasar
Ekstraksi DNA adalah mengeluarkan DNA dari sel.
2. Kloning Gen : Kloning merupakan salah satu langkah yang dapat digunakan untuk
mengembangkan tanaman transgenik. Kloning gen bertujuan untuk
memperbanyak gen interest yang diharapkan.3. Desain Gen : Kegiatan desain gen
dilakukan dengan merubah susunan basa dalam area kode (encode region) gen yang
akan menentukan produksi protein tertentu yang diinginkan.
Kesimpulan 1. Rekayasa genetika alternatif dalam meningkatkan kualitas tanaman kedelai dengan
mengubah, memodifikasi susunan gen dengan material baru kedalam tanaman
kedelai.
2. Rekayasa genetika pada tanaman kedelaimencakup : Ekstraksi DNA, Kloning
gen, Desain gen, Transformasi genetika dan Pemuliaan tanamandi lapangan.
3. Ttransfer gen pinII pada tanaman kedelai telah berhasil dilakukan melaluiA.
tumefaciens dengan dihasilkannya satu event tanaman AT1 (Tidar) yang
menunjukkan hasil PCR positif terhadap gen pinII.
4. Protokol terbaik untuk transformasi kedelai melalui A. tumefaciens adalah
menggunakana eksplan kotiledon muda dengan kerapatan bakteri 1 x 108 sel/ml/
lama inokulasi 90 menit dan lama kokultivasi 5 hari.
5. Tanaman kedelai AT1R1 (Tidar) hasil transformasi melalui A. tumefaciens sedikit
lebih tahan terhadap hama penggerek polong daripada tanaman kedelai
nontransgenik (Kontrol).

Judul PEMANFAATAN Rhizopus oryzae DALAM PENGEMBANGAN PRODUK


OLAHAN SUSU (KEJU) HALAL BERBASIS BIOTEKNOLOGI
Volume Vol. 4, No. 2, September 2020
Tahun 2020
Penulis Solikah Ana Estikomah
Pendahuluan Keju adalah produk susu paling kompleks, yang melibatkan bahan kimia, biokimia
dan proses mikrobiologi. Langkah-langkah pembuatan keju antara lain pengasaman
susu, susu koagulasi, pembuangan whey, pengemasan dan penyimpanan.
Kebanyakan pembuatan keju juga termasuk pemanasan dadih keju dan pengasinan
dadih. Bahkan sedikit perubahan dalam proses ini bisa menjadi perbedaan yang
signifikan dalam keju terakhir (Christina Coker, Craig Honoré, 1997).
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah membuat keju dengan starter Rhizopus oryzae
sebagai rennet halal yang tidak pasti biasa digunakan secara komersial serta
mengetahui titik kritis dari pembuatan keju.
Metode 1. Sterilisasi
Penelitian 2. Pembuatan Media
3. Pembuatan Kultur Kerja
.4. Pembuatan Keju
5. Penghitungan Rendemen Curd
Hasil Penelitian Keju merupakan salah satu produk bioteknologi yang berasal dari penggumpalan
protein susu. Produk keju dibuat melalui fermentasi dengan bantuan mikroorganisme
Streptococcus thermophilus, Lactococcus lactis dan Leuconostoc mesenteroides
(Geantaresa et al., 2010). Rhizophus oryzae berpotensi sebagai starter dalam
pembuatan keju. Keju merupakan salah satu produk bioteknologi yang berasal dari
penggumpalan protein susu. Titik kritis kehalalan keju berasal dari bahan baku. Susu
bisa berasal dari sumber hewani maupun nabati. Pada penelitian ini menggunakan
bahan baku yang sumber hewani susu sapi. Ketika susu bersumber dari nabati seperti
kedelai yang halal, maka bisa dipastikan bahwa keju tersebut halal. Jika berasal dari
hewan yang halal dikonsumsi seperti susu sapi, kambing, kerbau, unta, atau domba,
maka produk susu hewan tersebut halal. Keju menjadi tidak halal ketika diproduksi
dari susu hewan yang tidak halal.
Kesimpulan Tedapat titik kritis dalam proses pembuatan keju yakni bahan baku dan tahap
koagulasi Pemanfaatan bioteknologi sangat luas, mencakup berbagai bidang salah
satunya dalam pemenuhan. Untuk menjamin kehalalan produk makanan hasil
bioteknologi harus memperhatikan keseluruhan proses produksi baik bahan baku,
proses pengolahan, maupun penyimpanan yang harus terbebas dari bahan tidak halal.
Lebih ringkasnya yaitu dengan memperhatikan titik kritis kehalalan produk. Hal ini
perlu dilakukan terutama oleh para produsen makanan untuk menjamin halalnya
produk yang beredar.

Judul Pandan leaves extract (Pandanus amaryllifolius Roxb) as a food


preservative
Volume 166
Tahun 2016
Penulis Resmi Aini, Ana Mardiyaningsih
Pendahuluan Penggunaan pengawet kimia sintesis berbahaya masih ditemukan di masyarakat.
diperlukan upaya pengembangan pengawet alami yang lebih aman, diantaranya dari
tanaman. Pandan wangi, (Pandanus amayllifolius Roxb) yang sering dimanfaatkan
daunnya sebagai bahan pewarna dan pemberi aroma telah diteliti memiliki akvitas
antibakteri
Tujuan mengetahui potensi ekstrak air daun pandan wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb), dalam menurunkan angka lempeng total dan angka kapang
pada pangan tradisional
Metode Pembuatan ekstrak air daun pandan wangi dan uji fitokimia untuk mengetahuai
Penelitian senyawa bioaktif tanin, alkaloid, flavonoid dan polifenol yang berperan sebagai zat
anti mikroba. Untuk pengujian sebagai
bahan pengawet pangan adalah Angka Lempeng Total (ALT) dan angka
kapang/khamir pada pangan
tradisional yaitu putu ayu
Hasil Penelitian Ektrak Air Daun Pandan Wangi mengandung senyawa bioaktif tanin, alkaloid,
flavonoid,saponin dan polifenol. Pada dosis 15% pengenceran 101 dosis 15%
pengenceran 101. ada dosis 15% sampai pengenceran 104 tidak ditemukan koloni
pada uji kapang khamir. namun tidak mampu memberikan aroma dan rasa pada
produk pangan.
Kesimpulan Ekstrak air Daun Pandan Wangi pada konsentrasi 15% mampu menurunkan angka
lempeng total dan angka kapang/khamir pangan
tradisional.

Judul Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum)


Menggunakan Pelarut Etanol 96% Terhadap Staphylococcus aureus
Volume Vol. 2, No.2, (Juli 2017), P-ISSN : 2527-6328
Tahun 2017
Penulis Prasetyo Handrianto1*
Pendahuluan Studi pustaka menyebutkan bahwa pelarut etanol dapat menarik banyak senyawa
aktif yang terkandung dalam jamur Ganoderma lucidum sehingga ekstrak yang
dihasilkan dapat digunakan untuk pengobatan kanker dan HIV
Tujuan maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji aktifitas antimikroba dari
ekstrak jamur lingzhi Ganoderma lucidum dengan menggunakan pelarut etanol
terhadap zona hambat bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode
difusi cakram kertas
Metode  Bahan yang digunakan adalah jamur Ganoderma lucidum, etanol 96%, media
Penelitian Nutrient Broth, biakan bakteri Staphylococcus aureus
 Alat yang digunakan adalah Soxhlet, cawan porselen, alat rotavapor, botol
vial steril, oven, pinset, jarum ose, autoclave, tabung reaksi, inkubator,
cawan petri, timbangan analitik, pipet volume, mikropipet, gelas ukur, beaker
glass, sendok tanduk, batang pengaduk, kaca arloji, kompor.
Hasil Penelitian pemilihan etanol sebagai pelarut yang digunakan untuk melarutkan zat aktif
antimikroba dalam jamur lingzhi (Ganoderma lucidum) merupakan pilihan yang
tepat
namun, jika dilihat dari faktor kekuatan zat aktif ekstrak jamur lingzhi bakteri
terhadap Staphylococcus aureus, perlu adanya penelitian selanjutnya dengan
menggunakan cara ekstraksi lain.
Kesimpulan terdapat pengaruh yang signifikan konsentrasi ekstrak etanol jamur lingzhi
(Ganoderma lucidum) terhadap zona hambat bakteri Staphylococcus aureus sebesar
6,6 mm pada konsentrasi 20 µg/ml, 8,7 mm pada konsentrasi 40 µg/ml, 11,35 mm
pada konsentrasi 60 µg/ml, 13,9 mm pada konsentrasi 80 µg/ml dan 18,0 pada
konsentrasi 100 µg/ml.

Judul UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, SITOTOKSISITAS DAN GC-MS EKSTRAK


METANOL ALGA HIJAU Boergesenia Forbesii(HARVEY) FELDMANN DARI
PANTAI PANJANG BENGKULU
Volume jurnal Pengelolaan Laboratorium Sains dan Teknologi, Vol 1(1),
Tahun 2021
Penulis Putjha Melati
Pendahuluan Alga memiliki kandungan senyawa aktif seperti senyawa polifenol, fenol,
flavonoid (Kuda et al., 2007), terpenoid, tanin, fukoidan, sterol, dan glikolipid
(Chakraborty dan Paulraj, 2010). Senyawa tersebut memiliki manfaat untuk
kesehatan manusia (Kuda et al., 2007), diantaranya sebagai antikanker,
antibakteri, antijamur, antivirus (Chakraborty dan Paulraj, 2010)dan antioksidan
(Wuet al., 2010).
Tujuan Belum ada penelitian sebelumnya tentang potensi antioksidan dan aktivitas
sitotoksik alga hijau Boergesenia forbesii (Harvey) Feldmann yang berasal dari
perairan Pantai Panjang Kota Bengkulu. Oleh karena itu, penelitian
mengenai alga hijau Boergesenia forbesii (Harvey) Feldmann sebagai
antioksidan alami ingin dilakukan sebagai bentuk mengoptimalisasikan potensi
alga yang ada di Pantai Panjang Kota Bengkulu
Metode Uji antioksidan menggunakan metode DPPH, yaitu menguji potensi
Penelitian aktivitas antioksidan senyawa dalam ekstrak metanol alga hijauBoergesenia
forbesii(Harvey) feldmann, yang berdasarkan pada prinsip reaksi penangkapan
hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas Difenil dikril hidrazil (DPPH).
Hasil Penelitian  metode DPPH diperoleh nilai IC50sebesar 585,79 ppm, sedangkan asam
galat yang digunakan sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar
3,13 ppm
 Hasil uji BSLT ekstrak metanol alga hijau Boergesenia forbesii diperoleh
nilai LC50 sebesar 508,74
 GC-MS dari ekstrak metanol alga hijau Boergesenia forbesii didapatkan
28 senyawa, 6 diantaranya belum teridentifikasi
 4 senyawa utama (mayor) yaitu Methyl Stearate, Phytol, Methyl
Arachidonate, dan 9-Octadecenamide,(z
 18 senyawa minor,
Kesimpulan aktivitas antioksidan ekstrak metanol alga hijau Boergesenia forbesiisangat lemah
dan memiliki potensi sbg anti kanker

Anda mungkin juga menyukai